Kasta, Kista dan Kusta dalam Gereja
Halaman 1 dari 1 • Share
Kasta, Kista dan Kusta dalam Gereja
Sebelum membaca tulisan ini lebih lanjut marilah terlebih dahulu memahami terminologi ketiga istilah di atas (’kusta’, ’kista’ dan ’kusta’).
Kasta artinya: golongan (tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat beragama Hindu. Ada 5 kasta dalam masyarakat Hindu; brahmana (golongan pendeta), kesatria (golongan bangsawan dan prajurit), paria (golongan rakyat jembel yang hina-dina), sudra (golongan rakyat biasa), waisya (golongan pedagang, petani, dan tukang).
Kista, ini adalah istilah medis yang berarti selaput yang membentuk kantong tertutup, berisi kuman, tumbuh secara tidak normal dalam suatu jaringan atau rongga badan.
Kusta; inilah penyakit yang ditakuti dalam komunitas Israel. Biasanya si penderita dasingkan ke sautu tempat terisolir karena dapat menular. Menurut tradisi masayarakat Ibrani mereka yang terkena dianggap telah dikutuk Tuhan. Biasanyanya dihubungkan sebagai simbol dosa (bnd.Kel 13 dan Kel 14; Luk 18:12-19).
Ketiga istilah di atas saya artikan dalam pengertian yang lebih fleksibel sehingga secara analogi bisa digunakan dala konteks tulisan ini.
Di India, ‘kasta’ merupakan tradisi turun temurun yang telah mendarah daging. Di negeri “ular cobra” ini, orang sudah terbiasa hidup dengan pola pembedaan menurut kelima golongan yang mereka sebut kasta. Kasta, kali ini saya meminjam kata itu, dan menempatkanya ke dalam konteks kehidupan bergereja di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak kembali melihat lekak-lekuk kemiringan dan ketimpangan gereja dalam mengaktualisasikan kasih Kristus terhadap sesama. Sehubungan dengan kasta, yang berarti “golongan-golongan yang ada dalam jemaat”, mari kita persoalkan fakta yang terjadi di lingkungan gereja kita.
Kalau kita mau jujur dan dengan cermat mengamati kehidupan gereja-khususnya di kota besar, maka performance yang ditampilkan walau agak samar-samar adalah: pengkastaan jemaat. “Pengkastaan jemaat” istilah ini menunjuk kepada praktek pembedaan golongan yang ada dalam jemaat. Golongan yang dimaksud bisa berarti golongan menurut ras/suku, atau strata ekonomi. Amatilah secara cermat, lihat dan perhatikan gereja-gereja yang telah berdiri di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya. Nampak suatu komunitas jemaat yang tersekat-sekat berdasarkan golongan tadi.
Ada gereja yang jemaatnya kaum miskin. Gereja ini biasanya memiliki anggota jemaat yang ekonominya pas-pas-an. Di antara mereka ada yang berprofesi pedagang kecil atau pekerjaan informal lainnya. Mulai dari penjual sayur sampai penjual rujak cingur ada di sini. Dari yang profesinya sebagai kondektur sampai penganggur juga ada. (dan jangan harap anda bertemu insinyur di dalamnya). Sepintas kelihatan gereja ini diperuntukkan bagi mereka yang kurang mampu, (atau minimal sekedar cukup).
Di sisi yang lain, ada pula gereja yang anggotanya golongan borjuis. Mulai dari entrepreneur (pengusaha), arsitektur, dan insinyur ada di sini. Dokter pun ada, begitu juga pengacara dll. Pokoknya lengkap. Pernah ada yang bilang, “wah’ nih gereja jemaatnya pake sedan semua”.
Tentu ada pula gereja yang cukup solidar terhadap keduanya. Inilah potret gereja yang kita lihat di sekeliling kita.Mengapa hal ini perlu dipersoalkan? Karena memang inilah faktanya. Inilah bahaya laten gereja.
Ambil contoh saja, kasus yang baru-baru ini terjadi pada gereja di India. Seperti yang dimuat dalam www.jawaban.com. Tahukan saudara, bahwa ada 1000 jiwa anggota jemaat Kristen kembali menjadi Hindu. Hal itu terjadi lantaran jemaat kecewa karena merasakan adanya kasta-kasta dalam gereja.Untuk lebih lengkapnya lihat informasi yang saya kutip dari situs ini:
Sekitar 1.000 kaum Dalit Kristiani berubah kembali ke Hindu Senin lalu di daerah Selatan India pada perayaan kelahiran ke-117 Bhimrao Ambedkar, seorang pemimpin Dalit yang berjuang demi kebebasan sosial untuk kelompok masyarakat India yang "tidak tersentuh" itu.
Umat Kristiani Dalit dari kota Tirunelveli yang dirubah kembali oleh biksu Hindu Tamil Nadu Council, menurut surat kabar The Times India. Proses formal perubahan kembali ke Hindu melibatkan ritual pertobatan yang diikuti dengan sebuah upacara penyucian.
"Kami akan menyucikan semua yang kembali ke Hindu dengan memercikkan Gangga Theertha (air Gangga) dan Sethu theertha (air sethu)," kata presiden dari partai politik Hindu yang sangat konservatif Makkal Katchia (HMK), Arjuna Sampath, berdasarkan harian AsiaNews.
Rencananya HMK akan mengubah kembali 20.000 umat Kristiani lainnya di Villupuram, bagian India selatan, menurut AsiaNews.
Umat Kristiani Dalit di negara bagian Tamil Nadu mengungkapkan bahwa mereka menghadapi perbedaan kasta. Bulan lalu umat Kristiani yang berkasta tinggi berbenturan dengan Kristen Dalit yang rendah. Dua orang meninggal akibat konflik tersebut. Ketegangan di antara dua kelompok orang Katolik, Dalits dan non Dalit, menjadi sangat buruk sampai-sampai mereka memisahkan tempat pemakaman, dan di dalam gereja, memisahkan bangku-bangku gereja.
"Ini adalah situasi yang patut disayangkan. Saya tidak ingin mengomentari hal ini," kata Pastor S. Lourdusamy, mantan sekretaris eksekutif Konferensi Uskup Katolik India, menurut The Times India. "Saya menanyakan pada Uskup Katolik untuk mengambil langkah-langkah perbaikan. Tetapi tidak ada yang dapat menghentikan perlawanan umat Kristiani Dalit. Ini adalah hasil dari beberapa perubahan-perubahan," katanya.
Pada tahun 2003 Paus Yohanes Paulus II mendesak uskup Tamil Nadu untuk menyelesaikan perpecahan ini.
"Ada beberapa kemiripan dalam sebuah kasta didasarkan pada dugaan di dalam hubungan antara Kekristenan adalah sebuah tanda balasan atas kemurnian solidaritas kemanusiaan, sebuah ancaman kemurnian spiritual dan sebuah gangguan serius bagi misi gereja-gereja injili," lebih lanjut Paus mengatakan.
"Oleh karena itu, kebiasaan atau tradisi yang mengabadikan atau menguatkan kembali pemisahan kasta sebaiknya lebih lagi disusun, sehingga dapat mengekspresikan suatu solidaritas bagi seluruh komunitas Kristen," katanya. "Sebagaimana Rasul Paulus mengajarkan kita, "jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita" (1 Korintus 12:26).
Ini adalah tugas Gereja untuk bekerja tanpa kenal menyerah untuk mengubah hati, membantu semua orang untuk melihat setiap manusia sebagai anak-anak Tuhan, saudara dan saudari di dalam Kristus, dan oleh karena itu merupakan anggota dari keluarga kita sendiri," kata paus waktu itu.
Total jumlah orang Kristiani di India adalah 24 juta. Dimana dalam populasinya, umat Kristiani Dalit berjumlah 15 juta sementara umat Kristiani lain sebanyak 3 juta.
Kasta yang Menjadi Kista
Hingga hari ini jujur saja, banyak gereja masih mengalami ketimpangan dalam menerapkan ajaran Kristus. Kebudayaan pengkastaan bukan hanya ada di India, di Indonesia pun ada, begitu juga di berbagai belahan dunia lain dalam bentuk dan cara yang berbeda. Mungkin saja kelihatan agak samar-samar, namun jujurlah terhadap nurani...dengarkan apa yang ia bisikkan! Kasta telah menjadi kista dalam gereja yang seharusnya tidak membeda-bedakan golongan. Jelas hal itu memperlihatkan bahwa kasih Kristus belum benar-benar tertanam dan dihidupi dalam gereja. Penghayatan jemaat terhadap kasih masih mentah.
Mari berdoa bagi kaum Dalit India, supaya kasih Tuhan itu benar-benar mengubahkan kehidupan mereka, dan menghapus setiap kekecewaan dan luka yang ada dalam hati mereka. Begitu juga bagi gereja di Indonesia. Selayaknyalah dimulai dari para penilik jemaat (pendeta) agar bisa menjadi polopor menggerakan jemaat untuk mengasihi tanpa pandang bulu. Jangan sampai ada jemaat yang kecewa sehingga menjadi anti terhadap gereja.Ingatlah, jika kasta sudah mengkista, maka menyusul kusta yang akan mengaibkan gereja di mata dunia. Tragis dan mengharukan!
http://www.sabdaspace.org/kasta_kista_dan_kusta_dalam_gereja
Kasta artinya: golongan (tingkat atau derajat) manusia dalam masyarakat beragama Hindu. Ada 5 kasta dalam masyarakat Hindu; brahmana (golongan pendeta), kesatria (golongan bangsawan dan prajurit), paria (golongan rakyat jembel yang hina-dina), sudra (golongan rakyat biasa), waisya (golongan pedagang, petani, dan tukang).
Kista, ini adalah istilah medis yang berarti selaput yang membentuk kantong tertutup, berisi kuman, tumbuh secara tidak normal dalam suatu jaringan atau rongga badan.
Kusta; inilah penyakit yang ditakuti dalam komunitas Israel. Biasanya si penderita dasingkan ke sautu tempat terisolir karena dapat menular. Menurut tradisi masayarakat Ibrani mereka yang terkena dianggap telah dikutuk Tuhan. Biasanyanya dihubungkan sebagai simbol dosa (bnd.Kel 13 dan Kel 14; Luk 18:12-19).
Ketiga istilah di atas saya artikan dalam pengertian yang lebih fleksibel sehingga secara analogi bisa digunakan dala konteks tulisan ini.
Di India, ‘kasta’ merupakan tradisi turun temurun yang telah mendarah daging. Di negeri “ular cobra” ini, orang sudah terbiasa hidup dengan pola pembedaan menurut kelima golongan yang mereka sebut kasta. Kasta, kali ini saya meminjam kata itu, dan menempatkanya ke dalam konteks kehidupan bergereja di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengajak kembali melihat lekak-lekuk kemiringan dan ketimpangan gereja dalam mengaktualisasikan kasih Kristus terhadap sesama. Sehubungan dengan kasta, yang berarti “golongan-golongan yang ada dalam jemaat”, mari kita persoalkan fakta yang terjadi di lingkungan gereja kita.
Kalau kita mau jujur dan dengan cermat mengamati kehidupan gereja-khususnya di kota besar, maka performance yang ditampilkan walau agak samar-samar adalah: pengkastaan jemaat. “Pengkastaan jemaat” istilah ini menunjuk kepada praktek pembedaan golongan yang ada dalam jemaat. Golongan yang dimaksud bisa berarti golongan menurut ras/suku, atau strata ekonomi. Amatilah secara cermat, lihat dan perhatikan gereja-gereja yang telah berdiri di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya. Nampak suatu komunitas jemaat yang tersekat-sekat berdasarkan golongan tadi.
Ada gereja yang jemaatnya kaum miskin. Gereja ini biasanya memiliki anggota jemaat yang ekonominya pas-pas-an. Di antara mereka ada yang berprofesi pedagang kecil atau pekerjaan informal lainnya. Mulai dari penjual sayur sampai penjual rujak cingur ada di sini. Dari yang profesinya sebagai kondektur sampai penganggur juga ada. (dan jangan harap anda bertemu insinyur di dalamnya). Sepintas kelihatan gereja ini diperuntukkan bagi mereka yang kurang mampu, (atau minimal sekedar cukup).
Di sisi yang lain, ada pula gereja yang anggotanya golongan borjuis. Mulai dari entrepreneur (pengusaha), arsitektur, dan insinyur ada di sini. Dokter pun ada, begitu juga pengacara dll. Pokoknya lengkap. Pernah ada yang bilang, “wah’ nih gereja jemaatnya pake sedan semua”.
Tentu ada pula gereja yang cukup solidar terhadap keduanya. Inilah potret gereja yang kita lihat di sekeliling kita.Mengapa hal ini perlu dipersoalkan? Karena memang inilah faktanya. Inilah bahaya laten gereja.
Ambil contoh saja, kasus yang baru-baru ini terjadi pada gereja di India. Seperti yang dimuat dalam www.jawaban.com. Tahukan saudara, bahwa ada 1000 jiwa anggota jemaat Kristen kembali menjadi Hindu. Hal itu terjadi lantaran jemaat kecewa karena merasakan adanya kasta-kasta dalam gereja.Untuk lebih lengkapnya lihat informasi yang saya kutip dari situs ini:
Sekitar 1.000 kaum Dalit Kristiani berubah kembali ke Hindu Senin lalu di daerah Selatan India pada perayaan kelahiran ke-117 Bhimrao Ambedkar, seorang pemimpin Dalit yang berjuang demi kebebasan sosial untuk kelompok masyarakat India yang "tidak tersentuh" itu.
Umat Kristiani Dalit dari kota Tirunelveli yang dirubah kembali oleh biksu Hindu Tamil Nadu Council, menurut surat kabar The Times India. Proses formal perubahan kembali ke Hindu melibatkan ritual pertobatan yang diikuti dengan sebuah upacara penyucian.
"Kami akan menyucikan semua yang kembali ke Hindu dengan memercikkan Gangga Theertha (air Gangga) dan Sethu theertha (air sethu)," kata presiden dari partai politik Hindu yang sangat konservatif Makkal Katchia (HMK), Arjuna Sampath, berdasarkan harian AsiaNews.
Rencananya HMK akan mengubah kembali 20.000 umat Kristiani lainnya di Villupuram, bagian India selatan, menurut AsiaNews.
Umat Kristiani Dalit di negara bagian Tamil Nadu mengungkapkan bahwa mereka menghadapi perbedaan kasta. Bulan lalu umat Kristiani yang berkasta tinggi berbenturan dengan Kristen Dalit yang rendah. Dua orang meninggal akibat konflik tersebut. Ketegangan di antara dua kelompok orang Katolik, Dalits dan non Dalit, menjadi sangat buruk sampai-sampai mereka memisahkan tempat pemakaman, dan di dalam gereja, memisahkan bangku-bangku gereja.
"Ini adalah situasi yang patut disayangkan. Saya tidak ingin mengomentari hal ini," kata Pastor S. Lourdusamy, mantan sekretaris eksekutif Konferensi Uskup Katolik India, menurut The Times India. "Saya menanyakan pada Uskup Katolik untuk mengambil langkah-langkah perbaikan. Tetapi tidak ada yang dapat menghentikan perlawanan umat Kristiani Dalit. Ini adalah hasil dari beberapa perubahan-perubahan," katanya.
Pada tahun 2003 Paus Yohanes Paulus II mendesak uskup Tamil Nadu untuk menyelesaikan perpecahan ini.
"Ada beberapa kemiripan dalam sebuah kasta didasarkan pada dugaan di dalam hubungan antara Kekristenan adalah sebuah tanda balasan atas kemurnian solidaritas kemanusiaan, sebuah ancaman kemurnian spiritual dan sebuah gangguan serius bagi misi gereja-gereja injili," lebih lanjut Paus mengatakan.
"Oleh karena itu, kebiasaan atau tradisi yang mengabadikan atau menguatkan kembali pemisahan kasta sebaiknya lebih lagi disusun, sehingga dapat mengekspresikan suatu solidaritas bagi seluruh komunitas Kristen," katanya. "Sebagaimana Rasul Paulus mengajarkan kita, "jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita" (1 Korintus 12:26).
Ini adalah tugas Gereja untuk bekerja tanpa kenal menyerah untuk mengubah hati, membantu semua orang untuk melihat setiap manusia sebagai anak-anak Tuhan, saudara dan saudari di dalam Kristus, dan oleh karena itu merupakan anggota dari keluarga kita sendiri," kata paus waktu itu.
Total jumlah orang Kristiani di India adalah 24 juta. Dimana dalam populasinya, umat Kristiani Dalit berjumlah 15 juta sementara umat Kristiani lain sebanyak 3 juta.
Kasta yang Menjadi Kista
Hingga hari ini jujur saja, banyak gereja masih mengalami ketimpangan dalam menerapkan ajaran Kristus. Kebudayaan pengkastaan bukan hanya ada di India, di Indonesia pun ada, begitu juga di berbagai belahan dunia lain dalam bentuk dan cara yang berbeda. Mungkin saja kelihatan agak samar-samar, namun jujurlah terhadap nurani...dengarkan apa yang ia bisikkan! Kasta telah menjadi kista dalam gereja yang seharusnya tidak membeda-bedakan golongan. Jelas hal itu memperlihatkan bahwa kasih Kristus belum benar-benar tertanam dan dihidupi dalam gereja. Penghayatan jemaat terhadap kasih masih mentah.
Mari berdoa bagi kaum Dalit India, supaya kasih Tuhan itu benar-benar mengubahkan kehidupan mereka, dan menghapus setiap kekecewaan dan luka yang ada dalam hati mereka. Begitu juga bagi gereja di Indonesia. Selayaknyalah dimulai dari para penilik jemaat (pendeta) agar bisa menjadi polopor menggerakan jemaat untuk mengasihi tanpa pandang bulu. Jangan sampai ada jemaat yang kecewa sehingga menjadi anti terhadap gereja.Ingatlah, jika kasta sudah mengkista, maka menyusul kusta yang akan mengaibkan gereja di mata dunia. Tragis dan mengharukan!
http://www.sabdaspace.org/kasta_kista_dan_kusta_dalam_gereja
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Similar topics
» [ LaguRohani ] Lagu Pujian Gereja Kristen - Doa Umat Tuhan - Hidup Dalam Kasih Tuhan(Video Musik)
» Kisah Inspirasi Mantan Penderita Kusta
» Pembunuhan Ummat Islam Oleh Ummat Budha Myanmar
» Gak Tau Diri ! Ingin Umat Rajin ke Gereja, Pastor Permalukan Anggota yang Malas dengan Memasang Nama dan Fotonya di Gereja
» Cara Mengobati Kista
» Kisah Inspirasi Mantan Penderita Kusta
» Pembunuhan Ummat Islam Oleh Ummat Budha Myanmar
» Gak Tau Diri ! Ingin Umat Rajin ke Gereja, Pastor Permalukan Anggota yang Malas dengan Memasang Nama dan Fotonya di Gereja
» Cara Mengobati Kista
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik