sebulan 150 gadis yogya hamil sebelum nikah

Yogya, Bernas
Kebebasan seks di Yogya, tampaknya, makin parah. Berdasar catatan Sahaja PKBI DIY, sampai Januari 2001 ini rata-rata per hari lima remaja putri mengaku telah mengalami kehamilan pranikah. Dengan demikian, dalam sebulan rata-rata remaja yang mengaku hamil pranikah sebanyak 150 orang. Mereka yang mengalami kehamilan itu usianya bervariasi mulai dari kelas II SMP sampai mahasiswa.
Kehamilan tersebut sebagian akibat korban perkosaan, tetapi yang paling banyak dilakukan dengan pacar. Pada umumnya, mereka yang datang ke Sahaja itu juga mengaku telah mencoba melakukan aborsi dengan minum sejumlah ramuan, tetapi tidak berhasil. Karena kebingungan, mereka baru melakukan konseling dengan Sahaja.
"Kondisi tersebut sangat berbeda dibandingkan dengan tahun 1994 lalu. Kalau dulu, biasanya remaja berkonsultasi tentang perilaku pacarnya, tetapi sekarang mereka berkonsultasi yang berhubungan dengan dirinya. Misalnya, soal terlambat menstruasi, terlanjur nge-seks dan sebagainya," jelas Koordinator Organisasi Remaja dan Pekerja Domestik Lentera Sahaja PKBI DIY Titi Sari Nur Hayati dalam Dialog Remaja di SMU 3 Yogya, Minggu (18/2).
Titi melanjutkan, selama ini biasanya remaja putri terlalu rapuh di hadapan pacarnya. Mereka pada umumnya takut disebut tidak sayang, sehingga rela menyerahkan jiwa dan raganya sekalipun belum terikat tali pernikahan.
Seorang siswi peserta diskusi, bahkan secara terus terang, mengaku rela menyerahkan jiwa raganya untuk membuktikan kecintaannya kepada sang kekasih. "Saya kira nggak apa-apa menyerahkan semuanya, asalkan pacar kita juga serius dengan kita," ujar siswi tersebut.
Titi menanggapi, dalam berpacaran setiap orang hendaknya mempunyai batas-batas tertentu yang dinamakan prinsip berpacaran. Karena itu, remaja putri maupun pasangannya berhak menolak jika salah satu di antara mereka ada kecenderungan melanggar batas-batas tersebut.
"Alasan yang sering digunakan cowok, jika seorang cewek tak mau dicium dianggap bahwa cewek tersebut tidak sayang. Padahal, sayang itu kan tak harus dibuktikan dengan ciuman," tandas Titi.
Terlena
Ditambahkan Titi, di mana pun tempatnya, perilaku seks itu akan menuntut hal yang lebih. Barangkali saja semula hanya sekadar gandengan tangan, tetapi semakin lama berpacaran perilaku pacaran mereka dapat menjurus pada perilaku seks pranikah.
Sejumlah klien Sahaja yang melakukan seks pranikah dengan pacar mereka mengaku, karena terlena oleh situasi, selama pacaran dan dilakukan suka sama suka. Sedangkan yang lain mengaku dipaksa pacar mereka dengan ancaman akan diputus jika tak mau diajak nge-seks.
Pada umumnya, kaum remaja tahu benar bahwa seks yang mereka lakukan itu berisiko terjadinya kehamilan. Tetapi, ketakutan itu pada umumnya kalah oleh rayuan pacarnya, selain rasa penasaran yang dimiliki remaja putri tersebut.
Sekalipun pendidikan seks saat ini sudah sangat terbuka, masih banyak remaja yang percaya dengan mitos-mitos yang menyesatkan. Mereka percaya bahwa petting tak dapat menyebabkan kehamilan. Selain itu, mereka percaya bahwa mencuci Liang Lahir sehabis melakukan hubungan seks dapat menunda kehamilan, dengan alasan sperma yang telah keluar tak jadi masuk setelah dibasuh dengan air. Karena itu, mereka tak merasa punya beban ketika melakukan seks dengan pacar mereka karena merasa sudah punya solusinya.
"Saya pernah punya klien yang merasa terheran-heran ketika dinyatakan positif hamil karena merasa belum pernah berhubungan seks. Padahal, selama pacaran dia mengaku sering melakukan petting," ujar Titi.
Titi menambahkan, sekarang masih ada sejumlah remaja yang terlanjur hamil dan merasa yakin dapat digugurkan dengan minum air soda atau makan buah nanas mentah. Mitos-mitos yang menyesatkan itu biasanya diperoleh lewat pembicaraan dari mulut ke mulut atau media internet yang sama sekali tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dengan demikian, ketika ternyata apa yang selama ini mereka pahami benar tetapi pada kenyataannya salah, mereka pun kebingungan.
Berdasar catatan PKBI, sebagian besar remaja itu sesungguhnya juga merasa sangat malu jika mengalami kehamilan pranikah. Karena itu, mereka sangat panik ketika tahu tiba-tiba saja mereka akan jadi seorang ibu muda. Kepanikan itulah yang tercermin dengan upaya aborsi yang dilakukan sendiri ataupun dengan mencoba bantuan orang lain. Padahal, aborsi yang dilakukan di luar tenaga medis mempunyai risiko jangka panjang yang sangat besar. Selain dapat terkena kanker rahim, aborsi yang tak bersih dapat menyebabkan seorang remaja putri menjadi mandul seumur hidupnya.

DUA KATA JAGA KELUARGAMU