berwisata ke makam bung karno
Halaman 1 dari 1 • Share
berwisata ke makam bung karno
Blitar kini semakin tersohor. Kota yang berada di wilayah Jawa Timur itu terus menggelorakan wisata sejarah dengan mengandalkan objek wisata kompleks makam Bung Karno serta gedung perpustakaan dan museum proklamator Kemerdaan RI itu.
Makam presiden pertama RI yang berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, itu sekaligus menjadi tempat ziarah ribuan orang, termasuk para pejabat dan mantan pejabat pemerintah RI. Hampir semua presiden, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, pernah berkunjung ke makam tersebut. Menurut penjaga makam, selain sebagai objek wisata, dan tempat berziarah, makam Bung Karno juga dipakai sebagai tempat ajang pertemuan sejumlah politikus. ''Mulai tukang becak hingga presiden berwisata dan berjiarah ke makam ini, dan bahkan tempat ini sering dipakai sebagai pertemuan para politikus,'' ujarnya.
Kompleks makam Soekarno memang kini menjadi salah satu tujuan wisata di Balitar. Saat ini tidak kurang dari 500 pengunjung setiap hari memadati makam yang berlokasi di jalan Slamet Riyadi tersebut. Seorang pengunjung dari Jakarta, Irwandi, menuturkan kompleks makam Bung Karno mengingatkan kita akan proses perjuangan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. ''Kita juga bangga bahwa Soekarno dulu tersohor di kalangan bangsa-bangsa dunia sebagai pemimpin yang tegas. Kita bisa mengetahuinya setelah melihat foto-foto dan komentar sejumlah kalangan yang tertulis di museum ini,'' ujarnya.
Lokasi makam ini hanya sekitar dua kilometer dari Terminal Blitar. Begitu masuk pintu gerbang kompleks, pengunjung akan ditawari bunga untuk bahan-bahan ziarah ke makam. Setelah mengisi daftar tamu, pengunjung pun bisa langsung menuju pintu gerbang makam Bung Karno. Di kawasan ini ada pendopo yang bersiri tiga makam. Sebelah kanan ayah Bung Karno, R Soekeni Sosrodihardjo (wafat 15 Mei 1945), sementara sebelah kiri, makam ibunda proklamator RI, Ny Ida Aju Njoman Rai Soekeni Sosrodihardjo (wafat 12 September 1958). Sedangkan di tengah, di antara dua makam tersebut adalah tempat Bung Karno dikebumikan yang di atasnya ditandai dengan nisan batu hitam.
Ketiga makam tersebut dibangun tahun 1978 dan diresmikan Presiden Soeharto 12 Juni 1979. Awalnya, tiga makam itu tertutup dengan kaca di sekelilingnya. Namun, atas permintaan putera sulung Soekarno, Guruh Sukarno, kaca itu pun dibuka tahun 2001. ''Kala itu diganti dengan kayu jati yang diukir sebagai pembatas. Namun, sejak tahun 2005, Bu Megawati minta agar kayu itu dilepas dan dibiarkan terbuka,'' papar juru kunci makam Bungkarno, Tarmudji, kepada Republika.
Sejak saat itulah, makam Bung Karno terbuka untuk umum. Dan setelah itu pula ratusan peziarah dan wisatawan setiap hari mengunjungi kompleks pemakaman ini. Mereka yang datang bukan hanya dari Blitar atau Jatim, tapi juga dari seluruh wilayah nusantara, seperti Papua, Aceh, Medan, dan Kalimantan. Para pengunjung juga ada yang berasal dari Jepang, Belanda, Jerman, Australia, Thailand, dan Singapura.
Umumnya mereka mengaku kedatangannya ke makam ini selain ingin melihat lebih dekat benda-benda peninggalan Soekarno, juga memahami perjuangan presiden pertama RI ini dalam merebut kemerdekaan RI. Menurut Tarmudji, pengunjung makam akan lebih ramai pada saat musim liburan sekolah dengan jumlah wisatawan bisa mencapai 2.000 orang. ''Apalagi jika bertepatan dengan haul Bung Karno. Jumlah pengunjung bisa mencapai puluhan ribu.''
Ramainya pengunjung ini tampaknya tidak lepas dari kenyamanan di dalam ruang makam. Ada mushalla dan juga taman sebagai tempat peristirahatan. Diding taman diukir dengan corak sebuah istnana kerajaan yang mengalirkan air. Sehingga suasananya enak dipandang dan menyejukkan. Keluar dari pemakaman, pengunjung disuguhi dengan beragam suvenir yang bernilai artistik dan unik. Mulai dari tas, kaos, baju, dompet, hingga peralatan rumah tangga lainnya yang bergambar Sokerano.
Dari sana, kita dapat melanjutkan wisata ke kediaman keluarga besar Bung Karno di Jalan Sultan Agung, guna melengkapi pengetahuan bagaimana cerminan kepribadian presiden pertama RI bersama keluarganya. Rumah tersebut dikenal dengan sebutan Rumah Istana Gebang. Istana Gebang ini terlihat sangat sederhana untuk orang selevel presiden. Bangunan seluas 500 meter persegi itu berdiri di atas lahan 2 hektare.
Rumah ini memiliki lima kamar. Kamar 1 dan 2 merupakan ruang khusus Bung Karno. Sedangkan kamar nomor tiga ditempati kakaknya, Soekarmini Wardojo Sosrodihardjo. Sementara dua kamar lainnya dihuni orangtuanya, R Soekeni dan Ny Ida Aju Njoman Rai Soekeni Sosrodihardjo. Rumah tersebut selain dihiasi patung-patung Bung Karno juga foto-foto keluarga. Perabotan rumah yang terkesan kuno dan antik ikut melengkapi isi rumah.
Naik Becak Atau Jalan Kaki
Makam Bung Karno terletak di Jalan Slamet Riyadi, sekitar dua kilometer ke arah utara pusat kota Blitar. Sedangkan Gedung perpustakaan dan museum Bung Karno berada di Jalan Kalasan.
Bagi wisatawan yang akan ke makam Bung Karno, dari terminal Patria, Blitar, bisa naik angkutan kota yang melewati Jalan Penataran atau Jalan Mayjen Sungkono dengan membayar ongkos Rp 2.000. Atau bisa naik ojek motor dengan ongkos yang hampir sama. Hanya saja, kalau naik ojek turun di SMAN Blitar.
Dari sana, pengunjung bisa memilih naik becak atau jalan kaki, sebab hanya berjarak sekitar 200 meter. Kalau naik becak, dengan ongkos Rp 6.000, kita akan diantar berkeliling ke makam Bung Karno serta perpus dan museum kemudian dilanjutkan ke kediaman Bung Karno di Jalan Sultan Agung. Pengunjung juga akan diantar pulang ke tempat naik becak semula, apakah di Jalan Mayjen Sungkono atau di Jalan Penataran.
Makam presiden pertama RI yang berada di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, itu sekaligus menjadi tempat ziarah ribuan orang, termasuk para pejabat dan mantan pejabat pemerintah RI. Hampir semua presiden, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono, pernah berkunjung ke makam tersebut. Menurut penjaga makam, selain sebagai objek wisata, dan tempat berziarah, makam Bung Karno juga dipakai sebagai tempat ajang pertemuan sejumlah politikus. ''Mulai tukang becak hingga presiden berwisata dan berjiarah ke makam ini, dan bahkan tempat ini sering dipakai sebagai pertemuan para politikus,'' ujarnya.
Kompleks makam Soekarno memang kini menjadi salah satu tujuan wisata di Balitar. Saat ini tidak kurang dari 500 pengunjung setiap hari memadati makam yang berlokasi di jalan Slamet Riyadi tersebut. Seorang pengunjung dari Jakarta, Irwandi, menuturkan kompleks makam Bung Karno mengingatkan kita akan proses perjuangan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia. ''Kita juga bangga bahwa Soekarno dulu tersohor di kalangan bangsa-bangsa dunia sebagai pemimpin yang tegas. Kita bisa mengetahuinya setelah melihat foto-foto dan komentar sejumlah kalangan yang tertulis di museum ini,'' ujarnya.
Lokasi makam ini hanya sekitar dua kilometer dari Terminal Blitar. Begitu masuk pintu gerbang kompleks, pengunjung akan ditawari bunga untuk bahan-bahan ziarah ke makam. Setelah mengisi daftar tamu, pengunjung pun bisa langsung menuju pintu gerbang makam Bung Karno. Di kawasan ini ada pendopo yang bersiri tiga makam. Sebelah kanan ayah Bung Karno, R Soekeni Sosrodihardjo (wafat 15 Mei 1945), sementara sebelah kiri, makam ibunda proklamator RI, Ny Ida Aju Njoman Rai Soekeni Sosrodihardjo (wafat 12 September 1958). Sedangkan di tengah, di antara dua makam tersebut adalah tempat Bung Karno dikebumikan yang di atasnya ditandai dengan nisan batu hitam.
Ketiga makam tersebut dibangun tahun 1978 dan diresmikan Presiden Soeharto 12 Juni 1979. Awalnya, tiga makam itu tertutup dengan kaca di sekelilingnya. Namun, atas permintaan putera sulung Soekarno, Guruh Sukarno, kaca itu pun dibuka tahun 2001. ''Kala itu diganti dengan kayu jati yang diukir sebagai pembatas. Namun, sejak tahun 2005, Bu Megawati minta agar kayu itu dilepas dan dibiarkan terbuka,'' papar juru kunci makam Bungkarno, Tarmudji, kepada Republika.
Sejak saat itulah, makam Bung Karno terbuka untuk umum. Dan setelah itu pula ratusan peziarah dan wisatawan setiap hari mengunjungi kompleks pemakaman ini. Mereka yang datang bukan hanya dari Blitar atau Jatim, tapi juga dari seluruh wilayah nusantara, seperti Papua, Aceh, Medan, dan Kalimantan. Para pengunjung juga ada yang berasal dari Jepang, Belanda, Jerman, Australia, Thailand, dan Singapura.
Umumnya mereka mengaku kedatangannya ke makam ini selain ingin melihat lebih dekat benda-benda peninggalan Soekarno, juga memahami perjuangan presiden pertama RI ini dalam merebut kemerdekaan RI. Menurut Tarmudji, pengunjung makam akan lebih ramai pada saat musim liburan sekolah dengan jumlah wisatawan bisa mencapai 2.000 orang. ''Apalagi jika bertepatan dengan haul Bung Karno. Jumlah pengunjung bisa mencapai puluhan ribu.''
Ramainya pengunjung ini tampaknya tidak lepas dari kenyamanan di dalam ruang makam. Ada mushalla dan juga taman sebagai tempat peristirahatan. Diding taman diukir dengan corak sebuah istnana kerajaan yang mengalirkan air. Sehingga suasananya enak dipandang dan menyejukkan. Keluar dari pemakaman, pengunjung disuguhi dengan beragam suvenir yang bernilai artistik dan unik. Mulai dari tas, kaos, baju, dompet, hingga peralatan rumah tangga lainnya yang bergambar Sokerano.
Dari sana, kita dapat melanjutkan wisata ke kediaman keluarga besar Bung Karno di Jalan Sultan Agung, guna melengkapi pengetahuan bagaimana cerminan kepribadian presiden pertama RI bersama keluarganya. Rumah tersebut dikenal dengan sebutan Rumah Istana Gebang. Istana Gebang ini terlihat sangat sederhana untuk orang selevel presiden. Bangunan seluas 500 meter persegi itu berdiri di atas lahan 2 hektare.
Rumah ini memiliki lima kamar. Kamar 1 dan 2 merupakan ruang khusus Bung Karno. Sedangkan kamar nomor tiga ditempati kakaknya, Soekarmini Wardojo Sosrodihardjo. Sementara dua kamar lainnya dihuni orangtuanya, R Soekeni dan Ny Ida Aju Njoman Rai Soekeni Sosrodihardjo. Rumah tersebut selain dihiasi patung-patung Bung Karno juga foto-foto keluarga. Perabotan rumah yang terkesan kuno dan antik ikut melengkapi isi rumah.
Naik Becak Atau Jalan Kaki
Makam Bung Karno terletak di Jalan Slamet Riyadi, sekitar dua kilometer ke arah utara pusat kota Blitar. Sedangkan Gedung perpustakaan dan museum Bung Karno berada di Jalan Kalasan.
Bagi wisatawan yang akan ke makam Bung Karno, dari terminal Patria, Blitar, bisa naik angkutan kota yang melewati Jalan Penataran atau Jalan Mayjen Sungkono dengan membayar ongkos Rp 2.000. Atau bisa naik ojek motor dengan ongkos yang hampir sama. Hanya saja, kalau naik ojek turun di SMAN Blitar.
Dari sana, pengunjung bisa memilih naik becak atau jalan kaki, sebab hanya berjarak sekitar 200 meter. Kalau naik becak, dengan ongkos Rp 6.000, kita akan diantar berkeliling ke makam Bung Karno serta perpus dan museum kemudian dilanjutkan ke kediaman Bung Karno di Jalan Sultan Agung. Pengunjung juga akan diantar pulang ke tempat naik becak semula, apakah di Jalan Mayjen Sungkono atau di Jalan Penataran.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» Bung Karno dan Muhammadiyah
» Makam Uje pun Mulai Jadi Tempat "Pesugihan"
» Berita mistis seputar ustadz gaul Uje
» Makam Uje berbau wangi, sama seperti makam amrozy & imam samudera
» ziarah makam
» Makam Uje pun Mulai Jadi Tempat "Pesugihan"
» Berita mistis seputar ustadz gaul Uje
» Makam Uje berbau wangi, sama seperti makam amrozy & imam samudera
» ziarah makam
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik