FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Tazkiyah An NAfs Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Tazkiyah An NAfs Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Tazkiyah An NAfs

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Tazkiyah An NAfs Empty Tazkiyah An NAfs

Post by keroncong Sat Nov 19, 2011 5:54 am

"Sesungguhnya Allah telah memberi karunia orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS. Ali 'imran : 104)

Kesesatan dan dekadensi moral di kalangan pemuda pada jaman sekarang sudah di ambang pintu yang menakutkan. Hampir tiap detik selalu ada informasi kenakalan pemuda dan orang tua sebagai buah dari kebejatan moral mereka. Dan telah banyak dari kalangan pemerintah atau lembaga sosial yang berusaha untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di atas, namun selalu menemui hambatan-hambatan atau sering kali tidak membuahkan suatu penyelesaian persoalan, namun malah dapat menumbuhkan persoalan-persoalan baru.

Sebenarnya persoalan di atas dapat diselesaikan dengan tuntas jika penyelesaian itu mengakar pada persoalannya, tidak hanya sekedar penyelesaian yang bersifat terapi shock, misalnya menyelesaikan persoalan penggunaan pil ines (ekstasi) di kalangan pemuda, yang sekarang sudah sangat terasa dampak negatifnya dengan cara penggerebekan di berbagai tempat. Cara ini tidak bisa menyelesaikan masalah, namun akan menimbulkan masalah baru, yaitu mereka (pengguna ekstasi) akan membuka lahan baru dan demikian seterusnya. Seharusnya penyelesaian itu secara tuntas sampai ke akar-akarnya, yaitu dengan perubahan sistem ini. Apakah sistem undang-undang hukum bagi pengguna ekstasi atau sistem-sistem yang lain. Karena kebenaran sistem itu saling berkaitan, maka dengan perubahan sistem ke arah sistem yang Islami secara total tidak akan memberikan tempat kepada pengguna ekstasi, alkoholic, pelacuran, pembunuhan dan lain-lain. Karena secara otomatis sistem Islam tidak akan mentolerir kejahatan-kejahatan yang ada pada jaman sekarang ini.

Tetapi, apakah cukup hanya dengan perubahan sistem semata? Tidak, karena pada jaman Abasiyah dan Ummawiyah dimana sistem Islam sudah berjalan secara total, masih banyak di kalangan pejabat dan rakyat yang terjangkiti penyakit hati seperti hasud, dengki, cinta dunia, perampokan, pelacuran bahkan yang berkaitan dengan penyelewengan aqidah juga masih ada pada waktu itu. Jadi, dari sini nampak jelas bahwa sebuah perubahan yang baik tidak hanya dari perubahan pemikiran (aqidah) semata, atau perubahan rohani (masalah hati) serta perubahan dari aktivitas ritual (ibadah), akan tetapi harus menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga bisa menjadikan umat yang terbaik (khoiro ummah).

Dari ayat di atas, kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasalam membentuk masyarakat Arab dengan tiga sistem (cara) pembinaan yang terpadu, yang selalu terkait dan berkesinambungan, dengan mengandalkan tarbiyah sampai ke tingkat mafahim, tidak hanya sekedar ta'lim (pengajaran) atau ma'lumat (Islamologi), serta sistem pembinaan yang menyeimbangkan aspek rohani (jiwa) dan jasmani (raga), menyeimbangkan pola pikir dan pola dzikir. Tiga sistem itu adalah : aqidah (pemikiran dasar), tazkiyah (pensucian jiwa) dan tsaqofah (pengajaran Al Qur'an dan As Sunnah)([1]).

Pada kali ini, akan dibahas mengenai tazkiyah, sedangkan aqidah sudah dibahas pada materi Pembinaan Dasar, dan untuk Tsaqofah insya Allah akan dibahas menyusul.



Tazkiyah An-Nafs

Dengan pemikiran saja tidak akan cukup untuk mengubah suluk manusia, karena berapa banyak orang yang memiliki pemikiran yang sangat tinggi tentang fikrah Islam, bahwa sholat, zakat dan puasa itu wajib, tetapi ketika ia sholat, hati (qolbu) nya jarang hadir (khusyu'). Ketika berzakat hatinya riya' dan ketika puasa ia masih hasud, ghibah dan riya'. Dan betapa banyak orang-orang yang 'alim, mengerti tentang fikrah Islam, tetapi hatinya keras, tidak ber-tasamuh dengan pendapat yang lain, padahal pendapat itu masih masuk pada lapangan ijtihad.

Dari hal-hal tersebut di atas, sangat jelas bahwa untuk mengubah suluk manusia antara pemikiran dan tazkiyah an nafs harus berjalan bersama-sama. Dan jika kita berbicara tentang tazkiyah an nafs maka tidak akan terlepas dari masalah hati (qolbu). Hal ini disebabkan karena hakekat manusia tidak terletak pada wujud materialnya melainkan pada kesadaran berketuhanan yang berada pada wujud material itu. Kesadaran yang menggerakkan, menyenntuh dan melarangnya untuk dan dari sesuatu, adalah qolbu, yang jika ia baik, maka baik pula jasadnya dan jika ia buruk maka buruk pula jasadnya.



Pembagian Qolbu

1. Qolbun Salim

Yaitu hati yang selamat dari kesirikan. Qolbun salim ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa pada Allah, yaitu orang-orang yang selalu pada setiap aktivitasnya terikat pada hukum syara' serta orang-orang yang hatinya tidak terjangkiti penyakit-penyakit seperti riya', ingin populer, hubbul maal dan lain sebagainya.

Allah berfirman :

"Hari dimana harta dan anak-anak tiada berguna lagi, kecuali qolbu yang sejahtera." (QS. Asy Syu'ara : 88-89)

Berkata Ibnu Abbas : Qolbun Salim adalah bersaksi bahwa tiada Ilah kecuali Allah." Sedangkan Sya'id bin Musayyib berkata : Qolbun salim adalah qolbun shohih (benar), dan ia adalah qolbu orang-orang yang beriman. Abu Utsman An Naisaburry berkata bahwa ia adalah hati yang selamat dari bid'ah (syar'iyyah) dan tenang menuju as sunnah([2]).

2. Qolbun Saqim (Terjangkiti penyakit hati)

Yaitu hati yang terjangkiti penyakit-penyakit hati. Seperti orang yang sholat, tapi riya' dan tidak pernah khusyu', serta sering mendholimi orang lain. Atau sholatnya tekun, tetapi zinanya langganan, puasanya penuh tetapi serakah, zakatnya istiqomah namun judinya juga rutin. Inilah orang yang memiliki hati yang masih terjangkiti penyakit-penyakit kejiwaan (hati). Dan orang-orang seperti ini disebut muslim 'aashi, yaitu orang muslim yang telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul Nya. Allah berfirman dalam QS. Al Hasyr : 10

"Dan mereka yang mengikuti jejak kaum Muhajirin dan Anshar sampai hari kiamat, mengucapkan do'a: "Ya, Tuhan kami, ampunilah dosa kami, dan dosa saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami. Dan janganlah Engkau biarkan kedengkian sampai bersarang dalam hati kami terhadap orang-orang beriman. Ya, Tuhan kami, Engkau sungguh-sungguh Maha Penyantun dan Penyayang."

Firman yang lain dalam QS. Ali Imron : 154

"Kemudian sesudah kamu berduka cita, Allah menurunkan kepadamu, disertai rasa kantuk yang menguasai segolongan di antaramu sedang segolongan lagi merasa cemas, sehingga timbul prasangka mereka yang tidak benar terhadap Allah seperti prasangka orang-orang di zaman jahiliyah. Mereka bertanya : "Masih adakah harapan untuk menang bagi kita agak sedikit?" Jawablah : "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam hatinya hal-hal yang tidak diterangkannya kepadamu. Mereka berkata lagi: "Kalau benar-benar kita mendapat pertolongan sebagaimana yang akan dikatakan Muhammad, niscaya kita tidak akan terbunuh di tempat ini". Katakanlah : "Sekiranya kamu berada di rumahmu masing-masing, niscaya orang-orang yang sudah ditakdirkan akan mati terbunuh itu, akan menampakkan diri juga menuju ke tempat gugurnya, Allah hendak menguji keikhlasan yang bersemi dalam dadamu dan menguji kemurnian imanmu dan Allah Maha Mengetahui isi hatimu."

Namun dia tidak termasuk orang-orang yang kekal di neraka, selama dia tidak keluar dari Islam, dan tidak menganggap halal perbuatan maksiatnya, tetapi perbuatan itu dia lakukan karena kebodohannya. Dan nantinya setelah dosa-dosanya dilebur di neraka akan kembali menghadap Allah dengan qolbun salim, Insya Allah.

Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab : 5

"Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf (karena kebodohanmu) padanya, tetapi (yang ada dosa) adalah apa-apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dan hadits yang diriwayatkan dari Abi Sa'id Al Khudry r.a., Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Dan Allah memasukkan ahli neraka pada neraka, kemudian Dia berkata (pada malaikatNya) : Carilah orang yang di hatinya masih kalian temukan sebiji kecambah dari iman, keluarkanlah dari neraka. Maka mereka dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke sungai (telaga) kehidupan, mereka tumbuh kembali (menjadi manusia yang utuh), sebagaimana tumbuhnya kecambah dari pinggiran sungai. Tidaklah kalian lihat bagaimana ia tumbuh berwarna kuning-kuning yang melangkung ?" (HR. Bukhori dan Muslim)



3. Qolbun Makhtum (Hati yang Tertutup)

Yaitu hati yang tertutup dari hidayah Allah. Dan yang memiliki hati ini adalah orang-orang kafir, karena hatinya sudah tertutup dari hidayah taufiqnya Allah. Selama ia tidak kembali dengan mencari jalan kebenaran dan hatinya selalu "keras" menolak kebenaran, maka ia tidak bisa mendapatkan hidayah taufiq tersebut, sehingga tertutuplah hatinya. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 7

"Allah telah menutup hati dan pendengaran mereka serta penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."

Firman Allah yang lain dalam QS. Al Maidah ayat 13

"Tetapi karena mereka melanggar janji, maka Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hatinya keras membatu."

Mereka inilah yang kekal di neraka, karena tidak lagi patuh pada Allah dan Rasul Nya, serta menghalalkan segala cara untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 39

"Dan orang-orang yang kufur dan yang berbohong terhadap ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."



Aktivitas Khusus Bagi Qolbu

Aktivitas hati yang paling mendasar dan sekaligus sebagai landasan dalam beragama adalah mahabbah (cinta) pada Allah Ta'ala. Karena cinta pada Allah itu yang nantinya akan dilihat olehNya, bukan hal-hal yang lain, tetapi inti dari aktivitas hati. Sebagaimana hadits Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam :

"Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk fisikmu, tetapi Allah melihat pada kalbumu."

Memang Allah tidak menilik rupa, melainkan kalbu, yaitu kalbu yang hidup yang berhubungan langsung dengan Allah, yang meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan hisab Nya, mengharapkan selalu rahmat Nya dan menghindari siksaNya. Kalbulah yang menjadi andalan satu-satunya tatkala menghadap Kholiq Nya, yakni pada : "Hari dimana harta dan anak pinak tiada berguna lagi, kecuali kalbu yang sejahtera." Tanpa kalbu yang hidup dan penuh yakin, manusia ini pada hakekatnya adalah mati :

"Apakah orang-orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu ia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.?" (QS. Al An'am : 122)

Jadi cinta kepada Allah adalah sebagai sarana aktivitas khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk menghidupkan yang mati. Sedangkan untuk bisa mencintai Allah Ta'ala, maka harus melalui cinta pada Rasul Nya. Allah telah berfirman :

"Katakanlah : Bila kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku ! Niscaya Allah akan mencintai dan mengampuni dosa-dosamu ! Allah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Demikian juga dalam QS. Al Maidah ayat 35 :

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah pada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada Nya dan berjihadlah pada jalan Nya, supaya kalian mendapat keberuntungan."

Yang dimaksud wasilah disini adalah tempat yang tertinggi di surga, dan itu hanya milik Rasulullah, jadi untuk bisa mencapai nilai takwa yang sebenarnya pada Allah Ta'ala harus memintakan wasilah itu untuk Rasulullah dan orang yang memintakan wasilah itu untuk Rasulullah tidak mungkin kecuali ia mencintainya.Jadi perintah Allah (dalam QS. Al Maidah ayat 35) untuk mencari wasilah agar dapat mendekat pada Nya, pada hakekatnya adalah perintah untuk mencintai Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasalam.

"Dari Abi Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda: Jika kalian bersholawat padaku, maka mintalah untukku wasilah. Ditanya : Wahai Rasulullah, apa wasilah itu? Beliau menjawab : Tempat yang tertinggi di surga, tidak dapat memperolehnya kecuali satu orang saja dan berharap menempatinya." (HR. Imam Ahmad dan At Tirmidzy)([3])

Dari sini bisa disimpulkan bahwa mencintai Allah dan Rasul Nya adalah aktivitas inti untuk bisa menghidupkan hati. Itulah inti khusus dari aktivitas hati. Dan hal itu harus senantiasa terjaga, terpelihara dan istiqomah agar tetap bisa menghadap Allah dengan hati yang sejahtera (qolbun salim). DR. Yusuf Qordhowi juga berpendapat bahwa hati, sebagaiman jasad juga butuh terhadap tiga hal, yaitu pemeliharaan, santapan dan pengobatan.([4])



A. KEBUTUHAN-KEBUTUHAN HATI

Hati (qolbun) harus dijaga dan dipelihara dari lingkaran setan, cinta dunia, yang nyata-nyata merupakan bentuk kejahatan dan sumber penyakit. Untuk itu pemeliharaannya harus pula dibarengi dengan penanaman keyakinan akan akherat, selalu menyadari keadaan (yang hanya bersifat semu) yang kita miliki ketimbang keagungan milik Allah, yang pertama bersifat fana, dan yang kedua bersifat Kekal. Allah berfirman dalam QS. An Nahl : 96

"Apa-apa yang ada di sisimu akan binasa dan apa-apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."

Pemeliharaan kalbu harus senantiasa terus dilakukan, agar tidak ada celah yang membuat setan bisa memasukinya. Adapun pemeliharaannya dilakukan dengan dua hal :



I. MENJAGANYA DARI TEMPAT-TEMPAT YANG BISA DIMASUKI SETAN

Ketahuilah bahwa kalbu itu semisal benteng pertahanan manusia, sedangkan musuhnya adalah setan yang berusaha untuk bisa masuk ke benteng itu dengan mencari celah-celahnya. Oleh karena itu benteng itu harus terjaga, dan tidak mungkin seseorang bisa menjaga tanpa mengetahui celah-celah dari benteng itu, karena justru celah-celah itulah yang harus mendapat perhatian untuk dijaga. Demikian pula dengan hati, ia memiliki celah-celah yang harus kita jaga agar setan tidak bisa masuk. Adapun celah-celah yang harus kita jaga adalah:

1. Iri Hati (Hasud) atau Ambisi (Hirsh) terhadap Sesuatu untuk Menjadi Miliknya

Iri hati (hasud) juga merupakan celah kalbu yang bisa berbahaya jika tidak dijaga, karena dengan celah iri hati setan/iblis mampu membuat permusuhan dan kebencian, dan hasud tidak bisa dipisahkan dari keduanya. Iri hati termasuk sifat yang sangat tercela dan dapat menimbulkan sifat-sifat yang tercela lainnya, sehingga mampu menghabiskan kebaikan-kebaikan yang dimiliki manusia. Rasulullah bersabda :

"Iri hati itu memakan kebaikan-kebaikan, sebagaimana api memekan kayu bakar." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Dan sabda yang lain :

"Janganlah kamu saling iri, saling memutus hubungan dan saling membenci, serta jangan pula saling membelakangi. Jadilah kalian semua hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana yang telah Allah perintahkan pada kalian." (HR. Bukhori dan Muslim)

Jenis hasud dan macam-macamnya :

1. Membenci kenikmatan yang diperoleh orang lain dan menyukai hilangnya nikmat itu dari orang tersebut.

2. Tidak menyukai hilangnya nikmat itu dan menginginkan perolehan yang serupa, hal ini disebut ghibthoh.([5])

Yang pertama hukumnya haram, sebagaimana dijelaskan oleh hadits diatas, kecuali kenikmatan yang diperoleh seorang durhaka, di mana kenikmatan itu dilakukan untuk hal-hal yang terlarang, seperti merusak dan menyakiti orang lain. Bom nuklir yang dimiliki oleh negara-negara kafir (Amerika, Cina, Perancis dan sebagainya), maka tidaklah mengapa menyukai hilangnya nikmat itu dari orang-orang tersebut, dalam kaitan penggunaannya sebagai alat perusak.

Adapun sifat hasud ini pada dasarnya sama dengan ungkapan marah pada keputusan Allah dalam mengutamakan sebagian hambaNya atas sebagian yang lain, tanpa ada alasan dan kebolehan untuk berbuat demikian. Dan tidak ada kemaksiatan yang lebih besar atas kebencian seseorang terhadap kesenangan seorang muslim, tanpa ia memperoleh kerugian dan bahaya darinya. Allah telah memberikan isyarat :

"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana mereka bergembira karenanya."

Kegembiraan semacam ini disebut syamaatah, yakni kegembiraan atas bencana dan musibah yang menimpa orang lain. Jadi hasud dan syamaatah ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Adapun mengenai ghibthoh, yakni menginginkan kenikmatan seperti yang diperoleh orang lain dan mendapatkan kenikmatan yang serupa untuk dirinya, selama tidak menyukai hilangnya nikmat itu dari orang tersebut, dan tidak membenci tetapnya nikmat-nikmat itu dari orang tersebut, maka hal ini tidak dilarang dalam agama.

Tetapi menginginkan berpindahnya nikmat orang lain itu sendiri padanya, karena niat tersebut memang menjadi tuntutan dan cita-citanya, maka hal ini merupakan sikap tercela. Allah Ta'ala telah berfirman :

"Dan janganlah kamu mengharap-harapkan karunia yang telah dilebihkan oleh Allah pada sebagian kamu atas sebagian yang lain." (QS. An Nisa' : 32)

2. Suka marah (Ghodhob)

Orang yang sedang marah biasanya lupa daratan, dia sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Marah merupakan celah yang sangat berbahaya bagi hati jika tidak dijaga. Dan menurut Ibnu Qudamah, marah mampu membinasakan dan melemahkan akal yang sehat.([6]) Dan sebagaimana diriwayatkan dari Ja'far, bahwa :

"Marah (yang tidak terkendali) adalah kunci segala sesuatu kejelekan." ([7])

Demikian pula firman Allah dalam QS. Al Fath : 26

"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul Nya dan kepada orang-orang yang beriman."

Allah Ta'ala mencela orang-orang kafir atas apa yang mereka perlihatkan berupa kesombongan yang muncul dari kemarahan, dan memuji orang-orang yang beriman dengan menurunkan ketenangan atas mereka.

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata pada Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, "Ya Rasulullah, suruhlah aku untuk mengerjakan satu amalan, tetapi yang sedikit saja." Maka bersabdalah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam : "Jangan marah !" Kemudian orang itu mengulangi permintaannya, maka bersabdalah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam, "Jangan marah !" Kemudian Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda pula "Siapakah yang dianggap orang kuat diantara kamu ?"Para sahabat menjawab, "Orang yang tidak bisa dikalahkan oleh orang banyak." Rasullullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda : "Bukan itu, tetapi yang dapat menahan dirinya ketika marah HR. Bukhori dan Muslim).([8])

Tingkatan marah (Disadur dari Mau'idhotul Mu'minin)

Perlu diketahui bahwa hati tempat bersemayamnya daya marah manusia. Dan untuk daya marah ini, tiap manusia berbeda-beda, jika dilihat secara riil dalam kehidupan manusia, maka daya marah ini ada tiga macam :

a. Melenyapkan daya marah atau melemahkannya. Hal ini merupakan perbuatan tercela. Orang seperti inilah yang dikatakan tidak mempunyai sikap membela diri. Padahal Allah Ta'ala memerintahkan pada kita untuk bersifat marah dan keras terhadap pelaku-pelaku kekufuran yang dengan terang-terangan menentang Allah. Allah berfirman dalam QS. Al Fath : 29

"Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya (para sahabat) adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir."

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman kepada Nabi-Nya :

"Perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikaplah keras terhadap mereka."

Sikap keras ini tidak lain merupakan pengaruh dari kekuatan pembelaan diri yang bersumber pada sifat marah.

b. Daya marah yang melampaui batas, yakni senantiasa memenangkan sifat marah sehingga keluar dari siasat akal. Marah seperti inilah yang dicela oleh Rasulullah pada hadits diatas.

c. Daya marah yang sesuai dengan petunjuk syara' dan akal, sehingga kemarahan itu bangkit manakala ada keharusan untuk membela diri dan melemah manakala kesabaran merupakan jalan yang terbaik. Dan memelihara kemarahan dalam batas pertengahan inilah kelurusan yang diperintahkan Allah kepada hamba-hamba Nya. Dan itulah yang diisyaratkan Rasulullah dalam sabdanya :

"Sebaik-baiknya perkara adalah pertengahannya." (HR. Baihaqi)

Keutamaan menahan marah

Allah berfirman dalam QS. Ali Imran 133 - 134 :

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang menahan amarah adalah termasuk golongan orang-orang yang bertakwa. Ampunan Allah akan mereka peroleh, disamping surga Nya yang disediakan bagi mereka, maka betapa mulianya balasan yang mereka peroleh ini.

Rasulullah bersabda :

"Barang siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menahan dari siksa Nya, dan barang siapa mengemukakan udzur kepada Tuhannya, Allah akan menerima udzurnya. Dan barang siapa menyimpan lisannya, Allah akan menutupi aibnya." (HR. Thobarani dan Baihaqi).

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan orang Arab yang kasar berkata kepada Umar r.a., "Demi Allah, engkau tidak memutuskan dengan adil dan tidak memberi cukup banyak." Mendengar itu marahlah Umar r.a., sehingga tampak tanda kemarahan di wajahnya. Maka berkatalah salah seorang laki-laki kepadanya : "Wahai Amirul mu'minin, tidakkah engkau mendengar firman Allah :

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A'raf : 199)

Sedangkan orang ini termasuk orang yang bodoh." Maka rendahlah amarah Umar r.a., dan dimaafkannya orang itu.

3. Senang Berhias (Hubbu aty-Tazyin)

Ketika manusia hidupnya hanya dipenuhi kesenangan yang selalu ingin menghias dirinya sehingga hampir setiap saat pergi ke boutique untuk mencari pakaian tren / mode terbaru. Atau senang menghias rumahnya dan selalu hidupnya hanya untuk berhias pada sesuatu yang seharusnya sudah cukup baik. Maka orang tersebut telah kemasukan syaithon / penyakit dalam hatinya sehingga hidupnya merugi karena selalu dikejar-kejar kemewahan dunia yang semu.

4. Selalu Kenyang (Syiba')

Sesungguhnya kenyang itu dapat menguatkan syahwat dan emosi untuk selalu mengumbar nafsu. Sebaliknya, kenyang justru dapat melemahkan seseorang dari ketaatannya pada Allah karena realitanya orang yang terlampau kenyang maka karbohidratnya banyak sehingga orang itu mengantuk, akhirnya ia malas untuk melakukan aktivitas ibadah.

5. Tamak

Orang muslim hendaknya tidak bersifat tamak dan tidak menginginkan apa yang ada ditangan orang lain, dan tidak pula berkeinginan mencari harta dengan jalan menghalalkan segala cara. Demikian itu agar dia tidak ternodai oleh ketamakannya yang akan menjerumuskannya pada akhlak yang buruk dan munkar. Namun manusia memang bertabiat tamak dan tidak merasa puas. Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam bersabda :

"Seandainya anak Adam (manusia) itu memiliki dua lembah dari emas, niscaya ia menginginkan tambahan lembah yang ketiga." (HR. Bukhori dan Muslim)

Jadi sikap tamak harus benar-benar dijauhi , karena juga merupakan celah yang sangat berbahaya jika tidak dijaga. Caranya, yaitu harus dengan diyakini bahwa rizki itu yang memberikan adalah Allah semata.

6. Terburu-buru dalam beraktivitas tanpa berpikir terlebih dahulu, juga merupakan celah hati yang sangat berbahaya. Rasulullah bersabda :

"Tergesa-gesa adalah sifat dari setan dan perlahan-lahan (berpikir sebelum bertindak) adalah perbuatan yang diridhoi Allah." (HR. Tirmidzi)

7. Cinta harta, pangkat dan popularitas, juga merupakan celah hati yang harus senantiasa dijaga karena merupakan aktivitas tercela yang mengakibatkan fitnah atas manusia.

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan disisi Allahlah pahala yang besar." (QS. Ath Thoghobun : 15)

Dan firman Nya yang lain :

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (QS. Al 'Alaq : 6-7)

Rasulullah bersabda :

"Binasalah orang-orang yang memperbanyak harta, kecuali orang yang mengatakan harta itu untuk hamba-hamba Allah sekian dan sekian, akan tetapi sedikit sekali orang yang seperti itu." (HR. Bukhori dan Muslim)

Cinta harta yang dimaksud disini adalah mencintai harta lebih dari segala-galanya sehingga melalaikan dzikir pada Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan dari mengingat Allah. Barang siapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. Al Munafiqun : 9)

Untuk menjaga celah ini dengan meyakini bahwa rezeki semata-mata di tangan Allah.

8. Membanggakan golongan (Ta’ashub), juga merupakan celah hati yang berbahaya, dan jika tidak dijaga akan mengakibatkan permusuhan dikalangan umat Islam.

9. Buruk sangka, menggunjing, Mencela (Su'udzon, ghibah, tajassus) dan tidak adanya kasih sayang sesama muslim dengan membuka aib-aib mereka. Semua itu juga merupakan penyakit-penyakit hati yang bisa menjadi celah bagi masuknya setan, maka ia harus dijaga dengan menjauhi perbuatan-perbuatan itu semua, dengan mengikat tali persaudaraan secara kuat. ([9])

Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al Maliky berkata : "Barang siapa yang di hatinya tidak ada kasih sayang atas semua orang Islam, lebih-lebih terhadap orang yang tertimpa musibah dan bala' dan orang-orang lemah serta orang-orang miskin maka ia termasuk berhati keras dan lemah imannya serta jauh dari Tuhannya."([10])



II. MENJAUHKAN DIRI DARI HAL-HAL YANG MENGHANCUR-KAN HATI (AL-MUHLIKAT)

Sesuatu yang dapat menghancurkan hati biasanya berkaitan dengan Dosa-dosa Besar. Namun dalam kaitannya dengan pembahasan hati, Dosa besar yang dimaksud di sini adalah Dosa-dosa yang berkaitan dengan batin yaitu hati, bukan masalah-masalah dhohir. Adapun Muhlikat (yang menghancurkan hati) yang harus kita hindari adalah sebagai berikut:

1. Menyekutukan Allah Subhaanahu wata'aala (Syirik)

Adapun macam-macam aktivitas yang masuk dalam kategori Syirik adalah sebagai berikut :

a. Menjadikan sebagian dari Rizqi yang didapat, dipersembahkan kepada selain Allah SWT.

Hal semacam ini sering kita lihat, misalnya membuat sesaji untuk Mbah Rekso, Mbah Slamet, Si Penunggu Pohon, atau untuk Si Manis Jembatan Ancol agar jembatan yang dilewatinya tidak memberikan madhorat, meletakkan padi, jagung dan yang lainnya pada awal pendirian rumah, menginjak telur bagi pengantin, maka itu semua termasuk kategori syirik dalam ibadah kepada Allah Subhaanahu wata'aala. Dan perbuatan ini jelas akan merusak hati, sehingga tidak akan pernah sampai kepada Allah Subhaanahu wata'aala.

"Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka; "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami." Maka sajian-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan sajian-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, mak sajian-sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu." (QS. Al An'am : 136)

b. Mempersembahkan Sembelihan kepada selain Allah SWT.

Misalnya mengadakan pengorbanan kepada Nyai Roro Kidul dengan menyembelih seekor kerbau yang di buang di Laut Selatan, agar Sang Nyai tidak murka lagi (karena kehilangan selendang). Atau mengadakan sembelihan yang diperuntukkan bagi arwah-arwah nenek moyang. Itu semua termasuk dalam kategori Syirik dalam Ibadah. Karena pengorbanan dengan penyembelihan hanya diperuntukkan semata-semata kepada Allah Subhaanahu wata'aala.

"Sesungguhnya Kami memberikan padamu Telaga (Al-Kautsar), maka sholatlah untuk-Ku dan berkorbanlah untuk-Ku juga." (QS. Al Kautsar: 1-2)

Dan diriwayatkan dari Ali radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullaah Shollallaahu 'alaihi wassalam bersabda:

"Allah mela'nat orang yang menyembelih tidak diperuntukkan bagi Allah ..." (HR. Muslim)

c. Berdo'a kepada selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala

Allah telah menjelaskan bahwa do'a itu adalah ibadah, dalam Firman-Nya, QS. Ghafir ayat 60

"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoa'alah kepada-Ku, niscaya akan kukabulkan padamu." Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari (menyembah-Ku) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina."

Demikian pula sabda Rasulullaah Shalallaahu'alaihi wassalam;

"Doa itu adalah ibadah" (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Jadi barang siapa yang berdo'a kepada selain Allah, maka ia telah beribadah kepadanya. Sehingga ia bisa masuk zona syirik. Allah berfirman; QS. Al A'raf: 194

"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah adalah makhluk yang lemah yang serupa dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkan mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar."

d. Bertahkim kepada selain Hukum Allah

Barang siapa yang meninggalkan Hukum Allah dan menggantinya dengan Hukum yang dibuat oleh manusia, seperti Undang-undang atau Aturan-aturan yang bertentangan dengan Syari'at Islam ( Konsep Islam ), maka berarti ia telah menyembah ( beribadah ) kepada selain Allah, karena Hukum itu adalah Ibadah. Allah Subhaanahu wata'aala berfirman:

"Tiada Hukum kecuali milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya , itulah Agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (QS. Yusuf : 40)

Jadi orang-orang yang mengganti Sistem Islam ini dengan sistem-sistem yang lain, termasuk dalam kategori Syirik, yang harus dijauhi oleh setiap muslim.

e. Menghalalkan kemungkaran dan senang akan tersebarnya kemungkaran itu

Orang-orang yang senang baik secara dhohir maupun batin akan tersebarnya Kema'siatan, serta menghalalkan perbuatannya itu, maka ia termasuk Kufur yang imannya hilang, meskipun ia beranggapan bahwa dirinya seorang muslim. Dan bagaimana ia beranggapan seperti itu bersamaan dengan itu ia menghalalkan perempuan-perempuan yang membuka aurat di pasar, bahkan menghina dan mengejek masyarakat Islam yang melaksanakan Ajaran Islamnya secara kaffah. Maka untuk itu, kita tidak diperkenankan untuk duduk berdampingan dan bersenang-senang dengan mereka, Allah Subhaanahu wata'aala berfirman :

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Qur'an , bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang Kafir ), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya ( Kalau kamu berbuat demikian ) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah mengumpulkan semua Orang-orang Munafiq dan Orang-orang Kafir di dalam Jahannam." (QS.An Nisa' : 140 )

f. Mengaku-aku memiliki Ilmu Ghaib

Jika seseorang mengaku-aku memiliki Ilmu Ghaib, maka ia telah berbuat Syirik dan Kekufuran, karena yang memiliki Ilmu dan yang mengetahui Keghaiban hanyalah Allah dan Rosul-rosul-Nya yang dikehendaki. Allah berfirman dalam QS. Al Jin : 27

"Ialah yang mengetahui Keghaiban, maka Keghaiban itu tidak diberikan pada siapapun kecuali dari kalangan Rasul yang dikehendaki..."

Masuk kategori orang yang mengaku-aku dalam masalah keghaiban adalah dukun atau paranormal dan percaya pada ramalannya (takahhun). Dan tentang hal itu Rasulullah bersabda :

"Barang siapa yang datang pada dukun dan ia mempercayai omongannya, maka ia telah Kafir terhadap yang diturunkan pada Rosulullaah Shollallahu 'alaihi wassalam." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi serta Abu Dawud)

g. Tathayyur

Sebagian dari kita berkeyakinan hari baik dan hari buruk. Bahwa hari, bulan atau tahun tertentu dapat membawa kesialan atau keberuntungan. Maka, pada hari-hari yang diyakininya membawa kesialan, dia tidak mau melangsungkan hajatnya, semisal mendirikan rumah, menikahkan, bepergian, membuka usaha, dan lain-lain. Terlebih pada hari yang disebutnya "Rabu Wekasan." Rabu terakhir bulan Shafar ini diyakini sebagai hari na'as. Pada hari itu menurut pendapatnya, 2000 bala' turun dari langit. Persis pada hari itu banyak orang tidak menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya. Inilah yang disebut dengan tathayyur. Ada juga yang saking takutnyakemudian melakukan sholat Rabu Wekasan atau sholat tolak bala'. Benarkah itu ?

Memang, ada sebuah hadits yang mengatakan :

"Hari Rabu adalah hari sial selamanya." (Hadits dhoif riwayat Ath Thabarani).

Ceritanya, dahulu pada hari Rabu diturunkan penyakit pada Nabi Ayyub, dilahirkannya Fir'aun, Fir'aun mengaku menjadi tuhan dan hari dimana Fir'aun dan tentaranya tenggelam di lautan Merah. Namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa hari Rabu Allah menciptakan sungai dan pepohonan. Dalam kitab Ta'lim Muta'aliim, diterangkan bahwa pada hari Rabu Allah menciptakan nuur (cahaya). Ulama' banyak menganjurkan mengaji ilmu pada hari Rabu, sebab ilmu adalah cahaya, dan cahaya diciptakan pada hari Rabu. Bila kita hitung-hitung, maka kesimpulan antara keberuntungan dan kesialannya adalah fifty-fifty.

Bila kita mau menengok hukum syara', sebenarnya "Al ayyaam kulluha lillah, semua hari itu kepunyaan Allah." Yang menjadikan bahaya dan madharat tiada lain hanyalah Allah Ta'ala. Jadi, tidak ada kamus hari baik atau hari buruk. Secara sunnatullah memang ada, sebagaimana manusia ada yang baik, juga ada yang buruk. Dengan demikian buruk atau tidaknya sesuatu tergantung pada keyakinan orangnya. Bila dia berkeyakinan hari itu buruk, maka bisa jadi buruk, sebab disamping Allah memenuhi kebutuhan lahiriyah, juga memenuhi kebutuhan batiniyah. Dalam hadits Qudsi,

"Aku (Allah) menurut persangkaan hambaKu."

Karena keyakinan ini amat mengkhawatirkan, bisa jadi membuat umat menjadi syirik, maka syara' menegaskan :

"Tidak ada tanda-tanda kesialan (thiyarah), dan tidak ada pula bahaya bulan Shafar."

Agar tidak timbul kesan kurang baik pada bulan Shafar, Nabi kemudian menambahkan namanya "Shafarul khoir, bulan Shafar yang membawa kebaikan." Imam Al Munawi menyebutkan :

"Siapa yang tathayyur, maka kesialan akan menimpanya." ([11])

Bila tidak (berkeyakinan begitu), maka tidak (pula ada kesialan). Mengenai sholat Rabu Wekasan, karena sholat itu ibadah tauqifi (ibadah yang diatur oleh sunnah Rasul), maka tidak usah diistilahkan demikian. Bila kita ingin dijauhkan dari bahaya, mohonlah pertolomgan dengan sholat hajat atau dengan berdoa.

h. Belajar Sihir, Memiliki Jimat, dan berdo'a dengan menggunakan nama-nama Jin

Dan barang siapa yang mempelajari sihir, berdo'a dengan menggunakan nama-nama jin / syaithan, seperti memanggil jaelangkung serta memiliki jimat-jimat yang menyebut nama-nama jin tertentu dan melakukan aktivitas-aktivitas untuk menyihir seseorang agar senang pada istrinya atau membencinya, maka itu semua adalah Kekufuran dan termasuk kategori syirik. Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah :102, yang terjemahannya sebagai berikut :

"Dan mereka mengikuti Apa (Kitab-kitab Sihir) yang dibaca oleh Syaithan-syaithan pada masa Kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan; Sulaiman itu mengerjakan Sihir), padahal Sulaiman tidaklah Kafir (mengerjakan Sihir). Mereka mengajarkan Sihir pada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu) sebab itu janganlah kamu Kafir." maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (Ahli Sihir) tidak memberikan madhorat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi madhorat kepadanya dan tidak memberi manfa'at. Demi Allah, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang telah menukarnya (Kitab Allah) dengan Sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akherat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan Sihir, kalau mereka mengetahui."

Dan sabda Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam:

"Tidak termasuk golongan kami orang berdukun atau minta didukunkan , bersihir atau minta disihirkan, atau meminta baik pada kondisi tertentu (seperti hari baik) atau dimintakan baik pada kondisi tertentu" (HR. Al Bazzar dengan Sanad Baik)

i. Mentaqdiskan sesuatu yang tidak ada artinya

Mensucikan dan menganggap keramat benda-benda tertentu seperti cincin, keris, batu atau pohon besar, dimana benda-benda itu diyakini bisa mendatangkan madhorat dan manfa'at adalah termasuk perbuatan syirik (lepas dari pada adanya kekhususan / khasiat yang diberikan Allah pada benda-benda tertentu, seperti daun simbuan berkhasiat pembersih perut, dan lain sebagainya). Juga termasuk dalam kategori ini aktivitas-aktivitas pentaqdisan yang bersumber dari ajaran kebangsaan atau acara-acara seremonial yang sudah mentradisi, seperti pembukaan Pekan Olah raga dengan api.

Karena syirik adalah perbuatan hati, maka seorang baru dihukumi syirik karena menjalankan hal-hal tersebut diatas dengan penuh keyakinan, sedangkan yang menjalankannya karena ikut-ikutan maka ia dihukumi bodoh. Allah berfirman dalam QS. Al Ahzab ayat 5 :

"Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu salah (karena kebodohanmu) kepadanya, tetapi (yang ada dosa) yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Nabi Musa 'alaihis salam menjawab ulah kaumnya yang didasari kebodohan dengan ucapan :

"Sesungguhnya kalian kaum yang bodoh."

bukan dengan ucapan :

"Sesungguhnya kalian orang-orang yang musyrik."

Syirik adalah paling besarnya hal yang merusak hati, karena syirik adalah kedholiman yang besar. Allah berfirman dalam QS. Luqman : 13

"Sesungguhnya syirik adalah kedholiman yang besar."

Karena itu Allah Subhanahu wata'ala tidak akan mengampuni dosa syirik. Allah berfirman dalam QS. An Nisa' ayat 48

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain itu, bagi orang yang dikehendaki Nya."

2. Ragu terhadap Agama (Syak Fid-Din)

Ragu tehadap nilai-nilai agama bisa terjadi pada setiap orang, yang demikian itu sangatlah barbahaya oleh karenanya harus dihilangkan dari hati setiap muslim dengan bersungguh-sungguh memahami nilai-nilai aqidah Islamiyah, seperti menganggap bahwa ajaran semua agama adalah benar.

Termasuk sebagian keraguan pada agama adalah menafikan dengan yakin akan kema'shuman Rasulullah dan menganggap bahwa beliau adalah sama dengan orang-orang biasa dalam segala hal. Inti keraguan itu nantinya bisa bercabang pada keraguan-keraguan yang lain.

3. Sombong ( Kibr )

Sombong adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan ia termasuk perusak (Muhlikat) pada hati yang salim, karena ia merupakan sifat-sifat Syaithan atau Iblis. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala; QS. Al Baqarah :34

"Ketika Kami berkata kepada malaikat-malaikat: "Bersujudlah kalian pada Adam, maka mereka bersujud kecuali Iblis, ia enggan dan sombong, dan ia termasuk orang-orang yang Kufur."

Sombong (Kibr) adalah aktivitas yang sangat dibenci oleh Allah, sebagaimana dalam Firman-Nya dalam QS. An Nahl : 23

"Sesungguhnya ia tidak mencintai orang-orang yang sombong."

Adapun berpakaian yang baik dan bersandal yang bagus secara tidak bangga dan menghina orang lain, dengan itu semua, maka aktivitas-aktivitas itu tidak termasuk sombong. Rasulullah bersabda :

"Tidak masuk Syurga (bersama-sama dengan orang-orang Assabiqunal awwalun) orang yang di dalam hatinya ada seberat atom dari kesombongan. Berkata seorang laki-laki: "Wahai Rasulullah!", seorang laki-laki yang menyenangi pakaian bagus, sandalnya bagus (apakah ia sombong?), maka Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya Allah adalah Indah dan menyukai keindahan, Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)

Meskipun sombong itu ada dalam hati, namun ia bisa terlihat melalui tanda-tandanya sebagai berikut :

1. Suka dikedepankan (tashaddur) diantara manusia.

2. Suka menampakkan diri dengan kapasitasnya.

3. Kalau duduk selalu minta di depan agar diketahui orang bahwa ia adalah baik.

4. Jalannya dibuat-buat supaya tampak indah.

5. Tidak suka kalau ucapannya dibantah, padahal ia tahu bahwa ucapannya memang salah.

6. Suka meremehkan manusia dan membangga-banggakan keturunannya (Mis: Ningrat atau darah biru).

Seorang muslim seyogyanya bersikap tawadhu' untuk menjauhi aktivitas-aktivitas yang membuat ia sombong. Rasulullah bersabda :

"Barang siapa yang tawadhdhu'(rendah hati), maka Allah akan meninggikannya. Dan Barang siapa yang sombong, maka Allah akan merendahkannya." ( HR. Atthobarani )

4. Riya'

Dari sebagian muhlikat yang terbesar adalah riya', yaitu: menuntut pujian dari manusia ketika melakukan aktivitas ibadah([12]). Bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wassalam menamai riya' dengan syirik kecil / khofiy. Allah berfirman:

"Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka beramallah dengan amal yang baik dan jangan menyukutukan beribadah pada Tuhannya dengan apapun." (QS. Al Kahfi : 110)

Lihat juga QS. Al Ma'un : 4-7.

Rasulullah bersabda :

"Barang siapa berpuasa ingin dilihat (orang), maka ia telah berbuat Syirik. Dan barang siapa sholat ingin dilihat, maka ia syirik serta barang siapa ia bershadaqah ingin dilihat manusia, maka ia telah berbuat syirik." (HR. Imam Ahmad)

5. Bangga Diri (Ujub)

'Ujub adalah pandangan manusia pada kemampuannya dan kekuatannya, namun ia lupa bahwa itu semua adalah anugerah Allah pada dirinya.

Allah berfirman dalam Q.S. At Taubah : 25

"Pada hari Hunain ketika banyaknya kalian membuat kalian bangga diri (`ujub), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa'at kepadamu sedikitpun."

Bahaya `ujub :

1. Mendorong pada perbuatan sombong.

2. Adapun berhubungan dengan Allah, `ujub dapat menyebabkan seseorang melupakan dan mengabaikan dosa-dosanya di masa lalu.

3. Melahirkan kekaguman atas amal-amal ibadah yang ia lakukan, sebenarnya ia lupa bahwa aktivitas ibadah yang ia lakukan berkat rahmat Allah pula.

4. Menganggap dirinya paling suci dan paling benar.

Rasulullah bersabda :

"Ada tiga perkara yang membinasakan, yaitu : orang kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan kekaguman seseorang pada dirinya." (HR. Abusy-Syaikh)

Dan firman Allah QS. An Najm : 32

"........ Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci."

6. Tertipu Diri (Al Ghurur / Al-Ightiror)

Al Ghurur inipun termasuk sebagian Muhlikat yang bisa merusak hati. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Fathir : 5

"Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini menipu kamu dan janganlah sekali-kali Syaithan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah."

Macam-macam Tertipu Diri :

a. Tertipu diri bagi orang-orang yang tho'at. Misalnya; seorang yang senang melakukan Sholat Malam, kemudian ia merasa bangga dengan hal itu, sehingga ia menganggap bahwa orang-orang yang tidak sholat malam adalah tidak sebaik dirinya.

b. Tertipu diri bagi orang-orang yang berbuat ma'shiyat. Misalnya; seorang berbuat ma'shiat kemudian ia bertaubat dan beristighfar pada-Nya dengan lisannya tanpa menyertai syarat-syarat taubat, namun ia menganggap telah diampuni oleh Allah.

c. Mengandalkan kesholihan para leluhurnya, sedang ia seorang yang banyak bermaksiat, dan tidak mengikuti jejak mereka.

d. Bergabung dengan suatu jama'ah, dan beranggapan bahwa jamaahnya adalah jama'ah yang paling benar konsepnya dan paling baik, yang ditandai dengan meremehkan jama'ah yang lain.

Macam-macam muhlikat tersebut diatas akan merusak hati manusia, dan apabila hatinya rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Rusak jasad seluruhnya dapat diartikan dua arti :

1. Mempengaruhi kerusakan seluruh anggota jasad dalam aktivitasnya, karena itu yang terlihat hanyalah kemaksiyatan, kejahatan dan keburukan.

2. Mempengaruhi kerusakan seluruh amalnya, dalam arti terhapus pahalanya. Karena hasud misalnya, akan dapat menghapus pahala sholatnya, pahala puasanya, pahala hajinya dan lain-lain.

Bersabda Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam dalam riwayat hadits Bukhori dan Muslim:

"Ingatlah, bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah ! itu adalah HATI."

B. SANTAPAN HATI

Setelah kalbu kita terpelihara dari penyakit-penyakit yang sangat merusak itu, maka tibalah gilirannya kita memberinya konsumsi / santapan segar, yaitu dengan selalu mengadakan hubungan dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan tiga hal :

a. Berdzikir (Selalu ingat kepada Allah dalam semua aktivitas), apakah dzikir bil qolbi, dzikir bil lisan, dzikir bil qolbi wal lisan wal jawarih (anggota badan), seperti sholat, dzikir bit tafakkur dan macam-macam dzikir lainnya.([13])

b. Bersyukur atas karunia yang diberikan Allah, apapun yang diterima, yang ditandai dengan patuh menjalankan perintah-perintah Nya dan selalu memuji Nya, sekaligus sabar dan tawakkal atas musibah yang menimpanya yang ditandai dengan tidak pernah mengeluarkan kata penyesalan (al jaza'), karena semuanya dikembalikan kepada Allah dan diterima dengan hati yang lapang.

c. Husnul Ibadah, dengan memperhatikan ittiba' sunnah Rasul, syarat, rukun dan adab-adabnya, jika itu adalah mahdhoh. Dan jika itu ibadah 'ammah dengan segala perkataan dan perbuatan yang diridhoi Allah karena keikhlasan semata-mata kepada Nya..

Untuk menunjang terlaksanya husnul ibadah, perlu faktor penunjang sebagai amal rutinitas dalam rangka melatih diri untuk pendekatan diri kepada Allah, diantaranya :

1. Mengutamakan pelaksanaan ibadah-ibadah fardhu, kemudian mengiringinya dengan sunnah (nawafil)

2. Melazimkan sholat berjama'ah.

3. Merutinkan qiyamul lail dan sholat witir.

4. Iltizamat-iltizamat tertentu seperti mebaca Al Qur'an, sholawat, aurad-aurad yang ma'tsur dari Rasulullah dan Salafush Sholih.

5. Menjadikan aktivitas keduniaan menjadi ibadah dengan husnun niyah.

Tiga santapan bergizi tersebut didasari dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu Huzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim yang berbunyi :

"Wahai Mu'adz, demi Allah aku mencintaimu, maka janganlah kamu meninggalkan do'a pada setiap akhir sholat; "Ya Allah berilah aku pertolongan untuk dapat berdzikir kepada-Mu, bersyukurk kepada-Mu dan baiknya ibadahku pada-Mu."



C. PENGOBATAN HATI

Tidak bisa dipungkiri, bahwa hati manusia bisa terjangkiti penyakit, maka dalam kondisi seperti ini obatnya satu yaitu :

a. Meneliti sebab penyakitnya setelah itu bertaubat dengan mengganti aktivitas yang lebih baik.

b. Mengadakan riyadhotun nafs, mis; puasa-puasa sunnah, qiyamul lail, dzikir muhasabah, atau sering berkumpul dengan orang-orang yang sholeh.

c. Istiqomah dalam melakukan aktivitas-aktivitas Munjiyat, yaitu aktivitas-aktivitas yang membuat qolbu / hati itu selamat dari penyakit-penyakit hati.

Adapun aktivitas-aktivitas Munjiyat itu bisa diringkas sebagai berikut :

1. Ikhlas dan memperbaiki niat (Husnun niyyah)

Ikhlas pada Allah dengan niat yang benar adalah aktivitas yang bisa menghasilkan maqom yang mulia. Niat sangat penting dan berperan utama dalam melakukan aktivitas.

Rasulullah bersabda :

"Sesungguhnya aktivitas-aktivitas itu sah /sempurna dengan niat ... " (HR. Bukhori Muslim)

Dan sabdanya yang lain

"Niatnya seorang mukmin lebih baik dari aktivitasnya." (HR. Al-Baihaqy dan Ath-Thobaroni)

Yang demikian itu disebabkan bahwa niat adalah amal hati, sedangkan hati adalah sesuatu yang paling mulia dari seluruh anggota tubuh manusia. Jadi niat adalah lebih baik dari aktivitas anggota manusia.

Dengan demikian diharuskan bahwa seorang muslim haruslah beraktivitas dengan niat yang baik semata-mata mencari ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman dalam QS. Al Isra` : 19

"Barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik."

2. Taubat

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam QS. An Nur : 31

"Dan bertaubatlah kalian kepada Allah semuanya, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung."

Adapun syarat-syarat Taubat adalah sebagai berikut :

1. Menyesal dalam hati atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
2. Berlepas dari perbuatan dosa tersebut.
3. Berkeyakinan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut kembali.
4. Memperbanyak Istighfar

Hati selalu terkena bias-bias penyakit dan muhlikat, oleh sebab itu kita harus memperbanyak istighfar agar Allah mengampuni sekaligus menghilangkan penyakit hati itu dari diri kita. Allah berfirman dalam QS. Al Muzammil : 20

"Beristighfarlah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

4. Berharap atas Rahmat Allah dan Takut akan Adzab-Nya

Agar dapat mencapai qolbun salim, maka manusia harus selalu berharap ( Roja' ) akan rahmat-Nya dan takut (khouf ) akan adzab-Nya. Kedua sifat ini harus dimiliki oleh seorang mu'min dalam keseimbangan tidak roja'-nya yang lebih kuat dari pada khoufnya atau sebaliknya. Allah berfirman dalam QS. Al Isra : 57

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa diantara mereka yang lebih dekat ( kepada Allah ) dan mengharap rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya..."

5. Sabar

Sabar dalam keta'atan, sabar dari kemaksiatan dan sabar keetika menghadapi musibah adalah ciri qolbun salim, disamping karena orang yang sabar akan bersama-sama dengan Allah, dalam QS. Al Baqarah ayat 153 Alloh berfirman :

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar."

6. Bertawakkal kepada Allah dan ridho atas ketentuannya-Nya

Seorang mu'min harus bertawakkal atas segala keputusan yang telah diambil, yakni memasrahkan semua urusan hanya pada Allah, agar dicintainya oleh-Nya dalam QS. Ali Imran : 159

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal."

Ridho atas segala keputusannya-Nya apapun keputusannya apakah keputusan itu membuat terkekangnya nafsu, hancurnya harta tetap kita harus ridho pada keputusan-Nya. Oleh karena itu seorang muslim haruslah bersikap husnudzon pada Allah dengan ridho kepada segala ketentuannya, maka Allah pun akan meridhoi-Nya. Allah berfirman dalam QS. Al Bayyinah : 8.

"Allah ridho pada mereka, merekapun ridho pada Allah."

7. Selalu Bersama dengan Allah, mencintai-Nya dan Dekat pada-Nya

Dekat dan cinta pada-Nya suatu amal yang paling mulia. Karena posisi itu hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar beriman pada Allah.

Firman Allah dalam QS. Al Baqarah : 165

"Dan orang-oran gyang beriman (pada Allah) adalah sangat mencintai Allah."

Rasulullah bersabda :

"Tiga hal yang barang siapa berada padanya akan menemukan manisnya iman : yaitu Allah dan Rasulnya paling dicintai dari segala hal ........" (HR. Syaikhoni)

Dan pertanda cinta pada Allah adalah mengikuti dengan baik dan benar sunnah Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasalam. Dalam QS. Ali Imron : 31

"Katakanlah (wahai Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah Saya, sehingga Allah mencintai kalian dan mengampuni atas dosa-dosa kalian, dan Allah adalah Maha Pengampun lagi pengasih."

8. Berfikir positif, mengurangi angan-angan yang kosong dan banyak mengingat mati

Memperbanyak berfikir tentang ciptaan-ciptaan Allah, ni'mat-ni'mat yang telah diberikan dan hari akhirat yang menantinya, dan mengurangi berangan-angan (yang kosong) dengan memperbanyak ingat (dzikir) akan kematian serta persiapan-persiapan apa yang harus dilakukannya untuk menghadapi kematian. Itu semua adalah aktivitas-aktivitas yang baik, yang akan mengantarkan manusia pada maqom mahmudah (tempat terpuji di sisi Allah).

Demikianlah, aktivitas-aktivitas Munjiyat, karena waktu dan tempat yang terbatas, sehingga aktivitas-aktivitas Munjiyat yang lain belum dapat dibahas.

Setelah kita memahami aktivitas-aktivitas hati, pemeliharaannya, pengobatannya serta santapannya, maka kalau dipraktekkan dalam kehidupan kita, akan dapat melahirkan Qolbun Salim pada diri kita, yang dengannya akan melahirkan semangat perjuangan untuk tetap mempertahankan kejayaan Islam sampai akhir jaman, Insya Allah.

Wa Allahu A’lamu bi ash-Showaab.


[1] Ma’had Nurul haramain, Materi Pembinaan Ke-Islaman Tingkat Dasar, hal. iv.

[2] Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir , jilid II, hal. 651

[3] Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir, juz I, hal. 514

[4] Yusuf Al-Qordhowi, At Tarbiyah Al Islamiyah wa Madrosah, Hasan Al Banna, Terjemahan, hal. 14

[5] Mau'idhotul Mu'minin, hal 252

[6] ---------------, Mukhtashor Minhajul Qoshidin, hal. 1

[7] M. Jamaluddin Al Qosimy, Mau'idhotul Mu'minin, hal. 242)

[8] M. Jamaluddin Al Qosimy, Mau'idhotul Mu'minin, hal. 242

[9] QS. Al Hujurat : 10-13

[10] Qul Hadihi Sabiliy, hal 12

[11] Imam Al-Munawi, Faidhul Qodir, juz I hal. 47

[12] Dr. Sayyid Muhammad, Qul Hadihi Sabili, -----

[13] Mengenai Dzikir, bisa dilihat pada mansyuroh yang berjudul : "Al Ghoflah wal Marodh", pada Al Mu'tashim Edisi lama No. 2, dan Edisi baru No.1
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik