Buddhist hujati Kristen, Dijawab Islam
Halaman 1 dari 1 • Share
Buddhist hujati Kristen, Dijawab Islam
Buddhist says: http://www.laskarislam.com/t4808-beyond-belief-senjata-buddhisme-untuk-memerangi-kristenisasi#52505
umat Buddhis menyangkal keberadaan Tuhan karena Tuhan dalam Kristen digambarkan sebagai sesuatu yang personal dan umat kristen menggambarkannya seperti "seseorang". Sebagaimana hujan, mereka menyangkal bahwa hujan dijadikan oleh "seseorang". tetapi tidak menyangkal bahwa hujan disebabkan oleh "sesuatu". sama sekali tidak berpikir bahwa "seseorang" yang dimaksud oleh orang kristen itu adalah "sesuatu" menurut bahasa buddhis.
sedangkan dalam Islam, jelas tuhan itu adalah dzat laisa kamitslihi, dzat yang tidak ada hal serupa dengan Nya. jika tidak menyangkal bahwa segala sesuatu bersebab, maka sebab-sebab ini adalah "tangga menuju tuhan". A disebabkan oleh B. B disebabkan oleh C, D, E, dst. pertanyaannya, apakah sebab ini berujung atau tidak berujung? jika tidak berujung, maka dalam filsafat Islam disebut "Tasalsul", yaitu teori yang mustahil terjadi. jika sebab ini berujung pada suatu hal yang tidak bersebab, maka itulah yang dimaksud dengan Tuhan.
penyangkalan umat buddha terhadap ketiadaan disangkal oleh teori kemustahilan Daor Wa Tasalsul.
Kaum zindiq (Atheis) berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada. Mereka berkata bahwa Tuhan merupakan bagian dari daya khayal manusia. Ketika mereka ditanya, lalu bagaimana mulanya alam semesta ini tercipta? Mereka berkata bahwa alam semesta tercipta begitu saja tanpa ada yang menciptakan. Alam semesta adalah kejadian yang berlangsung terus menerus, tanpa awal dan tanpa akhir. Dalam hal ini, keyakinan kaum theis dan atheis memiliki titik temu, yakni pada “Yang Awal”, “Yang Qadim”, “Yang Kekal” dan “Yang Berdiri Sendiri” dan “Yang Akhir”. Tetapi perbedaan antara kaum theis dan atheis adalah dalam hal pemaknaan asma-asma tersebut. Bagi kaum atheis, makna dari asma-asma tersebut tak lain adalah “alam semesta”. Sedangkan menurut theis, makna dari asma-asma tersebut adalah “pencipta alam semesta”, yakni Tuham Rabbul Alamin.
Kaum atheis adalah kumpulan orang yang tidak berhasil menemukan keberadaan tuhan melalui filsafatnya. Keyakinan mereka atas ketiadaan Tuhan tegak diatas teori daor wa tasalsul. Sedangkan menurut pandangan para ulama, kedua teori yang menjadi landasan kaum atheisme tersebut merupakan hal yang mustahil dan batil.
Apabila kaum atheis menunjukan bukti ketiadaan tuhan dengan teori daor wa tasalsul, maka kaum theis dengan membuktikan kemustahilan daor wa tasalsul telah membuktikan bahwa Tuhan itu wujud (Ada).
Daor adalah saling kebergantungan. A bergantung kepada B. Sedangkan B bergantung kepada A. Atau saling sebab menyebabkan. A menjadi sebab bagi B. Dan B menjadi sebab bagi A. Dengan demikian, B menjadi akibat bagi A. Dan A menjadi akibat dari B. Hal ini adalah mustahil. Secara ilmiah, jika A menjadi sebab bagi B, maka B tidak pernah menjadi sebab bagi A. Sebagai contoh, jika orang makan, maka perutnya kenyang. “kenyang” merupakan akibat dari “makan”. Tapi tidak bisa dibalik bahwa “kenyang” menjadi penyebab orang makan. Karena yang menjadi sebab seseorang makan adalah karena perutnya lapar. Sebab dan akibat tidak pernah berputar, tapi berlanjut. A sebab dari B, B sebab dari C, C sebab dari D, dst. Atau Z akibat dari Y, Y akibat dari X, X akibat dari W, dst. Dan tidak pernah berputar. Dari sini saja sudah terlihat dengan jelas bahwa teori daor dalah suatu kebatilan. Tetapi kaum atheis tidak mudah melihat dan memahami kebatilan teori daor ini, terutama bagaimana mereka menghubungkan kebatilan teori ini dengan keberadaan Tuhan.
Seluruh makhluk adalah “Bergantung”. Bergantung kepada apa? Yakni kepada “wujud” sebelumnya. Manusia hidup bergantung kepada makanan. Makanan bergantung kepada tumbuhan. Tumbuhan bergantung kepada air, dan seterusnya. Tidak ada satupun makhluk yang tidak bergantung. Demikian pula hal ini diyakini oleh para atheis. Perbedaannya, para ahteis tidak meyakini adanya tempat bergantung yang tidak bergantung. Sedangkan para theis meyakini adanya tempat bergantung yang tidak bergantung, Dialah Tuhan. Dan dia itu disebut As-shomad (tempat bergantung). Tapi kaum atheis dapat membantah bahwa secara ilmiah, tidak dapat ditemukan sesuatupun yang tidak bergantung. Karena itu mereka tidak memiliki alasan untuk mengatakan “Ada sesuatu yang tidak bergantung”. Dari sinilah lahirnya teori tasalsul, yakni kebergantungan yang tidak berujung.
Akan tetapi, secara ilmiah pula dapat dibuktikan bahwa segala sesuatu yang wujud, untuk tetap wujud membutuhkan kelestarian wujud lain yang menjadi sebab bagi keberlangsungan wujud dirinya. Akan tetapi, semua ilmuwan mufakat bahwa tidak ada makhluk yang kekal, semua terkena rusak binasa. Seperti misalnya, berapapun panjangnya umur matahari, kelak matahari tersebut bisa rusak, padam dan musnah. Dengan musnahnya sebab, maka musnah pula akibat. Dengan demikian, tasalsul menjadi tidak mungkin. Karena apabila sebab yang awal telah musnah, yang merupakan sebab dengan hirarki tertinggi dari segenap sebab, maka seluruh alam realitas ini menjadi musnah pula dan menjadi lenyap seluruh yang dapat menjadi sebab bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, dengan mestilah ada sebab “yang kekal yang tidak musnah” untuk menjamin berlangsungnya keberadaan.
Daor berarti terwujudnya suatu diri mensyaratkan wujudnya diri lain. Apabila keduanya saling mensyaratkan, maka tidak satupun dari keduanya yang akan terwujud. Banyak contoh-contoh lain yang menunjukan kemustahilan daor di dalam hukum alam semesta. Salah satu contoh yang mungkin lebih mudah dicerna adalah seperti dua orang yang hendak memindahkan batu dari tempat ke tempat B. Si Ahmad berkata, “aku hanya akan memindahkan batu itu ke tempat B, hanya apabila si Mahmud terlebih dahulu memindahkannya ke tempat A” sementara si Mahmud berkata, “saya hanya akan memindahkan ke tempat A, hanya apabila si Ahmad telah memindahkan batu tersebut ke tempat B. Sedangkan batu itu kini berada di tempat C. Si Ahmad tidak mau memindahkan batu ke tempat B, karena si Mahmud belum memindahkan batu itu ke tempat A. Sedangkan si Mahmud juga tidak pernah mau memindahkan batu tersebut ke tempat A, karena Mahmud belum memindahkan batu itu ke tempat B. Dengan syarat menyaratkan seperti ini, maka batu itu tidak akan pernah pindah dari tempatnya. Demikian pula dengan seluruh keberadaan ini, bila bersifat daor, maka keberadaan alam semesta ini tidaklah mungkin terwujud.
Sampai di sini, sebenarnya sudah sangat jelas kemustahil dan kebatilan teori daor wa tasalsul. Apabila kaum atheis masih membantah kemustahilan ini, maka hanya ada dua kemungkinan, pertama, karena kebodohannya dan ketidak mampuan pemikirannya, sehingga mereka tidak mampu melihat dengan jelas kemustahilan. Atas kemungkinan yang pertama ini, maka mereka tergolong kepada golongan orang yang jahil (bodoh), tapi tidak termasuk kepada golongan orang kafir (inkar). Kemungkinan kedua adalah, mereka telah melihat kemustahilan teori daor wa tasalsul, tapi karena kesombongan dirinya, mereka menutup hati mereka, sehingga mereka tetap mengingkari kemustahilan tersebut. Atas kemungkinan kedua ini, berarti mereka termasuk orang-orang kufur (inkar). Oleh karena itu, mari perhatikan, apakah pengingkaran mereka terhadap kemustahilan teori daor ini karena mereka belum mampu mengerti, ataukah karena kesombongan? Apabila karena belum mampu mengerti, maka kewajiban kita semua untuk membantu mereka menemukan jalan agar memahami mana hak dan mana batil. Sebagai halnya sifat seluruh manusia, semua orang termasuk kitapun selalu dalam proses belajar. Tapi apabila mereka mengingkari karena kesombongan, maka kita berlepas diri terhadap diri mereka.
Dalam usaha mereka untuk membuktikan keberadaan Tuhan, orang Kristen terkadang berkata, “Alam semesta ini tidak terjadi begitu saja, seseorang pastilah menciptakan alam semesta ini, maka haruslah ada yang kita sebut Tuhan Sang Pencipta.” Argumen ini memiliki kesalahan yang sangat besar. Ketika hari mulai hujan, kita tidak pernah bertanya, “Siapa yang membuat hujan ini?” karena kita tahu bahwa hujan ini tidak dikarenakan oleh seseorang, akan tetapi hujan ini dikarenakan oleh sesuatu -fenomena alam seperti panas, penguapan, pengendapan dalam bentuk awan, dsb. Ketika kita melihat batu yang halus di sungai, kita tidak bertanya, “Siapakah yang memoles batu-batu itu?” karena kita tahu bahwa permukaan batu yang halus itu tidak dikarenakan oleh seseorang, akan tetapi dikarenakan oleh sesuatu – kejadian-kejadian alam seperti gesekan pasir dan air.
umat Buddhis menyangkal keberadaan Tuhan karena Tuhan dalam Kristen digambarkan sebagai sesuatu yang personal dan umat kristen menggambarkannya seperti "seseorang". Sebagaimana hujan, mereka menyangkal bahwa hujan dijadikan oleh "seseorang". tetapi tidak menyangkal bahwa hujan disebabkan oleh "sesuatu". sama sekali tidak berpikir bahwa "seseorang" yang dimaksud oleh orang kristen itu adalah "sesuatu" menurut bahasa buddhis.
sedangkan dalam Islam, jelas tuhan itu adalah dzat laisa kamitslihi, dzat yang tidak ada hal serupa dengan Nya. jika tidak menyangkal bahwa segala sesuatu bersebab, maka sebab-sebab ini adalah "tangga menuju tuhan". A disebabkan oleh B. B disebabkan oleh C, D, E, dst. pertanyaannya, apakah sebab ini berujung atau tidak berujung? jika tidak berujung, maka dalam filsafat Islam disebut "Tasalsul", yaitu teori yang mustahil terjadi. jika sebab ini berujung pada suatu hal yang tidak bersebab, maka itulah yang dimaksud dengan Tuhan.
penyangkalan umat buddha terhadap ketiadaan disangkal oleh teori kemustahilan Daor Wa Tasalsul.
Kaum zindiq (Atheis) berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak ada. Mereka berkata bahwa Tuhan merupakan bagian dari daya khayal manusia. Ketika mereka ditanya, lalu bagaimana mulanya alam semesta ini tercipta? Mereka berkata bahwa alam semesta tercipta begitu saja tanpa ada yang menciptakan. Alam semesta adalah kejadian yang berlangsung terus menerus, tanpa awal dan tanpa akhir. Dalam hal ini, keyakinan kaum theis dan atheis memiliki titik temu, yakni pada “Yang Awal”, “Yang Qadim”, “Yang Kekal” dan “Yang Berdiri Sendiri” dan “Yang Akhir”. Tetapi perbedaan antara kaum theis dan atheis adalah dalam hal pemaknaan asma-asma tersebut. Bagi kaum atheis, makna dari asma-asma tersebut tak lain adalah “alam semesta”. Sedangkan menurut theis, makna dari asma-asma tersebut adalah “pencipta alam semesta”, yakni Tuham Rabbul Alamin.
Kaum atheis adalah kumpulan orang yang tidak berhasil menemukan keberadaan tuhan melalui filsafatnya. Keyakinan mereka atas ketiadaan Tuhan tegak diatas teori daor wa tasalsul. Sedangkan menurut pandangan para ulama, kedua teori yang menjadi landasan kaum atheisme tersebut merupakan hal yang mustahil dan batil.
Apabila kaum atheis menunjukan bukti ketiadaan tuhan dengan teori daor wa tasalsul, maka kaum theis dengan membuktikan kemustahilan daor wa tasalsul telah membuktikan bahwa Tuhan itu wujud (Ada).
Daor adalah saling kebergantungan. A bergantung kepada B. Sedangkan B bergantung kepada A. Atau saling sebab menyebabkan. A menjadi sebab bagi B. Dan B menjadi sebab bagi A. Dengan demikian, B menjadi akibat bagi A. Dan A menjadi akibat dari B. Hal ini adalah mustahil. Secara ilmiah, jika A menjadi sebab bagi B, maka B tidak pernah menjadi sebab bagi A. Sebagai contoh, jika orang makan, maka perutnya kenyang. “kenyang” merupakan akibat dari “makan”. Tapi tidak bisa dibalik bahwa “kenyang” menjadi penyebab orang makan. Karena yang menjadi sebab seseorang makan adalah karena perutnya lapar. Sebab dan akibat tidak pernah berputar, tapi berlanjut. A sebab dari B, B sebab dari C, C sebab dari D, dst. Atau Z akibat dari Y, Y akibat dari X, X akibat dari W, dst. Dan tidak pernah berputar. Dari sini saja sudah terlihat dengan jelas bahwa teori daor dalah suatu kebatilan. Tetapi kaum atheis tidak mudah melihat dan memahami kebatilan teori daor ini, terutama bagaimana mereka menghubungkan kebatilan teori ini dengan keberadaan Tuhan.
Seluruh makhluk adalah “Bergantung”. Bergantung kepada apa? Yakni kepada “wujud” sebelumnya. Manusia hidup bergantung kepada makanan. Makanan bergantung kepada tumbuhan. Tumbuhan bergantung kepada air, dan seterusnya. Tidak ada satupun makhluk yang tidak bergantung. Demikian pula hal ini diyakini oleh para atheis. Perbedaannya, para ahteis tidak meyakini adanya tempat bergantung yang tidak bergantung. Sedangkan para theis meyakini adanya tempat bergantung yang tidak bergantung, Dialah Tuhan. Dan dia itu disebut As-shomad (tempat bergantung). Tapi kaum atheis dapat membantah bahwa secara ilmiah, tidak dapat ditemukan sesuatupun yang tidak bergantung. Karena itu mereka tidak memiliki alasan untuk mengatakan “Ada sesuatu yang tidak bergantung”. Dari sinilah lahirnya teori tasalsul, yakni kebergantungan yang tidak berujung.
Akan tetapi, secara ilmiah pula dapat dibuktikan bahwa segala sesuatu yang wujud, untuk tetap wujud membutuhkan kelestarian wujud lain yang menjadi sebab bagi keberlangsungan wujud dirinya. Akan tetapi, semua ilmuwan mufakat bahwa tidak ada makhluk yang kekal, semua terkena rusak binasa. Seperti misalnya, berapapun panjangnya umur matahari, kelak matahari tersebut bisa rusak, padam dan musnah. Dengan musnahnya sebab, maka musnah pula akibat. Dengan demikian, tasalsul menjadi tidak mungkin. Karena apabila sebab yang awal telah musnah, yang merupakan sebab dengan hirarki tertinggi dari segenap sebab, maka seluruh alam realitas ini menjadi musnah pula dan menjadi lenyap seluruh yang dapat menjadi sebab bagi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, dengan mestilah ada sebab “yang kekal yang tidak musnah” untuk menjamin berlangsungnya keberadaan.
Daor berarti terwujudnya suatu diri mensyaratkan wujudnya diri lain. Apabila keduanya saling mensyaratkan, maka tidak satupun dari keduanya yang akan terwujud. Banyak contoh-contoh lain yang menunjukan kemustahilan daor di dalam hukum alam semesta. Salah satu contoh yang mungkin lebih mudah dicerna adalah seperti dua orang yang hendak memindahkan batu dari tempat ke tempat B. Si Ahmad berkata, “aku hanya akan memindahkan batu itu ke tempat B, hanya apabila si Mahmud terlebih dahulu memindahkannya ke tempat A” sementara si Mahmud berkata, “saya hanya akan memindahkan ke tempat A, hanya apabila si Ahmad telah memindahkan batu tersebut ke tempat B. Sedangkan batu itu kini berada di tempat C. Si Ahmad tidak mau memindahkan batu ke tempat B, karena si Mahmud belum memindahkan batu itu ke tempat A. Sedangkan si Mahmud juga tidak pernah mau memindahkan batu tersebut ke tempat A, karena Mahmud belum memindahkan batu itu ke tempat B. Dengan syarat menyaratkan seperti ini, maka batu itu tidak akan pernah pindah dari tempatnya. Demikian pula dengan seluruh keberadaan ini, bila bersifat daor, maka keberadaan alam semesta ini tidaklah mungkin terwujud.
Sampai di sini, sebenarnya sudah sangat jelas kemustahil dan kebatilan teori daor wa tasalsul. Apabila kaum atheis masih membantah kemustahilan ini, maka hanya ada dua kemungkinan, pertama, karena kebodohannya dan ketidak mampuan pemikirannya, sehingga mereka tidak mampu melihat dengan jelas kemustahilan. Atas kemungkinan yang pertama ini, maka mereka tergolong kepada golongan orang yang jahil (bodoh), tapi tidak termasuk kepada golongan orang kafir (inkar). Kemungkinan kedua adalah, mereka telah melihat kemustahilan teori daor wa tasalsul, tapi karena kesombongan dirinya, mereka menutup hati mereka, sehingga mereka tetap mengingkari kemustahilan tersebut. Atas kemungkinan kedua ini, berarti mereka termasuk orang-orang kufur (inkar). Oleh karena itu, mari perhatikan, apakah pengingkaran mereka terhadap kemustahilan teori daor ini karena mereka belum mampu mengerti, ataukah karena kesombongan? Apabila karena belum mampu mengerti, maka kewajiban kita semua untuk membantu mereka menemukan jalan agar memahami mana hak dan mana batil. Sebagai halnya sifat seluruh manusia, semua orang termasuk kitapun selalu dalam proses belajar. Tapi apabila mereka mengingkari karena kesombongan, maka kita berlepas diri terhadap diri mereka.
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Buddhist hujati Kristen, Dijawab Islam
Logika orang memindahkan barang tidak bisa dipakai untuk menjawab terjadinya perilaku, arus kesadaran manusia. Seseorang bisa saja mengangkat suatu benda ke tempat B, tanpa harus menunggu org lain mengangkat ke tempat A terlebih dahulu. Kalaulah ia harus menunggu orang lain mengangkat ke tempat A, maka ada dua kemungkinan: orang I itu malas, atau memang hrs demikian prosedurnya. Jadi ada 2 kemungkinan.
Sedang untuk logika terbentuknya kesadaran dimulai dari: kontak dengan indra-->kesadaran indra-->pencerapan objek-->timbul rasa suka, netral, atau benci....kira-kira rantainya seperti itu, tidak bisa langsung dari kontak terus tiba-tiba muncul perasaan suka, netral, atau tidak suka. Dengan maksud, bukannya si "perasaan" itu malas harus nunggu "kontak", "kesadaran", "pencerapan" bekerja dulu...melainkan begitulah keadaannya...LAIN DENGAN logika org ngangkat barang...
Sedang untuk logika terbentuknya kesadaran dimulai dari: kontak dengan indra-->kesadaran indra-->pencerapan objek-->timbul rasa suka, netral, atau benci....kira-kira rantainya seperti itu, tidak bisa langsung dari kontak terus tiba-tiba muncul perasaan suka, netral, atau tidak suka. Dengan maksud, bukannya si "perasaan" itu malas harus nunggu "kontak", "kesadaran", "pencerapan" bekerja dulu...melainkan begitulah keadaannya...LAIN DENGAN logika org ngangkat barang...
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Buddhist hujati Kristen, Dijawab Islam
LETNAN SATU ITU TIPE ORANG YANG SUKA HUJAT NABI. TAPI SEMUA YANG DISAMPAIKANNYA SALAH DAN NGAWUR. LETNAN SATU ITU IBARAT ANAK KECIL BODOH YANG MENGKRITISI PROFESOR. LETNAN SATU ITU IBARAT ORANG BODOH TAPI MENGKRITISI NABI YANG MULIA. LETNAN SATU KALAU DIBANDINGKAN SAMA NABI IBARAT SETITIKN AIR DIBANDING AIR DI SAMUDERA. INTROPEKSI DIRI DULU SEBELUM MENGHUJAT NABI. FORUM INI MENGHUJAT NABI NABI YANG BANYAK BERBUAT KEBAIKAN DI DUNIA INI. SIAPAPUN YANG MENGHUJAT NABI MENUNJUKAN DIRINYA ADALAH MANUSIA YANG PALING BODOH, JAHAT, MUNAFIK, FANATIK. SELAMAT KEPADA LETNAN SATU UNTUK MENUNGGU AJAB ATAU KARMA BURUK MU, KRN MENGHUJAT NABI. SARAN AKU ISI HIDUP INI DGN HENTIKAN KEJAHATAN TAMBAHKAN BANYAK KEBAJIKAN SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN. FORUM INI ANEH MANUSIA SEMULIA NABI DI HUJAT KALAU MAU DIHUJAT ITU TERORIS PENJAHAT PEMERKOSA, ATAU ORANG YANG KERJAANNNYA MENGHUJAT NABI ITULAH YANG PERLU DIHUJAT. JIJIK AKU LIAT MANUSIA YANG SUKA MENGHUJAT NABI. CEPAT TOBAT BROTHER LETNAN SATU
edysusanto74- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 3
Kepercayaan : Budha
Location : medan
Join date : 26.05.13
Reputation : 0
Similar topics
» Dr. zakir Naik | Umat Islam Lebih Kristen Dari pada Umat Kristen
» Perbedaan Islam dan Kristen
» Perangnya kristen vs Islam
» Yesus Back for Kristen or Islam
» hadirilah dialog islam kristen
» Perbedaan Islam dan Kristen
» Perangnya kristen vs Islam
» Yesus Back for Kristen or Islam
» hadirilah dialog islam kristen
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik