keutamaan Quran
Halaman 1 dari 1 • Share
keutamaan Quran
Al-Qur'an nan agung ini adalah wahyu Ilahi, telah diturunkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai penerang, petunjuk dan pedoman serta rahmat yang kekal abadi sampai hari akhir nanti sekaligus menjadi mukjizat dan bukti kebenaran risalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dimana ketika mu'jizat-mu'jizat sebelumnya sirna ditelan masa, musnah digilas perputaran roda zaman, terkubur bersama wafatnya para Rasul pembawanya, tetapi Al-Qur'an tetap tegak memancarkan nur Ilahi keseluruh persada bumi.
Perputaran dan pergantian waktu yang disertai dengan berubah dan beragamnya keadaan dan watak manusia tak akan melunturkannya, wafatnya sang panutan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun tidak memudarkannya. Bahkan serentetan aksi pengingkaran dan penyelewengan serta pengubahan terhadap Al-Qur'an tidak membuatnya kabur sedikitpun. Itulah Al-Qur'an kitab mulia yang kekal keberadaan nya, langgeng hukumnya, iapun kenyal tetap sesuai dengan segala tempat, bangsa dan sepanjang masa.
Betapa sempurnanya Al-Qur'an dengan hukum-hukum dan ajaran-ajaran Ilahi yang tetap aktual dan akurat. Ia berbicara tentang berbagai sudut kehi-dupan tentang aqidah, ibadah, etika pergaulan sesama manusia dan alam sekitarnya, tentang politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Al-Qur'an satu-satunya kitab yang banyak mengandung keajaiban robbani luar biasa, baik itu keindahan susunan kata dan kalimatnya ataupun gaya bahasanya, tak ada yang mampu menandinginya, sekalipun bangsa arab yang ahli sastera dan retorika, bahkan seandainya semua manusia dan jin berkumpul dan saling menolong nicaya tidak akan mampu membuatnya. Banyak kisah-kisah di dalamnya tentang hal-hal masa lalu yang terbukti nyata pada saat sekarang ini.
Betapa agungnya Al-Qur'an dan betapa besarnya kasih sayang Allah Ta'ala kepada kita semua, maka diturunkanNya Kitab mulia yang menunjukkan manusia ke jalan yang akan menyelamatkannya sekaligus menganugerahkan keutamaan-keutamaan yang tak terhingga di dalam menelusuri jalan tersebut. Berikut adalah berbagai macam keutamaan yang berkenaan dengan membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya.
Keutamaan membaca Al-Qur'an Al-Karim:
Membaca Al-Qur'an mendatangkan rahmat Allah Ta'ala
" Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitabullah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian rizqinya yang telah kami anugerahkan kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan suatu perniagaan yang tiada merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya, Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha mensyukuri". (Fathir : 29-30). Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca Al-Qur'an itu lebih utama dari pada membaca tasbih, tahlil dan dzikir-dzikir lainnya.
Perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur'an.
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an ialah ibarat buah utrujjah, baunya harum dan enak rasanya, sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah ibarat buah kurma, tidak berbau tapi manis rasanya. Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an ialah bagaikan wewangian, baunya harum tapi pahit rasanya, sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membca Al-Qur'an adalah bagaikan buah hanzolah, tidak berbau lagi pahit rasanya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pahala membaca Al-Qur'an.
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an, dihitung untuknya satu kebaikan, dan pahala satu kebaikan adalah sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan "Aliif laam miim" itu satu huruf, melainkan Aliif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim adalah satu huruf". (HR. Tirmidzi)
Al-Qur'an menentukan tinggi atau rendahnya tempat di surga bagi pembacanya.
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Nanti akan dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an:"Bacalah (Al-Qur'an) dan naiklah (menempati surga), bacalah ia dengan tartil seperti kamu mentartilkan bacaannya sewaktu di dunia. Sesungguhnya tempatmu itu adalah berdasarkan ayat terakhir yang kamu baca". (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai)
Al-Qur'an akan memberi syafa'at kepada pembacanya besok di akherat
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:"Bacalah selalu Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti untuk memberi syafa'at kepada para pembacanya". (HR. Muslim)
Balasan di akherat bagi orang tua yang anaknya selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur'an
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barangsiapa selalu membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, niscaya Allah akan memakaikan mahkota kepada kedua orang tuanya besok di hari kiamat, yang mana cahaya mahkota tersebut lebih indah dari cahaya matahari yang menyinari rumah-rumah dunia. Maka apakah gerangan balasan pahala yang akan dianugerahkan kepada orang yang membaca dan mengamalkan Al-Qur'an itu sendiri? " (HR.Abu Daud).
Membaca Al-Qur'an secara kontinyu adalah termasuk dambaan setiap muslim
Oleh karena itu mereka yang tidak sempat atau tidak mampu untuk melakukannya akan merasa iri dengan yang lainnya, dan inilah iri hati yang dibenarkan agama. Dalam sebuah hadits shahih Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua hal, yakni: Kepada seseorang yang dianugerahi Allah (kemampuan membaca dan mengamal-kan) Al-Qur'an yang selalu ia lakukan siang dan malam, dan kepada seseorang yang diberi Allah harta kekayaan yang selalu menafkahkannya (di jalan Allah) siang dan malam". (Muttafaq 'Alaih)
Membaca Al-Qur'an akan men-datangkan ketenteraman, ketenangan, kedamaian dan rahmat Allah akan selalu menyertainya
Rasul Shalllalllahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda: "Jika ada sekelompok orang yang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari kitabullah, maka akan turun kepada mereka ketentraman, kedamaian dan dan mereka akan diliputi oleh rahmat serta dikelilingi oleh para malaikat. Dan Allah selalu menyebut mereka di kalangan penduduk langit". (HR. Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud dan Tirmidzi)
Perlunya mempelajari dan mendalami Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah kitabullah yang suci, wahyu Ilaahi yang telah diturunkan Allah kepada Nabi pilihan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang mengandung cahaya robani guna menerangi jalan hidup mereka. Allah berfirman:"Sesungguhnya Al-Qur'an ini selalu memberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (Al-Isra : 9) "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mu'jizat-nya) dan telah Kami turunkan cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)". (An-Nisa: 174) "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi berbagai macam penyakit (yang ada) dalam dada, dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". (Yunus:57)
Untuk memperoleh hikmah dari turunnya Al-Qur'an, kita perlu memahami nya sehingga mengerti maksud dari setiap ayat yang dikandungnya dengan jalan mempelajarinya, untuk itu Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (Al Qamar :22)
Ini adalah suatu jaminan mutlak dari Allah Ta'ala yang tidak pernah diberikan kepada kitab-kitab sebelumnya, suatu jaminan yang maha tinggi dan sangat berharga, tersirat di dalamnya suatu bimbingan bagi mereka yang mengingin kan konsep hidup yang mapan demi meraih kesejahteraan di dunia dan akherat. Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam selaku penerima wahyu Ilahi ini yang telah mengetahui dengan pasti tentang kebenaran Al-Qur'an, memerintahkan ummatnya untuk selalu mempelajarinya, sebagaimana sabdaNya: "Bahwasanya Al-Qur'an ini adalah hidangan Allah, maka belajarlah dari hidanganNya semampu kamu". (Muttafaq 'Alaih)
Mempelajari Al-Qur'an tidak sebatas hanya belajar membaca saja, tetapi ter masuk juga memikirkan, memahami, mendalami dan sekaligus melaksanakan ajaran-ajarannya. Firman Allah Ta'ala: "Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (Shaad: 29) "Maka apakah mereka tidak memper hatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (Muhammad: 24)
Keutamaan mempelajari dan mendalami Al-Qur'an.
Orang yang paling baik adalah yang mempelajari Al-Qur'an kemudian mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an lantas mengajarkannya". (Al-Bukhari)
Allah akan meninggikan atau merendahkan derajat suatu kaum lantaran Al-Qur'an. Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Bahwasanya lantaran Al-Qur'an ini Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkan derajat yang lainnya". (HR. Muslim)
Orang yang pandai membaca Al-Qur'an dan selalu membacanya akan bersama para malaikat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Orang yang selalu membaca Al-Qur'an dan ia pandai dalam hal itu, akan bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, ia akan mendapatkan dua pahala". (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Perputaran dan pergantian waktu yang disertai dengan berubah dan beragamnya keadaan dan watak manusia tak akan melunturkannya, wafatnya sang panutan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun tidak memudarkannya. Bahkan serentetan aksi pengingkaran dan penyelewengan serta pengubahan terhadap Al-Qur'an tidak membuatnya kabur sedikitpun. Itulah Al-Qur'an kitab mulia yang kekal keberadaan nya, langgeng hukumnya, iapun kenyal tetap sesuai dengan segala tempat, bangsa dan sepanjang masa.
Betapa sempurnanya Al-Qur'an dengan hukum-hukum dan ajaran-ajaran Ilahi yang tetap aktual dan akurat. Ia berbicara tentang berbagai sudut kehi-dupan tentang aqidah, ibadah, etika pergaulan sesama manusia dan alam sekitarnya, tentang politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Al-Qur'an satu-satunya kitab yang banyak mengandung keajaiban robbani luar biasa, baik itu keindahan susunan kata dan kalimatnya ataupun gaya bahasanya, tak ada yang mampu menandinginya, sekalipun bangsa arab yang ahli sastera dan retorika, bahkan seandainya semua manusia dan jin berkumpul dan saling menolong nicaya tidak akan mampu membuatnya. Banyak kisah-kisah di dalamnya tentang hal-hal masa lalu yang terbukti nyata pada saat sekarang ini.
Betapa agungnya Al-Qur'an dan betapa besarnya kasih sayang Allah Ta'ala kepada kita semua, maka diturunkanNya Kitab mulia yang menunjukkan manusia ke jalan yang akan menyelamatkannya sekaligus menganugerahkan keutamaan-keutamaan yang tak terhingga di dalam menelusuri jalan tersebut. Berikut adalah berbagai macam keutamaan yang berkenaan dengan membaca Al-Qur'an dan mempelajarinya.
Keutamaan membaca Al-Qur'an Al-Karim:
Membaca Al-Qur'an mendatangkan rahmat Allah Ta'ala
" Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitabullah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian rizqinya yang telah kami anugerahkan kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka mengharapkan suatu perniagaan yang tiada merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya, Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha mensyukuri". (Fathir : 29-30). Sebagian ulama berpendapat bahwa membaca Al-Qur'an itu lebih utama dari pada membaca tasbih, tahlil dan dzikir-dzikir lainnya.
Perumpamaan mukmin yang membaca Al-Qur'an.
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Al-Qur'an ialah ibarat buah utrujjah, baunya harum dan enak rasanya, sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur'an adalah ibarat buah kurma, tidak berbau tapi manis rasanya. Adapun perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur'an ialah bagaikan wewangian, baunya harum tapi pahit rasanya, sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membca Al-Qur'an adalah bagaikan buah hanzolah, tidak berbau lagi pahit rasanya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Pahala membaca Al-Qur'an.
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an, dihitung untuknya satu kebaikan, dan pahala satu kebaikan adalah sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan "Aliif laam miim" itu satu huruf, melainkan Aliif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim adalah satu huruf". (HR. Tirmidzi)
Al-Qur'an menentukan tinggi atau rendahnya tempat di surga bagi pembacanya.
Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Nanti akan dikatakan kepada pembaca Al-Qur'an:"Bacalah (Al-Qur'an) dan naiklah (menempati surga), bacalah ia dengan tartil seperti kamu mentartilkan bacaannya sewaktu di dunia. Sesungguhnya tempatmu itu adalah berdasarkan ayat terakhir yang kamu baca". (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasai)
Al-Qur'an akan memberi syafa'at kepada pembacanya besok di akherat
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:"Bacalah selalu Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti untuk memberi syafa'at kepada para pembacanya". (HR. Muslim)
Balasan di akherat bagi orang tua yang anaknya selalu membaca dan mengamalkan Al-Qur'an
Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Barangsiapa selalu membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya, niscaya Allah akan memakaikan mahkota kepada kedua orang tuanya besok di hari kiamat, yang mana cahaya mahkota tersebut lebih indah dari cahaya matahari yang menyinari rumah-rumah dunia. Maka apakah gerangan balasan pahala yang akan dianugerahkan kepada orang yang membaca dan mengamalkan Al-Qur'an itu sendiri? " (HR.Abu Daud).
Membaca Al-Qur'an secara kontinyu adalah termasuk dambaan setiap muslim
Oleh karena itu mereka yang tidak sempat atau tidak mampu untuk melakukannya akan merasa iri dengan yang lainnya, dan inilah iri hati yang dibenarkan agama. Dalam sebuah hadits shahih Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua hal, yakni: Kepada seseorang yang dianugerahi Allah (kemampuan membaca dan mengamal-kan) Al-Qur'an yang selalu ia lakukan siang dan malam, dan kepada seseorang yang diberi Allah harta kekayaan yang selalu menafkahkannya (di jalan Allah) siang dan malam". (Muttafaq 'Alaih)
Membaca Al-Qur'an akan men-datangkan ketenteraman, ketenangan, kedamaian dan rahmat Allah akan selalu menyertainya
Rasul Shalllalllahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda: "Jika ada sekelompok orang yang berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca dan mempelajari kitabullah, maka akan turun kepada mereka ketentraman, kedamaian dan dan mereka akan diliputi oleh rahmat serta dikelilingi oleh para malaikat. Dan Allah selalu menyebut mereka di kalangan penduduk langit". (HR. Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud dan Tirmidzi)
Perlunya mempelajari dan mendalami Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah kitabullah yang suci, wahyu Ilaahi yang telah diturunkan Allah kepada Nabi pilihan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang mengandung cahaya robani guna menerangi jalan hidup mereka. Allah berfirman:"Sesungguhnya Al-Qur'an ini selalu memberi petunjuk kepada jalan yang lurus". (Al-Isra : 9) "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mu'jizat-nya) dan telah Kami turunkan cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)". (An-Nisa: 174) "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi berbagai macam penyakit (yang ada) dalam dada, dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". (Yunus:57)
Untuk memperoleh hikmah dari turunnya Al-Qur'an, kita perlu memahami nya sehingga mengerti maksud dari setiap ayat yang dikandungnya dengan jalan mempelajarinya, untuk itu Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (Al Qamar :22)
Ini adalah suatu jaminan mutlak dari Allah Ta'ala yang tidak pernah diberikan kepada kitab-kitab sebelumnya, suatu jaminan yang maha tinggi dan sangat berharga, tersirat di dalamnya suatu bimbingan bagi mereka yang mengingin kan konsep hidup yang mapan demi meraih kesejahteraan di dunia dan akherat. Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam selaku penerima wahyu Ilahi ini yang telah mengetahui dengan pasti tentang kebenaran Al-Qur'an, memerintahkan ummatnya untuk selalu mempelajarinya, sebagaimana sabdaNya: "Bahwasanya Al-Qur'an ini adalah hidangan Allah, maka belajarlah dari hidanganNya semampu kamu". (Muttafaq 'Alaih)
Mempelajari Al-Qur'an tidak sebatas hanya belajar membaca saja, tetapi ter masuk juga memikirkan, memahami, mendalami dan sekaligus melaksanakan ajaran-ajarannya. Firman Allah Ta'ala: "Ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (Shaad: 29) "Maka apakah mereka tidak memper hatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?" (Muhammad: 24)
Keutamaan mempelajari dan mendalami Al-Qur'an.
Orang yang paling baik adalah yang mempelajari Al-Qur'an kemudian mengajarkannya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an lantas mengajarkannya". (Al-Bukhari)
Allah akan meninggikan atau merendahkan derajat suatu kaum lantaran Al-Qur'an. Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam: "Bahwasanya lantaran Al-Qur'an ini Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkan derajat yang lainnya". (HR. Muslim)
Orang yang pandai membaca Al-Qur'an dan selalu membacanya akan bersama para malaikat. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Orang yang selalu membaca Al-Qur'an dan ia pandai dalam hal itu, akan bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur'an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan dalam membacanya, ia akan mendapatkan dua pahala". (HR. Al Bukhari dan Muslim)
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: keutamaan Quran
ichreza wrote:Al-Qur'an nan agung ini adalah wahyu Ilahi, telah diturunkan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai penerang, petunjuk dan pedoman serta rahmat yang kekal abadi sampai hari akhir nanti sekaligus menjadi mukjizat dan bukti kebenaran risalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dimana ketika mu'jizat-mu'jizat sebelumnya sirna ditelan masa, musnah digilas perputaran roda zaman, terkubur bersama wafatnya para Rasul pembawanya, tetapi Al-Qur'an tetap tegak memancarkan nur Ilahi keseluruh persada bumi.
padahal..
quran yang ada sekarang hanyalah bikinan usman
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: keutamaan Quran
mau dong om sejarahnya Usman bikin2 Quran, si om nulisnya diilhami roh kudus yaSEGOROWEDI wrote:
padahal..
quran yang ada sekarang hanyalah bikinan usman
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: keutamaan Quran
Al-Quran yang secara harfiah berarti "bacaan sempurna"
merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat,
karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis
baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi
Al-Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.
Tiada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca oleh ratusan juta
orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat
menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf
oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Tiada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian yang
diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat
demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya,
sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan hanya
susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga
kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada
kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan
jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang
dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu,
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan
kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran.
Al-Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang diatur tatacara
membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal
atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang,
atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur
lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.
Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Quran yang berjumlah
77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh
sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua
puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah
kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun
kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh -sekali lagi sebagai contoh- kata hayat
terulang sebanyak antonimnya maut, masing-masing 145 kali;
akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat
terulang 88 kali sebanyak kata setan; thuma'ninah
(ketenangan) terulang 13 kali sebanyak kata dhijg
(kecemasan); panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.
Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya
yaitu ridha (kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir sama
dengan akibatnya yaitu penyesalan masing-masing 12 kali;
zakat sama dengan berkat yakni kebajikan melimpah,
masing-masing 32 kali. Masih amat banyak keseimbangan
lainnya, seperti kata yaum (hari) terulang sebanyak 365,
sejumlah hari-hari dalam setahun, kata syahr (bulan)
terulang 12 kali juga sejumlah bulan-bulan dalam setahun.
Demikian
"Allah menurunkan kitab Al-Quran dengan penuh kebenaran
dan keseimbangan (QS Al-Syura [42]: 17)."
Adakah suatu bacaan ciptaan makhluk seperti itu? Al-Quran
menantang:
"Katakanlah, Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk
menyusun semacam Al-Quran ini, mereka tidak akan
berhasil menyusun semacamnya walaupun mereka bekerja
sama" (QS Al-Isra,[17]: 88).
Orientalis H.A.R. Gibb pernah menulis bahwa: "Tidak ada
seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini telah
memainkan 'alat' bernada nyaring yang demikian mampu dan
berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya,
seperti yang dibaca Muhammad (Al-Quran)." Demikian terpadu
dalam Al-Quran keindahan bahasa, ketelitian, dan
keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan dan
kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan
yang ditimbulkannya.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia
dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya" (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).
Mengapa iqra, merupakan perintah pertama yang ditujukan
kepada Nabi, padahal beliau seorang ummi (yang tidak pandai
membaca dan menulis)? Mengapa demikian?
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti "menghimpun,"
sehingga tidak selalu harus diartikan "membaca teks tertulis
dengan aksara tertentu."
Dari "menghimpun" lahir aneka ragam makna, seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri
sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra' (Bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca? "Ma aqra'?"
tanya Nabi -dalam suatu riwayat- setelah beliau kepayahan
dirangkul dan diperintah membaca oleh malaikat Jibril a.s.
Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar
beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut
Bismi Rabbik; dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah
ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman,
sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.
Alhasil objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkaunya.
Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam cara yang
dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan
sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh
kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau membaca hendaknya
dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi
juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulangi bacaan
Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu
juga.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Quran menimbulkan penafsiran
baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin. Berulang-ulang "membaca" alam raya,
membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta
menambah kesejahteraan lahir. Ayat Al-Quran yang kita baca
dewasa ini tak sedikit pun berbeda dengan ayat Al-Quran yang
dibaca Rasul dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian,
namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta limpahan
kesejahteraan-Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang
dikandung dalam Iqra' wa Rabbukal akram (Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling Pemurah). Atas kemurahan-Nyalah
kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai.
Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat
manusia. "Membaca" dalam aneka maknanya adalah syarat
pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta
syarat utama membangun peradaban. Semua peradaban yang
berhasil bertahan lama, justru dimulai dari satu kitab
(bacaan). Peradaban Yunani di mulai dengan Iliad karya Homer
pada abad ke-9 sebelum Masehi. Ia berakhir dengan hadirnya
Kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya
Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel
(1770-1831). Peradaban Islam lahir dengan kehadiran
Al-Quran. Astaghfirullah menunjuk masa akhirnya, karena kita
yakin bahwa ia tidak akan lekang oleh panas dan tidak lapuk
oleh hujan, selama umatnya ikut bersama Allah memeliharanya
"Sesungguhnya Kami (Allah bersama Jibril yang
diperintahNya) menurunkan Al-Quran, dan Kami
(yakni Allah dengan keterlibatan manusia) yang
memeliharanya" (QS Al-Hijr [15]: 9).
Pengetahuan dan peradaban yang dirancang oleh Al-Quran
adalah pengetahuan terpadu yang melibatkan akal dan kalbu
dalam perolehannya. Wahyu pertama Al-Quran menjelaskan dua
cara perolehan dan pengembangan ilmu. Berikut keterangannya.
Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum
subjek dituntut berperan guna memahami objek. Namun
pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang
memperkenalkan dirinya kepada subjek tanpa usaha sang
subjek. Komet Halley, memasuki cakrawala, hanya sejenak
setiap 76 tahun. Dalam kasus ini, walaupun para astronom
menyiapkan diri dan alat-alatnya untuk mengamati dan
mengenalnya, tetapi sesungguhnya yang lebih berperan adalah
kehadiran komet itu sendiri untuk memperkenalkan diri.
Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat yang diperoleh manusia
yang siap dan suci jiwanya atau apa yang diduga sebagai
"kebetulan" yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, kesemuanya
tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran
tanpa qalam yang ditegaskan wahyu pertama ini.
"Allah mengajar dengan pena (apa yang telah diketahui
manusia sebelumnya), dan mengajar manusia (tanpa pena)
apa yang belum ia ketahui" (QS Al-'Alaq [96]: 4-5)
Sekali lagi terlihat betapa Al-Quran sejak dini memadukan
usaha dan pertolongan Allah, akal dan kalbu, pikir dan
zikir, iman dan ilmu. Akal tanpa kalbu menjadikan manusia
seperti robot, pikir tanpa zikir menjadikan manusia seperti
setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi,
sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.
Al-Quran sebagai kitab terpadu, menghadapi, dan
memperlakukan peserta didiknya dengan memperhatikan
keseluruhan unsur manusiawi, jiwa, akal, dan jasmaninya.
Ketika Musa a.s. menerima wahyu Ilahi, yang menjadikan
beliau tenggelam dalam situasi spiritual, Allah menyentaknya
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi material:
"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?"
(QS Thaha [20]: 17).
Musa sadar sambil menjawab,
"Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan memukul
(daun) dengannya untuk kambingku, disamping
keperluan-keperluan lain" (QS Thaha [20]: 18).
Di sisi lain, agar peserta didiknya tidak larut dalam alam
material, Al-Quran menggunakan benda-benda alam, sebagai
tali penghubung untuk mengingatkan manusia akan kehadiran
Allah Swt. dan bahwa segala sesuatu yang teriadi -sekecil
apa pun- adalah di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan
pengaturan Tuhan Yang Mahakuasa.
"Tidak sehelai daun pun yang gugur kecuali Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi, tidak juga sesuatu yang basah atau
kering kecuali tertulis dalam Kitab yang nyata (dalam
jangkauan pengetahuannya)" (QS Al-An'am [6]: 59).
"Bukan kamu yang melempar ketika kau melempar, tetapi
Allah-lah (yang menganugerahkan kemampuan sehingga)
kamu mampu melempar" (QS Al-Anfal [8]: 17).
Sungguh, ayat-ayat Al-Quran merupakan serat yang membentuk
tenunan kehidupan Muslim, serta benang yang menjadi rajutan
jiwanya. Karena itu seringkali pada saat Al-Quran berbicara
tentang satu persoalan menyangkut satu dimensi atau aspek
tertentu, tiba-tiba ayat lain muncul berbicara tentang aspek
atau dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling
berkaitan. Tetapi bagi orang yang tekun mempelajarinya akan
menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan, sama
dengan keserasian hubungan yang memadukan gejolak dan
bisikan-bisikan hati manusia, sehingga pada akhirnya dimensi
atau aspek yang tadinya terkesan kacau, menjadi terangkai
dan terpadu indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui
di mana ujung pangkalnya.
Salah satu tujuan Al-Quran memilih sistematika demikian,
adalah untuk mengingatkan manusia -khususnya kaum Muslimin-
bahwa ajaran-ajaran Al-Quran adalah satu kesatuan terpadu
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat,
karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis
baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi
Al-Quran Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.
Tiada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca oleh ratusan juta
orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat
menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf
oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Tiada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian yang
diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat
demi ayat, baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya,
sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan hanya
susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga
kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada
kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan
jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang
dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu,
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan
kecenderungan mereka, namun semua mengandung kebenaran.
Al-Quran layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang diatur tatacara
membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal
atau diperhalus ucapannya, di mana tempat yang terlarang,
atau boleh, atau harus memulai dan berhenti, bahkan diatur
lagu dan iramanya, sampai kepada etika membacanya.
Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Quran yang berjumlah
77.439 (tujuh puluh tujuh ribu empat ratus tiga puluh
sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus dua
puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah
kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun
kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh -sekali lagi sebagai contoh- kata hayat
terulang sebanyak antonimnya maut, masing-masing 145 kali;
akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat
terulang 88 kali sebanyak kata setan; thuma'ninah
(ketenangan) terulang 13 kali sebanyak kata dhijg
(kecemasan); panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.
Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya
yaitu ridha (kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir sama
dengan akibatnya yaitu penyesalan masing-masing 12 kali;
zakat sama dengan berkat yakni kebajikan melimpah,
masing-masing 32 kali. Masih amat banyak keseimbangan
lainnya, seperti kata yaum (hari) terulang sebanyak 365,
sejumlah hari-hari dalam setahun, kata syahr (bulan)
terulang 12 kali juga sejumlah bulan-bulan dalam setahun.
Demikian
"Allah menurunkan kitab Al-Quran dengan penuh kebenaran
dan keseimbangan (QS Al-Syura [42]: 17)."
Adakah suatu bacaan ciptaan makhluk seperti itu? Al-Quran
menantang:
"Katakanlah, Seandainya manusia dan jin berkumpul untuk
menyusun semacam Al-Quran ini, mereka tidak akan
berhasil menyusun semacamnya walaupun mereka bekerja
sama" (QS Al-Isra,[17]: 88).
Orientalis H.A.R. Gibb pernah menulis bahwa: "Tidak ada
seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini telah
memainkan 'alat' bernada nyaring yang demikian mampu dan
berani, dan demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya,
seperti yang dibaca Muhammad (Al-Quran)." Demikian terpadu
dalam Al-Quran keindahan bahasa, ketelitian, dan
keseimbangannya, dengan kedalaman makna, kekayaan dan
kebenarannya, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan
yang ditimbulkannya.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang paling Pemurah, Yang mengajar manusia
dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya" (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).
Mengapa iqra, merupakan perintah pertama yang ditujukan
kepada Nabi, padahal beliau seorang ummi (yang tidak pandai
membaca dan menulis)? Mengapa demikian?
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti "menghimpun,"
sehingga tidak selalu harus diartikan "membaca teks tertulis
dengan aksara tertentu."
Dari "menghimpun" lahir aneka ragam makna, seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri
sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra' (Bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca? "Ma aqra'?"
tanya Nabi -dalam suatu riwayat- setelah beliau kepayahan
dirangkul dan diperintah membaca oleh malaikat Jibril a.s.
Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar
beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut
Bismi Rabbik; dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan.
Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah
ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman,
sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.
Alhasil objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkaunya.
Demikian terpadu dalam perintah ini segala macam cara yang
dapat ditempuh manusia untuk meningkatkan kemampuannya.
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini, bukan
sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak diperoleh
kecuali mengulang-ulangi bacaan, atau membaca hendaknya
dilakukan sampai mencapai batas maksimal kemampuan, tetapi
juga untuk mengisyaratkan bahwa mengulang-ulangi bacaan
Bismi Rabbika (demi karena Allah) akan menghasilkan
pengetahuan dan wawasan baru walaupun yang dibaca itu-itu
juga.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Quran menimbulkan penafsiran
baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin. Berulang-ulang "membaca" alam raya,
membuka tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta
menambah kesejahteraan lahir. Ayat Al-Quran yang kita baca
dewasa ini tak sedikit pun berbeda dengan ayat Al-Quran yang
dibaca Rasul dan generasi terdahulu. Alam raya pun demikian,
namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta limpahan
kesejahteraan-Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang
dikandung dalam Iqra' wa Rabbukal akram (Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling Pemurah). Atas kemurahan-Nyalah
kesejahteraan demi kesejahteraan tercapai.
Sungguh, perintah membaca merupakan sesuatu yang paling
berharga yang pernah dan dapat diberikan kepada umat
manusia. "Membaca" dalam aneka maknanya adalah syarat
pertama dan utama pengembangan ilmu dan teknologi, serta
syarat utama membangun peradaban. Semua peradaban yang
berhasil bertahan lama, justru dimulai dari satu kitab
(bacaan). Peradaban Yunani di mulai dengan Iliad karya Homer
pada abad ke-9 sebelum Masehi. Ia berakhir dengan hadirnya
Kitab Perjanjian Baru. Peradaban Eropa dimulai dengan karya
Newton (1641-1727) dan berakhir dengan filsafat Hegel
(1770-1831). Peradaban Islam lahir dengan kehadiran
Al-Quran. Astaghfirullah menunjuk masa akhirnya, karena kita
yakin bahwa ia tidak akan lekang oleh panas dan tidak lapuk
oleh hujan, selama umatnya ikut bersama Allah memeliharanya
"Sesungguhnya Kami (Allah bersama Jibril yang
diperintahNya) menurunkan Al-Quran, dan Kami
(yakni Allah dengan keterlibatan manusia) yang
memeliharanya" (QS Al-Hijr [15]: 9).
Pengetahuan dan peradaban yang dirancang oleh Al-Quran
adalah pengetahuan terpadu yang melibatkan akal dan kalbu
dalam perolehannya. Wahyu pertama Al-Quran menjelaskan dua
cara perolehan dan pengembangan ilmu. Berikut keterangannya.
Setiap pengetahuan memiliki subjek dan objek. Secara umum
subjek dituntut berperan guna memahami objek. Namun
pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa objek terkadang
memperkenalkan dirinya kepada subjek tanpa usaha sang
subjek. Komet Halley, memasuki cakrawala, hanya sejenak
setiap 76 tahun. Dalam kasus ini, walaupun para astronom
menyiapkan diri dan alat-alatnya untuk mengamati dan
mengenalnya, tetapi sesungguhnya yang lebih berperan adalah
kehadiran komet itu sendiri untuk memperkenalkan diri.
Wahyu, ilham, intuisi, atau firasat yang diperoleh manusia
yang siap dan suci jiwanya atau apa yang diduga sebagai
"kebetulan" yang dialami oleh ilmuwan yang tekun, kesemuanya
tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat
dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajaran
tanpa qalam yang ditegaskan wahyu pertama ini.
"Allah mengajar dengan pena (apa yang telah diketahui
manusia sebelumnya), dan mengajar manusia (tanpa pena)
apa yang belum ia ketahui" (QS Al-'Alaq [96]: 4-5)
Sekali lagi terlihat betapa Al-Quran sejak dini memadukan
usaha dan pertolongan Allah, akal dan kalbu, pikir dan
zikir, iman dan ilmu. Akal tanpa kalbu menjadikan manusia
seperti robot, pikir tanpa zikir menjadikan manusia seperti
setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi,
sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.
Al-Quran sebagai kitab terpadu, menghadapi, dan
memperlakukan peserta didiknya dengan memperhatikan
keseluruhan unsur manusiawi, jiwa, akal, dan jasmaninya.
Ketika Musa a.s. menerima wahyu Ilahi, yang menjadikan
beliau tenggelam dalam situasi spiritual, Allah menyentaknya
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi material:
"Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa?"
(QS Thaha [20]: 17).
Musa sadar sambil menjawab,
"Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan memukul
(daun) dengannya untuk kambingku, disamping
keperluan-keperluan lain" (QS Thaha [20]: 18).
Di sisi lain, agar peserta didiknya tidak larut dalam alam
material, Al-Quran menggunakan benda-benda alam, sebagai
tali penghubung untuk mengingatkan manusia akan kehadiran
Allah Swt. dan bahwa segala sesuatu yang teriadi -sekecil
apa pun- adalah di bawah kekuasaan, pengetahuan, dan
pengaturan Tuhan Yang Mahakuasa.
"Tidak sehelai daun pun yang gugur kecuali Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi, tidak juga sesuatu yang basah atau
kering kecuali tertulis dalam Kitab yang nyata (dalam
jangkauan pengetahuannya)" (QS Al-An'am [6]: 59).
"Bukan kamu yang melempar ketika kau melempar, tetapi
Allah-lah (yang menganugerahkan kemampuan sehingga)
kamu mampu melempar" (QS Al-Anfal [8]: 17).
Sungguh, ayat-ayat Al-Quran merupakan serat yang membentuk
tenunan kehidupan Muslim, serta benang yang menjadi rajutan
jiwanya. Karena itu seringkali pada saat Al-Quran berbicara
tentang satu persoalan menyangkut satu dimensi atau aspek
tertentu, tiba-tiba ayat lain muncul berbicara tentang aspek
atau dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling
berkaitan. Tetapi bagi orang yang tekun mempelajarinya akan
menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan, sama
dengan keserasian hubungan yang memadukan gejolak dan
bisikan-bisikan hati manusia, sehingga pada akhirnya dimensi
atau aspek yang tadinya terkesan kacau, menjadi terangkai
dan terpadu indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui
di mana ujung pangkalnya.
Salah satu tujuan Al-Quran memilih sistematika demikian,
adalah untuk mengingatkan manusia -khususnya kaum Muslimin-
bahwa ajaran-ajaran Al-Quran adalah satu kesatuan terpadu
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
voorman- SERSAN SATU
-
Posts : 155
Kepercayaan : Islam
Location : voorwagens
Join date : 23.05.13
Reputation : 8
Re: keutamaan Quran
isaku wrote:mau dong om sejarahnya Usman bikin2 Quran, si om nulisnya diilhami roh kudus yaSEGOROWEDI wrote:
padahal..
quran yang ada sekarang hanyalah bikinan usman
karena mendapati quran beda-beda..
maka dibakarinya, lalu ia bikin yang baru..
katanya sih atas dasar hafalan orang-orang, tapi gak ada jaminan..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: keutamaan Quran
kok bisa?
kisah adam sampai isa ada di quran secara sepotong-sepotong
padahal kisah-kisah tersebut sudah tertulis di alkitab secara lengkap, detail, dan kronologis
selama ratusan bahkan ribuan tahun
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Similar topics
» INI ayat Quran, atau REAKSI karna Quran ditolak ?
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
» Quran Reading® – Full al Quran with Audio for iOS
» Quran Therapy - Get rid of your fatal diseases with Quran
» keutamaan air zam-zam
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
» Quran Reading® – Full al Quran with Audio for iOS
» Quran Therapy - Get rid of your fatal diseases with Quran
» keutamaan air zam-zam
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik