Nibbana,penjelasan gimana?

jika kita sudah mencapai nibbãna apakah berarti kita tidak terlahir kembali? Jika demikian, apakah eksistensi suatu mahluk yang mencapai nibbãna langsung hancur atau ego sebagai pribadi yang lenyap dan melebur ke dalam kekosongan? Atau bugimana?

mas brow OT......sayah persilahkeun.wal khusus bagi netter budha yg kebetulan baca posting ini.

maksud anda, apa yang terjadi setelah masuk nibbana begitu?

seperti yang sudah saya jelaskan dari setiap postingan tentang nibbana, nibbana itu tidak bisa didefinisikan/dilukiskan/dijelaskan dengan apapun. yang pasti, nibbana bukan kekosongan belaka atau baik berbentuk atau tidak berbentuk. Nibbana itu....
waduh kan, bingung saya sendiri mah, pokoknya begitu deh, hehehe... ntar ane kalo udah mencapai Nibbana ane kasi tau ya, bukan ngeles lho, bener, ane ga bisa jelasin dengan detail. yang pasti mohon maaf dulu.

semoga semua makhluk berbahagia

Gravelord wrote:maksud anda, apa yang terjadi setelah masuk nibbana begitu?

seperti yang sudah saya jelaskan dari setiap postingan tentang nibbana, nibbana itu tidak bisa didefinisikan/dilukiskan/dijelaskan dengan apapun. yang pasti, nibbana bukan kekosongan belaka atau baik berbentuk atau tidak berbentuk. Nibbana itu....
waduh kan, bingung saya sendiri mah, pokoknya begitu deh, hehehe... ntar ane kalo udah mencapai Nibbana ane kasi tau ya, bukan ngeles lho, bener, ane ga bisa jelasin dengan detail. yang pasti mohon maaf dulu.

semoga semua makhluk berbahagia

ehm....bwetul.
sayah justru bingung setengah hidup karena suatu kondisi yang tidak bisa didefinisikan sebagai apapun..abstrak..mungkin bernilai nil tapi bukan hampa.

sayah pikir begini brow....
kembali ke alam di masa awal (kita ngobras ttg budha dan mohon utk dapat menerima kekosongan sayah,kamsutnyah sayah,sayah tidak membawa semangat dan jiwa islam di lapak ini..)

Niyama adalah konsep awal dan nibbhana adalah akhir.betul yah?
Sebagai intro musik,segala fenomena yang terjadi di alam semesta ini (31 alam kehidupan) baik yang bersifat fisik maupun batiniah dikendalikan oleh hukum kosmis (niyama) yang terdiri atas lima kategori:

1. Hukum energi (utu-niyama) yang mengatur proses pembentukan dan kehancuran dunia serta pergantian musim dan perubahan cuaca.
2. Hukum pembenihan (bija-niyama) yang mengatur proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sejak dari benih hingga menghasilkan buah.
3. Hukum perbuatan (kamma-niyama) yang mengatur hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan suatu individu.
4. Hukum psikis (citta-niyama) yang mengatur tentang pikiran dan kesadaran makhluk-makhluk.
5. Hukum Dhamma (Dhamma-niyama) yang mengatur segala suatu yang tidak termasuk dalam empat kategori di atas, termasuk hubungan sebab-akibat dan hukum kesunyataan yang diajarkan Sang Buddha serta kejadian-kejadian ajaib saat kelahiran terakhir Bodhisatta ke dunia.

Dan kaitan dengan 5 kategori diatas dengan kalimat pak Gautama berikut ;.
“ Semuanya tentang kita muncul dari pemikiran kita sendiri. Dengan buah pikiran kita, kita menciptakan dunia kita. (Dhammapada, 1.1-3)

Kamsut dari semua ttg kita tuh bagemana?apakah terbatas di perilaku kita (apa yg engkau pikirkan itulah dirimu sebenarnyah) atow yg dikamsut semua itu termasuk alam semesta atau perpaduan antara diri kita dengan alam semesta?

Karena terkait erat antara pergerakan makro kosmos dan mikro kosmos...sayah ngomong apaan seh?

silahkeun brow....

begini ya, maksud nya:
“ Semuanya tentang kita muncul dari pemikiran kita sendiri. Dengan buah pikiran kita, kita menciptakan dunia kita. (Dhammapada, 1.1-3)

Kamsut dari semua ttg kita tuh bagemana?apakah terbatas di perilaku kita (apa yg engkau pikirkan itulah dirimu sebenarnyah) atow yg dikamsut semua itu termasuk alam semesta atau perpaduan antara diri kita dengan alam semesta?

- maksud dunia disitu adalah diri kita sendiri (alam pikiran kita), bukan alam semesta.

Karena terkait erat antara pergerakan makro kosmos dan mikro kosmos...sayah ngomong apaan seh?

- masalah makro kosmos dan mikro kosmos dalam ajaran Buddha tidak ada dijelaskan, dan intinya lagi, Buddha mengajarkan tentang pikiran ucapan dan perbuatan yang semuanya mengarah pada pelatihan diri dan intinya juga tentang diri sendiri, jadi masalah diluar (ilmu pengetahuan alam) sangat sedikit diceritakan dalam ajaran Buddha dan karena hal2 yang diluar pelatihan diri dianggap tidak begitu perlu (bukan berarti tidak perlu) jika tidak membawa pada pencerahan.

kira- kira begitu bro

semoga semua makhluk berbahagia

lho....niyama sbg awal dan nibhana sbg akhir gak ada kaitannya?

“ Semuanya tentang kita muncul dari pemikiran kita sendiri. Dengan buah pikiran kita, kita menciptakan dunia kita. (Dhammapada, 1.1-3 akhirnyah mengarah apa yg engkau pikirkan itulah dirimu sebenarnyah.

utu niyama dan bija niyama gak punya pengaruh bagi kehidupan manusia?lha kan sebenarnyah punya pengaruh ttg apa diri kita adalah apa yg kita pikirkan.gak usa ngebahas ilmu sains lah...toh sayah juga makmum sama ilmuwan.

bagi sayah,utu dan bija melahirkan kearifan sosial kamsutnyah,manusia dapat menghargai alam yg dia tempatin atau dia manfaatkan.
jika manusia ramah dengan lingkungan maka dengan sendirinya manusia mempengaruhi suasana makro kosmos...

ehm..kira2 begitu yah?

pencapaian nibbana hrs dirasakan sendiri, gak bisa diungkapkan dgn kata2

yang saya tangkap, pencapaian nibana bisa dirasakan kalau sudah menjadi malaikat

gak harus jadi malaikat dulu utk mencapai nibbana, dari alam manusiapun spt siddharta dan para arahat bisa mencapai nibbana koq

dari alam manusiapun bisa mencapai nibbana bathin bukan nibana yang sesungguhnya
nibana bathin adalah ketenangan hati yang tidak bisa dilogika

njlajahweb wrote:
dari alam manusiapun bisa mencapai nibbana bathin bukan nibana yang sesungguhnya
nibana bathin adalah ketenangan hati yang tidak bisa dilogika

coba anda jelaskan maksud yg warna merah dan yg berwarna biru ?

Saya malah baru dengar ada kata2 nibbana bathin dan nibbana yang sesungguhnya. Setahu saya nibbana ya nibbana. Ga ada embel2 lainnya. @njlajahweb : apakah anda buddhis? Bisakah anda menjelaskan arti nibbana sesungguhnya?

nibana yang sesungguhnya adalah surga,

5:29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Harap anda mengerti "Nibbana bukanlah surga, nibbana bukanlah tempat". Nibbana adalah suatu kondisi. Seseorang yang telah mencapai nibbana tidak akan terlahir kembali. Karena kelahiran adalah dukha (penderitaan).

ya, surga versi Budha memang tidak seperti surga versi Kristen
tapi ketika hati manusia bisa bersyukur atas ujian hidup, manusia bisa merasakan surga didunia(kedamaian hati) namun selama hati manusia menyalahkan TUHAN, hati manusia tidak akan menemukan kedamaian sejati. dan selama hati manusia menyalahkan TUHAN maka selama itu pula orang itu seperti pemberontak dihadapan TUHAN, seperti pemberontak latin(tersembunyi), menempatkan dirinya sebagai musuh TUHAN. maka jika orang "tidak beriman bahwa TUHAN itu tidak pernah berniat jahat" maka orang itu (dihadapan TUHAN) lebih parah dari atheis murni.

@njlajahweb
mangnya atheis murni itu spt apa menurut anda?

atheis murni adalah atheis yang belum pernah mendengar Firman Tuhan

apakah atheis itu salah?

bisakah pertanyaanya anda lebih spesifik?

Thật tuyệt nếu tôi hiểu được các bạn đang nói về vấn đề gì

hello...
this forum not in vietnam language, no body will understand

@enychi
quote with google translate
Ini akan menjadi besar jika saya memahami masalah Anda berbicara tentang apa

tanggapan
maksud anda apa ya? apanya yang besar ya?
tapi maaf sebelumnya...
karena saya tidak berjanji akan bisa menanggapi semua tanggapan atau pertanyaan anda secara langsung juga pertanyaan atau tanggapan netter lain, karena kadang saya baru membuka forum ini setelah dua atau tiga hari.

bạn có ý nghĩa gì, huh? huh tuyệt vời như vậy là gì?
nhưng xin lỗi trước ...
bởi vì tôi không hứa hẹn để có thể đáp ứng cho tất cả các ý kiến hoặc câu hỏi để bạn trực tiếp cũng thắc mắc hoặc ý kiến netter khác, bởi vì đôi khi tôi vừa mở chuyên mục này sau khi hai hoặc ba ngày

@njlajahweb
apakah atheis salah dimata manusia & mata tuhan ?

jika atheis melakukan kesalahan maka atheis bersalah terhadap hati nurani karena hati nurani adalah kitab mereka, mungkin dari jawaban ini anda sudah bisa mengambil kesimpulan sendiri terhadap pertanyaan anda

njlajahweb wrote:
jika atheis melakukan kesalahan maka atheis bersalah terhadap hati nurani karena hati nurani adalah kitab mereka, mungkin dari jawaban ini anda sudah bisa mengambil kesimpulan sendiri terhadap pertanyaan anda

apakah dgn kitabnya adl hati nurani berarti salah ?

sy ambil contoh:
ada seorg umat beragama yg dlm arti fanatik buta (kitabnya bkn berdasarkan hati nurani), dia melihat seseorg telah mengalami kecelakaan dan terluka parah.

saat dia mau menolong, apakah dia hrs tanya dulu agama apa org yg luka2 tsb ? => dimana letak hati nuraninya ?

secara ajaran kitabnya dia hrs tidak menolong org yg celaka tsb (krn kafir / berbeda keyakinan) => dimanakah letak hati nuraninya ?

quote
ada seorg umat beragama yg dlm arti fanatik buta (kitabnya bkn berdasarkan hati nurani), dia melihat seseorg telah mengalami kecelakaan dan terluka parah.

saat dia mau menolong, apakah dia hrs tanya dulu agama apa org yg luka2 tsb ? => dimana letak hati nuraninya ?
#tanggapan
saat dia mau menolong justru adalah tidak baik jika dia harus bertanya dulu agamanya apa

quote
secara ajaran kitabnya dia hrs tidak menolong org yg celaka tsb (krn kafir / berbeda keyakinan) => dimanakah letak hati nuraninya ?
tanhggapan
justru kalau dalam ajaran orang itu tidak harus menolong orang kafir, tapi orang itu mau menolong, maka orang inilah yang melakukan kebaikan yang tidak hanya sekedar formalitas belaka

masalah hati nurani semua makhluk tetap ada, karena nurani adalah kemampuan membedakan dosa atau tidak, yang dimiliki semua mahluk berakal. apabila orang melanggar hati nurani, maka nurani itu tetap ada sebagai tolok ukur banyaknya dosa orang itu.