kejujuran sulit dicari
Halaman 1 dari 1 • Share
kejujuran sulit dicari
Kejujuran, betapa langkanya kata ini!
Mencari orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya denganmencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda, "katakanlah kebenaran itu walupun pahit", sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, "andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya," sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur'an merekam kalimat suci, "sampaikanlah amanat kepada yang berhak," sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.
Tengoklah diri kita sekarang....Masihkah tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita? Ketika anda terima uang sogokan sebenarnya anda telah berlaku tidak jujur. Ketika anda enggan menolong rekan anda, meskipun anda sadar anda mampu menolongnya, saat itu anda telah menodai kejujuran.
Ketika di sebuah pengajian anda ditanya jama'ah sebuah pertanyaan yang sulit, dan anda tahu bahwa anda tak mampu menjawabnya, tapi anda jawab juga dengan "putar sana-sini", maka anda telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menyebutnya "kejujuran ilmiah").
Adakah orang jujur saat ini?
Bahkan Yudhistira yang dalam kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat berbohong dihadapan Resi Durna saat perang Bharata Yudha. Dewa dalam kisah tersebut menghukum Yudhistira dengan membenamkan roda keretanya ke dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak percaya cerita Mahabharata ini, tapi jangan bilang bahwa anda meragukan Allah mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi. Kalau Dewa mampu menghukum Yudhistiraseperti itu, jangan-jangan Allah akan membenamkan seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata saja.
Guru saya pernah bercerita ketika ada orang yg baru masuk Islam bertanya kepada Rasul bahwa ia belum mampu untuk mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, konon, Rasul hanya memintanya untuk berlaku jujur. Ketika ada seorang warga negara Inggris yang masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa, saya minta dia untuk berlaku jujur saja dahulu. Orang asing itu terperanjat. Boleh jadi dia kaget bahwa betapa Islam memandang tinggi nilai kejujuran. Kini, saya yang terperanjat dan terkaget-kaget menyaksikan perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa namun tidak mampu berlaku jujur.
Duh Gusti....betapa jauh perilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu...
Mencari orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya denganmencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda, "katakanlah kebenaran itu walupun pahit", sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, "andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya," sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur'an merekam kalimat suci, "sampaikanlah amanat kepada yang berhak," sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Karun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.
Tengoklah diri kita sekarang....Masihkah tersedia kejujuran di dalam segala tindak tanduk kita? Ketika anda terima uang sogokan sebenarnya anda telah berlaku tidak jujur. Ketika anda enggan menolong rekan anda, meskipun anda sadar anda mampu menolongnya, saat itu anda telah menodai kejujuran.
Ketika di sebuah pengajian anda ditanya jama'ah sebuah pertanyaan yang sulit, dan anda tahu bahwa anda tak mampu menjawabnya, tapi anda jawab juga dengan "putar sana-sini", maka anda telah melanggar sebuah kejujuran (orang kini menyebutnya "kejujuran ilmiah").
Adakah orang jujur saat ini?
Bahkan Yudhistira yang dalam kisah Mahabharata terkenal jujur pun sempat berbohong dihadapan Resi Durna saat perang Bharata Yudha. Dewa dalam kisah tersebut menghukum Yudhistira dengan membenamkan roda keretanya ke dalam tanah beberapa senti. Anda boleh tak percaya cerita Mahabharata ini, tapi jangan bilang bahwa anda meragukan Allah mampu menghukum kita akibat ketidakjujuran kita dengan lebih dahsyat lagi. Kalau Dewa mampu menghukum Yudhistiraseperti itu, jangan-jangan Allah akan membenamkan seluruh yang kita banggakan ke dalam tanah hanya dalam kejapan mata saja.
Guru saya pernah bercerita ketika ada orang yg baru masuk Islam bertanya kepada Rasul bahwa ia belum mampu untuk mengikuti gerakan sholat dan kewajiban lainnya, konon, Rasul hanya memintanya untuk berlaku jujur. Ketika ada seorang warga negara Inggris yang masuk Islam, dan belum bisa sholat serta puasa, saya minta dia untuk berlaku jujur saja dahulu. Orang asing itu terperanjat. Boleh jadi dia kaget bahwa betapa Islam memandang tinggi nilai kejujuran. Kini, saya yang terperanjat dan terkaget-kaget menyaksikan perilaku kita semua yang sudah bisa sholat dan puasa namun tidak mampu berlaku jujur.
Duh Gusti....betapa jauh perilaku kami dari contoh yang diberikan Nabi-Mu...
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: kejujuran sulit dicari
Banyak sekali hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang membicarakan keutamaan jujur, di antaranya adalah:
1. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Wajib atas kalian semua untuk jujur, karena jujur akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta, dan dia memilih kedustaan, sehingga ditulis di sisi Allah sebagi pendusta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (11)
Al Munawi rahimahullah tatkala menjelaskan hadits di atas mengatakan:
(Wajib atas kalian jujur), yaitu ucapan yang benar (haq), dan kadang pula mencakup pada perbuatan anggota badan, misalnya jika seseorang yang jujur dalam berperang, maka tentu dia akan menunaikan hak-haknya.
(Sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kabaikan), yaitu kepada amal shalih yang murni, sedang al-birr maknanya adalah sebuah sebutan untuk sesuatu yang mencakup segala macam kebaikan.
(Kebaikan akan membimbing ke surga), yakni akan mengantarkan masuk ke dalam surga.
Ibnul Arabi rahimahullah berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa kejujuran adalah pangkal segala macam kebaikan. Karena seseorang jika telah menjatuhkan pilihan pada kejujuran maka dia tidak akan bermaksiat kepada Allah. Sebab -misalnya- dia ingin meminum khamer, atau berzina, atau menyakiti orang maka dia akan takut dicap sebagai peminum atau pezina. Sebab jika dia ditanya tentang perbuatan itu, maka kalau diam berarti dia dalam keraguan, jika menjawab tidak maka dia berdusta, dan kalau dia jujur menjawab ya, maka jatuhlah kehormatan dan harga dirinya. Dan akhirnya dia pun me-milih untuk menjauhi perbuatan itu.
(Seseorang senantiasa jujur), maksudnya jujur dalam ucapannya.
(Memilih kejujuran), yakni berusaha maksimal dalam melaksanakan kejujuran itu.
(Sehingga ditulis disisi Allah sebagai orang jujur), yakni dia dihukumi dengan kejujuran itu dan berhak menyandang predikat sebagai orang yang jujur.
(Jauhilah dusta), yaitu berhati-hatilah darinya.
(Karena dusta akan mengantarkan kepada keburukan), yakni dia akan mengajak untuk condong dari jalan yang lurus serta akan membangkit-kan kemaksiatan.
(Dan dusta akan mengantarkan ke neraka), yakni menjadikan pelakunya terjerumus di dalamnya.
(Seseorang selalu berusta dan memilih dusta sehingga ditulis di sisi Allah I sebagai pendusta), yakni dia dihukumi sebagai orang pendusta, dan berhak mendapatkan julukan tersebut berikut berbagai konsekuensinya. (12)
Diriwayatkan dari Ubadah Ibnu ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Berilah aku jaminan dengan enam perkara, maka aku akan menjamin untuk kalian dengan surga. (Yaitu) jujurlah kamu jika berbicara, tepatilah jika kamu berjanji, tunaikanlah amanat jika engkau diberi kepercayaan, jagalah kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian (jangan mengganggu atau menyakiti)." (HR. Ahmad) (13)
Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Aku memberikan jaminan dengan sebuah rumah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun hanya senda gurau. " (HR. al-Baihaqi) (14)
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambeliau bersabda,
"Seorang mukmin dikenali dengan sikap rendah hatinya, kelembutan ucapannya dan kejujuran ucapannya." (15)
Renungan Ke Empat, Bersama Para Salaf
Terdapat banyak ungkapan tentang kejujuran dan hakikatnya yang disampaikan oleh para salaf, di antaranya sebagai berikut:
1. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kalian wajib untuk jujur, meskipun membawamu kepada kematian."
2. Dan perkataan beliau yang lainnya, "Kejujuran yang membuatku menjadi terhina lebih aku sukai daripada kedustaan yang mengangkat kedudukanku."
3. Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, "Jika engkau ingin menjadi orang-orang yang benar (jujur) maka wajib atasmu sikap zuhud dalam urusan dunia dan menahan diri dari menyakiti ahlul millah (sesama muslim)."
4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Seandainya kejujuran diletakkan pada luka, maka tentu luka itu akan sembuh."
5. Abu Sa'id al Qurasyi rahimahullah berkata, "Orang jujur adalah orang yang siap menghadapi kematian dan dia tidak malu terhadap keburukan dirinya seandainya tersingkap, sebagaimana firman Allah, "Katakanlah, "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar." (QS. Al-Baqarah:94)
6. Abdul Wahid bin Zaid rahimahullah berkata, "Jujur adalah menepati janji terhadap Allah dengan beramal."
7. Bisyar al-Haafi rahimahullah mengatakan, "Barang siapa yang bermuamalah dengan Allah I secara jujur maka dia akan merasa sepi dari manusia. Dan juga dikatakan, "Jujur adalah kesesuaian antara yang tersembunyi dengan yang terucap."
8. Dikatakan juga bahwa jujur adalah kesamaan antara yang disembunyikan dengan yang tampak. Artinya bahwa orang yang berdusta adalah orang yang menampakkan kebaikan tetapi batinnya menyembunyikan keburukan seperti halnya orang munafik yang secara lahir adalah seperti orang yang baik padahal batinnya tidak demikian.
9. Ada sebagian yang mengatatakan, "Kejujuran adalah mengucapkan kebenaran dalam kondisi yang membahayakan."
10. Ada pula yang lain mengatakan, " Jujur adalah berkata benar di hadapan orang yang kau takuti dan kau harapkan." (16)
11. Ada pula seseorang yang berkata, "Barang siapa yang tidak melakukan kewajiban yang kontinyu, maka tidak akan dapat melaksanakan kewajiban yang temporer. Ditanyakan, "Apakah kewajiban yang kontinyu itu? Lalu dijawab, "Jujur."
12. Dikatakan pula, "Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan jujur maka Allah akan memberikan kepadanya cermin yang dengannya dia bisa melihat yang haq dan yang batil.
13. Juga dikatakan, "Wajib atasmu berlaku jujur meskipun engkau khawatir bahwa jujur itu akan memberikan madharat kepadamu, padahal sesungguhnya dia akan memberikan manfaat kepadamu. Dan tinggalkan dusta meskipun engkau melihat bahwa dusta itu memberimu manfaat, sebab ia jutru akan mendatangkan madharat kepadamu.
Sumber: Majalah “Al Jundi Al Muslim” No.121 Ramadhan 1426, oleh Syaikh Sulthan Fuad Al-Thubaisyi, bagian ke 2 dari 4 edisi.
1. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu dia berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Wajib atas kalian semua untuk jujur, karena jujur akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan akan membimbing ke surga. Seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta akan membawa kepada keburukan, dan keburukan akan menyeret ke neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta, dan dia memilih kedustaan, sehingga ditulis di sisi Allah sebagi pendusta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (11)
Al Munawi rahimahullah tatkala menjelaskan hadits di atas mengatakan:
(Wajib atas kalian jujur), yaitu ucapan yang benar (haq), dan kadang pula mencakup pada perbuatan anggota badan, misalnya jika seseorang yang jujur dalam berperang, maka tentu dia akan menunaikan hak-haknya.
(Sesungguhnya kejujuran akan membimbing kepada kabaikan), yaitu kepada amal shalih yang murni, sedang al-birr maknanya adalah sebuah sebutan untuk sesuatu yang mencakup segala macam kebaikan.
(Kebaikan akan membimbing ke surga), yakni akan mengantarkan masuk ke dalam surga.
Ibnul Arabi rahimahullah berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa kejujuran adalah pangkal segala macam kebaikan. Karena seseorang jika telah menjatuhkan pilihan pada kejujuran maka dia tidak akan bermaksiat kepada Allah. Sebab -misalnya- dia ingin meminum khamer, atau berzina, atau menyakiti orang maka dia akan takut dicap sebagai peminum atau pezina. Sebab jika dia ditanya tentang perbuatan itu, maka kalau diam berarti dia dalam keraguan, jika menjawab tidak maka dia berdusta, dan kalau dia jujur menjawab ya, maka jatuhlah kehormatan dan harga dirinya. Dan akhirnya dia pun me-milih untuk menjauhi perbuatan itu.
(Seseorang senantiasa jujur), maksudnya jujur dalam ucapannya.
(Memilih kejujuran), yakni berusaha maksimal dalam melaksanakan kejujuran itu.
(Sehingga ditulis disisi Allah sebagai orang jujur), yakni dia dihukumi dengan kejujuran itu dan berhak menyandang predikat sebagai orang yang jujur.
(Jauhilah dusta), yaitu berhati-hatilah darinya.
(Karena dusta akan mengantarkan kepada keburukan), yakni dia akan mengajak untuk condong dari jalan yang lurus serta akan membangkit-kan kemaksiatan.
(Dan dusta akan mengantarkan ke neraka), yakni menjadikan pelakunya terjerumus di dalamnya.
(Seseorang selalu berusta dan memilih dusta sehingga ditulis di sisi Allah I sebagai pendusta), yakni dia dihukumi sebagai orang pendusta, dan berhak mendapatkan julukan tersebut berikut berbagai konsekuensinya. (12)
Diriwayatkan dari Ubadah Ibnu ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Berilah aku jaminan dengan enam perkara, maka aku akan menjamin untuk kalian dengan surga. (Yaitu) jujurlah kamu jika berbicara, tepatilah jika kamu berjanji, tunaikanlah amanat jika engkau diberi kepercayaan, jagalah kemaluan kalian, tundukkan pandangan kalian, dan tahanlah tangan kalian (jangan mengganggu atau menyakiti)." (HR. Ahmad) (13)
Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Aku memberikan jaminan dengan sebuah rumah di dalam surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun hanya senda gurau. " (HR. al-Baihaqi) (14)
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallambeliau bersabda,
"Seorang mukmin dikenali dengan sikap rendah hatinya, kelembutan ucapannya dan kejujuran ucapannya." (15)
Renungan Ke Empat, Bersama Para Salaf
Terdapat banyak ungkapan tentang kejujuran dan hakikatnya yang disampaikan oleh para salaf, di antaranya sebagai berikut:
1. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kalian wajib untuk jujur, meskipun membawamu kepada kematian."
2. Dan perkataan beliau yang lainnya, "Kejujuran yang membuatku menjadi terhina lebih aku sukai daripada kedustaan yang mengangkat kedudukanku."
3. Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, "Jika engkau ingin menjadi orang-orang yang benar (jujur) maka wajib atasmu sikap zuhud dalam urusan dunia dan menahan diri dari menyakiti ahlul millah (sesama muslim)."
4. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Seandainya kejujuran diletakkan pada luka, maka tentu luka itu akan sembuh."
5. Abu Sa'id al Qurasyi rahimahullah berkata, "Orang jujur adalah orang yang siap menghadapi kematian dan dia tidak malu terhadap keburukan dirinya seandainya tersingkap, sebagaimana firman Allah, "Katakanlah, "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar." (QS. Al-Baqarah:94)
6. Abdul Wahid bin Zaid rahimahullah berkata, "Jujur adalah menepati janji terhadap Allah dengan beramal."
7. Bisyar al-Haafi rahimahullah mengatakan, "Barang siapa yang bermuamalah dengan Allah I secara jujur maka dia akan merasa sepi dari manusia. Dan juga dikatakan, "Jujur adalah kesesuaian antara yang tersembunyi dengan yang terucap."
8. Dikatakan juga bahwa jujur adalah kesamaan antara yang disembunyikan dengan yang tampak. Artinya bahwa orang yang berdusta adalah orang yang menampakkan kebaikan tetapi batinnya menyembunyikan keburukan seperti halnya orang munafik yang secara lahir adalah seperti orang yang baik padahal batinnya tidak demikian.
9. Ada sebagian yang mengatatakan, "Kejujuran adalah mengucapkan kebenaran dalam kondisi yang membahayakan."
10. Ada pula yang lain mengatakan, " Jujur adalah berkata benar di hadapan orang yang kau takuti dan kau harapkan." (16)
11. Ada pula seseorang yang berkata, "Barang siapa yang tidak melakukan kewajiban yang kontinyu, maka tidak akan dapat melaksanakan kewajiban yang temporer. Ditanyakan, "Apakah kewajiban yang kontinyu itu? Lalu dijawab, "Jujur."
12. Dikatakan pula, "Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan jujur maka Allah akan memberikan kepadanya cermin yang dengannya dia bisa melihat yang haq dan yang batil.
13. Juga dikatakan, "Wajib atasmu berlaku jujur meskipun engkau khawatir bahwa jujur itu akan memberikan madharat kepadamu, padahal sesungguhnya dia akan memberikan manfaat kepadamu. Dan tinggalkan dusta meskipun engkau melihat bahwa dusta itu memberimu manfaat, sebab ia jutru akan mendatangkan madharat kepadamu.
Sumber: Majalah “Al Jundi Al Muslim” No.121 Ramadhan 1426, oleh Syaikh Sulthan Fuad Al-Thubaisyi, bagian ke 2 dari 4 edisi.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» [INFO saja][terkait bahan sulit] Beli bahan yang sulit, beli di olshop aja yuk langsung kita buka pembelian bahan di olshop
» Kejujuran seorang Pastor AS tentang Tuhannya dan agamanya :)
» Id_Amor Reborn: Kejujuran dan kekonsistenan Pengarang Injil? bag 1
» dicari kristen berkualitas
» 6 pertanyaan seputar baptis yang sulit dijawab....
» Kejujuran seorang Pastor AS tentang Tuhannya dan agamanya :)
» Id_Amor Reborn: Kejujuran dan kekonsistenan Pengarang Injil? bag 1
» dicari kristen berkualitas
» 6 pertanyaan seputar baptis yang sulit dijawab....
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik