Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Halaman 1 dari 2 • Share
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
2 Samuel :
6:6 Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.
6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.
6:6 Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.
6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.
Terakhir diubah oleh frontline defender tanggal Wed Jan 23, 2013 1:47 pm, total 1 kali diubah
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Trit pinter
Dan itu membuktikan bahwa :
Tuhannya GA RAJA NGECAP doak
Tuhannya EKSIS
Jangan pula nabinya dengan mulut berdarah darah ampe triak triak dari dalam parit : Kembali lah ...kembalilah WAHAI para PENOLONG Alloh
Dan itu membuktikan bahwa :
Tuhannya GA RAJA NGECAP doak
Tuhannya EKSIS
Jangan pula nabinya dengan mulut berdarah darah ampe triak triak dari dalam parit : Kembali lah ...kembalilah WAHAI para PENOLONG Alloh
Guest- Tamu
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Tuhan yang Menghukum Mati Oang yang Berniat Baik
terlalu bernafsu...
terlalu bernafsu...
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
http://www.sarapanpagi.org/30-uza-mengulurkan-tangannya-ke-tabut-allah-membunuhnya-vt2725.html
Selama bertahun-tahun banyak orang yang mengeluh bahwa Allah tidak adil membunuh Uza tatkala dengan sukarela ia berusaha melindungi tabut Allah dari kerusakan atau aib ketika lembu-lembu tersandung dan tabut itu tergelincir. Apakah tidak seharusnya Uza dipuji karena dengan sigap tampil untuk melindungi tabut Allah?
Tidak diragukan bahwa maksud Daud untuk membawa tabut tersebut ke Yerusalem merupakan tujuan yang terpuji dan baik. Kini kerajaannya telah berdiri, ia tidak lupa sumpahnya dulu untuk mengembalikan tabut itu ke tempatnya yang benar dan tetap. Namun apa yang dimulai dengan penuh sukacita itu menjadi hari perkabungan nasional dan aib. Mengapa?
Peniadaan penting dalam ketiga ayat pertama dari 2Samuel 6 memastikan adegan itu gagal. Tatkala Daud membutuhkan nasihat pada waktu sebelumnya, misalnya tatkala ia diserang oleh bangsa Filistin, bacaan itu mencatat bahwa Daud "bertanya kepada TUHAN" (2 Samuel 5:19, 23). Namun sayang kata-kata itu tak ditemukan dalam 2 Samuel 6:1-3. Sebaliknya, kita diberi tahu dalam catatan yang sejajar di 1 Tawarikh 13:1-3 bahwa Daud "berunding dengan setiap pemimpin pasukan dan pemuka".
Tak ada perlunya meminta nasihat dari orang-orang ini. Allah telah memberikan perintah yang jelas dalam Bilangan 4:5-6 tentang cara memindahkan tabut. Tabut harus ditutupi dengan selembar tabu penudung, untuk menudungi kekudusan Allah dari segala jenis gangguan, dan kemudian dibawa dengan menggunakan kayu pengusung di atas bahu kaum Lewi (Bilangan 7:9).
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dengan jelas, namun Daud mempunyai gagasan yang lebih baik, yaitu yang pernah ia pelajari dari kaum kafir Filistin. Ia akan menaikkan tabut itu di atas sebuah "kereta yang baru" (2 Samuel 6:3). Namun, Allah tak pernah mengatakan apapun mengenai penggunaan sebuah kereta yang baru. Ini merupakan penemuan manusia yang bertentangan dengan kehendak dan hukum Allah.
Jadi Daud melakukan hal-hal itu dengan cara yang salah, yaitu berdasarkan gagasannya sendiri atau gagasan dari orang lain tetapi bukan berdasarkan cara Allah. Sesungguhnyalah bagian Ini mempenngatkan bahwa memiliki tujuan yang mulia dan maksud yang benar ketika memasuki pelayanan bagi Allah tidaklah cukup; pekerjaan Allah harus juga diwujudkan dengan cara Allah. Bertujuan baik tidak secara otomatis menyiratkan penggunaan cara-cara yang benar (ati2 tu yang nyanyi2).
Namun mengapa murka Allah tertumpah atas diri Uza jika Daud yang bersalah? Tuhan telah dengan jelas mengajarkan bahwa sekalipun kaum Kehat, yaitu keluarga Lewi ditugaskan untuk mengangkut tabut itu, "janganlah mereka kena kepada barang-barang kudus itu, nanti mereka mati" (Bilangan 4:15). Kalaupun Uza bukan seorang Kehat atau seorang Lewi, ia tetap harus tahu apa yang diajarkan hukum dalam Bilangan 4 dan 7. Allah tidak hanya menepati janji-janji-Nya, melainkan juga menggenapi ancaman-ancaman-Nya!
Ketika kaum Filistin, yang tak punya sarana mencapai penyataan khusus Allah, berdosa karena menyentuh tabut itu dan menggunakan sebuah kereta baru untuk mengangkutnya, murka Allah tidak menyala atas mereka (1 Samuel 6). Itu sebabnya, Allah lebih berbelas kasih kepada mereka yang kurang dapat mengetahui kehendak-Nya daripada terhadap mereka yang tahu. Itu sebabnya terhadap Sodom dan Gomora akan lebih dapat ditolerir pada hari penghakiman daripada terhadap orang-orang yang secara pribadi menyaksikan karya-karya agung dari sang Juruselamat di Kapernaum (Matius 11:23-24).
Seperti Daud, motivasi Uza murni adanya; namun ia mengabaikan Firman Allah yang tertulis, sebagaimana halnya Daud. Jadi seorang berdosa menyeret orang lain. Meminta nasihat pada para ahli tidak bisa mengganti ketaatan kepada Allah bila telah diucapkan-Nya. Niat yang baik, dengan pikiran yang belum dikuduskan, bertentangan dengan Kerajaan Allah. Khususnya dalam hal menyembah Allah dan konsep kekudusan-Nya. (Daudnya kok nggak diapa2in ya?)
Karena Allah kudus, Ia bebas dari segala ketidaksempurnaan moral. Untuk membantu makhluk hidup lebih memahaminya, harus ditarik satu garis batas yang tegas antara hal-hal yang kudus dengan yang umum atau yang kotor. Istilah kotor kita berarti "di hadapan" atau" di luar bait Allah". Jadi segala yang terpisah dari bait Allah, di mana kekudusan Allah bertaut, adalah najis. Namun, tindakan Uza membuat kekudusan yang bertaut dengan tabut itu menjadi najis dan dengan itu juga membawa aib bagi Allah.
Sungguh tak terpikirkan bahwa Allah bisa memaafkan suatu kekacauan atau percampuran antara yang suci dengan yang najis. Menyelipkan keberadaan yang najis ke dalam sesuatu yang kudus berarti mengacaukan keteraturan Allah. Inilah sebabnya mengapa Allah membakar Nadab dan Abihu saat mereka memberikan kepada Tuhan apa yang bukan Ia tetapkan dan dengan cara yang mengotori kekudusan-Nya (Imamat 10:2). Demikian pula dalam 1 Samuel 6:19, tujuh puluh orang Bet-Semes dibunuh karena mengintip ke dalam tabut. Kenajisan bukan hanya bertentangan dengan kekudusan Allah; kenajisan membaurkan yang sekuler dengan yang suci.
Akhirnya, Yeremia 25:6 memperingatkan, "Janganlah kamu menimbulkan sakit hati-Ku ... supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka kepadamu." Hal yang sama bisa dikatakan untuk tanggapan Daud atas tindakan Allah: "Hai, anakku, janganlah anggap enteng [tidak mempedulikan] didikan Tuhan" (Ibrani 12:5). Ketaatan lebih dianjurkan untuk mempelajari bahwa Allah dan Firman-Nya tetap benar tatkala kita bertindak bodoh.
Sumber,
Walter C Kaiser, Jr., Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama, Saat, 2003, p 127-130
Selama bertahun-tahun banyak orang yang mengeluh bahwa Allah tidak adil membunuh Uza tatkala dengan sukarela ia berusaha melindungi tabut Allah dari kerusakan atau aib ketika lembu-lembu tersandung dan tabut itu tergelincir. Apakah tidak seharusnya Uza dipuji karena dengan sigap tampil untuk melindungi tabut Allah?
Tidak diragukan bahwa maksud Daud untuk membawa tabut tersebut ke Yerusalem merupakan tujuan yang terpuji dan baik. Kini kerajaannya telah berdiri, ia tidak lupa sumpahnya dulu untuk mengembalikan tabut itu ke tempatnya yang benar dan tetap. Namun apa yang dimulai dengan penuh sukacita itu menjadi hari perkabungan nasional dan aib. Mengapa?
Peniadaan penting dalam ketiga ayat pertama dari 2Samuel 6 memastikan adegan itu gagal. Tatkala Daud membutuhkan nasihat pada waktu sebelumnya, misalnya tatkala ia diserang oleh bangsa Filistin, bacaan itu mencatat bahwa Daud "bertanya kepada TUHAN" (2 Samuel 5:19, 23). Namun sayang kata-kata itu tak ditemukan dalam 2 Samuel 6:1-3. Sebaliknya, kita diberi tahu dalam catatan yang sejajar di 1 Tawarikh 13:1-3 bahwa Daud "berunding dengan setiap pemimpin pasukan dan pemuka".
Tak ada perlunya meminta nasihat dari orang-orang ini. Allah telah memberikan perintah yang jelas dalam Bilangan 4:5-6 tentang cara memindahkan tabut. Tabut harus ditutupi dengan selembar tabu penudung, untuk menudungi kekudusan Allah dari segala jenis gangguan, dan kemudian dibawa dengan menggunakan kayu pengusung di atas bahu kaum Lewi (Bilangan 7:9).
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dengan jelas, namun Daud mempunyai gagasan yang lebih baik, yaitu yang pernah ia pelajari dari kaum kafir Filistin. Ia akan menaikkan tabut itu di atas sebuah "kereta yang baru" (2 Samuel 6:3). Namun, Allah tak pernah mengatakan apapun mengenai penggunaan sebuah kereta yang baru. Ini merupakan penemuan manusia yang bertentangan dengan kehendak dan hukum Allah.
Jadi Daud melakukan hal-hal itu dengan cara yang salah, yaitu berdasarkan gagasannya sendiri atau gagasan dari orang lain tetapi bukan berdasarkan cara Allah. Sesungguhnyalah bagian Ini mempenngatkan bahwa memiliki tujuan yang mulia dan maksud yang benar ketika memasuki pelayanan bagi Allah tidaklah cukup; pekerjaan Allah harus juga diwujudkan dengan cara Allah. Bertujuan baik tidak secara otomatis menyiratkan penggunaan cara-cara yang benar (ati2 tu yang nyanyi2).
Namun mengapa murka Allah tertumpah atas diri Uza jika Daud yang bersalah? Tuhan telah dengan jelas mengajarkan bahwa sekalipun kaum Kehat, yaitu keluarga Lewi ditugaskan untuk mengangkut tabut itu, "janganlah mereka kena kepada barang-barang kudus itu, nanti mereka mati" (Bilangan 4:15). Kalaupun Uza bukan seorang Kehat atau seorang Lewi, ia tetap harus tahu apa yang diajarkan hukum dalam Bilangan 4 dan 7. Allah tidak hanya menepati janji-janji-Nya, melainkan juga menggenapi ancaman-ancaman-Nya!
Ketika kaum Filistin, yang tak punya sarana mencapai penyataan khusus Allah, berdosa karena menyentuh tabut itu dan menggunakan sebuah kereta baru untuk mengangkutnya, murka Allah tidak menyala atas mereka (1 Samuel 6). Itu sebabnya, Allah lebih berbelas kasih kepada mereka yang kurang dapat mengetahui kehendak-Nya daripada terhadap mereka yang tahu. Itu sebabnya terhadap Sodom dan Gomora akan lebih dapat ditolerir pada hari penghakiman daripada terhadap orang-orang yang secara pribadi menyaksikan karya-karya agung dari sang Juruselamat di Kapernaum (Matius 11:23-24).
Seperti Daud, motivasi Uza murni adanya; namun ia mengabaikan Firman Allah yang tertulis, sebagaimana halnya Daud. Jadi seorang berdosa menyeret orang lain. Meminta nasihat pada para ahli tidak bisa mengganti ketaatan kepada Allah bila telah diucapkan-Nya. Niat yang baik, dengan pikiran yang belum dikuduskan, bertentangan dengan Kerajaan Allah. Khususnya dalam hal menyembah Allah dan konsep kekudusan-Nya. (Daudnya kok nggak diapa2in ya?)
Karena Allah kudus, Ia bebas dari segala ketidaksempurnaan moral. Untuk membantu makhluk hidup lebih memahaminya, harus ditarik satu garis batas yang tegas antara hal-hal yang kudus dengan yang umum atau yang kotor. Istilah kotor kita berarti "di hadapan" atau" di luar bait Allah". Jadi segala yang terpisah dari bait Allah, di mana kekudusan Allah bertaut, adalah najis. Namun, tindakan Uza membuat kekudusan yang bertaut dengan tabut itu menjadi najis dan dengan itu juga membawa aib bagi Allah.
Sungguh tak terpikirkan bahwa Allah bisa memaafkan suatu kekacauan atau percampuran antara yang suci dengan yang najis. Menyelipkan keberadaan yang najis ke dalam sesuatu yang kudus berarti mengacaukan keteraturan Allah. Inilah sebabnya mengapa Allah membakar Nadab dan Abihu saat mereka memberikan kepada Tuhan apa yang bukan Ia tetapkan dan dengan cara yang mengotori kekudusan-Nya (Imamat 10:2). Demikian pula dalam 1 Samuel 6:19, tujuh puluh orang Bet-Semes dibunuh karena mengintip ke dalam tabut. Kenajisan bukan hanya bertentangan dengan kekudusan Allah; kenajisan membaurkan yang sekuler dengan yang suci.
Akhirnya, Yeremia 25:6 memperingatkan, "Janganlah kamu menimbulkan sakit hati-Ku ... supaya jangan Aku mendatangkan malapetaka kepadamu." Hal yang sama bisa dikatakan untuk tanggapan Daud atas tindakan Allah: "Hai, anakku, janganlah anggap enteng [tidak mempedulikan] didikan Tuhan" (Ibrani 12:5). Ketaatan lebih dianjurkan untuk mempelajari bahwa Allah dan Firman-Nya tetap benar tatkala kita bertindak bodoh.
Sumber,
Walter C Kaiser, Jr., Ucapan yang Sulit dalam Perjanjian Lama, Saat, 2003, p 127-130
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
http://forumkristen.com/index.php?topic=26316.30
Masalah menyentuh tabut dan mati, saya rasa bisa dipertimbangkan dengan ruang maha suci.
Waktu itu ketika Tuhan masih berkenan dan hadir di Bait Suci, orang hanya sekali setahun saja boleh masuk ke bait suci dan tidak sembarangan orang masuk dan kalau sembarangan orang masuk akan mati.
Namun ketika bait suci itu dihancurkan oleh tentara babylon atas kehendak Tuhan, tentunya tentara yang menghancurkan itu juga masuk ruang maha suci. Dan tidak mati, karena memang Tuhan sudah meninggalkan bait suci itu.
Saya rasa ini juga terjadi pada Tabut perjanjian itu. Waktu Tuhan masih hadir diatas tabut itu dan merupakan lambang kehadiran Tuhan tentu tidak sembarangan orang boleh menyentuhnya.
Tapi pernah juga tabut itu dibawa oleh tentara filistin dan pembawanya tidak mati karena memang Tuhan punya maksud tertentu. dan terjadi musibah di filistine sehingga dikembalikan dengan dinaikan kereta sapi dimana sapi dibiarkan berjalan kemana dia mau dibawah pimpinan Tuhan kembali ke israel.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
apologi kristen : http://biblikaindonesia.blogspot.com/2011/10/allah-membunuh-uza-jarot-hadianto.html
Namun, pembaca mungkin masih merasa sedikit penasaran: dengan cara apa Allah membunuh Uza? Atau lebih tepatnya: apa yang menyebabkan Uza tiba-tiba tewas? Perikop 2Sam. 6:6-8 memang tidak memberi penjelasan apa-apa tentang hal itu. Namun, ada yang berpendapat bahwa mungkin saja Uza waktu itu begitu gugup dan tegang melihat tabut Allah hampir jatuh. Begitu tegangnya, sampai-sampai jantungnya “kumat” sehingga ia pun langsung meninggal di tempat. Tafsir lain yang jelas-jelas berusaha menyelamatkan citra Allah menghindari kesan bahwa Uza pernah memegang tabut Allah. Menurut tafsir ini, posisi Uza waktu itu persis di samping kereta. Ketika lembu-lembu itu tergelincir, langsung saja tabut jatuh ke arah samping dan dengan mantap menimpa Uza. Tabut Allah selamat, sedangkan Uza langsung tewas di tempat...
Namun, berdasar kisah dalam kitab 2 Samuel, “fakta” (kalau boleh dikatakan begitu) yang bisa kita pegang adalah (1) Uza memegang tabut Allah dan (2) Uza mendadak mati. Kalimat selanjutnya “maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu...” (ay. 7) tidak bisa disebut sebagai fakta. Sebab, jelas tidak ada orang yang melihat Allah datang sambil marah-marah kepada Uza karena berani pegang-pegang tabut-Nya, lalu membunuh dia. Jika demikian, ungkapan “Allah membunuh Uza” rupanya harus dimengerti dan dilihat dari sudut pandang yang tepat. Sebab, ungkapan itu lebih merupakan suatu tafsir teologis, bukan laporan atas suatu peristiwa yang sungguh terjadi.
YHWH, Allah yang Mahakudus
Maka setelah membaca kisah kematian Uza yang menyedihkan ini, salah sasaran jika pencinta Kitab Suci merasa kecewa terhadap Allah yang tega membunuh orang tidak bersalah. Mestinya pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah: “Mengapa penulis menafsirkan atau menyimpulkan bahwa Uza mati karena dibunuh Allah?” Mendukung perenungan kita, dapat dilihat pula kasus-kasus lain yang mirip dengan kasus Uza, yaitu kematian “beberapa” (tujuh puluh!) penduduk Bet-Semes yang iseng melongok-longok ke dalam tabut (1Sam. 6:19), juga bencana yang menghajar orang-orang Filistin (1Sam. 5). Terhadap siapa saja yang tidak menghargai kekudusan-Nya, Allah tidak segan bertindak keras!
Demikianlah, penulis dengan kisah-kisah itu sebenarnya sedang menguraikan gagasannya tentang “Allah yang Mahakudus”. Kudus saat ini umumnya kita mengerti sebagai kata lain dari suci. Jika seseorang atau sesuatu disebut kudus, itu artinya ia berada dalam keadaan bersih, tanpa cela, bebas dari dosa. Namun, perlu diketahui bahwa kudus pertama-tama berarti “terpisah”. Allah disebut Mahakudus, berarti Dia itu “terpisah” dari manusia. Antara Allah dengan manusia ada jurang perbedaan yang besar. Celakalah orang yang sampai berhadapan muka dengan Allah, sebab maut akan segera mencabut nyawanya (bdk. Kel. 33:20).
Tabut memang hanyalah suatu barang. Namun, bukan sembarang barang, tabut adalah barang yang kudus, sebab melambangkan kehadiran YHWH di tengah-tengah bangsa Israel. Karena itu, tabut tidak boleh diperlakukan secara tidak hormat. Sikap seseorang pada tabut menggambarkan sikapnya pada YHWH sendiri. Termasuk hal yang dilarang adalah menyentuh/memegang tabut Allah. Jika Anda tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang dikuduskan (baca: “dipisahkan” dalam rangka melayani Allah atau peribadatan), jangan berani-beraninya menyentuh barang kudus itu. Anda akan dianggap telah melakukan “tindak pelecehan” dan hukuman mati adalah ganjaran yang paling cocok untuk membayar kesalahan Anda itu. Hanya orang-orang tertentu yang diperkenankan berurusan dengan tabut Allah, orang-orang Lewi misalnya, itu pun dengan berbagai ketentuan yang sangat ketat (bdk. Bil. 4:5,15,20; Kel. 25:15). Apa boleh buat, kehadiran Allah rupanya bisa sangat berbahaya bagi manusia!
Naas bagi Uza. Meski dengan tujuan baik – lagi pula terjadi secara spontan – ia telah memegangi tabut yang nyaris jatuh. Itu namanya pelecehan! Maka, ketika setelah itu Uza mendadak meninggal, langsung saja penulis melihat itu sebagai dampak tindakan Uza yang telah melanggar kekudusan tabut Allah. “Allah murka. Ia pun lalu membunuh Uza,” demikian kira-kira katanya. Entah apa maksudnya dengan menambahi keterangan bahwa Uza telah bertindak “teledor” (ay. 7). Yang jelas, pencinta Kitab Suci disarankan untuk tidak memerhatikan aspek-aspek moral (bahwa Uza sebenarnya melakukan hal yang baik) ketika membaca kisah ini. Seorang penafsir memberi perumpamaan yang menarik tentang hal ini. Tindakan Uza yang memegang tabut Allah itu bagaikan seseorang yang secara tidak sengaja memegang kabel listrik. Entah orang itu berniat baik atau jahat, yang namanya berurusan dengan listrik, tetap saja ia akan hangus terbakar...
Penutup: Allah tak bisa diperalat
Jika pembaca sedih hati melihat nasib malang yang menimpa Uza, masih ada yang lebih menyedihkan lagi: penulis agaknya tidak terlalu peduli dengan Uza. Sebab, meski bercerita tentang Uza, sosok yang lebih ia perhatikan dalam perikop ini sebenarnya adalah Daud.
Daud berniat memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Pembaca jangan buru-buru menilai bahwa hal itu pertama-tama terdorong oleh kesalehan hati Daud. Sebagian besar penafsir meyakini bahwa pemindahan itu sedikit banyak memiliki nuansa politis. Raja Daud ingin memanfaatkan tabut Allah sedemikian rupa agar pemerintahan dan kekuasaannya atas Israel semakin kokoh dan legitimate. Namun, mungkinkah Allah berkenan dikendalikan oleh manusia?
Kematian Uza membuat kaget semua orang, termasuk Daud. Sang raja menyadari bahwa kuasa Allah yang luar biasa besar hadir dalam dan melalui tabut-Nya yang kudus. Dari kematian Uza yang terjadi di depan matanya, Daud tampaknya mengambil pelajaran bahwa Allah tidak mau diperalat oleh manusia. Bukan manusia yang berkuasa mengatur Allah, tapi sebaliknya Allahlah yang berkuasa atas diri manusia. Karena itu, Daud pun menjadi “takut” kepada Allah (ay. 9). Prosesi dihentikan dan untuk sementara, pemindahan tabut Allah ke Yerusalem ditunda. Mungkin agar kegemparan atas kematian Uza terlebih dahulu reda, mungkin juga agar Daud dapat melihat-lihat apakah kehadiran tabut itu membawa berkah atau bencana. Yang jelas ada waktu yang cukup bagi Daud yang (semoga) dimanfaatkannya untuk merenungkan kembali motivasinya mengangkut tabut itu ke Yerusalem. Ah, setidaknya Uza tidak mati sia-sia...***
NB : Penulis kitab 1 Tawarikh memberi tafsir teologis lain atas kematian Uza. Menurutnya (dititipkan dalam perkataan Daud), Allah murka karena waktu itu yang mengangkut tabut-Nya bukan orang-orang Lewi. Mereka tidak menghadiri prosesi pemindahan tabut Allah itu (lih. 1Taw. 15:11-14).
Namun, pembaca mungkin masih merasa sedikit penasaran: dengan cara apa Allah membunuh Uza? Atau lebih tepatnya: apa yang menyebabkan Uza tiba-tiba tewas? Perikop 2Sam. 6:6-8 memang tidak memberi penjelasan apa-apa tentang hal itu. Namun, ada yang berpendapat bahwa mungkin saja Uza waktu itu begitu gugup dan tegang melihat tabut Allah hampir jatuh. Begitu tegangnya, sampai-sampai jantungnya “kumat” sehingga ia pun langsung meninggal di tempat. Tafsir lain yang jelas-jelas berusaha menyelamatkan citra Allah menghindari kesan bahwa Uza pernah memegang tabut Allah. Menurut tafsir ini, posisi Uza waktu itu persis di samping kereta. Ketika lembu-lembu itu tergelincir, langsung saja tabut jatuh ke arah samping dan dengan mantap menimpa Uza. Tabut Allah selamat, sedangkan Uza langsung tewas di tempat...
Namun, berdasar kisah dalam kitab 2 Samuel, “fakta” (kalau boleh dikatakan begitu) yang bisa kita pegang adalah (1) Uza memegang tabut Allah dan (2) Uza mendadak mati. Kalimat selanjutnya “maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu...” (ay. 7) tidak bisa disebut sebagai fakta. Sebab, jelas tidak ada orang yang melihat Allah datang sambil marah-marah kepada Uza karena berani pegang-pegang tabut-Nya, lalu membunuh dia. Jika demikian, ungkapan “Allah membunuh Uza” rupanya harus dimengerti dan dilihat dari sudut pandang yang tepat. Sebab, ungkapan itu lebih merupakan suatu tafsir teologis, bukan laporan atas suatu peristiwa yang sungguh terjadi.
YHWH, Allah yang Mahakudus
Maka setelah membaca kisah kematian Uza yang menyedihkan ini, salah sasaran jika pencinta Kitab Suci merasa kecewa terhadap Allah yang tega membunuh orang tidak bersalah. Mestinya pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah: “Mengapa penulis menafsirkan atau menyimpulkan bahwa Uza mati karena dibunuh Allah?” Mendukung perenungan kita, dapat dilihat pula kasus-kasus lain yang mirip dengan kasus Uza, yaitu kematian “beberapa” (tujuh puluh!) penduduk Bet-Semes yang iseng melongok-longok ke dalam tabut (1Sam. 6:19), juga bencana yang menghajar orang-orang Filistin (1Sam. 5). Terhadap siapa saja yang tidak menghargai kekudusan-Nya, Allah tidak segan bertindak keras!
Demikianlah, penulis dengan kisah-kisah itu sebenarnya sedang menguraikan gagasannya tentang “Allah yang Mahakudus”. Kudus saat ini umumnya kita mengerti sebagai kata lain dari suci. Jika seseorang atau sesuatu disebut kudus, itu artinya ia berada dalam keadaan bersih, tanpa cela, bebas dari dosa. Namun, perlu diketahui bahwa kudus pertama-tama berarti “terpisah”. Allah disebut Mahakudus, berarti Dia itu “terpisah” dari manusia. Antara Allah dengan manusia ada jurang perbedaan yang besar. Celakalah orang yang sampai berhadapan muka dengan Allah, sebab maut akan segera mencabut nyawanya (bdk. Kel. 33:20).
Tabut memang hanyalah suatu barang. Namun, bukan sembarang barang, tabut adalah barang yang kudus, sebab melambangkan kehadiran YHWH di tengah-tengah bangsa Israel. Karena itu, tabut tidak boleh diperlakukan secara tidak hormat. Sikap seseorang pada tabut menggambarkan sikapnya pada YHWH sendiri. Termasuk hal yang dilarang adalah menyentuh/memegang tabut Allah. Jika Anda tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang dikuduskan (baca: “dipisahkan” dalam rangka melayani Allah atau peribadatan), jangan berani-beraninya menyentuh barang kudus itu. Anda akan dianggap telah melakukan “tindak pelecehan” dan hukuman mati adalah ganjaran yang paling cocok untuk membayar kesalahan Anda itu. Hanya orang-orang tertentu yang diperkenankan berurusan dengan tabut Allah, orang-orang Lewi misalnya, itu pun dengan berbagai ketentuan yang sangat ketat (bdk. Bil. 4:5,15,20; Kel. 25:15). Apa boleh buat, kehadiran Allah rupanya bisa sangat berbahaya bagi manusia!
Naas bagi Uza. Meski dengan tujuan baik – lagi pula terjadi secara spontan – ia telah memegangi tabut yang nyaris jatuh. Itu namanya pelecehan! Maka, ketika setelah itu Uza mendadak meninggal, langsung saja penulis melihat itu sebagai dampak tindakan Uza yang telah melanggar kekudusan tabut Allah. “Allah murka. Ia pun lalu membunuh Uza,” demikian kira-kira katanya. Entah apa maksudnya dengan menambahi keterangan bahwa Uza telah bertindak “teledor” (ay. 7). Yang jelas, pencinta Kitab Suci disarankan untuk tidak memerhatikan aspek-aspek moral (bahwa Uza sebenarnya melakukan hal yang baik) ketika membaca kisah ini. Seorang penafsir memberi perumpamaan yang menarik tentang hal ini. Tindakan Uza yang memegang tabut Allah itu bagaikan seseorang yang secara tidak sengaja memegang kabel listrik. Entah orang itu berniat baik atau jahat, yang namanya berurusan dengan listrik, tetap saja ia akan hangus terbakar...
Penutup: Allah tak bisa diperalat
Jika pembaca sedih hati melihat nasib malang yang menimpa Uza, masih ada yang lebih menyedihkan lagi: penulis agaknya tidak terlalu peduli dengan Uza. Sebab, meski bercerita tentang Uza, sosok yang lebih ia perhatikan dalam perikop ini sebenarnya adalah Daud.
Daud berniat memindahkan tabut Allah ke Yerusalem. Pembaca jangan buru-buru menilai bahwa hal itu pertama-tama terdorong oleh kesalehan hati Daud. Sebagian besar penafsir meyakini bahwa pemindahan itu sedikit banyak memiliki nuansa politis. Raja Daud ingin memanfaatkan tabut Allah sedemikian rupa agar pemerintahan dan kekuasaannya atas Israel semakin kokoh dan legitimate. Namun, mungkinkah Allah berkenan dikendalikan oleh manusia?
Kematian Uza membuat kaget semua orang, termasuk Daud. Sang raja menyadari bahwa kuasa Allah yang luar biasa besar hadir dalam dan melalui tabut-Nya yang kudus. Dari kematian Uza yang terjadi di depan matanya, Daud tampaknya mengambil pelajaran bahwa Allah tidak mau diperalat oleh manusia. Bukan manusia yang berkuasa mengatur Allah, tapi sebaliknya Allahlah yang berkuasa atas diri manusia. Karena itu, Daud pun menjadi “takut” kepada Allah (ay. 9). Prosesi dihentikan dan untuk sementara, pemindahan tabut Allah ke Yerusalem ditunda. Mungkin agar kegemparan atas kematian Uza terlebih dahulu reda, mungkin juga agar Daud dapat melihat-lihat apakah kehadiran tabut itu membawa berkah atau bencana. Yang jelas ada waktu yang cukup bagi Daud yang (semoga) dimanfaatkannya untuk merenungkan kembali motivasinya mengangkut tabut itu ke Yerusalem. Ah, setidaknya Uza tidak mati sia-sia...***
NB : Penulis kitab 1 Tawarikh memberi tafsir teologis lain atas kematian Uza. Menurutnya (dititipkan dalam perkataan Daud), Allah murka karena waktu itu yang mengangkut tabut-Nya bukan orang-orang Lewi. Mereka tidak menghadiri prosesi pemindahan tabut Allah itu (lih. 1Taw. 15:11-14).
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
ada orang teledor dihukum Tuhan
kok protes
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
kalau teledor,, ya di ingatkan,,, ko malah di bunuh,,, emang sebesar apa kesalahannya,,,SEGOROWEDI wrote:
ada orang teledor dihukum Tuhan
kok protes
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
bertanggung-jawab dalam hal transportasi tabut Allah
jangan sampai teledor dalam mengendalikan lembu-lembu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
SEGOROWEDI wrote:
bertanggung-jawab dalam hal transportasi tabut Allah
jangan sampai teledor dalam mengendalikan lembu-lembu
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
dosa is dosa
terserah Tuhan, pendosa mo diapain..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
SEGOROWEDI wrote:EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
dosa is dosa
terserah Tuhan, pendosa mo diapain..
Jadi ingat kejadian adam makan buah pengetahuan..dosanya kecil.. tuhannya krseten
murkanya minta ampun...tuhan kog MAHA PEMURKA YA...udh mulai sempoyongan nih
umat yesus..
Bajing Ireng- SERSAN SATU
-
Posts : 138
Location : Jambi
Join date : 18.10.12
Reputation : 1
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Bajing Ireng wrote:SEGOROWEDI wrote:EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
dosa is dosa
terserah Tuhan, pendosa mo diapain..
Jadi ingat kejadian adam makan buah pengetahuan..dosanya kecil.. tuhannya krseten
murkanya minta ampun...tuhan kog MAHA PEMURKA YA...udh mulai sempoyongan nih
umat yesus..
Dengan kata lain loe mau bilang kalau Tuhan kami tidak sama dengan tuhan loe kan??
Tuhan kami memang bukan aloh swt, trims atas dukungannya bung
BiasaSaja- SERSAN MAYOR
-
Posts : 660
Kepercayaan : Protestan
Location : warnet langganan
Join date : 08.12.12
Reputation : 11
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Bajing Ireng wrote:SEGOROWEDI wrote:EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
dosa is dosa
terserah Tuhan, pendosa mo diapain..
Jadi ingat kejadian adam makan buah pengetahuan..dosanya kecil.. tuhannya krseten
murkanya minta ampun...tuhan kog MAHA PEMURKA YA...udh mulai sempoyongan nih
umat yesus..
dosa is dosa
adam melanggar larangan Tuhan, lalu diusir keluar dari taman
*bukan ditutunkan dari sorga yang gak jelas kapan dan bagaimana teknis turunnya seperti kibulan orang arab
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
jadi terserah tuhan ya?? ehmm jadi para pelayan tuhan yang melakukan pelecehan nga di hukum tuhan anda,, juga terserah tuhan yaa??SEGOROWEDI wrote:EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
dosa is dosa
terserah Tuhan, pendosa mo diapain..
letak keadilan, simpati dan empatinya dimana tuhan anda,, kalau rakyat kecil injek2, lagsung cabut nyawa,, kalau pejabatnya ( pelayan ) nga pa2,, tuhan zolim di banggain,, weleh2
EHAN- LETNAN DUA
-
Posts : 1393
Kepercayaan : Islam
Location : kalimantan
Join date : 16.07.12
Reputation : 39
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
EHAN wrote:
jadi terserah tuhan ya?? ehmm jadi para pelayan tuhan yang melakukan pelecehan nga di hukum tuhan anda,, juga terserah tuhan yaa??
letak keadilan, simpati dan empatinya dimana tuhan anda,, kalau rakyat kecil injek2, lagsung cabut nyawa,, kalau pejabatnya ( pelayan ) nga pa2,, tuhan zolim di banggain,, weleh2
menghukum orang teledor, kok zolim
maumu kan berilah pada zat yang memberi 72 bidadri bagi pembantai kafitun
iya khaaan?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
frontline defender wrote:2 Samuel :
6:6 Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.
6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.
Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan,,,
akar masalah ada pada lembu-lembu yang tergelincir,dan Uza menjadi korban,,mungkin ini bagian dari rencana Tuhan untuk membunuh Uza, karna lembu-lembu tergelincir bukan kehendak Uza
The.Barnabas- LETNAN DUA
-
Posts : 894
Location : Jakarta
Join date : 27.07.12
Reputation : 36
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
akar masalahnya adalah keteledoran uza
atas tanggung-jawab yang dipercayakan (Tuhan) kepadanya
sebagai sie transportasi yang harus mampu mengendalikan lembu-lembu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
- Spoiler:
- Sebaliknya, kita diberi tahu dalam catatan yang sejajar di 1 Tawarikh 13:1-3 bahwa Daud "berunding dengan setiap pemimpin pasukan dan pemuka".
Tak ada perlunya meminta nasihat dari orang-orang ini. Allah telah memberikan perintah yang jelas dalam Bilangan 4:5-6 tentang cara memindahkan tabut. Tabut harus ditutupi dengan selembar tabu penudung, untuk menudungi kekudusan Allah dari segala jenis gangguan, dan kemudian dibawa dengan menggunakan kayu pengusung di atas bahu kaum Lewi (Bilangan 7:9).
Allah telah menyatakan kehendak-Nya dengan jelas, namun Daud mempunyai gagasan yang lebih baik, yaitu yang pernah ia pelajari dari kaum kafir Filistin. Ia akan menaikkan tabut itu di atas sebuah "kereta yang baru" (2 Samuel 6:3). Namun, Allah tak pernah mengatakan apapun mengenai penggunaan sebuah kereta yang baru. Ini merupakan penemuan manusia yang bertentangan dengan kehendak dan hukum Allah.
Jadi Daud melakukan hal-hal itu dengan cara yang salah, yaitu berdasarkan gagasannya sendiri atau gagasan dari orang lain tetapi bukan berdasarkan cara Allah.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
tugasnya apa, siapa yang harus menjalankannya
haruslah menjalankannya dengan baik jangan sampai TELEDOR
apalagi itu tugas dari raja bahkan dari Tuhan..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
orang TELEDOR, tak mampu menjalankan tugas penting dengan baik
di otak muslim bisa berubah menjadi 'niat baik'
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
^
^
^
yang melakukan pelecehan S** menggunakan bendera Tuhan ataupun tempat tuhan,,ga diapa - apain ma Tuhan, malah si korban berusaha menuntut pelaku mati-matian agar sang pelaku terjerat hukum,,
kemana yang katanya tuhan pemmbunuh uzla,,?
^
^
yang melakukan pelecehan S** menggunakan bendera Tuhan ataupun tempat tuhan,,ga diapa - apain ma Tuhan, malah si korban berusaha menuntut pelaku mati-matian agar sang pelaku terjerat hukum,,
kemana yang katanya tuhan pemmbunuh uzla,,?
The.Barnabas- LETNAN DUA
-
Posts : 894
Location : Jakarta
Join date : 27.07.12
Reputation : 36
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
.... ngoceh apaan seh?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tuhan yang Menghukum Mati Orang yang Berniat Baik
Di thread ini guwe bingung 'kebaikan' apa dari Uza yg dimaksud slimers di ayat tersebut?
kalo dikatakan kebaikkannya : niat tulus untuk membantu memindahkan Tabut Perjanjian (Tabernacle), oke lah ...
tapi ada kesalahan yg dilakukan Uza seperti tertulis di ayat tsb : KETELEDORAN
Dosa langsung terhadap TUHAN.
Jika dosa terhadap manusia mungkin bisa dimaafkan, tapi dosa yg dilakukan Uza adalah DOSA LANGSUNG TERHADAP TUHAN yaitu TIDAK MENGINDAHKAN FIRMAN TUHAN dan TIDAK MENJAGA KEKUDUSAN TUHAN yg terdapat pada Tabut Perjanjian (Tabernacle). Apakah ada kebaikan yg melebihi perbuatan mengindahkan Firman TUHAN dan menjaga kekudusan TUHAN?
Dosa langsung terhadap TUHAN bisa berakibat fatal coy, bisa mati di tempat. Contoh :
a. 1 Samuel 6:19, tujuh puluh orang Bet-Semes dibunuh karena mengintip ke dalam tabut.
b. Dosa Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:11)
Dosa karena sudah tau tapi tetap melakukan
Sebagai orang yahudi pastilah Uza udah tau perintah TUHAN melarang menyentuh Tabut Perjanjian (Tabernacle) baik sengaja maupun tidak sengaja. Maka seharusnya Uza tidak menyentuh langsung Tabut itu walau tergelincir.
Dalam hal Adam memakan buah terlarang, sebelum Adam memakan, Adam sudah tau larangan dari TUHAN tapi tetap buah itu dimakan.
Orang yg sudah tau dosa tapi tetap melakukan dosa itu, ini yg dihukum TUHAN, tapi jika orang melalukan dosa karena ketidaktahuannya, maka TUHAN tidak menghukum. Apakah adil jika menghukum seseorang yg belum tau adanya perintah atau larangan? Orang Filistin tidak tau mengenai Tabut Perjanjian (Tabernacle) dan juga larangan menyentuh tabut itu.
Tentang keteledoran Uza, Daud sendiri ikut marah kok (2 Samuel 6:8)
Pelajaran dari Uza :
1. Menjaga kekudusan TUHAN dan mengindahkan Firman TUHAN (baik perintah maupun larangan)
2. Bersikap sangat extra hati2 jika melakukan perbuatan yg berhubungan langsung dengan kekudusan TUHAN (pelajaran untuk para pendeta dan imam), keteledoran sedikitpun dapat berakibat fatal.
kalo dikatakan kebaikkannya : niat tulus untuk membantu memindahkan Tabut Perjanjian (Tabernacle), oke lah ...
tapi ada kesalahan yg dilakukan Uza seperti tertulis di ayat tsb : KETELEDORAN
TENTU DOSA BESAR.EHAN wrote:
apakah wajar bila di hukum mati gitu,, apa kah itu dosa yang sangat berat..
Dosa langsung terhadap TUHAN.
Jika dosa terhadap manusia mungkin bisa dimaafkan, tapi dosa yg dilakukan Uza adalah DOSA LANGSUNG TERHADAP TUHAN yaitu TIDAK MENGINDAHKAN FIRMAN TUHAN dan TIDAK MENJAGA KEKUDUSAN TUHAN yg terdapat pada Tabut Perjanjian (Tabernacle). Apakah ada kebaikan yg melebihi perbuatan mengindahkan Firman TUHAN dan menjaga kekudusan TUHAN?
Dosa langsung terhadap TUHAN bisa berakibat fatal coy, bisa mati di tempat. Contoh :
a. 1 Samuel 6:19, tujuh puluh orang Bet-Semes dibunuh karena mengintip ke dalam tabut.
b. Dosa Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:11)
Dosa karena sudah tau tapi tetap melakukan
Sebagai orang yahudi pastilah Uza udah tau perintah TUHAN melarang menyentuh Tabut Perjanjian (Tabernacle) baik sengaja maupun tidak sengaja. Maka seharusnya Uza tidak menyentuh langsung Tabut itu walau tergelincir.
TUHAN tidak akan menghukum seseorang karena ketidaktahuannya.frontline defender wrote:Ketika kaum Filistin, yang tak punya sarana mencapai penyataan khusus Allah, berdosa karena menyentuh tabut itu dan menggunakan sebuah kereta baru untuk mengangkutnya, murka Allah tidak menyala atas mereka (1 Samuel 6). Itu sebabnya, Allah lebih berbelas kasih kepada mereka yang kurang dapat mengetahui kehendak-Nya daripada terhadap mereka yang tahu. Itu sebabnya terhadap Sodom dan Gomora akan lebih dapat ditolerir pada hari penghakiman daripada terhadap orang-orang yang secara pribadi menyaksikan karya-karya agung dari sang Juruselamat di Kapernaum (Matius 11:23-24).
Dalam hal Adam memakan buah terlarang, sebelum Adam memakan, Adam sudah tau larangan dari TUHAN tapi tetap buah itu dimakan.
Orang yg sudah tau dosa tapi tetap melakukan dosa itu, ini yg dihukum TUHAN, tapi jika orang melalukan dosa karena ketidaktahuannya, maka TUHAN tidak menghukum. Apakah adil jika menghukum seseorang yg belum tau adanya perintah atau larangan? Orang Filistin tidak tau mengenai Tabut Perjanjian (Tabernacle) dan juga larangan menyentuh tabut itu.
Tentang keteledoran Uza, Daud sendiri ikut marah kok (2 Samuel 6:8)
Pelajaran dari Uza :
1. Menjaga kekudusan TUHAN dan mengindahkan Firman TUHAN (baik perintah maupun larangan)
2. Bersikap sangat extra hati2 jika melakukan perbuatan yg berhubungan langsung dengan kekudusan TUHAN (pelajaran untuk para pendeta dan imam), keteledoran sedikitpun dapat berakibat fatal.
Majesty- SERSAN MAYOR
-
Posts : 202
Location : Dwelling in the Loving Arms of my LORD
Join date : 30.11.12
Reputation : 3
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Kenafa tidak perlu 4 orang saksi untuk menghukum mati kapir yang dituduh menghina Islam ???
» Salahkah Jokowi Menghukum Mati, Warga Negara Asing Yang Tidak Mengimani Hukuman Mati?
» Untuk Muslim : Apakah Orang Mati Mengetahui Orang yang Memandikan dan Mengkafaninya ?
» Tuhan yang mati dalam penderitaan yang diciptakannya sendiri
» Yesus Tidak menghidupkan Orang Yang Mati
» Salahkah Jokowi Menghukum Mati, Warga Negara Asing Yang Tidak Mengimani Hukuman Mati?
» Untuk Muslim : Apakah Orang Mati Mengetahui Orang yang Memandikan dan Mengkafaninya ?
» Tuhan yang mati dalam penderitaan yang diciptakannya sendiri
» Yesus Tidak menghidupkan Orang Yang Mati
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik