Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Halaman 1 dari 2 • Share
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
kronologinya: http://www.wihara.com/forum/topik-umum/14083-tuhan-dan-karma-7.html
sdr. top1 bertanya, "apakah Tuhan akan membalaskan dendam untuk kita?"
saya jawab : pertanyaan ini tidak relevan, karena Tuhan itu tidak ada[1].
tapi kata sdr. top1, jawaban saya itu tidak relevan. coba lihat di post sebelumnya!
lalu saya mencoba mencari jawaban yang kira-kira bisa dianggap relevan oleh sdr. top1 dan jawabannya adalah "ya Tuhan akan membalaskan dendam"
dan sdr. top1 mengatakan "apakah itu bukan pelecehan terhadap Tuhan, karena menganggap tuhan sebagai tukang balas dendam".
saya jawab "bukan pelecahan, sebab Tuhan membalas itu dengan otomatis menggunakan hukum karma[2]".
soal apakah hukum karma itu diciptakan oleh Tuhan atau tidak, gak usah dibahas. udah jelas Anda ataupun top1 juga tidak percaya adanya tuhan, maka apalagi untuk mempercayai bahwa Dia menciptakan hukum karma.
dan sudah saya bilang sebelumnya, ini kemungkinan menjadi fallacy of many question, yaitu sdr. top1 mengajukan pertanyaan yang "tidak memiliki jawaban yang benar".
tidak berarti begitu.
jika niat pelaku baik, maka itu adalah kamma baik. kamma baik, pastilah berbuah baik. fakta nya niat baik tidak selalu berarti cara yang baik dan bijaksana. bila niat baik, tapi caranya salah dan tidak bijak, berarti ada moha[3] di situ. dan moha, berati akibat kamma buruk.
jika pada diri orang yang menasihati hanya ada niat baik, dan tidak ada moha, caranya benar dan bijaksana, tapi orang yang dinasihati malah merasa teraskiti, mak tidak perasaan sakit itu tidak akan terbalaskan pada si penasihat. karena pada dasarnya, seseorang tidaklah dihukum karena perbuatan orang lain. ketika ada orang yang menyakiti kita, dan sakit hati kita terbalaskan, maka sebenarnya orang itu dibalas oleh karmanya sendiri, bukan oleh perbuatan kita. tetapi rasa sakit kita, dan perbuatan kita adalah seperti cermin yang terkena cahaya, lalu cahaya itu memantul, atau seperti yang dikatakan oleh sang Buddha bahwa apabila orang jahat berbuat jahat kepada orang suci, itu seperti menaburkan debu ke arah mata angin, debu itu berbalik ke drinya sendiri. tapi bila debu itu ditaburkan kepada orang yang lebih jahat, itu sepertni menaburkan debu sejalan dengan arah angin, makin keras hembusannya.
kita ini membicarakan Tuhan seperti membicarakan sesuatu yang tidak ada. apakah tuhan menciptakan hukum karma atau tidak, bagaimana cara mengetahuinya, bila kita tidak secara langsung bertanya kepada Tuhan, melihat tuhan dan melihat apa yang Dia kerjakan? sebelum mengenal akan keberadaanNya, bagaimana kita bisa mengetahui apa Dia ikut campur dalam suatu urusan manusia atau tidak?
kalau kita membicarakan objek yang tidak terlihat, maka akhirnya kita akan berspekulasi, berkreasi tentang Tuhan, yang satu mengatakan begini sifat Tuhan, dan yang lain mengatakan bukan begini sifat tuhan. padahal kedua-duanya juga hanya menciptakn kreasi Tuhan di dalam benaknya masing-masing.
kalau kita sudah mengerti bagaimana hukum karma bekerja, maka untuk apa mengerti soal Tuhan? trus, apa pengaruhnya bagi kita, apakah hukum karma ini diciptakan oleh Tuhan atau ada dengan sendirinya? kalau semua itu tidak ada pengaruhnya, maka untuk apa kita mempersoalkannya?
tetap, .. mereka yang mengatakan bahwa Tuhan akan membalaskan dendamnya, Tuhan akan menolongnya, itu bukan semata-mata mereka melihat Tuhan, tetapi berdasarkan keyakinan terhadap sifat-sifat Tuhan yang diberitakan orang-orang suci yang tercatat di dalam kitab suci. oleh karena itu, mereka yang tidak melihat Tuhan, perlu mengenal Tuhan dari kitab Suci, melihat apa yang dikatakan orang suci di dalam kitab suci itu.
di dalam kitab suci itu disebutkan "Allah bersama orang-orang yang sabar". tapi ketika orang-orang yang sabar ini melihat ke kiri, kanan, depan, belakang, atas dan bawah, ia tidak melihat Allah ada bersamanya. masalahnya, apa dia akan mempercayai apa yang dilihatnya, atau akan mempercayai apa yang dilihat oleh orang suci terhadap dirinya, ketika orang suci ini berkata kepada dirinya "Tuhan bersamamu!" ?
Segala sesuatu terkondisi, kecuali satu hal. << ini adalah ajaran Sang Buddha.
Apa yang satu hal itu? << ini yang harus kita tanyakan.
terkondisi itu berarti tergantung kepada suatu keberadaan lain. berarti yang satu hal itu tidak bergantung kepada keadaan yang lain. kalau tidak bergantung, tidak terkondisi, apakah segala sesuatu yang lain dikondisikan olehnya? niscaya dikondisikan olehnya. sebab segala yang terkondisi ini bergantung kepada kondisi lain, dan terus menerus. jika rantai ketergantungan ini tidak berujung, maka inilah yang disebut oleh para filsuf sebagai tasalsul. tasalsul adalah hal yang mustahil. sebab "yang tidak terkondisi" itu berhubungan erat dengan "yang terkondisi". apa hubungannya? yang terkondisi itu bergantung kepada "yang tidak terkondisi", dan semua yang terkondisi menuju kepada yang tidak terkondisi. dari sinilah umat Buddhis dapat menyelami soal ketuhanan. bila hal ini sudah terselami, maka tidak ada yang diragukan bahwa Tuhan ikut campur dalam segala urusan manusia. tiada yang disebut Tuhan kecuali "yang tidak terkondisi" (As shomad).
Keterangan:
1. saya mengatakan demikian, karena saya mengetahui bahwa Umat Buddhis tidak mempercayai adanya Tuhan. masalahnya, kalau tidak yakin adanya Tuhan, bagaimnana ia bisa bertanya "Apakah Tuhan bisa membalaskan dendam untuk kita?"
2. Hukum Karma = An Niqam
3. moha = kebodohan spiritual
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6936/#msg6936
sdr. top1 bertanya, "apakah Tuhan akan membalaskan dendam untuk kita?"
saya jawab : pertanyaan ini tidak relevan, karena Tuhan itu tidak ada[1].
tapi kata sdr. top1, jawaban saya itu tidak relevan. coba lihat di post sebelumnya!
lalu saya mencoba mencari jawaban yang kira-kira bisa dianggap relevan oleh sdr. top1 dan jawabannya adalah "ya Tuhan akan membalaskan dendam"
dan sdr. top1 mengatakan "apakah itu bukan pelecehan terhadap Tuhan, karena menganggap tuhan sebagai tukang balas dendam".
saya jawab "bukan pelecahan, sebab Tuhan membalas itu dengan otomatis menggunakan hukum karma[2]".
soal apakah hukum karma itu diciptakan oleh Tuhan atau tidak, gak usah dibahas. udah jelas Anda ataupun top1 juga tidak percaya adanya tuhan, maka apalagi untuk mempercayai bahwa Dia menciptakan hukum karma.
dan sudah saya bilang sebelumnya, ini kemungkinan menjadi fallacy of many question, yaitu sdr. top1 mengajukan pertanyaan yang "tidak memiliki jawaban yang benar".
Top1 wrote:Kang Asep,
Yang bagi saya tidak relevan adalah sebagai berikut :
1. Jika Tuhan membalas dendam menggunakan hukum karma, berarti apakah Tuhan sendiri masih terikat dengan hukum karma yang dia buat?
tidak berarti begitu.
2. Jika hukum karma membalaskan dendam hanya untuk korban, bagaimana jika si niat pelaku adalah baik, tapi korban yang salah memahami-nya (terlalu sensitif) ?
Pembahasan saya ini pengecualian untuk korban yang mengalami penganiayaan sensitif, tapi lebih kepada korban yang sakit hati karena dinasehati.
jika niat pelaku baik, maka itu adalah kamma baik. kamma baik, pastilah berbuah baik. fakta nya niat baik tidak selalu berarti cara yang baik dan bijaksana. bila niat baik, tapi caranya salah dan tidak bijak, berarti ada moha[3] di situ. dan moha, berati akibat kamma buruk.
jika pada diri orang yang menasihati hanya ada niat baik, dan tidak ada moha, caranya benar dan bijaksana, tapi orang yang dinasihati malah merasa teraskiti, mak tidak perasaan sakit itu tidak akan terbalaskan pada si penasihat. karena pada dasarnya, seseorang tidaklah dihukum karena perbuatan orang lain. ketika ada orang yang menyakiti kita, dan sakit hati kita terbalaskan, maka sebenarnya orang itu dibalas oleh karmanya sendiri, bukan oleh perbuatan kita. tetapi rasa sakit kita, dan perbuatan kita adalah seperti cermin yang terkena cahaya, lalu cahaya itu memantul, atau seperti yang dikatakan oleh sang Buddha bahwa apabila orang jahat berbuat jahat kepada orang suci, itu seperti menaburkan debu ke arah mata angin, debu itu berbalik ke drinya sendiri. tapi bila debu itu ditaburkan kepada orang yang lebih jahat, itu sepertni menaburkan debu sejalan dengan arah angin, makin keras hembusannya.
Top1 wrote:Sdr Kang Asep,
Penjelasan anda ini sejalan dengan hukum karma, namun saya tidak melihat campur tangan Tuhan dalam hal ini. Bisakah anda menjelaskannya?
kita ini membicarakan Tuhan seperti membicarakan sesuatu yang tidak ada. apakah tuhan menciptakan hukum karma atau tidak, bagaimana cara mengetahuinya, bila kita tidak secara langsung bertanya kepada Tuhan, melihat tuhan dan melihat apa yang Dia kerjakan? sebelum mengenal akan keberadaanNya, bagaimana kita bisa mengetahui apa Dia ikut campur dalam suatu urusan manusia atau tidak?
kalau kita membicarakan objek yang tidak terlihat, maka akhirnya kita akan berspekulasi, berkreasi tentang Tuhan, yang satu mengatakan begini sifat Tuhan, dan yang lain mengatakan bukan begini sifat tuhan. padahal kedua-duanya juga hanya menciptakn kreasi Tuhan di dalam benaknya masing-masing.
kalau kita sudah mengerti bagaimana hukum karma bekerja, maka untuk apa mengerti soal Tuhan? trus, apa pengaruhnya bagi kita, apakah hukum karma ini diciptakan oleh Tuhan atau ada dengan sendirinya? kalau semua itu tidak ada pengaruhnya, maka untuk apa kita mempersoalkannya?
tetap, .. mereka yang mengatakan bahwa Tuhan akan membalaskan dendamnya, Tuhan akan menolongnya, itu bukan semata-mata mereka melihat Tuhan, tetapi berdasarkan keyakinan terhadap sifat-sifat Tuhan yang diberitakan orang-orang suci yang tercatat di dalam kitab suci. oleh karena itu, mereka yang tidak melihat Tuhan, perlu mengenal Tuhan dari kitab Suci, melihat apa yang dikatakan orang suci di dalam kitab suci itu.
di dalam kitab suci itu disebutkan "Allah bersama orang-orang yang sabar". tapi ketika orang-orang yang sabar ini melihat ke kiri, kanan, depan, belakang, atas dan bawah, ia tidak melihat Allah ada bersamanya. masalahnya, apa dia akan mempercayai apa yang dilihatnya, atau akan mempercayai apa yang dilihat oleh orang suci terhadap dirinya, ketika orang suci ini berkata kepada dirinya "Tuhan bersamamu!" ?
Segala sesuatu terkondisi, kecuali satu hal. << ini adalah ajaran Sang Buddha.
Apa yang satu hal itu? << ini yang harus kita tanyakan.
terkondisi itu berarti tergantung kepada suatu keberadaan lain. berarti yang satu hal itu tidak bergantung kepada keadaan yang lain. kalau tidak bergantung, tidak terkondisi, apakah segala sesuatu yang lain dikondisikan olehnya? niscaya dikondisikan olehnya. sebab segala yang terkondisi ini bergantung kepada kondisi lain, dan terus menerus. jika rantai ketergantungan ini tidak berujung, maka inilah yang disebut oleh para filsuf sebagai tasalsul. tasalsul adalah hal yang mustahil. sebab "yang tidak terkondisi" itu berhubungan erat dengan "yang terkondisi". apa hubungannya? yang terkondisi itu bergantung kepada "yang tidak terkondisi", dan semua yang terkondisi menuju kepada yang tidak terkondisi. dari sinilah umat Buddhis dapat menyelami soal ketuhanan. bila hal ini sudah terselami, maka tidak ada yang diragukan bahwa Tuhan ikut campur dalam segala urusan manusia. tiada yang disebut Tuhan kecuali "yang tidak terkondisi" (As shomad).
Keterangan:
1. saya mengatakan demikian, karena saya mengetahui bahwa Umat Buddhis tidak mempercayai adanya Tuhan. masalahnya, kalau tidak yakin adanya Tuhan, bagaimnana ia bisa bertanya "Apakah Tuhan bisa membalaskan dendam untuk kita?"
2. Hukum Karma = An Niqam
3. moha = kebodohan spiritual
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6936/#msg6936
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Kebenaran jenis ini dapat kita lihat dalam Udana Nikaya : “Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Kebenaran terakhir ini, seperti Nibbana yang memungkinkan kita untuk mencapai pembebasan.
Buddha telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula. Buddha bersabda: “Ada Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak (Udana VIII:3).
Yang Mutlak = Asamkhata-Dhamma = Yang Tak Terkondisi. Dengan adanya Yang Tak Terkondisi (Asamkhata), maka manusia yang terkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6944/#msg6944
Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Kebenaran terakhir ini, seperti Nibbana yang memungkinkan kita untuk mencapai pembebasan.
Buddha telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula. Buddha bersabda: “Ada Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak (Udana VIII:3).
Yang Mutlak = Asamkhata-Dhamma = Yang Tak Terkondisi. Dengan adanya Yang Tak Terkondisi (Asamkhata), maka manusia yang terkondisi (Samkhata) dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6944/#msg6944
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
bigboss wrote:jadi sesuai dgn yg di bold adalah hal yg mustahil?
yang mustahil adalah sifat bergantung yang tidak berujung.
sebab bersebab yang tidak berakhir.
itu yang disebut tasalsul
sedangkan saling kebergantungan yang melingkar disebut Daor.
daor wa tasalsul merupakan keyakinan Budhidsme dan atheisme
tapi tidak seluruh buddhis dan atheis menganut daor wa tasalsul. tapi umumnya Buddhis dan umumnya Atheis berpegang pada prinsip ini. dalam hal lain, atheisme dan budhisme mempunyai banyak perbedaan.
sedangkan saya menyangkal prinsip daor wa tasalsul yang dianut Buddhisme dan Atheisme itu karena berarti telah mengilangkan peran "yang tidak terkondisi" di alam semesta. dan menyatakan bahwa prinsip Daor wa Tasalsul ini tidak sejalan dengan ajaran sang Buddha. ringkasnya, saya menyatakan keyakinan umat Buddhis pada umumnya justru tidak sejalan dengan ajaran yang Buddha itu sendiri.
legend wrote:Sekarang yang jadi pertanyaan Tuhan itu di dalam atau di luar hukum karma ?
tuhan tidak bisa dikatakan di luar maupun di dalam hukum karma.
Hukum Karma bukan bagian dari Tuhan, karena Tuhan tidak terbagi-bagi. Tetapi kalau orang telah melihat Tuhan, maka hukum karma itu tiada. yang ada hanyalah Tuhan. Laa hukma ilallah (tidak ada Hukum Kecuali Tuhan). seperti bagaimana ego ketika difahami. sebelum memahaminya, kita merasa bahwa ego itu ada di dalam diri kita. tetapi setelah ego difahami, maka ternyata eggo itu tidak real, tidak nyata, tidak ada di dalam diri maupun di luar diri kita. demikian pula segala hukum di alam semesta ini, termask hukum karma. pada tahap pemahaman tertentu, kita melihat bahwa yang bekerja pada alam semesta ini adalah hukum karma. tapi setelah pemahaman lebih dalam dari itu, maka kita akan melihat bahwa hukum karma ini tidak real, tidak nyata, hanya ilusi, ia terlahir dari filsafat, hanya ada satu yang real, yaitu Tuhan.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6947/#msg6947
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
inilah yang membuat saya tertarik untuk selalu berdiskusi dengan umat Buddhis, yaitu mereka reaksioner dan sangat bersemangat memikirkan problem-problem fislafat yang sangat rumit dan pelik. kalau apa yang saya paparkan di atas saya coba posting di forum lain, niscaya tidak akan ada yang merespon. oleh karena itu, apapun komentar Anda, saya mempersepsikannya sebagai sesuatu yang menyenangkan. karena memang saya membutuhkan tanggapan. tetapi mohon maaf, karena keterbatasn waktu, apabila misalnya saya tidak bisa menanggapi semuanya. idealnya sih, dialog terjadi antara dua orang saja, sehingga tidak terlalu menyibukan 1 pihak. kalau saya harus menanggapi semuanya, tentu saya akan menjadi sangat sibuk. oleh karena itu, mohon maaf, apabila saya hanya menanggapi sebagian-sebagian saja. tapi saya pastikan, saya membaca semua postingan Anda, merenungkannya dan menghargainya.
Hukum Karma itu real
Hukum Karma itu tidak real
dalam logika, pertentangan jenis ini disebut kontrari
bukankah pertentangan seperti itu sering kita temukan di dalam ajaran sang Buddha?
"aku" adalah sesuatu yang tidak real, menurut ajaran sang Buddha
di sisi lain sang Buddha sering menyebut dirinya "aku"
itu berarti di sisi lain "Aku" adalah sesuatu yang real, sedangkan di sisi lainnya lagi "Aku" adalah sesuatu yang tidak real.
Aku adallah yang real
Aku adalah yang tidak real
ini juga pertentangan kontrari. adapun sifat kontrari adalah "mustahil benar keduanya, tapi mungkin saja salah keduanya"
tapi sejauh pengetahuan saya, umat Buddhis cukup terampil untuk menjelaskan bahwa dua kalimat yang tampak bertentangan itu sebenarnya tidak bertentangan. Anda sudah tahu bagaimana "pelebur pertentangannya", demikian juga saya. maka, tidak perlu diuraikan lagi. hanya kesimpulan yagn dapat diambil dari fakta yang tampak bertentangan dengan hal itu adalah "apa yang tampak bertentangan, belum tentu bertentangan, karena kemungkinan ada peleburnya."
"Pelebur pertentangan" adalah penjelasan yang bisa menjelaskan bahwa dari kalimat yang tampak bertentangan itu sebenarnya tidak bertentangan.
demikian pula dengan kalimat :
Hukum Karma itu real
Hukum Karma itu tidak real
dari bentuk kalimatnya, memang yang satu mengingkari yang lain. sebelum saya menjelaskan "peleburnya", maka ada kemungkinan "tidak bertentangan" dari kalimat yang bertentangan harus difahami sebagai sesuatu yang benar. kalau tidak, Anda akan berkutat di dalam mempersoalkan kalimat yang bertentanga tersebut.
kemudian kalimat berikut ini :
Tuhan itu tidak di dalam
Tuhan itu tidak di luar
dalam logika, hanya ada empat pertentangan, yaitu kontrari, kontradiksi, alternasi dan subalternasi, kepada jenis pertentangan mana? dengan memperhatikan seluruh ciri pertentangan, maka kedua kalimat itu tidak bertentangan sama sekali, kecuali bila orang menafsirkan "tidak diluar" berti "di dalam" atau menafiskran "tidak di dalam" sebagai "pasti di luar". ini keliru, karena tidak selamanya "bukan di dalam" berarti "di luar".
logika yang sama ada di dalam budhisme. di mana orang yang telah mencapai upekha "keseimbangan batin" dia mengalami suka maupun dukha, ia berada di dalam ketenang seimbangan. tetapi orang yang berpikirannya dangkal berpikir bahwa "jika tidak mengalami suka, pastilah mengalami dukha, jika tidak dukha, maka pastilah suka", seperti pilihan siang dan malam, kalau saat ini tidak siang, maka pastilah malam. dia tidak bisa mengerti suatu kondisi yang "bukan siang" maupun "bukan malam". demikian sang Buddha pernah berkata, bahwa Sang Tathagtha itu apabila telah mencapai Nibbana, dia itu bukannya terlahir dan bukannya tidak terlahir. kalau umat Buddhis sudah bisa mengerti filsafat seperti ini, maka apa yang mengherankan bahwa Tuhan itu tidak di dalam dan di luar hukum karma, tidak bersatu juga tak berpisah dengan hukum karma?
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6950/#msg6950
legend wrote:Jawaban ini malah terkesan aneh, berarti Tuhan malah tidak menentu di satu sisi Dian yang membikin di satu sisi Dia juga yang mengingkari ...Kalau Tuhan bisa mengingkari hukum karma seperti coeda bilang inilah penihilan mutlak ...
Hukum Karma itu real
Hukum Karma itu tidak real
dalam logika, pertentangan jenis ini disebut kontrari
bukankah pertentangan seperti itu sering kita temukan di dalam ajaran sang Buddha?
"aku" adalah sesuatu yang tidak real, menurut ajaran sang Buddha
di sisi lain sang Buddha sering menyebut dirinya "aku"
itu berarti di sisi lain "Aku" adalah sesuatu yang real, sedangkan di sisi lainnya lagi "Aku" adalah sesuatu yang tidak real.
Aku adallah yang real
Aku adalah yang tidak real
ini juga pertentangan kontrari. adapun sifat kontrari adalah "mustahil benar keduanya, tapi mungkin saja salah keduanya"
tapi sejauh pengetahuan saya, umat Buddhis cukup terampil untuk menjelaskan bahwa dua kalimat yang tampak bertentangan itu sebenarnya tidak bertentangan. Anda sudah tahu bagaimana "pelebur pertentangannya", demikian juga saya. maka, tidak perlu diuraikan lagi. hanya kesimpulan yagn dapat diambil dari fakta yang tampak bertentangan dengan hal itu adalah "apa yang tampak bertentangan, belum tentu bertentangan, karena kemungkinan ada peleburnya."
"Pelebur pertentangan" adalah penjelasan yang bisa menjelaskan bahwa dari kalimat yang tampak bertentangan itu sebenarnya tidak bertentangan.
demikian pula dengan kalimat :
Hukum Karma itu real
Hukum Karma itu tidak real
dari bentuk kalimatnya, memang yang satu mengingkari yang lain. sebelum saya menjelaskan "peleburnya", maka ada kemungkinan "tidak bertentangan" dari kalimat yang bertentangan harus difahami sebagai sesuatu yang benar. kalau tidak, Anda akan berkutat di dalam mempersoalkan kalimat yang bertentanga tersebut.
kemudian kalimat berikut ini :
Tuhan itu tidak di dalam
Tuhan itu tidak di luar
dalam logika, hanya ada empat pertentangan, yaitu kontrari, kontradiksi, alternasi dan subalternasi, kepada jenis pertentangan mana? dengan memperhatikan seluruh ciri pertentangan, maka kedua kalimat itu tidak bertentangan sama sekali, kecuali bila orang menafsirkan "tidak diluar" berti "di dalam" atau menafiskran "tidak di dalam" sebagai "pasti di luar". ini keliru, karena tidak selamanya "bukan di dalam" berarti "di luar".
logika yang sama ada di dalam budhisme. di mana orang yang telah mencapai upekha "keseimbangan batin" dia mengalami suka maupun dukha, ia berada di dalam ketenang seimbangan. tetapi orang yang berpikirannya dangkal berpikir bahwa "jika tidak mengalami suka, pastilah mengalami dukha, jika tidak dukha, maka pastilah suka", seperti pilihan siang dan malam, kalau saat ini tidak siang, maka pastilah malam. dia tidak bisa mengerti suatu kondisi yang "bukan siang" maupun "bukan malam". demikian sang Buddha pernah berkata, bahwa Sang Tathagtha itu apabila telah mencapai Nibbana, dia itu bukannya terlahir dan bukannya tidak terlahir. kalau umat Buddhis sudah bisa mengerti filsafat seperti ini, maka apa yang mengherankan bahwa Tuhan itu tidak di dalam dan di luar hukum karma, tidak bersatu juga tak berpisah dengan hukum karma?
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6950/#msg6950
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
BigBosS wrote:apa itu yg tidak berawal dan tidak berakhir?? apa cuma satu doank?? tuhan gitu??
Yang Tidak Berawal itu adalah Yang Tidak Dilahirkan.
Dia ada, tapi Dia tidak pernah dilahirkan. berarti adanya Dia tidak berawal.
Anda dilahirkan. Tahun berapa Anda lahir? itulah awal keberadaan Anda dalam kehidupan sekarang.
Faktor-faktor mental juga berawal. ketika Anda berpisah dengan orang yang Anda sayangi, terlahirkan kesedihan di dalam diri Anda. lahirnya kesedihan ini, inilah awalnya suatu faktor mental muncul di dalam diri Anda.
Yang Tidak Berawal itu adalah Yang Tidak Menjelma
segala sesuatu yang menjelma, pasti ada awalnya, planet-planet, bintang, gunung dan lautan, juga diri Anda adalah sesuatu yang menjelma, maka semua itu mempunyai awal. karena tidak menjelma, ia tidak butuh kepada awal dan akhir. karena Dialah yang paling awal dan akhir. Tiada awal sebelum dia, dan tiada akhir sebelum Dia. pada dirinya AwalNya sama dengan AkhirNya. Jika tiada Dia, maka tidaklah mungkin lingkaran samsara memiliki jalan keluarnya.
dalam Udana Nikaya : “Ketahuilah Para Bhikkhu, Ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Wahai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6955/#msg6955
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
DABGF wrote:didalam bahasa Buddhism, kualitas itu disebut NIBANNA.
tapi sayang umat meninggikan keberadaan kewujudan dirinya dan segala apa yang dilihat sebagai ciri-ciri pada dunia.
padahal guru Buddha bukan mengajarkan ke arah hal itu.
sayang.... sungguh disayang..., ajaran guru Buddha yang sangat baik sebagai penuntun tertinggi usaha manusia untuk mengenali kualitas tersebut. tetapi dicerap dan ditafsirkan salah. dan diturun ajarkan dari generasi ke generasi semakin mengandalkan dan mengunggulkan kebanggaan diri yang salah. seperti pada sutta DP IX (146) Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau dunia ini selalu terbakar? Dalam kegelapan, tidakkan engkau ingin mencari terang?
saya bahkan hampir tidak percaya, bahwa di antara umat buddhis masih ada orang yang bijaksana seperti Anda, yang memahami ajaran Dhamma dengan benar. sejak dulu saya telah membaca tulisan-tulisan Anda, sejak di DC hingga di forum ini, saya katakan, "Tidak ada yang menyimpang di dalam tulisan-tulisan coeda, jalan pikirannya lurus, tidak ada yang salah. tapi saya tidak mengerti, bagaimana kawan-kawan Buddhis selalu menyangkal jalan pikirannya." setidaknya, inilah penilaian awal sementara. saya merasa Dhamma yang kita fahami adalah sejalan. tapi entahlah, mungkin juga mempunyai banyak perbedaan, hanya saya tidak mengetahui di mana letak pertentangannya. selain Anda, justru saya melihat mereka menyangkal ajaran Sang Buddha. entahlah dengan sarana apa Anda menyelami Dhamma, tapi saya menyelami Dhamma dengan praktik meditasi dan sarana Logika.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6967/#msg6967
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
hadisantoso wrote:hai Kang Asep salam kenal ya.
agama anda logika,sama dengan saya,mungkin anda bisa jadi guru saya.
salam kenal juga.
kalau begitu, ini ada test pertama untuk meyakinkan saya bahwa Anda berpegang pada logika dan tahu apa itu logika.
coba jawab langsung oleh diri Anda sendiri, tanpa bertanya atau nyontek ke google ya!
Soal Pertama
Setiap A adalah B
Setiap B adalah C
kesimpulan : ?
soal kedua
Setiap A adalah B
Setiap C adalah B
kesimpulan : ?
Soal Ketiga
Setiap A adalah B
Sebagian B adalah C
kesimpulan : ?
Soal Keempat
si A mencintai B
dan si B mencintai si C
apakah berarti si A mencintai si C ?
jika "ya", apa alasannya?
jika "tidak", juga apa alasannya?
maaf, saya mengajukan soal-soal itu, soalnya Anda mengaku beragama logika seperti saya. jawablah pertanyaan itu tanpa nyontek ya! saya ingin tahu, sejauh mana kualitas logika Anda.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6969/#msg6969
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
hadisantoso wrote:konsep A---------
konsep ini hanya mengenal karma sebagai kekuatan tunggal dalam kehidupan manusia,hukum karma sebagai hukum alam yang selalu bergerak dengan sistemnya yang paten,tidak ada intervensi,tidak ada yang bisa mengatur,menghentikan,membelokkan,menunda,merubah dsb.
karena sebagai pemain atau sistem tunggal,maka konsep ini tidak mengenal kata Tuhan,dan bila dipaksakan maka sistem inilah Tuhan dari konsep ini,Tuhan tanpa pengampunan,pemberian dan tanpa perlu dipuji atau disembah.
dengan demikian konsep ini lebih focus mengajarkan umatnya untuk menjaga diri ,selalu melakukan yang baik ,karena istilah nasib atau takdir murni akibat prilaku umat itu sendiri.tidak ada yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri yang merubah,
konsep B--------
konsep ini 100% mengakui adanya kuasa karma dalam kehidupan manusia,namun ada sedikit kelonggaran atau semacam jalan keluar untuk membantu manusia mengatasi keadaan/kondisi yang sangat berat,yaitu adanya peran Tuhannya( para dewa,boddhisatva,orang/mantan orang sakti) yang bisa membantu ------mempercepat berbuahnya karma baik atau memperlambat berbuahnya karma buruk.
bantuan yang diberikan bukan memberi sesuatu yang gratis /cuma2,karena yang didapat itu memanglah milik umat itu sendiri,tuhan hanya membantu mempercepat perubahan .
konsep C--------
konsep ini sebetulnya juga mengakui adanya hukum sebab akibat,baik mendapat hasil baik,yang buruk akan mendapat buah buruk.tapi konsep ini memiliki 1 kuasa yang lebih kuasa dari pada hukum alam(sebab akibat) yaitu Tuhan.
ini mirip dengan kondisi sebuah negara, Indonesia punya KUHP dan UUD 45 sebagai dasar negara, tapi yang merealisasikan atau sebagai eksekutor hukum tsb adalah presiden/aparatur.
jadi lebih kuasa mana presiden dengan kuhp ? tentu presiden lebih berkuasa, tentu Tuhan yang lebih kuasa daripada karma.
konsep ini penuh dengan pengampunan,grasi ,bebas pajak dan pemberian gratis/cuma2,
menurut hukum logika, suatu ajaran tidak dipadang sesat karena bertentangan dengan ajaran lainnya, tetapi ia termasuk ajaran sesat karena menyangkal dirinya sendiri. oleh karena itu, untuk melihat apakah ada yang salah di dalam konsep A, B dan C, jangan membenturkan ketiganya, melainkan periksa di dalam masing-masing konsep itu, apakah ada yang bertentangan atau tidak. jika Ada, maka jelaskan itu ajaran yang sesat. jika tidak ada, maka belum tentu sesat, walaupun bertentangan dengan konsep B. tetapi mana yang harus kita yakini sebagai benar. Tidak satupun, bila tidak satupun yang terbukti benar kepada kita. ajaran yang harus kita pegang adalah ajaran yang sudah terbukti kebenarnnya dan tidak mungkin bisa kita sangkal lagi.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6972/#msg6972
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
(1) “Ada, para bhikkhu, beberapa petapa dan brahmana yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: ‘Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh apa yang telah dilakukan di masa lalu.’ (2) Ada para petapa dan brahmana lainnya yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: ‘Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh aktivitas Tuhan pencipta.’ (3) Dan ada para petapa dan brahmana lain lagi yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: ‘Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya terjadi tanpa suatu sebab atau kondisi.’<431>
(1) “Para bhikkhu, Aku mendatangi para petapa dan brahmana itu yang yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: ‘Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh perbuatan-perbuatan masa lalu,’<432> dan Aku berkata kepada mereka: ‘Benarkah bahwa kalian para mulia menganut doktrin dan pandangan demikian?’ ketika Aku menanyakan hal ini kepada mereka, mereka menegaskannya. [174] Kemudian Aku berkata kepada mereka: ‘Kalau begitu, adalah karena perbuatan masa lalu maka kalian mungkin melakukan pembunuhan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan aktivitas seksual, berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, berkata kasar, bergosip; sehingga kalian mungkin penuh kerinduan, memiliki pikiran berniat buruk, dan menganut pandangan salah.’<433>
“Mereka yang mengandalkan perbuatan masa lalu sebagai kebenaran mendasar tidak memiliki keinginan [untuk melakukan] apa yang harus dilakukan dan [untuk menghindari melakukan] apa yang tidak boleh dilakukan, juga mereka tidak berusaha dalam hal ini. Karena mereka tidak memahami sebagai benar dan sah segala sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, maka mereka berpikiran kacau, mereka tidak menjaga diri mereka sendiri, dan bahkan sebutan personal sebagai ‘petapa’ tidak dapat dengan benar ditujukan kepada mereka. Ini adalah bantahan logisKu yang pertama pada para petapa dan brahmana yang menganut doktrin dan pandangan demikian.
jelas sekali, ini adalah ajaran yang dinarasikan oleh sang Buddha tersebut adalah ajaran yang sesat, bukan karena ajaran ini menyangkal ajaran sang Buddha, tetapi ajaran ini telah menyangkal dirinya sendiri. kalau Anda mempelajari Logika, maka Anda akan dengan mudah mengidentifikasi adanya pertentangan internal ini, dan dari empat jenis pertentangan :
1. kontrari
2. kontradiksi
3. alternasi
4. subalternasi
dapat dilihat dengan jelas, ajaran tersebut mengandung pertentangan yang mana.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6975/#msg6975
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
mari kita uraikan apa yang dipaparkan oleh sang Buddha dengan logika.
pertama,
konversi ke dalam kalimat logika baku :
semua perbuatan disebabkan oleh perbuatan masa lalu
Kedua,
apa itu artinya ? artinya "manusia tidak mempunyai pilihan atas perbuatan saat ini".
ketiga, Faktanya "para Brahmana ini mempunyai pilihan atas perbuatan saat ini." dan tentunya ini diakui, tidak disangkal oleh para Brahmana yang menganut faham demikian.
disinilah pertentangan :
manusia tidak memiliki pilihan atas perbuatan saat ini (kalimat E)
manusia memiliki pilihan atas perbuatan saat ini (Kalimat A)
inilah yang menurut hukum logika disebut pertentangan kontrari, yang mempunyai sifat :
1. bisa jadi salah keduanya
2. tapi mustahil benar keduanya
hanya ada dua kemungkinan, dan satu kemustahilan.
pertama, bisa jadi keyakinan bahwa kalimat E benar, dan A salah.
Kedua, bisa jadi kalimat A salah dan E Benar
ketiga, mustahil benar keduanya
dengan melatih diri dalam bidang logika, analisa seperti ini akan dilakukan secara cepat oleh pikiran Anda hanya dalam beberapa detik saja.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6976/#msg6976
pertama,
“Para bhikkhu, Aku mendatangi para petapa dan brahmana itu yang yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: ‘Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh perbuatan-perbuatan masa lalu,
konversi ke dalam kalimat logika baku :
semua perbuatan disebabkan oleh perbuatan masa lalu
Kedua,
Kalau begitu, adalah karena perbuatan masa lalu maka kalian mungkin melakukan pembunuhan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan aktivitas seksual, berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, berkata kasar, bergosip; sehingga kalian mungkin penuh kerinduan, memiliki pikiran berniat buruk, dan menganut pandangan salah.
apa itu artinya ? artinya "manusia tidak mempunyai pilihan atas perbuatan saat ini".
ketiga, Faktanya "para Brahmana ini mempunyai pilihan atas perbuatan saat ini." dan tentunya ini diakui, tidak disangkal oleh para Brahmana yang menganut faham demikian.
disinilah pertentangan :
manusia tidak memiliki pilihan atas perbuatan saat ini (kalimat E)
manusia memiliki pilihan atas perbuatan saat ini (Kalimat A)
inilah yang menurut hukum logika disebut pertentangan kontrari, yang mempunyai sifat :
1. bisa jadi salah keduanya
2. tapi mustahil benar keduanya
hanya ada dua kemungkinan, dan satu kemustahilan.
pertama, bisa jadi keyakinan bahwa kalimat E benar, dan A salah.
Kedua, bisa jadi kalimat A salah dan E Benar
ketiga, mustahil benar keduanya
dengan melatih diri dalam bidang logika, analisa seperti ini akan dilakukan secara cepat oleh pikiran Anda hanya dalam beberapa detik saja.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6976/#msg6976
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
karena faktanya manusia mempunyai pilihan atas apa yang akan diperbuatnya sekarang, di mana hal ini tidak disangkal lagi oleh para Brahmana, maka berarti kita menemukan pertentangan kedua :
perbuatan saat ini ditentukan oleh perbuatan masa lalu
perbuatan saat ini tidak ditentukan oleh masa lalu
berarti ini juga jelas-jelas penyangkalan Brahmana, terhadap diri mereka sendiri. maka selayaknya ajarannya itu disebut sesat.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6977/#msg6977
perbuatan saat ini ditentukan oleh perbuatan masa lalu
perbuatan saat ini tidak ditentukan oleh masa lalu
berarti ini juga jelas-jelas penyangkalan Brahmana, terhadap diri mereka sendiri. maka selayaknya ajarannya itu disebut sesat.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6977/#msg6977
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
wen78 wrote:kl mo bicara pure logika, maka semuanya adalah fallacy bila berbicara tentang tuhan.
karena semua akan berawal, tuhan ada atau tidak ada.
jika ada, sudah bertemu atau belum?
jika sudah, benar2 tuhan atau hanya malaikat atau mahluk yg ngaku sebagai tuhan?
namanya saja sudah kepercayaan. sesuatu yg dipercayai karena percaya.
yg saya baca dalam thread ini, definisi tuhan juga bermacam2.
ada yg sebagai sosok, ada yg sebagai diri sendiri adalah tuhan, ada yg tuhan sebagai alam semesta, ada yg semuanya digabung jadi satu.
bila semuanya mo dibahas pure logika, maka semuanya adalah fallacy.
minimal diri sendiri setingkat atau diatas tuhan baru bisa menggunakan logika, karena setidak2nya dah lihat dengan mata kepala sendiri.
banyak ilmuwan yg tidak percaya tuhan karena 100% menggunakan logika.
tidak bisa begitu saja suatu pernyataan itu disebut fallacy, logika punya kriteria yang jelas untuk menyatakan apakah sesuatu itu fallacy atau bukan. apabila suatu pernyataan mengandung salah satu ciri dari 7 ciri fallacy, maka ia disebut fallacy. sebagai berikut :
1. terdiri dari empat term dalam satu syllogisme
2. midle term tidak universal
3. universalisme tak sah
4. negatif dua premise
5. pengasahan pengiring atau penidakan pengantar
6. tidak bersangkut paut antara premise dan conclusi
7. conclusinya dan premisenya melingkar tiada berujung
contoh :
bigbos wrote:jadi logika anda yg saya simpulkan ini cukup simpel, tidak mampu untuk berkembang, jadi jika A salah maka B benar. seolah2 cm ada pilihan yg sedikit, pdhal masih ada alternatif bisa jadi A dan B salah, bisa jadi juga A dan B benar, bisa jadi juga si penanya yg salah. sudah sangat jelas bahwa nibanna adalah konsep ketuhanan dalam agama buddhist. cuma anda nya sendiri yg menyangkal seolah2 itu tidak masuk akal, ini sama aja seperti orang primitif yg menganggap bahwa benda terbang itu tidak masuk akal. coba anda pelajari dari sosok muslim syek siti jenar.
pernyataan seperti itu disebut Ignoratio Elenchi, mempunyai ciri fallacy yang ke 6. tapi mungkin akan sulit kelihatan. untuk bisa melihatnya harus diuraikan ke dalam bentuk syllogisme formal, dan mungkin jadi agak panjang.
di forum-forum diskusi banyak terjadi, satu pihak menuduh pihak lain menggunakan fallacy. tapi tampaknya dia tidak mengerti maksud dari fallacy itu apa, cuma ikut-ikutan istilah yang digunakan orang, dan tidak mempelajari dengan benar, bagaimana sesuatu itu bisa disebut fallacy. ada juga yang telah menghafal puluh bentuk fallacy, tidak tidak mengerti ciri pokoknya. kalau dikumpulkan, kita bisa menemukan beratus-ratus fallacy dengan nama-nama yang berbeda. tapi kalau tidak mengerti 7 ciri pokok fallacy, tetap aja ia akan linglung, gak mengerti dengan benar, kenapa sesuatu itu bisa disebut fallacy.
setelah memahami 7 ciri fallacy, kita akan dengan mudah mengidentifikasi suatu pernyataan itu fallacy atau bukan. problemnya adalah untuk menguraikan pembuktiannya bahwa sesuatu itu fallacy kepda kawan diskusi kita, tidaklah mudah, apalagi kalau kawan kita itu sangat awam dengan logika, terlebih dahulu kita harus menjelaskan definisi fallacy, dan juga mendefinisikan istilah-istilah yang terkandung dalam ciri fallacy seperti term, universalitas, midle term, dan lain sebagainya. ini akan menjadi topik logika yang berkepanjangan atau seprti membuka kursus logika. oleh karena itu, di sini saya hanya bisa menjelaskan soal fallacy secara garis besarnya saja, untuk mendorong kawan-kawan menelusuri dan mempelajarinya sendiri. sumber-sumber materinya banyak, bisa kita peroleh dengan penelusuran di google.
sebenarnya penggunaan fallacy bukan problem utama di dalam suatu diskusi, selama fallacy dianggap fallacy saja. problemnya terjadi, ketika fallacy itu kemudian dianggap sebagai kebenaran logis, maka inilah yang kemudian seringkali menimbulkan rasa pertentangan yang tidak menyenangkan. bila ini terjadi, maka tidak ada jalan yang lebih baik, kecuali kedua belah pihak harus menghentikan diskusi terlebih dahulu sampai menunggu suasana menyenangkan untuk kedua belah pihak. bila suasana menyenangkan, tidak masalah, walaupun keduanya menggunakan fallacy, sebab secara perlahan akan terkikis dan menuju pada diskusi intelektual yang bersih dari fallacy. bila suasana tidak menyenangkan, maka semakin lama komentar seseorng itu akan semakin dipenuhi fallacy dan suasana akan semakin tidak menyenangkan. kondisi seperti ini akan membuat otak orang menjadi jungkir balik.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6984/#msg6984
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
contoh Penyangkalan Umat Buddhis terhadap Konsep Ketuhanan
komentar seperti itu tidak perlu ditanggapin. dia berkreasi sendiri dengan sifat-sifat Tuhan, lalu menyangkalnya sendiri. melihat banyak manusia yang hidup miskin dan menderita dia berpikir, "Oh, berarti Tuhan tidak ada, soalnya banyak manusia yang hidup miskin dan menderita. kalau Tuhan itu ada, dan Tuhan itu Maha Kasih, pasti tidak akan membiarkan ciptaannya menderita. kalau saya Tuhan, pasti saya akan membuatnya kaya dan bahagia."
komentar saya untuk orang seperti itu adalah "Untunglah Tuhannya bukan dia, soalnya dia itu bahlul!"
adanya orang miskin, orang yang menderita, orang cacat dan bodoh bukanlah suatu bukti bahwa Tuhan tidak ada. kalaulah umat Buddhis percaya bahwa hukum Karma adalah Hukum uang adil. dan saya katakan bahwa Tuhan itu Adil, maka bagaimana sekarang Tuhan harus menjadikan kondisi semua orang sama? bukankah justru itu bertentangan dengan konsep keadilan sendiri?
tapi saya tidak akan memposting post yang ini di sana. soalnya, kalimat-kalimat ini tidak akan bisa membantu dia untuk mengerti. kembali kepada niat awal, bahwa diskusi adalah untuk membantu sesama. kalau kiranya komentar saya tidak akan bisa membantu, maka untuk apa disampaikan.
tapi perlu saya posting di sini, karena mungkin di sini ada orang yang bisa terbantu oleh saya, untuk melihat bagaimana cara umat buddhis menyangkal konsep ketuhanan dengan cara yang bodoh.
saya tidak boleh terbawa emosi, saya harus memikirkan suatu susunan kata yang bisa dimengerti dan kiranya bisa membantu. saya coba katakan seperti berikut :
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6991/#msg6991
wiper wrote:aku mau tanya ya
karma baik bisa dipinjamkan? balikinnya kapan? kalo karma baik bisa dipinjamkan, karma buruk juga bisa dong?
kalo dikatakan konsep C ada karena manusia takut, konsep tuhan juga ada karena manusia ga mau tanggung jawab dg perbuatannya?
kalo manusia byk yang rendah hati, kenapa tuhan minta diagungkan dan diakui? orang byk kerja sosial ga mau dikenal, tp kok tuhan ga keliatan kerjanya tapi ngaku2 dan minta disembah? kalo ciptakan hukum karma aja gak bisa dibilang tuhan berjasa... sebab lebih byk sengsaranya daripada enaknya hukum karma itu. IMHO
kenapa tuhan juga ciptakan neraka? berarti udah disiapin juga buat nyiksa orang ya? kok bertentangan sama sifat tuhan yang maha pengasih? ini sesat loh kata kang asep, pertentangan.
kayaknya kalo dari pemikiran sahabat... cuman orang yang punya tuhan yang bisa bikin dunia lebih baik ya? perasaan kok yang aku tau paling damai agama buddha ya? yang biasa perang2 itu orang bertuhan atau bukan?
tuhan yang punya ego bakal mengajari umatnya juga punya ego. ego kalo agamanya tersakiti, harus merasa tersinggung atau marah. kalo emang tuhan itu super power, kenapa ga jalanin aja misinya sendiri? kenapa buat manusia jadi bingung, berantem dan berdebat ttg tuhan?
kalo aku tuhan, aku muncul aja setiap saat, ngajarin manusia kebaikan.
yang sembunyi2 itu bukan tuhan sebenarnya.
dia HANTU.
komentar seperti itu tidak perlu ditanggapin. dia berkreasi sendiri dengan sifat-sifat Tuhan, lalu menyangkalnya sendiri. melihat banyak manusia yang hidup miskin dan menderita dia berpikir, "Oh, berarti Tuhan tidak ada, soalnya banyak manusia yang hidup miskin dan menderita. kalau Tuhan itu ada, dan Tuhan itu Maha Kasih, pasti tidak akan membiarkan ciptaannya menderita. kalau saya Tuhan, pasti saya akan membuatnya kaya dan bahagia."
komentar saya untuk orang seperti itu adalah "Untunglah Tuhannya bukan dia, soalnya dia itu bahlul!"
adanya orang miskin, orang yang menderita, orang cacat dan bodoh bukanlah suatu bukti bahwa Tuhan tidak ada. kalaulah umat Buddhis percaya bahwa hukum Karma adalah Hukum uang adil. dan saya katakan bahwa Tuhan itu Adil, maka bagaimana sekarang Tuhan harus menjadikan kondisi semua orang sama? bukankah justru itu bertentangan dengan konsep keadilan sendiri?
tapi saya tidak akan memposting post yang ini di sana. soalnya, kalimat-kalimat ini tidak akan bisa membantu dia untuk mengerti. kembali kepada niat awal, bahwa diskusi adalah untuk membantu sesama. kalau kiranya komentar saya tidak akan bisa membantu, maka untuk apa disampaikan.
tapi perlu saya posting di sini, karena mungkin di sini ada orang yang bisa terbantu oleh saya, untuk melihat bagaimana cara umat buddhis menyangkal konsep ketuhanan dengan cara yang bodoh.
saya tidak boleh terbawa emosi, saya harus memikirkan suatu susunan kata yang bisa dimengerti dan kiranya bisa membantu. saya coba katakan seperti berikut :
Kang Asep wrote:Anda percaya bahwa hukum karma adalah hukum yang seadil-adilnya.
ketika ada orang cacat, orang miskin, orang bodoh, orang buruk rupa dan lain sebagainya, Anda percaya bahwa itu akibat karmanya sendiri. berarti itu adalah bentuk keadilan. Lalu sekrang bagaimana Tuhan harus menjadikan semua makhluk dalam kondisi sama, di mana letak keadilan Tuhan? jika Anda ingin bahwa Tuhan itu adil pada makhluknya, ya semua kondisi yang ada ini, itulah bentuk keadilan Tuhan, sebagaimana hukum karma adil terhadap setiap makhluk.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6991/#msg6991
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
umat Buddhis juga menyangkal pentingnya logika di dalam memahami kebenaran dengan sabda Sang Buddha, sebagai berikut :
saya tidak menyangkal perkataan sang Buddha dan saya bersaksi bahwa sabda sang Buddha itu benar. tapi umat Buddhis ini tidak memahami kondisi yang sebenarnya.
pertama, yang disebut oleh sang Buddha itu bukanlah Logika. saya jamin. itu hanya kreasi si penerjemah saja. Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu Logicae, secara bahasa artinya berpikir. tetapi secara istilah ia bermakna Hukum Berpikir Tepat yang jelas bab dan pasalnya. sang Buddha tidak pernah menyebut bahwa Logika yang dimaksud olehnya adalah Hukum Berpikir ini. lebih jelasnya, silahkan baca sabda sang Buddha itu dalam bahasa Pali, bahasa asli sang Buddha, tentu istilahnya lain dan tidak mengacu pada Logika Aristoteles.
kedua, dengan mengenali sifat-sifat manusia agung, kita bisa mengenali ketidak mungkin Sang Buddha menyatakan hal begini atau begitu. saya telah membaut banyak hipotesa tentang hal-hal yang mustahil dinyatakan oleh sang Buddha, dan kemudian ketika diuji, tak seorangpun umat Buddhis bisa menunjukan bukti bahwa sang Buddha menyatakan demikian. banyak distorsi penafsiran dari bahasa pali ke dalam bahasa Indonesia. juga ada kemungkinan distorsi terjemahan dalam sutta ini, mungkin juga tidak ada distorsi. ini hanya kemungkinan-kemungkinan saja.
ketiga, sebenarnya dari bentuk kalimat, dalam sutta itu sang Buddha tidak menyatakan "Jangan menuruti Logika!", melainkan "jangan hanya mengikuti logika!" cuma kata "hanya" itu tidak tersurat, melainkan tersirat. kalau Anda mengerti logika, anda bisa menemukan kata "hanya" yang tersembunyi itu dengan mudah. hal ini tidak bertentengan dengan logika. karena kebenaran pasti dari logika adakah hipotesa. tentu hal ini tidak bisa dijadikan pegangan sebelum dibuktikan secara ilmiah atau batiniyah. tapi tanpa logika, orang sulit atau bahkan mungkin tidak sampai pada pembuktian ilmiah. ketika umat Buddhis menafsirkan kalimat sang Buddha tersebut sebagai larangan menggunakan logika, maka itu adalah kekeliruan penafsiran.
keempat, agama-agama besar di dunia termasuk agama Buddha telah dirusak oleh fallacy, yaitu logika palsu, logika logika yang menyimpang. selama ada sang Buddha atau orang suci, logika nyaris tidak diperlukan. sebab orang suci pikirannya tidak akan menyimpang dari kebenaran. tapi ketika sng Buddha telah parinibbana, orang mulai mengotak-atik ajaran sang Buddha, berkreasi, membuat penafsiran-penafsiran sendiri, dan lalu menciptakan mazhab yang berbeda-beda. tidak seorangpun yang bisa mengembalikan agama ini kepada ajaran asli sang Buddha, kecuali Logika. agama yang sudah dirusak oleh fallacy, hanya bisa diperbaiki dengan logika.
Kelima, selain pemikir logic, yang bisa mengembalikan agama pada keasliannya itu adalah orang suci. oleh karena itu, apa yang akan dinyatakan oleh suci pasti akan sejalan dengan para pemikir logic. masalahnya, ketika orang membuat penalaran-penalaran yang keliru terhadap ajaran sang Buddha, membuat kesimpulan-kesimpulan, lalu meyakininya sebagai ajaran yang benar dari sang Buddha, padahal itu hanya penalarannya sendiri yang dibuat tanpa aturan yang jelas, maka orang sperti ini mustahil bisa mencapai kesucian.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6992/#msg6992
Jangan menuruti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kabar angin, kumpulan teks, logika, penalaran, pertimbangan, dan penerimaan pandangan setelah merenungkan, pembabar yang tampaknya cukup kompeten, atau karena kalian berpikir, ‘Petapa itu adalah guru kami.’ Tetapi ketika kalian mengetahui untuk diri kalian sendiri, ‘Hal-hal ini adalah bermanfaat; hal-hal ini adalah tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dijalankan dan dipraktikkan, akan mengarah menuju kesejahteraan dan kebahagiaan,’ maka kalian harus menekuninya.
saya tidak menyangkal perkataan sang Buddha dan saya bersaksi bahwa sabda sang Buddha itu benar. tapi umat Buddhis ini tidak memahami kondisi yang sebenarnya.
pertama, yang disebut oleh sang Buddha itu bukanlah Logika. saya jamin. itu hanya kreasi si penerjemah saja. Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu Logicae, secara bahasa artinya berpikir. tetapi secara istilah ia bermakna Hukum Berpikir Tepat yang jelas bab dan pasalnya. sang Buddha tidak pernah menyebut bahwa Logika yang dimaksud olehnya adalah Hukum Berpikir ini. lebih jelasnya, silahkan baca sabda sang Buddha itu dalam bahasa Pali, bahasa asli sang Buddha, tentu istilahnya lain dan tidak mengacu pada Logika Aristoteles.
kedua, dengan mengenali sifat-sifat manusia agung, kita bisa mengenali ketidak mungkin Sang Buddha menyatakan hal begini atau begitu. saya telah membaut banyak hipotesa tentang hal-hal yang mustahil dinyatakan oleh sang Buddha, dan kemudian ketika diuji, tak seorangpun umat Buddhis bisa menunjukan bukti bahwa sang Buddha menyatakan demikian. banyak distorsi penafsiran dari bahasa pali ke dalam bahasa Indonesia. juga ada kemungkinan distorsi terjemahan dalam sutta ini, mungkin juga tidak ada distorsi. ini hanya kemungkinan-kemungkinan saja.
ketiga, sebenarnya dari bentuk kalimat, dalam sutta itu sang Buddha tidak menyatakan "Jangan menuruti Logika!", melainkan "jangan hanya mengikuti logika!" cuma kata "hanya" itu tidak tersurat, melainkan tersirat. kalau Anda mengerti logika, anda bisa menemukan kata "hanya" yang tersembunyi itu dengan mudah. hal ini tidak bertentengan dengan logika. karena kebenaran pasti dari logika adakah hipotesa. tentu hal ini tidak bisa dijadikan pegangan sebelum dibuktikan secara ilmiah atau batiniyah. tapi tanpa logika, orang sulit atau bahkan mungkin tidak sampai pada pembuktian ilmiah. ketika umat Buddhis menafsirkan kalimat sang Buddha tersebut sebagai larangan menggunakan logika, maka itu adalah kekeliruan penafsiran.
keempat, agama-agama besar di dunia termasuk agama Buddha telah dirusak oleh fallacy, yaitu logika palsu, logika logika yang menyimpang. selama ada sang Buddha atau orang suci, logika nyaris tidak diperlukan. sebab orang suci pikirannya tidak akan menyimpang dari kebenaran. tapi ketika sng Buddha telah parinibbana, orang mulai mengotak-atik ajaran sang Buddha, berkreasi, membuat penafsiran-penafsiran sendiri, dan lalu menciptakan mazhab yang berbeda-beda. tidak seorangpun yang bisa mengembalikan agama ini kepada ajaran asli sang Buddha, kecuali Logika. agama yang sudah dirusak oleh fallacy, hanya bisa diperbaiki dengan logika.
Kelima, selain pemikir logic, yang bisa mengembalikan agama pada keasliannya itu adalah orang suci. oleh karena itu, apa yang akan dinyatakan oleh suci pasti akan sejalan dengan para pemikir logic. masalahnya, ketika orang membuat penalaran-penalaran yang keliru terhadap ajaran sang Buddha, membuat kesimpulan-kesimpulan, lalu meyakininya sebagai ajaran yang benar dari sang Buddha, padahal itu hanya penalarannya sendiri yang dibuat tanpa aturan yang jelas, maka orang sperti ini mustahil bisa mencapai kesucian.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6992/#msg6992
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
ini salah satu bentuk arogansi umat Buddhis
ketika akidah mereka mulai terguncang oleh posingan-postingan saya yang justru berlandas kepada ajaran sang Buddha yang diselami dengan sarana logika, mereka menjadi tampak kacau dan panik, tidak suka dan marah, takut dan khawatir, lalu manifestasi dari keguncangan itu tampak pada arogansi seperti di atas, tidak tampak lagi ketenangan dan kelembutannya.
sebenarnya saya datang ke forum wihara.com dengan tujuan "mencoba diskusi dengan metodologi yang baru yang sebelumnya belum pernah saya terapkan di forum tersebut". Bagaimana metodologi saya itu, ya lihat saja sendiri dari semua alur diskusi tersebut. saya registrasi di sana dan dipersilahkan oleh top1 untuk memulai diskusi. berarti saya telah mendapat izin dan persetujuan moderator di sana.
sebelumnya saya katakan kepada moderator, bahwa saya masih ingin menyimak, dan belum melihat satupun topik yang merasangsang untuk saya komentari. tapi kemudian moderator merujuk kepada topik "Tuhan dan Karma", ia berkata "Sepertinya Anda akan tertarik dengan thread ini." dia benar, saya tertarik untuk mengomentari. berarti dalam hal ini, sdr moderator sudah memperkirakan seperti apa kiranya komentar-komentar saya di sana.
tentu saja, diskusi itu diawali dari suatu perbedaan pendapat. kalau saya dan merka sudah sependapat, maka apakah lagi yang bisa didiskusikan? sharusnya, kita senang dengan perbedaan tersebut, bukan malah menunjukan perasaan tidak suka. kenapa? tanpa perbedaan ini, bagaimana saya bisa memulai diskusi, dan ikut berpartisipasi meramaikan forum wihara.com?
adapun kalau member di sana, saya tidak memiliki pemahaman agama Buddha yang benar. ya itu pendapat mereka yang harus saya hormati. sebaliknya, seharusnya mereka juga menghormati pendapat saya, ketika saya mengatakan bahwa mereka salah memahami ajaran sang Buddha. atau apakah mereka merasa sang Buddha dan ajaranya hanya milik mereka sendiri, dan orang lain tidak boleh mengakuinya? sungguh keliru dan menyangkal ajaran sang Buddha sendiri di mana ia mengajarkan agar kita tidak melekatkan sesuatupun sebagai "aku dan milikku".
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6993/#msg6993
bigboss wrote:justru disini yg salah diharapkan bisa diluruskan, karena saya melihat anda kesini dgn modal pengetahuan yg salah ttg agama buddha itu sendiri. seolah2 anda memaksa bahwa yg tidak berkondisi itu adalah tuhannya anda, atau mungkin maitreya adalah nabi anda. jadi kebenaran yg merupakan suatu klaim sepihak anda, seolah2 untuk dipaksa diterapkan disini.
ketika akidah mereka mulai terguncang oleh posingan-postingan saya yang justru berlandas kepada ajaran sang Buddha yang diselami dengan sarana logika, mereka menjadi tampak kacau dan panik, tidak suka dan marah, takut dan khawatir, lalu manifestasi dari keguncangan itu tampak pada arogansi seperti di atas, tidak tampak lagi ketenangan dan kelembutannya.
sebenarnya saya datang ke forum wihara.com dengan tujuan "mencoba diskusi dengan metodologi yang baru yang sebelumnya belum pernah saya terapkan di forum tersebut". Bagaimana metodologi saya itu, ya lihat saja sendiri dari semua alur diskusi tersebut. saya registrasi di sana dan dipersilahkan oleh top1 untuk memulai diskusi. berarti saya telah mendapat izin dan persetujuan moderator di sana.
sebelumnya saya katakan kepada moderator, bahwa saya masih ingin menyimak, dan belum melihat satupun topik yang merasangsang untuk saya komentari. tapi kemudian moderator merujuk kepada topik "Tuhan dan Karma", ia berkata "Sepertinya Anda akan tertarik dengan thread ini." dia benar, saya tertarik untuk mengomentari. berarti dalam hal ini, sdr moderator sudah memperkirakan seperti apa kiranya komentar-komentar saya di sana.
tentu saja, diskusi itu diawali dari suatu perbedaan pendapat. kalau saya dan merka sudah sependapat, maka apakah lagi yang bisa didiskusikan? sharusnya, kita senang dengan perbedaan tersebut, bukan malah menunjukan perasaan tidak suka. kenapa? tanpa perbedaan ini, bagaimana saya bisa memulai diskusi, dan ikut berpartisipasi meramaikan forum wihara.com?
adapun kalau member di sana, saya tidak memiliki pemahaman agama Buddha yang benar. ya itu pendapat mereka yang harus saya hormati. sebaliknya, seharusnya mereka juga menghormati pendapat saya, ketika saya mengatakan bahwa mereka salah memahami ajaran sang Buddha. atau apakah mereka merasa sang Buddha dan ajaranya hanya milik mereka sendiri, dan orang lain tidak boleh mengakuinya? sungguh keliru dan menyangkal ajaran sang Buddha sendiri di mana ia mengajarkan agar kita tidak melekatkan sesuatupun sebagai "aku dan milikku".
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6993/#msg6993
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
anyin wrote:kalau ternyata tidak ada penguasa alam, toh yang dilakukan orang baik adalah perbuatan baik.
kalau ada penguasa alam, yang berbuat baik tidak mungkin akan dihukum
kalau tidak ada karma, toh berbuat, berucap, berpikir baik tidak akan ada ruginya.
kalau ada karma, maka orang-orang yang berbuat, berucap, berpikiran baik akan mendapatkan buah yang baik.
jika kita bisa melakuan kebajikan yang lebih baik dari orang yang percaya pada adanya tuhan, maka untuk apakah lagi percaya pada Tuhan? itu hal yang sia-sia saja.
saya percaya adanya Tuhan, dan anda tidak percaya pada Tuhan. ini bukan problem sama sekali. problemnya, siapa diantara kita yang bisa berbuat hal yang lebih baik, jangan dulu di dunia nyata, di sini saja dulu, di forum ini, sebab apa yang kita tulis adalah gambaran perilaku kita. Tak penting apakah kita percaya pada Tuhan atau tidak, tapi penting apakah perbuatan kita baik atau tidak di forum ini.
saya yang berpegang kepada ajaran Tuhan, mungkin justru mempermalukan Tuhan, billa perilaku saya tak baik di sini. demikian pula Anda, yang mengku berpedoman pada ajaran Sang Buddha, justru mempermalukan sang Buddha, bila tidak baik dalam perangainya.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6994/#msg6994
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
legend wrote:Kebenaran bukan presepsi, itu dari dulu yang saya tekankan kepada siapa saja... Kalau ada orang yang memaksakan presepsinya, jelas itu bukan sebuah kebenaran ... Ketika seseorang telah bermain dengan presepsi, justru dari situ banyak salah pandang di dalamnya ... Kalau kita menulis sebuah teori jelas wajar ada yang setuju ada yang menentangnya karena itu dalam koridor presepsi... Karena anda tidak mengerti sehingga apa yang dibicarakan bertentangan dengan ajaran Buddha terutama setelah komentar tentang "Aku" .. dari situ saja saya langsung tahu anda tidak mengerti apa yang dimaksud dengan Sang Buddha ...
Saya tanya ke anda, Anda bukan seorang pelaku Dhamma bagaimana anda tahu mana yang benar mana yang salah, jika dibandingkan yang telah menjalani yang mena menurut anda lebih tahu ....
Sama saja dengan keyakinan anda tentang islam, karena anda sudah menjadi pelaku ajaran islam kemudian ada orang yang di luar mengatakan teori ini itu terhadap ajaran islam, apa yang anda lakukan ?Sama saja dengan coeda ketika ada umat Buddha mengatakan teori kristen ini dan itu dia saja langsung nanggapinya ?
Jangan karena kita merasa tahu teori langsung menyatakan kita sudah tahu ... saya katakan itu belum tentu, karena yang anda tahu sebatas presepsi belaka ....
ada juga orang yang selalu membahas soal "persepsi" dalam setiap postingannya seperti sdr. legend ini. saya sudah tidak berminat untuk menanggapinya. karena tampak dari kata-katanya, ia sudah kehilangan makna dari diskusi, postingannya sudah bergeser dari "diskusi" ke "menilai dan memvonis".
kalau menghadapi orang seprti ini, saya segera segera mengingat-nginat, "ingat di dunia ini ada milyaran orang, ada banyak forum, ada banyak komunitas yang bisa kita ajak diskusi dengan cara yang baik. mungkin orang ini tidak tahu bahasa santun, tidak pernah bergabung dengan komunitas damai, tidak terdidik di dalam diskusi sehat, sehingga bahasanya tidak diskusif."
sebenarnya, pertama kali saya diskusi adalah dengan sdr. top1. dia berdiskusi secara baik-baik dengan saya. tapi, dipertengahan dia berhenti berdiskusi. mungkin merasa cukup diskusi dengan saya, merasa tidak cocok atau bagaimana. yang jelas, menghentikan diskusi itu lebih baik dari pada meneruskan diskusi dengan cara arogan seperti yang lain.
oleh karena komitmen dengan definisi diskusi itu sendiri, maka saya tidak menanggapi postingan seperti postingan sdr. bigboss dan legend ini. adapun komentar saya ini, saya kupas secara umum, tidak sedikitpun saya tujukan keapda sdr. legend. karena lebih baik bagi saya berbicara sendiri, dari pada diskusi dengan orang yang menurut saya tidak mengerti etika diskusi.
http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/msg6995/#msg6995
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Permisi, maaf aku orang baru
Maaf mau tanya, Kang Asep = Bp. Panyaran?
Terima kasih.
Maaf mau tanya, Kang Asep = Bp. Panyaran?
Terima kasih.
minu- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 5
Kepercayaan : Budha
Location : Jakarta
Join date : 07.05.13
Reputation : 1
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
oh bukan, saya bukan Kang Asep
saya disini cuman copas tulisannya doank
kalau mau tau soal Kang Asep, silahkan saja Anda kunjungi sumber dari copasan tersebut yang sudah saya berikan pada bagian bawah copasan
saya disini cuman copas tulisannya doank
kalau mau tau soal Kang Asep, silahkan saja Anda kunjungi sumber dari copasan tersebut yang sudah saya berikan pada bagian bawah copasan
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Terima kasih Bp. Panyaran atas tempat yang disediakan forum ini.
Kang Asep, boleh kenalan.....
Saya masih baru di forum ini, izin menyimak dan mungkin saya tertarik ikut berdiskusi, semoga damai selalu.
Kang Asep, boleh kenalan.....
Saya masih baru di forum ini, izin menyimak dan mungkin saya tertarik ikut berdiskusi, semoga damai selalu.
minu- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 5
Kepercayaan : Budha
Location : Jakarta
Join date : 07.05.13
Reputation : 1
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
sayangnya Kang Asep gak pernah dateng kemari
dia lebih aktifnya di forum Media Logika : http://medialogika.org/forum/
silahkan kalo mau kenalan sama Kang Asep bisa datang kesana
@Mod: maaf nih, gak bermaksud promosi forum lain. cuman membantu saudara minu untuk menunjukan soal Kang Asep itu
dia lebih aktifnya di forum Media Logika : http://medialogika.org/forum/
silahkan kalo mau kenalan sama Kang Asep bisa datang kesana
@Mod: maaf nih, gak bermaksud promosi forum lain. cuman membantu saudara minu untuk menunjukan soal Kang Asep itu
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Keterangan:
1. saya mengatakan demikian, karena saya mengetahui bahwa Umat Buddhis tidak mempercayai adanya Tuhan. masalahnya, kalau tidak yakin adanya Tuhan, bagaimnana ia bisa bertanya "Apakah Tuhan bisa membalaskan dendam untuk kita?"
2. Hukum Karma = An Niqam
3. moha = kebodohan spiritual
Pertanyaan no.1 ada masalah...dari mana Anda 100% yakin 100% umat Buddhis tidak percaya pada Tuhan? Definisikan dulu Tuhan itu seperti apa, kalau yang dimaksud Tuhan itu seperti dalam ajaran Kristen, memang itu benar. (PS: maaf hanya membandingkan dengan Kristen, karena demikian terbatas pengetahuan saya tentang agama yang lain). Kalau menurut kami Tuhan itu adalah X, tapi menurut kawan-kawan Kristen Tuhan itu A, menurut si Islam Tuhan itu B, maka kami dipandang mereka sebagai Atheis. Bisa juga dong, dari sudut pandang umat Buddha, Kristen dan Islam itu Atheis. Karena itulah, Stephen Roberts yang mendeklarasikan dirinya sebagai ateis, pernah berkata: “Sebenarnya kita berdua adalah ateis. Aku hanya percaya pada satu tuhan lebih sedikit daripada Anda.”
BACA JUGA: http://grevada.com/siapa-saja-ateis-di-antara-kita/
Saya pribadi lebih suka perbandingan seperti yang dikatakan Pema Chödrön ini: “The difference between theism and nontheism is not whether one does or does not believe in God. . . Theism is a deep-seated conviction that there's some hand to hold: if we just do the right things, someone will appreciate us and take care of us. . . Nontheism is relaxing with the ambiguity and uncertainty of the present moment without reaching for anything to protect ourselves.”
Ketika ada yang bertanya pada dosen agama saya, jadi Tuhan itu ada atau tidak dalam agama Buddha? Saya terusik, saya kira ini sangat penting bagi saya. Tapi kata dosen saya: Sang Buddha tidak memberikan statement Tuhan itu ada, juga tidak memberikan pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada. Semua berpulang pada: Analisislah, telitilah, lihatlah, bila sesuatu itu bila dilakukan berbuah kebaikan...lakukanlah. Sejak saat itu, saya tidak pernah merasa bimbang lagi karena saya sangat membutuhkan sosok Tuhan (seperti yang orang lain kebanyakan bayangkan, mungkin sampai saat ini juga).
Diskusi di antara umat Buddhis sendiri sangat sedikit, karena saking tidak populernya. Bagi saya, bolehlah semua org menginterpretasi, tp pd akhirnya berpulang lagi pada: tidak ada yang dapat menolong dirimu sendiri kecuali dirimu sendiri. Dan pengetahuan tentang Sebab Pertama, ada atau tidak, tidaklah begitu penting dalam ajaran kami. (Tapi gak bisa langsung dibilang tidak mengakui, tdk mempercayai toh?)
Kenapa masih ada yang nanya ""Apakah Tuhan bisa membalaskan dendam untuk kita?", ya semua orang yang dungu jg tahu maksudnya adalah supaya Anda dialihyakinkan, diajak berdebat, dy pengen bilang: gini lho Tuhan seperti yang kamu maksud itu ga ada. Dy membuat kamu mempertanyakan keyakinan kamu sendiri, sampai pada taraf tertentu dy spt ngajak berantem. Kebenarannya adalah sesimpel itu, tapi masih kamu tanyakan balik "masalahnya, kalau tidak yakin adanya Tuhan, bagaimnana ia bisa bertanya 'Apakah Tuhan bisa membalaskan dendam untuk kita?' " Kadang kala untuk membuktikan suatu kebenaran, adalah dengan menguji falsifikasi, seperti di pengadilan "X tidak terbukti bersalah" bukannya "X terbukti bersih dari xxxxx".
Heran aja orang sepintar Anda, msh perlu bertanya mengapa mereka bilang spt itu.
SALAM DAMAI, SALAM SEJAHTERA, SALAM HANGAT, SALAM SUPER
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
mengenai masalah tulisan2 itu silahkan tanya aja mengenai keterangannya dari Kang Asep sendiri disini : http://medialogika.org/diskusi-umum/dialog-tentang-ketuhanan-dengan-umat-buddhis/
saya sendiri cuman kopas doank kok disini
btw situs Grevada itu website milikmu ya
dari kemaren kok ngasih linknya itu mulu
kemaren salah satu dari artikel disitu saya copas dimari lho : https://laskarislam.indonesianforum.net/t6089-cara-membedakan-atheis-palsu-atheis-asli
saya sendiri cuman kopas doank kok disini
btw situs Grevada itu website milikmu ya
dari kemaren kok ngasih linknya itu mulu
kemaren salah satu dari artikel disitu saya copas dimari lho : https://laskarislam.indonesianforum.net/t6089-cara-membedakan-atheis-palsu-atheis-asli
Penyaran- LETNAN SATU
-
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
ya saya tahu, itu copas...cuman klo org yg baca dari sini kan juga bs tahu pandang kontra-nya
Ga sih, cuman isinya kebetulan pas untuk menjelaskan maksud saya :)
Ga sih, cuman isinya kebetulan pas untuk menjelaskan maksud saya :)
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Re: Dialog Tentang Ketuhanan Dengan Umat Buddhis oleh Kang Asep
Berarti grevada kan bagus bs jadi referensi, kan? Btw, boleh tau ga mang kok itu syp? Hehehe...
Oh ya br tau ada org yg menyamar-nyamar gt...segitu pentingnya membuktikan yg mereka yakini, sampai hrs menutup identitas yg asli. Only a coward's act.
Oh ya br tau ada org yg menyamar-nyamar gt...segitu pentingnya membuktikan yg mereka yakini, sampai hrs menutup identitas yg asli. Only a coward's act.
Emiliana- SERSAN MAYOR
-
Posts : 258
Kepercayaan : Budha
Location : apa penting
Join date : 04.05.13
Reputation : 5
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» @kristen,sayah bertanya tentang ketuhanan
» Orang Pinggiran VS Segorowedi tentang ketuhanan Yesus
» dialog Allah dengan Musa
» dialog musa dengan firaun
» Yesus adalah firman, Tuhan & tidak adanya dialog perutusan antara yesus & Bapa Terbantah hanya oleh satu ayat
» Orang Pinggiran VS Segorowedi tentang ketuhanan Yesus
» dialog Allah dengan Musa
» dialog musa dengan firaun
» Yesus adalah firman, Tuhan & tidak adanya dialog perutusan antara yesus & Bapa Terbantah hanya oleh satu ayat
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik