rasa malu yang hilang
Halaman 1 dari 1 • Share
rasa malu yang hilang
Dari Imran bin Husain ra, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan." (Muttafaq 'alaihi).
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alainhi wa sallam melewati seseorang dari golongan Anshor sedang menasehati saudaranya dengan malu-malu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Biarkanlah dia, sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari keimanan." (Muttafaq 'alaihi).
Para ulama mengatakan, "Hakikat malu adalah suatu perangai yang membuat seseorang meninggalkan kejelekan dan mencegah dari kelalaian berbuat yang hak."
Sejenak mari alihkan pandangan kita pada diri kita, masyarakat, pemimpin, dan bangsa kita ini. Masihkah kita memiliki rasa malu yang mencegah kita dari berbuat keburukan dan mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan ketaatan. Kenyataan yang banyak kita saksikan justru sangat mengherankan. Orang sekarang banyak yang tidak malu berbuat maksiyat, kejahatan dan kebusukan di depan khalayak ramai, tetapi justru banyak yang malu untuk melakukan kebaikan. Banyak orang yang ingin bertaubat dari sebuah dosa akhirnya tidak serius dengan taubatnya karena disindir oleh teman-temannya, "Wah, sekarang udah alim ya?" dan sebagainya. Kondisi ini tentu sangat menyedihkan dan harus kita ubah agar tidak menjadi suatu budaya buruk yang kita wariskan pada generasi selanjutnya.
Fenomena hilangnya rasa malu ini terjadi pada individu, kelompok, dan masyarakat, serta para pemimpin. Yang sangat menyolok terutama dalam hal pornografi yang saat ini marak dan tidak digubris oleh pemerintah. Pada individu, dapat kita lihat banyak yang dengan rendahnya memamerkan aurat di jalanan, sehingga tidak dapat dibedakan antara pelacur dan yang bukan. Lihatlah para penjual tubuh yang rela memperjualkanbelikan dirinya di media-media elektronik maupun cetak dengan segelintir harta dunia yang tak berharga. Dengan pakaian yang menantang dan tampil kayak binatang, lalu dipuji kecantikannya, hatinya langsung girang walaupun kehormatan diri sudah melayang. Alasan mereka adalah demi keindahan senilah, profesionalismelah, dan macam-macam. Padahal, yang paling berhak atas diri mereka adalah Allah yang telah menciptakan mereka, yang telah memberi mereka keindahan dan segala nikmat yang tak terhingga. Lalu, mana kepatuhan mereka kepada-Nya ketika Dia memerintahkan mereka untuk menutup aurat mereka dan menjaga kehormatan diri. Manusia hanya memberi segelintir harta duniawi dan sedikit pujian semu langsung dituruti. Sementara Allah yang menciptakannya, memberinya kehidupan dengan segala nikmat keindahan dan kesehatan dan sebagainya, mereka abaikan perintah-Nya.
Kaum pria pun tidak kalah bobroknya. Mereka menjadi lemah di hadapan segala bentuk pornografi, lemah iman, lemah kendali diri. Maka, sangatlah wajar kalau banyak terjadi perkosaan, bahkan semakin marak. Dan, yang tak pernah terbayangkan adalah korbannya anak-anak di bawah umur. Apakah kita masih tetap diam?
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alainhi wa sallam melewati seseorang dari golongan Anshor sedang menasehati saudaranya dengan malu-malu. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Biarkanlah dia, sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari keimanan." (Muttafaq 'alaihi).
Para ulama mengatakan, "Hakikat malu adalah suatu perangai yang membuat seseorang meninggalkan kejelekan dan mencegah dari kelalaian berbuat yang hak."
Sejenak mari alihkan pandangan kita pada diri kita, masyarakat, pemimpin, dan bangsa kita ini. Masihkah kita memiliki rasa malu yang mencegah kita dari berbuat keburukan dan mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan ketaatan. Kenyataan yang banyak kita saksikan justru sangat mengherankan. Orang sekarang banyak yang tidak malu berbuat maksiyat, kejahatan dan kebusukan di depan khalayak ramai, tetapi justru banyak yang malu untuk melakukan kebaikan. Banyak orang yang ingin bertaubat dari sebuah dosa akhirnya tidak serius dengan taubatnya karena disindir oleh teman-temannya, "Wah, sekarang udah alim ya?" dan sebagainya. Kondisi ini tentu sangat menyedihkan dan harus kita ubah agar tidak menjadi suatu budaya buruk yang kita wariskan pada generasi selanjutnya.
Fenomena hilangnya rasa malu ini terjadi pada individu, kelompok, dan masyarakat, serta para pemimpin. Yang sangat menyolok terutama dalam hal pornografi yang saat ini marak dan tidak digubris oleh pemerintah. Pada individu, dapat kita lihat banyak yang dengan rendahnya memamerkan aurat di jalanan, sehingga tidak dapat dibedakan antara pelacur dan yang bukan. Lihatlah para penjual tubuh yang rela memperjualkanbelikan dirinya di media-media elektronik maupun cetak dengan segelintir harta dunia yang tak berharga. Dengan pakaian yang menantang dan tampil kayak binatang, lalu dipuji kecantikannya, hatinya langsung girang walaupun kehormatan diri sudah melayang. Alasan mereka adalah demi keindahan senilah, profesionalismelah, dan macam-macam. Padahal, yang paling berhak atas diri mereka adalah Allah yang telah menciptakan mereka, yang telah memberi mereka keindahan dan segala nikmat yang tak terhingga. Lalu, mana kepatuhan mereka kepada-Nya ketika Dia memerintahkan mereka untuk menutup aurat mereka dan menjaga kehormatan diri. Manusia hanya memberi segelintir harta duniawi dan sedikit pujian semu langsung dituruti. Sementara Allah yang menciptakannya, memberinya kehidupan dengan segala nikmat keindahan dan kesehatan dan sebagainya, mereka abaikan perintah-Nya.
Kaum pria pun tidak kalah bobroknya. Mereka menjadi lemah di hadapan segala bentuk pornografi, lemah iman, lemah kendali diri. Maka, sangatlah wajar kalau banyak terjadi perkosaan, bahkan semakin marak. Dan, yang tak pernah terbayangkan adalah korbannya anak-anak di bawah umur. Apakah kita masih tetap diam?
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: rasa malu yang hilang
Kebaikan itu ndak disebabkan krn rasa malu tapi oleh aturan yg keras. Gimana bisa baek kalo korupsi puluhan milyar cuma dihukum 1,5 tahun???ichreza wrote: Masihkah kita memiliki rasa malu yang mencegah kita dari berbuat keburukan dan mendorong kita untuk berbuat kebaikan dan ketaatan.
Itung2an sederhana: korupsi 30 M, ketauan 20, masuk penjara 1,5 tahun, disuruh mengembalikan 10 M masih sisa 20 M.
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Similar topics
» Dengan Malu-malu, Gadis Cantik Asal Eropa ini Begitu Fasih Melantunkan AlQuran
» Jangan malu-malu belajar agama islam jika anda yakin ada kebenaran di dalamnya
» Sejarah yang hilang: Pao An tui
» Ahok bicara mahar, siapa yang malu?
» Firman Tuhan Yang Hilang
» Jangan malu-malu belajar agama islam jika anda yakin ada kebenaran di dalamnya
» Sejarah yang hilang: Pao An tui
» Ahok bicara mahar, siapa yang malu?
» Firman Tuhan Yang Hilang
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik