FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah Empty paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah

Post by keroncong Sun Jul 15, 2012 4:44 am

Disamping itu, perkawinan antara puteri Yazdajir III dengan
Husain, cucu Rasulullah, juga merupakan faktor tersendiri
yang mendorong sebagian besar di antara mereka lebih
cenderung menjadi pengikut Syi'ah yang menginginkan hak
legitimasi kekhilafahan berada di tangan keturunan 'Ali
dengan Fatimah. Oleh karena itu, lepasnya jabatan khalifah
dari tangan Ahlul-Bait ke tangan pihak lain dipandang
sebagai penyerobotan hak-hak Ahlul-Bait. Itulah sebabnya
mereka ingin menjatuhkan dinasti Umayyah dengan jalan
kekerasan walaupun, karena kokohnya kekuasaan Umayyah,
mereka selalu gagal dan bahkan mereka selalu mendapat
tekanan, baik di masa Umayyah maupun 'Abbasiyyah. Karena
penderitaan yang berkepanjangan inilah, mereka sangat
mengharapkan kehadiran al-Mahdi al-Muntazar untuk membalas
dendam mereka.

Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa faktor yang
membentuk kefanatikan Syi'ah Iran terhadap paham Mahdi agak
berbeda dengan paham Mahdi Syi'ah lainnya. Dampak dari paham
Mahdi Syi'ah Iran tersebut terlihat nyata dalam sikap
politik bangsa itu sampai hari ini, terutama sesudah
Ayatullah Khumaini berkuasa di Iran.

Rupanya paham Mahdi ini tidak hanya menjadi milik golongan
Syi'ah saja, tetapi di kalangan Sunni pun dikenal paham
tersebut. Di masa Dinasti Umayyah, terutama di masa-masa
kemundurannya, muncul pula paham seperti itu, namun tokohnya
bukanlah al-Mahdi, tetapi Sufyani. Demikian pula halnya di
kalangan dinasti 'Abbasiyyah. Mereka menunggu-nunggu
munculnya al-Mahdi lain dari keturunan 'Abbas. Timbulnya
harapan seperti itu, tidak lain karena mereka menginginkan
kembalinya kejayaan mereka yang telah silam. Oleh karena
dinasti terakhir ini menggunakan bendera hitam sebagai
lambang kemenangannya, maka ciri seperti ini juga muncul
dalam hadis-hadis Mahdiyyah yang mereka pegangi.

Ada riwayat yang menyatakan, bahwa pada suatu saat nanti
akan lahir sekelompok manusia yang datang dari arah timur
(Khurasan) berbendera hitam dengan membawa kemenangan.
Bahkan ada riwayat lain yang secara jelas menyebutkan bahwa
mereka berperang melawan putera Abu Sufyan dari dinasti
Umayyah dan para pendukungnya. Sebagaimana diketahui dalam
sejarah Islam, warna hitam merupakan lambang kejayaan
pasukan 'Abbasiyyah yang dipimpin oleh Salman al-Farisi dari
Khurasan. Dengan demikian, nyata sekali kepalsuan hadis
Mahdiyyah tersebut. Kenyataan seperti itu tidak jauh berbeda
dengan apa yang dilakukan oleh golongan Umayyah.

Dalam penyebaran paham Mahdi tersebut, rupanya mereka juga
tidak ketinggalan untuk membuat hadis-hadis palsu
sebagaimana dilakukan oleh golongan Syi'ah, agar paham Mahdi
yang mereka jadikan sebagai landasan ideal perjuangan
politiknya dapat diterima oleh masyarakat luas dan dapat
memotivasi mereka untuk menjadi pendukung ide perjuangannya.

Dalam penuturan Ahmad Amin, pembuat hadis Mahdiyyah untuk
golongan Umayyah adalah Khalid ibn Yazid ibn Mu'awiyah.4
Selanjutnya ditegaskan, bahwa kepandaian membuat hadis-hadis
Mahdiyyah tersebut ialah dengan cara meninggalkan teks-teks
hadis yang dapat dipakai oleh siapa saja dan untuk masa
kapan saja. Apabila yang menang itu golongan 'Ali atau
golongan 'Abbasiyyah umpamanya, maka hadis-hadis Mahdiyyah
tersebut dapat mereka pergunakan untuk kepentingan mereka.5
Penggunaan nama "Sufyani" sebagai nama tokoh yang
ditunggu-tunggu oleh golongan Mu'awiyah seperti halnya
al-Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh kaum Syi'ah, mungkin
sekali diambil dari nama salah seorang tokoh putera Umayyah,
yaitu Abu Sufyan, dan karena itu nama "Sufyani" sekaligus
menjadi identitas golongan ini.

Jika hadis-hadis Mahdiyyah yang dipegangi oleh golongan
Syi'ah itu menunjukkan, bahwa kedudukan Mahdi diunggulkan
sehingga ia narnpak lebih tinggi daripada kedudukan 'Isa
al-Masih, maka tidak tertutup kemungkinan ada kelompok lain
yang kurang sependapat dengan cara-cara Syi'ah tersebut, dan
mencobanya untuk menyejajarkan kedudukan 'Isa al-Masih
dengan al-Mahdi, bahkan mengidentikkannya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka dibuatlah hadis-hadis Mahdiyyah versi
lain, seperti hadis yang dijadikan pegangan golongan
Ahmadiyyah:

"Tidak ada Mahdi selain 'Isa ibn Maryam."

Dalam hubungan ini, Ibn Khaldun sebagai sosiolog Muslim,
mencoba mengomentari hadis Mahdiyyah diatas, yang
diriwayatkan oleh Muhammad ibn Khalid. Perawi ini, menurut
penilaian al-Hakim dan al-Baihaqi, adalah orang yang tidak
diketahui identitasnya (majhul) sebagai Ahli hadis dan
sebagai orang yang boleh meriwayatkan hadis.6 Bahkan seorang
Ahli hadis, Sayyid Ahmad, menilai hadis tersebut sebagai
palsu dan tidak berdasar.

Selanjutnya dijelaskan bahwa hadis diatas, oleh sementara
orang diinterpretasikan: [kata-kata Arab] artinya,

"tidak seorang (bayi) pun dalam ayunan yang dapat berbicara,
selain 'Isa ibn Maryam."

Sedangkan Ibn Abi Wasil menafsirkan demikian:

"Tidak ada Mahdi yang petunjuknya serupa dengan petunjuk
'Isa Ibn Maryam."

Senada dengan hadis Mahdiyyah diatas, Imam Ahmad
meriwayatkan sebagai berikut:

"Hampir tibalah saatnya orang yang hidup diantara kalian,
akan dapat menjumpai 'Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi dan
sebagai hakim yang adil." (HR. Ahmad).

Hadis ini secara tegas menyamakan antara Mahdi dan 'Isa
al-Masih sebagai satu pribadi. Yang menjadi pertanyaan,
apakah kehadiran kembali 'Isa al-Masih di dunia ini melalui
proses reinkarnasi sebagaimana diyakini oleh golongan
Ahmadiyah ataukah tidak? Untuk menjawab pertanyaan di atas,
al-Maududi menjelaskan:

"Bahwa kehadiran 'Isa yang kedua kalinya tidaklah melalui
proses kelahiran kembali, yang jelas dipergunakan term
nuzul' atau turun. Dan kehadirannya bukan sebagai nabi yang
mendapatkan wahyu. Ia tidak membawa Syari'at baru dan tidak
menambah atau mengurangi Syari'at Nabi Muhammad. Dia pun
tidak mengadakan pembaharuan atau membentuk sekte baru,
serta tidak mengajak manusia untuk beriman kepadanya.
Kehadirannya yang kedua ini hanya untuk tujuan tertentu,
yaitu memberantas fitnah Dajjal."7

Penegasan al-Maududi ini, hanyalah mewakili paham Sunni pada
umumnya, tentang 'Isa al-Masih. Namun penegasan tersebut
juga mengundang timbulnya pertanyaan baru, yaitu: Apakah
selama ini 'Isa a.s., masih hidup di alam malaikat, di alam
jin, atau di alam ruh lainnya? Jika ia membenarkan
alternatif yang terakhir, bahwa 'Isa bisa hidup di alam ruh,
maka akan timbul lagi pertanyaan berikutnya. Apakah dia
manusia setengah malaikat, manusia setengah jin, ataukah
manusia sebenarnya yang dapat hidup di alam ruh dan terlepas
dari hukum alam yang berlaku bagi manusia lainnya?
Barangkali pertanyaan terakhir ini, sekaligus merupakan
kunci jawaban golongan Sunni dengan disertai interpretasi
intuitif, serta mengembalikan persoalan tersebut kepada
Masyi'atullah atau kehendak mutlak Tuhan, sebagaimana
kepercayaan mereka terhadap Khidir yang pernah hidup semasa
dengan Nabi Musa. Masalah tersebut (turunnya 'Isa a s.),
menurut Dr. Ahmad asy-Syirbashi, telah menjadi perdebatan
diantara para ulama baik dulu maupun sekarang. Selanjutnya
ia menambahkan, bahwa para ulama pada umumnya memandang
masalah tersebut bukan merupakan keyakinan pokok, karena
tidak ada dasarnya yang mutawatir (otentik) sehingga tidak
perlu diperdebatkan.8

Disamping itu perlu dicatat, bahwa hadis sahih hanyalah
menghasilkan zan (dugaan) yang tidak bisa dijadikan sebagai
dalil dalam masalah keyakinan. Apalagi masalah turunnya 'Isa
al-Masih ini sudah menjadi kepercayaan kaum Yahudi dan
Nasrani, dan al-Quran tidak menyinggungnya sedikitpun.
Al-Quran hanya menegaskan:

"Sungguh Aku (Allah akan mematikan kamu ('Isa) dan
mengangkatmu kepada-Ku ..." (S. Al-Ahzab: 55)

Ayat diatas memberi petunjuk kepada kita bahwa Nabi 'Isa
termasuk makhluk Allah yang mengalami proses kematian sesuai
dengan Sunnatullah (hukum alam) yang berlaku untuk setiap
ciptaan-Nya, sebagaimana yang dialami oleh manusia lainnya.9

Oleh sebab itu, informasi akan kehadiran 'Isa al-Masih,
sebagaimana dinyatakan dalam hadis Bukhari dan Muslim, untuk
kedua kalinya masuk akal, apabila informasi tersebut
diinterpretasikan sebagai lambang kebangkitan Islam di abad
modern setelah manusia kehilangan makna spiritual dalam
hidupnya. Dengan demikian kerancuan atau kesimpangsiuran
hadis-hadis Mahdiyyah, jelas menunjukkan kepalsuan hadis
tersebut. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan beberapa
pendapat para 'ulama' dan cendekiawan Muslim tentang hal
tersebut.

2. BEBERAPA PENDAPAT TENTANG HADIS-HADIS MAHDIYYAH SEBAGAI
HADIS PALSU

Pertama, pendapat Syaikh Muhammad Darwisy, yang mengatakan
dalam bukunya Asna'ul-Matalib:

"Hadis-hadis Mahdiyyah semuanya adalah lemah, tidak ada yang
dapat dijadikan pegangan, dan seorang tidak boleh terkecoh
oleh orang yang (berusaha) mengumpulkannya dalam berbagai
karyanya."
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah Empty Re: paham mahdi dalam perspektif rasional ahmadiyah

Post by Kedunghalang Sun Oct 13, 2013 5:38 pm

"Hampir tibalah saatnya orang yang hidup diantara kalian,
akan dapat menjumpai 'Isa ibn Maryam sebagai Imam Mahdi dan
sebagai hakim yang adil." (HR. Ahmad).

Hadis ini secara tegas menyamakan antara Mahdi dan 'Isa
al-Masih sebagai satu pribadi. Yang menjadi pertanyaan,
apakah kehadiran kembali 'Isa al-Masih di dunia ini melalui
proseh reinkarnasi sebagaimana diyakini oleh golongan
Ahmadiyah ataukah tidak?

==>> Jemaat Ahmadiyah tidak meyakini bahwa kehadiran kembali Isa Al Masih as ke dunia melalui proses reinkarnasi, melainkan kehadiran wujud / orang lain yang merupakan Perumpamaan Ibnu Maryam sebagaimana dimaksud dalam Az-Zukhruf 43:58.
avatar
Kedunghalang
LETNAN KOLONEL
LETNAN KOLONEL

Male
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik