Cara Menentukan Awal Ramadhan
Halaman 3 dari 4 • Share
Halaman 3 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Cara Menentukan Awal Ramadhan
First topic message reminder :
Yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.
Hilal yaitu bulan baru atau Bulan sabit yang waktunya ditentukan ALLAH 12 kali dalam satu tahun, dinyatakan dalam Ayat 10/5 dan 9/36. Itulah yang harus dijadikan dasar penanggalan.
Perlu dicatat bahwa Bulan mengorbit keliling Bumi sejauh 331˚ 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11˚ 12’. Jadi keliling 360˚ - 331˚ 15’ = 28˚ 45’ kalau dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar Bumi keliling Surya.
Ramadhan adalah bulan kesembilan setiap tahun Qamariah. Selama siang hari pada bulan itu, lelaki dan perempuan diwajibkan berpuasa yaitu menekan kehendak perut dan kehendak syahwat disamping melakukan ketentuan hukum lainnya dalam Islam. Gunanya tidak lain agar manusia beroleh keinsyafan sejalan dengan tuntunan hidup dalam Alquran yang diturunkan dulunya juga pada bulan itu. Hal demikian menjadi salah satu unsur kenapa orang dianjurkan memakai penanggalan Lunar Year, termuat pada Ayat 9/36 dan 9/37, dan dilarang memakai penanggalan Solar Year yaitu pergantian musim yang dari abad ke abad selalu berkurang waktunya.
Secara umum, penanggalan Qamariah dapat diketahui berlangsung permanen di seluruh zaman atas perhitungan orbit Bulan keliling Bumi dengan kecepatan tanpa perubahan, dimulai dari waktu berlakunya sesuatu gerhana Surya total ataupun separuhnya. Untuk itu telah kita susun suatu kalender dimulai dari Tahun 1351 sampai dengan Tahun 1450. Itulah yang dimaksud ALLAH pada Ayat 2/185 “siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklak mempuasakannya,” dan sebelumnya hendaklah menyampaikan kepada masyarakat tentang ibadah itu. Jadi, bukanlah orang yang mengetahui awal bulan itu harus berpuasa sendiri sambil membiarkan orang lain saling bertanya atau menunggu terbitnya Hilal bulan Ramadhan secara nyata di angkasa. Sikap begini tidak tepat bagi orang-orang beriman yang hidup dalam masyarakat Islam termuat pada awal Ayat 2/185 itu sendiri.
Tetapi semenjak lama sudah menjadi tradisi pada sementara masyarakat Islam bahwa mereka memahami maksud Ayat Suci tadi dengan melihat Hilal Ramadhan di ufuk barat sewaktu Surya hendak atau sudah terbenam, bahkan ada yang membentuk badan dan jawatan resmi untuk keperluan itu dengan ongkos besar dan usaha susah payah. Mungkin mereka tidak memiliki bahan perhitungan cukup untuk suatu susunan kalender Qamariah jangka panjang, maka dalam hal ini wajarlah mereka memakai Rukyah atau melihat Hilal Bulan di ufuk barat. Dan memang pada Ayat 2/184 dinyatakan puasa itu pada hari-hari berbilang yaitu bukan selama jumlah hari yang tegas ditentukan. Semenjak zaman Nabi Muhammad pernah kejadian bahwa Ramadhan ada kalanya 30 hari dan ada kalanya 29 hari, sedangkan 11 bulan lainnya mempunyai jumlah hari yang tetap dari tahun ke tahun.
Sebaliknya mungkin pula mereka salah tanggap tentang beberapa istilah hingga juga menimbulkan salah terjemah dan salah pasang. Kalimat asli pada Ayat 2/185 diantaranya berbunyi “FAMAN SYAHIDA MINKUMUSY SYAHRA FAL YASHUMHU”, hingga mengandung ketentuan ilmiah tentang perhitungan penanggalan Qamariah, tetapi ada terjemahan Alquran di akhir abad 14 Hijriah memberikan arti lain, di bawah ini kita kutipkan dan membandingkan dengan terjemahan wajar:
Terjemahan keliru:
2/185. ………………………………………………
Barang siapa di antara kamu menjalani bulan itu hendaklah berpuasa selama itu…..
2/185. ……………………………………………
Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.
Terjemahan wajar:
2/185. ... ................
Siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklah mempuasakannya.
Walaupun pada ketiga terjemahan itu terdapat perbedaan yang banyak, namun yang diperbincangkan di sini hanyalah mengenai terjemahan istilah SYAHIDA dan SYAHRA. Kedua macam istilah itu banyak ditemui dalam Alquran, SYAHIDA tercantum pada Ayat 2/185, 3/18, 3/86, 4/15, 6/19, 6/130, 6/150, 7/37, 12/26, 12/81, 21/61, 24/2, 24/8, 24/24, 27/32, 41/20, 43/19, 43/86, 46/10, 59/11, dan 65/2. Semuanya berarti “membuktikan” dan tidak satu juga yang diartikan dengan “menjalani” atau “hadir”. Bagaimana pula cara menterjemahkan dua kalimat syahadah jika SYAHIDA diartikan dengan itu hingga berupa “Aku menjalani (hadir) bahwa tiada Tuhan selain ALLAH.” Jadi SYAHIDA haruslah diartikan dengan MEMBUKTIKAN yaitu pengakuan ilmiah bahwa Tuhan hanya ALLAH dan Muhammad Rasul-NYA sekali pun tidak pernah melihatnya.
Sejauh ini kita belum sampai pada sasaran tentang sebab-musabab adanya masyarakat yang melihat Hilal Ramadhan agar besoknya mulai berpuasa wajib. Mungkin ada orang yang memahami Ayat 2/185 tadi dengan “Siapa yang melihat dari kamu Bulan itu hendaklah mempuasakannya.” Hal ini pun bersalahan dengan maksud Ayat Suci sebenarnya, karena yang dapat dilihat ialah MOON atau BULAN yang mengorbit di angkasa, dalam Alquran disebut dengan QAMAR, sedangkan yang tercantum pada Ayat 2/185 ialah istilah SYAHRA berarti “bulan” penanggalan yang tidak dapat dilihat dengan mata karena dia hanyalah nama dari sejumlah hari berkelompok jadi satu bagian dari duabelas bagian lainnya dalam setahun. Istilah SYAHRU dapat dibaca pada Ayat 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, dan 46/15.
Jadi, yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.
Dalam tradisi ada disebut Nisfu Sya’ban, separuh Sya’ban” atau juga pertengahannya yaitu hari kelima belas Sya’ban bulan kedelapan, yang sesudah 15 hari kemudiannya pasti berlaku tanggal satu Ramadhan. Dalam susunan kalender yang berdasarkan orbit Bulan senantiasa Sya’ban memiliki 30 hari. Penanggalan Ramadhan saja yang mempunyai jumlah hari berbeda, 29 pada tahun biasa dan 30 pada tahun kabisat.
Dengan pengetahuan tradisional demikian, mungkin juga sudah berlaku semenjak zaman Nabi Muhammad, maka setengah orang ada yang sengaja keluar rumah sewaktu maghrib pada tanggal 15 Sya’ban untuk memperhatikan status Bulan yang tampak terbit di ufuk timur. Sekiranya Bulan terbit sebelum Surya terbenam di ufuk barat maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 14 bulan itu. Tetapi ingatlah bahwa kejadian ini hanya wajar dan pernah jadi tradisi bagi penduduk daerah Torrid Zone atau di daerah panas sekitar Ekuator. Tetapi ketika terbukti bahwa Bulan tampak terbit di ufuk timur sesudah Surya selesai terbenam di barat, maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 15 Sya’ban dan 16 malam kemudian tentulah malam tanggal 1 Ramadhan. Itulah Rukyah wajar dan logis jika orang tidak memiliki kalender Qamariah jangka panjang. Melihat atau Rukyah Bulan pada tanggal 15 Sya’ban wajar sekali dilaksanakan di semua tempat kediaman pada daerah Ekuator keliling Bumi untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 16 hari berikutnya, dan dapat dilakukan masyarakat Islam setiap tahun pada Nisfu Sya’ban, mereka tidak memerlukan biaya juga pejabat resmi, dan tidak pula usaha susah payah seperti yang dibutuhkan bagi Rukyah Hilal Bulan pada awal bulan Ramadhan. Walaupun Rukyah Nisfu Sya’ban tidak sesungguhnya tepat seluruhnya menurut perhitungan kalender tetapi halnya lebih benar dibanding dengan Rukyah Hilal.
Kelemahan bagi pelaksana Rukyah Hilal antara lain ialah sebagai berikut:
1. Berbagai catatan memberikan data bahwa pada waktu permulaan bulan Qamariah atau setiap
tanggal pertamanya, posisi bulan Qamariah atau setiap tanggal pertamanya, posisi Bulan
selalu berdekatan dengan Surya. Jika waktu itu berlaku gerhana Surya, maka gerhana itu
berlangsung selama 6 jam, sementara Ijtimak atau gerhana penuh hanyalah selama 7 menit, dan
Bulan bergerak terus tampak di angkasa dalam 1 hari atau 24 jam sejauh 11º 12’ dari orbitnya
keliling Bumi.
Sekiranya ijtimak Bulan dan Surya berlaku hari Rabu pada jam antara 18.00 sampai 06.00
besoknya atau selama 12 jam malam itu menurut Standard Tme di Jawa, maka sesudah ijtimak
tersebut harus dicatat tanggal 1 bulan baru. Dan semisalnya hari itu awal Ramadhan, tentulah
wajib puasa harus terlaksana, tetapi Rukyah Hilal tidak kelihatan hingga penduduk-penduduk
Jawa tidak berpuasa pada hari Kamis tanggal 1 Ramadhan itu.
2. Sesuai dengan hukum alam yang berlaku bahwa daerah yang tepat ditantang Surya berudara panas
dan mungkin berdebu, karenanya angkasa barat sewaktu maghrib tampak berkabut yang
menghalangi pandangan untuk membuktikan adanya Hilal Bulan bagi penanggalan bulan baru.
Demikian pula untuk menentukan hari pertama bulan Ramadhan berdasarkan Rukyah Hilal yang
tentunya sangat tipis halus, setipis kertas kuning. Sia-sialah mereka yang benar-benar
hendak melihat Hilal tersebut untuk ibadah puasa Ramadhan besoknya.
3. Angkasa yang dekat sekali pada keliling bulatan Surya dinamakan orang dengan Corona yang
dalam Alquran disebut Zamharir pada Ayat 76/13, keduanya, baik bulatan Surya maupun Corona
itu menyilaukan mata kalau kebetulan dapat dilihat sewaktu cuaca baik. Jadi Hilal pada awal
malam tanggal pertama Ramadhan begitu pun bulan lainnya tentu saja tidak mungkin dilihat
karena wujudnya baru berupa garis melingkar setipis kertas, karena jauhnya, dan dia berada
dalam daerah Corona yang menyilaukan. Sekiranya orang masih dapat melihat Hilal itu, atau
mengatakan telah melihatnya, tentulah yang dilihat orang itu Hilal malam kedua dari Ramadhan
sejauh 12 derajat lebih dari Surya.
Dengan kelemahan atau tepatnya usaha yang tidak wajar itu, maka benarlah Alquran dengan ketentuan tercantum pada Ayat 2/185 bahwa siapa yang dengan perhitungannya mengenai penanggalan Qamariah dapat menentukan suatu hari adalah tanggal pertama bulan Ramadhan, lalu dia harus menyatakannya kepada masyarakat ramai dan berpuasa siang hari bersama-sama selama 29 atau 30 hari. Tentang ini berlakulah apa yang dimaksud ALLAH pada Ayat:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
أُولَـئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
2/159. Bahwa orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang KAMI turunkan dari keterangan-keterangan
dan petunjuk sesudah apa-apa yang KAMI terangkan untuk manusia dalam kitab. Itulah yang
ALLAH kutuki mereka dan dikutuki oleh orang-orang yang mengutuk.
Buka juga Artikel di bawah (mengenai Kalender Qamariah Jangka Panjang ):
https://laskarislam.indonesianforum.net/t2858-kalender-islam-lebih-benar-dari-kalender-masehi
Yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.
Hilal yaitu bulan baru atau Bulan sabit yang waktunya ditentukan ALLAH 12 kali dalam satu tahun, dinyatakan dalam Ayat 10/5 dan 9/36. Itulah yang harus dijadikan dasar penanggalan.
Perlu dicatat bahwa Bulan mengorbit keliling Bumi sejauh 331˚ 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11˚ 12’. Jadi keliling 360˚ - 331˚ 15’ = 28˚ 45’ kalau dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar Bumi keliling Surya.
Ramadhan adalah bulan kesembilan setiap tahun Qamariah. Selama siang hari pada bulan itu, lelaki dan perempuan diwajibkan berpuasa yaitu menekan kehendak perut dan kehendak syahwat disamping melakukan ketentuan hukum lainnya dalam Islam. Gunanya tidak lain agar manusia beroleh keinsyafan sejalan dengan tuntunan hidup dalam Alquran yang diturunkan dulunya juga pada bulan itu. Hal demikian menjadi salah satu unsur kenapa orang dianjurkan memakai penanggalan Lunar Year, termuat pada Ayat 9/36 dan 9/37, dan dilarang memakai penanggalan Solar Year yaitu pergantian musim yang dari abad ke abad selalu berkurang waktunya.
Secara umum, penanggalan Qamariah dapat diketahui berlangsung permanen di seluruh zaman atas perhitungan orbit Bulan keliling Bumi dengan kecepatan tanpa perubahan, dimulai dari waktu berlakunya sesuatu gerhana Surya total ataupun separuhnya. Untuk itu telah kita susun suatu kalender dimulai dari Tahun 1351 sampai dengan Tahun 1450. Itulah yang dimaksud ALLAH pada Ayat 2/185 “siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklak mempuasakannya,” dan sebelumnya hendaklah menyampaikan kepada masyarakat tentang ibadah itu. Jadi, bukanlah orang yang mengetahui awal bulan itu harus berpuasa sendiri sambil membiarkan orang lain saling bertanya atau menunggu terbitnya Hilal bulan Ramadhan secara nyata di angkasa. Sikap begini tidak tepat bagi orang-orang beriman yang hidup dalam masyarakat Islam termuat pada awal Ayat 2/185 itu sendiri.
Tetapi semenjak lama sudah menjadi tradisi pada sementara masyarakat Islam bahwa mereka memahami maksud Ayat Suci tadi dengan melihat Hilal Ramadhan di ufuk barat sewaktu Surya hendak atau sudah terbenam, bahkan ada yang membentuk badan dan jawatan resmi untuk keperluan itu dengan ongkos besar dan usaha susah payah. Mungkin mereka tidak memiliki bahan perhitungan cukup untuk suatu susunan kalender Qamariah jangka panjang, maka dalam hal ini wajarlah mereka memakai Rukyah atau melihat Hilal Bulan di ufuk barat. Dan memang pada Ayat 2/184 dinyatakan puasa itu pada hari-hari berbilang yaitu bukan selama jumlah hari yang tegas ditentukan. Semenjak zaman Nabi Muhammad pernah kejadian bahwa Ramadhan ada kalanya 30 hari dan ada kalanya 29 hari, sedangkan 11 bulan lainnya mempunyai jumlah hari yang tetap dari tahun ke tahun.
Sebaliknya mungkin pula mereka salah tanggap tentang beberapa istilah hingga juga menimbulkan salah terjemah dan salah pasang. Kalimat asli pada Ayat 2/185 diantaranya berbunyi “FAMAN SYAHIDA MINKUMUSY SYAHRA FAL YASHUMHU”, hingga mengandung ketentuan ilmiah tentang perhitungan penanggalan Qamariah, tetapi ada terjemahan Alquran di akhir abad 14 Hijriah memberikan arti lain, di bawah ini kita kutipkan dan membandingkan dengan terjemahan wajar:
Terjemahan keliru:
2/185. ………………………………………………
Barang siapa di antara kamu menjalani bulan itu hendaklah berpuasa selama itu…..
2/185. ……………………………………………
Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.
Terjemahan wajar:
2/185. ... ................
Siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklah mempuasakannya.
Walaupun pada ketiga terjemahan itu terdapat perbedaan yang banyak, namun yang diperbincangkan di sini hanyalah mengenai terjemahan istilah SYAHIDA dan SYAHRA. Kedua macam istilah itu banyak ditemui dalam Alquran, SYAHIDA tercantum pada Ayat 2/185, 3/18, 3/86, 4/15, 6/19, 6/130, 6/150, 7/37, 12/26, 12/81, 21/61, 24/2, 24/8, 24/24, 27/32, 41/20, 43/19, 43/86, 46/10, 59/11, dan 65/2. Semuanya berarti “membuktikan” dan tidak satu juga yang diartikan dengan “menjalani” atau “hadir”. Bagaimana pula cara menterjemahkan dua kalimat syahadah jika SYAHIDA diartikan dengan itu hingga berupa “Aku menjalani (hadir) bahwa tiada Tuhan selain ALLAH.” Jadi SYAHIDA haruslah diartikan dengan MEMBUKTIKAN yaitu pengakuan ilmiah bahwa Tuhan hanya ALLAH dan Muhammad Rasul-NYA sekali pun tidak pernah melihatnya.
Sejauh ini kita belum sampai pada sasaran tentang sebab-musabab adanya masyarakat yang melihat Hilal Ramadhan agar besoknya mulai berpuasa wajib. Mungkin ada orang yang memahami Ayat 2/185 tadi dengan “Siapa yang melihat dari kamu Bulan itu hendaklah mempuasakannya.” Hal ini pun bersalahan dengan maksud Ayat Suci sebenarnya, karena yang dapat dilihat ialah MOON atau BULAN yang mengorbit di angkasa, dalam Alquran disebut dengan QAMAR, sedangkan yang tercantum pada Ayat 2/185 ialah istilah SYAHRA berarti “bulan” penanggalan yang tidak dapat dilihat dengan mata karena dia hanyalah nama dari sejumlah hari berkelompok jadi satu bagian dari duabelas bagian lainnya dalam setahun. Istilah SYAHRU dapat dibaca pada Ayat 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, dan 46/15.
Jadi, yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.
Dalam tradisi ada disebut Nisfu Sya’ban, separuh Sya’ban” atau juga pertengahannya yaitu hari kelima belas Sya’ban bulan kedelapan, yang sesudah 15 hari kemudiannya pasti berlaku tanggal satu Ramadhan. Dalam susunan kalender yang berdasarkan orbit Bulan senantiasa Sya’ban memiliki 30 hari. Penanggalan Ramadhan saja yang mempunyai jumlah hari berbeda, 29 pada tahun biasa dan 30 pada tahun kabisat.
Dengan pengetahuan tradisional demikian, mungkin juga sudah berlaku semenjak zaman Nabi Muhammad, maka setengah orang ada yang sengaja keluar rumah sewaktu maghrib pada tanggal 15 Sya’ban untuk memperhatikan status Bulan yang tampak terbit di ufuk timur. Sekiranya Bulan terbit sebelum Surya terbenam di ufuk barat maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 14 bulan itu. Tetapi ingatlah bahwa kejadian ini hanya wajar dan pernah jadi tradisi bagi penduduk daerah Torrid Zone atau di daerah panas sekitar Ekuator. Tetapi ketika terbukti bahwa Bulan tampak terbit di ufuk timur sesudah Surya selesai terbenam di barat, maka malam itu dan siang besoknya adalah tanggal 15 Sya’ban dan 16 malam kemudian tentulah malam tanggal 1 Ramadhan. Itulah Rukyah wajar dan logis jika orang tidak memiliki kalender Qamariah jangka panjang. Melihat atau Rukyah Bulan pada tanggal 15 Sya’ban wajar sekali dilaksanakan di semua tempat kediaman pada daerah Ekuator keliling Bumi untuk menentukan tanggal 1 Ramadhan 16 hari berikutnya, dan dapat dilakukan masyarakat Islam setiap tahun pada Nisfu Sya’ban, mereka tidak memerlukan biaya juga pejabat resmi, dan tidak pula usaha susah payah seperti yang dibutuhkan bagi Rukyah Hilal Bulan pada awal bulan Ramadhan. Walaupun Rukyah Nisfu Sya’ban tidak sesungguhnya tepat seluruhnya menurut perhitungan kalender tetapi halnya lebih benar dibanding dengan Rukyah Hilal.
Kelemahan bagi pelaksana Rukyah Hilal antara lain ialah sebagai berikut:
1. Berbagai catatan memberikan data bahwa pada waktu permulaan bulan Qamariah atau setiap
tanggal pertamanya, posisi bulan Qamariah atau setiap tanggal pertamanya, posisi Bulan
selalu berdekatan dengan Surya. Jika waktu itu berlaku gerhana Surya, maka gerhana itu
berlangsung selama 6 jam, sementara Ijtimak atau gerhana penuh hanyalah selama 7 menit, dan
Bulan bergerak terus tampak di angkasa dalam 1 hari atau 24 jam sejauh 11º 12’ dari orbitnya
keliling Bumi.
Sekiranya ijtimak Bulan dan Surya berlaku hari Rabu pada jam antara 18.00 sampai 06.00
besoknya atau selama 12 jam malam itu menurut Standard Tme di Jawa, maka sesudah ijtimak
tersebut harus dicatat tanggal 1 bulan baru. Dan semisalnya hari itu awal Ramadhan, tentulah
wajib puasa harus terlaksana, tetapi Rukyah Hilal tidak kelihatan hingga penduduk-penduduk
Jawa tidak berpuasa pada hari Kamis tanggal 1 Ramadhan itu.
2. Sesuai dengan hukum alam yang berlaku bahwa daerah yang tepat ditantang Surya berudara panas
dan mungkin berdebu, karenanya angkasa barat sewaktu maghrib tampak berkabut yang
menghalangi pandangan untuk membuktikan adanya Hilal Bulan bagi penanggalan bulan baru.
Demikian pula untuk menentukan hari pertama bulan Ramadhan berdasarkan Rukyah Hilal yang
tentunya sangat tipis halus, setipis kertas kuning. Sia-sialah mereka yang benar-benar
hendak melihat Hilal tersebut untuk ibadah puasa Ramadhan besoknya.
3. Angkasa yang dekat sekali pada keliling bulatan Surya dinamakan orang dengan Corona yang
dalam Alquran disebut Zamharir pada Ayat 76/13, keduanya, baik bulatan Surya maupun Corona
itu menyilaukan mata kalau kebetulan dapat dilihat sewaktu cuaca baik. Jadi Hilal pada awal
malam tanggal pertama Ramadhan begitu pun bulan lainnya tentu saja tidak mungkin dilihat
karena wujudnya baru berupa garis melingkar setipis kertas, karena jauhnya, dan dia berada
dalam daerah Corona yang menyilaukan. Sekiranya orang masih dapat melihat Hilal itu, atau
mengatakan telah melihatnya, tentulah yang dilihat orang itu Hilal malam kedua dari Ramadhan
sejauh 12 derajat lebih dari Surya.
Dengan kelemahan atau tepatnya usaha yang tidak wajar itu, maka benarlah Alquran dengan ketentuan tercantum pada Ayat 2/185 bahwa siapa yang dengan perhitungannya mengenai penanggalan Qamariah dapat menentukan suatu hari adalah tanggal pertama bulan Ramadhan, lalu dia harus menyatakannya kepada masyarakat ramai dan berpuasa siang hari bersama-sama selama 29 atau 30 hari. Tentang ini berlakulah apa yang dimaksud ALLAH pada Ayat:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
أُولَـئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
2/159. Bahwa orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang KAMI turunkan dari keterangan-keterangan
dan petunjuk sesudah apa-apa yang KAMI terangkan untuk manusia dalam kitab. Itulah yang
ALLAH kutuki mereka dan dikutuki oleh orang-orang yang mengutuk.
Buka juga Artikel di bawah (mengenai Kalender Qamariah Jangka Panjang ):
https://laskarislam.indonesianforum.net/t2858-kalender-islam-lebih-benar-dari-kalender-masehi
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
makanya baca baik2... :) 43
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
kan udah dijawab juga bahwa masalahnya tetap tak terselesaikan, lihat post 44.
Emangnya lamanya bulan safar golongan muhammadiyah jadi 30 hari gara2 memulai 1 syawalnya lebih dulu 1 hari ketimbang NU?
Apakah krn start 1 syawalnya lebih dulu 1 hari ketimbang NU, menyebabkan lamanya bulan Rabiul awal muhammadiyah menjadi tidak 30 hari?
Emangnya lamanya bulan safar golongan muhammadiyah jadi 30 hari gara2 memulai 1 syawalnya lebih dulu 1 hari ketimbang NU?
Apakah krn start 1 syawalnya lebih dulu 1 hari ketimbang NU, menyebabkan lamanya bulan Rabiul awal muhammadiyah menjadi tidak 30 hari?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Apa hubungannya ke Safar atau Rabiul awal kalau yang bedanya di syawal, jauh2 amat 4-5 bulan ke depan?
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
karena yg saya masalahkan start 1 syawal nya berbeda, tapi hari hari2 perayaan islam yg lain yg ada di bulan2 lain bisa sama.
ibaratnya kalau ada dua kelompok yg start memasuki 1 januari nya berbeda, maka bagaimana mungkin bisa merayakan 17 agustus nya secara bersamaan?
ibaratnya kalau ada dua kelompok yg start memasuki 1 januari nya berbeda, maka bagaimana mungkin bisa merayakan 17 agustus nya secara bersamaan?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Karena 1 februari nya sudah sama lagi om, ngapain mikirin agustus.aliumar wrote:karena yg saya masalahkan start 1 syawal nya berbeda, tapi hari hari2 perayaan islam yg lain yg ada di bulan2 lain bisa sama.
ibaratnya kalau ada dua kelompok yg start memasuki 1 januari nya berbeda, maka bagaimana mungkin bisa merayakan 17 agustus nya secara bersamaan?
pasti gara2 sekolah di don bosco nih, gagal paham mulu
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
bagaimana bisa start 1 febuari nya bisa sama, jikalau kedua kelompok yg berbeda start 1 januari nya tsb, sama2 menjalani bulan januari selama 31 hari ?Karena 1 februari nya sudah sama lagi om, ngapain mikirin agustus.
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Karena 1+1=10
balik 43, baca kata2nya 1 per 1, g mudeng juga tanya guru2 don bosco
balik 43, baca kata2nya 1 per 1, g mudeng juga tanya guru2 don bosco
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Parah bgt kualitas pendidikan Al-Azhar !!!
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Jangan salah :Daliumar wrote:Parah bgt kualitas pendidikan Al-Azhar !!!
just info
Definisi dari sekolah terbaik itu ngga hanya sekolah yang unggul di bidang prestasi akademik atau nonakademik, tapi juga harus bersih lingkungan, suasana belajar dan siswanya yang asik, terutama tenaga pendidiknya (guru) dan sarana-prasarananya sudah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP). Ini adalah 35 SMA terbaik di Indonesia di Tahun 2011 ini *versi Diknas :
• SMAN 3 Bandung
• SMA Taruna Nusantara
• SMAN 1 Denpasar
• SMAN 4 Kendari, Sulawesi Tenggara
• SMA Plus Riau
• SMAN 1 Padang
• SMAN 3 Yogyakarta
• SMAN 3 Malang
• SMAN 1 Bogor
• SMAN 1 Purwokerto
• SMA Labschool Jakarta
• SMA Al Azhar BSD, Tangerang
• SMA Al Azhar Kelapa Gading
....dst
Berikut ranking 10 besar sekolah SMA di Jakarta tahun 2014 sebagai berikut:
1. SMA Katolik Santa Ursula, Jl Pos Lapangan Banteng
Sekolah ini memang paling top dan dikenal sebagai Sanur. Semua muridnya adalah wanita. Dengan pendidikan disiplin sangat tinggi. Guru-guru di sekolah ini banyak yang merupakan Pastor maupun Suster. Murid muridnya memakai rok panjang, kaos kaki seperti pemain sepak bola, dan rambut harus dikuncir (ada aturan kalau tidak dikuncir, dikenakan hukuman).
2. SMAK 1 BPK Penabur Tanjung Duren
Sekolah ini bersama sama dengan Sanur berganti-gantian memegang ranking 1 Jakarta dari jaman dahulu kala.
3. SMA Islam Al Azhar 1, Blok M
Sekolah ini dikenal sebagai Alpus (Al Azhar Pusat). Merupakan bagian pemimpin bagi sekolah sekolah Al Azhar lainnya, sekolah ini sangat terkenal sebagai sekolah swasta di wilayah Jakarta Selatan.
4. SMA YPK Ketapang 1, Kota
Sekolah Kristen Ketapang 1 mengalami peningkatan drastis kualitasnya daripada 10 tahun lalu, dan berhasil mengungguli sekolah sekolah terkenal lainnya seperti SMA Kanisius, Tarsisius, IPEKA, bahkan SMAN 8.
5. SMA Labschool Kebayoran
Labschool memang merupakan sekolah yang sangat bagus bukan hanya SMA saja, namun SMP nya juga termasuk 5 besar berdampingan dengan Kanisius, SMABEL dan BPK Penabur Sunrise Garden.
6. SMAN 81
SMA 81 merupakan rintisan sekolah Labschool, ini memiliki record peningkatan drastis mutunya sehingga berhasil mengungguli SMAN 8.
7. SMAN 8
Sekolah ini merupakan salah satu SMA negeri unggulan favorite masyarakat Jakarta, selain SMA 70. Sekolah ini pernah meraih ranking 3 besar Jakarta bersama-sama Sanur dan SMAK 1. Mayoritas yang masuk SMAN 8 adalah anak anak SMABEL. Konon dari zaman dahulu, terbentuk berita bahwa 90 persen lebih anak SMAN 8 berhasil masuk UI,ITB, dan UGM sehingga seperti memindahkan sekolah ke Universitas. Sehingga ada stereotype, bilamana mau masuk UI atau ITB lebih mudah bilamana masuk SMAN 8.
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
ada muslim lain yg bisa jawab? isaku udah KO, trus malah OOT.
Masalah Konkritnya:
Muhammadiyah menetapkan tanggal 30 Agustus 2011, sudah masuk 1 Syawal (Idul Fitri), sementara NU menetapkan 1 Syawal jatuh pada tgl 31 Agustus 2011.
Artinya start 1 Syawal nya Muhamadiyah lebih dulu 1 hari ketimbang NU. Ini kan akan menyebabkan start bulan2 berikutnya akan berbeda, sehingga begitu masuk bulan Rajab, Muhammadiyah akan lebih dulu satu hari ketimbang NU. Sehingga tgl 27 Rajab nya (Isra Miraj) Muhammadiyah akan jadi lebih dulu 1 hari ketimbang NU.
Pertanyaan nya:
Kenapa kemudian perayaan Isra Miraj yg jatuh pada tgl 27 Rajab bisa tidak terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan NU?
Intinya jika perayaan Idul Fitri nya atau Ramadan nya berbeda, Kenapa tidak mengakibatkan perbedaan pada hari2 besar Islam yg lain nya juga?
Masalah Konkritnya:
Muhammadiyah menetapkan tanggal 30 Agustus 2011, sudah masuk 1 Syawal (Idul Fitri), sementara NU menetapkan 1 Syawal jatuh pada tgl 31 Agustus 2011.
Artinya start 1 Syawal nya Muhamadiyah lebih dulu 1 hari ketimbang NU. Ini kan akan menyebabkan start bulan2 berikutnya akan berbeda, sehingga begitu masuk bulan Rajab, Muhammadiyah akan lebih dulu satu hari ketimbang NU. Sehingga tgl 27 Rajab nya (Isra Miraj) Muhammadiyah akan jadi lebih dulu 1 hari ketimbang NU.
Pertanyaan nya:
Kenapa kemudian perayaan Isra Miraj yg jatuh pada tgl 27 Rajab bisa tidak terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan NU?
Intinya jika perayaan Idul Fitri nya atau Ramadan nya berbeda, Kenapa tidak mengakibatkan perbedaan pada hari2 besar Islam yg lain nya juga?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
don bosco parah :)
bulan zulqaidah udah sama lagi malah jauh2 ke rajab, penjelasan gamblang no 43 dilewat begitu saja,
... atau kapasitas mencerna tidak mencukupi?
bulan zulqaidah udah sama lagi malah jauh2 ke rajab, penjelasan gamblang no 43 dilewat begitu saja,
... atau kapasitas mencerna tidak mencukupi?
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
kalau udah gak bisa jawab, bilang aja, ga usah malah OOT !!
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Bukan masalah bisa g bisa, hanya kapsitas yg nanya terbatas mesti gimana?
Coba dibaca lagi deh
Misal tgl 29 Ramadhan sore hari/Maghrib, posisi bulan sudah diatas 2derajat, dalam pandangan si A itu adalah bulan baru, maka besoknya adalah 1 Syawal. Namun bagi si B dibawah 6derajat belum bulan baru, maka besok adalah tanggal 30Ramadhan.
Karena siklus bulan adalah 29.5 hari, maka bagi si A tgl 29 Syawal sore belumlah bulan baru, masih kurang setengah hari atau posisi bulan masih kurang 6derajat untuk dapat disebut sebagai bulan baru, maka bulan syawal bagi si A adalah 30 hari.
Sementara itu bagi si B, tgl 30Ramadhan sore, posisi bulan sudah 14derajat, artinya tgl 1 syawal itu sebetulnya bulan sudah berputar sejauh 8derajat dari 6derajat sebagai batas bulan baru atau bahasa lainnya bulan sudah berputar lebih dari setengah hari ketika 1 syawal dimulai. Maka bagi si B bulan syawal tersebut hanya tersisa 29 hari saja.
Si A bulan Syawal 30 hari, si B bulan Syawal 29 hari, maka tgl 1 Dzulqaidah keduanya dimulai pada saat yg bersamaan.
kelewatan deh kalo g ngerti juga
Coba dibaca lagi deh
Ilustrasinya begini:isaku wrote:Siklus bulan itu 29,5 hari, jadi 1 bulan bisa 29 atau 30 hari. Ketidaksamaan pada 1 waktu kemudian terus menerus tidak sama itu tidak mungkin, karena ada 1/2 harinya, jadi pasti nantinya bakal sama lagi. Kadang sama kadang tidak itu terjadi karena penentuan berapa derajat posisi bulan disebut sudah bulan baru atau belum, si A menentukan sekian derajat adalah bulan baru, si B boleh jadi di derajat yg berbeda.
Misal tgl 29 Ramadhan sore hari/Maghrib, posisi bulan sudah diatas 2derajat, dalam pandangan si A itu adalah bulan baru, maka besoknya adalah 1 Syawal. Namun bagi si B dibawah 6derajat belum bulan baru, maka besok adalah tanggal 30Ramadhan.
Karena siklus bulan adalah 29.5 hari, maka bagi si A tgl 29 Syawal sore belumlah bulan baru, masih kurang setengah hari atau posisi bulan masih kurang 6derajat untuk dapat disebut sebagai bulan baru, maka bulan syawal bagi si A adalah 30 hari.
Sementara itu bagi si B, tgl 30Ramadhan sore, posisi bulan sudah 14derajat, artinya tgl 1 syawal itu sebetulnya bulan sudah berputar sejauh 8derajat dari 6derajat sebagai batas bulan baru atau bahasa lainnya bulan sudah berputar lebih dari setengah hari ketika 1 syawal dimulai. Maka bagi si B bulan syawal tersebut hanya tersisa 29 hari saja.
Si A bulan Syawal 30 hari, si B bulan Syawal 29 hari, maka tgl 1 Dzulqaidah keduanya dimulai pada saat yg bersamaan.
kelewatan deh kalo g ngerti juga
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Misal tgl 29 Ramadhan sore hari/Maghrib, posisi bulan sudah diatas 2derajat, dalam pandangan si A itu adalah bulan baru, maka besoknya adalah 1 Syawal. Namun bagi si B dibawah 6derajat belum bulan baru, maka besok adalah tanggal 30Ramadhan.
Lantas acuan pada sistem kalender hijriah dalam menentukan bulan baru itu apa?
Apakah bisa masing2 bikin acuan nya sendiri?
misal:
si A pakai acuan asal sudah lebih dari 2 derajat.
si B pakai acuan, harus lebih dari 6 derajat.
Nanti si c bikin acuan sendiri: harus lebih dari 8 derajat.
Si D bikin acuan juga : harus lebih dari 10 derajat
Acuan dalam satu sistem kalender yg sama (sistem kalender hijriah) koq bisa seenaknya sendiri bikin acuan masing2.
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
dapat aturan darimana kalau di atas 2 derajat adalah bulan baru?posisi bulan sudah diatas 2derajat, dalam pandangan si A itu adalah bulan baru,
aturan di atas 2 derajat adalah bulan baru yg dipakai si A tsb, itu aturan bikinan si A sendiri, atau merupakan aturan yg resmi/baku dari sistem penanggalan hijriah?
aturan harus 6 derajat itu bikinan si B sendiri, atau merupakan aturan yg resmi/baku dari sistem penanggalan hijriah?bagi si B dibawah 6derajat belum bulan baru,
antara aturan/acuan bulan baru si a dan si b, yang manakah yg merupakan aturan yg baku dalam sistem penanggalan hijriah?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Tau seenaknya sendiri darimana?aliumar wrote: koq bisa seenaknya sendiri bikin acuan masing2.
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
kalau tidak seenaknya sendiri, silahkan jawab:
1. dapat aturan darimana kalau di atas 2 derajat adalah bulan baru?
2. dapat aturan darimana kalau belum sampai 6 derajat belum bulan baru?
3. Lantas acuan pada sistem kalender hijriah dalam menentukan bulan baru itu apa?
1. dapat aturan darimana kalau di atas 2 derajat adalah bulan baru?
2. dapat aturan darimana kalau belum sampai 6 derajat belum bulan baru?
3. Lantas acuan pada sistem kalender hijriah dalam menentukan bulan baru itu apa?
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Maaf, lg malas diskusi ama yg g pake modal
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
terbukti bahwa sebenarnya isaku sudah gak bisa jawab lagi, makanya berbelit-belit bin OOT, untuk menutupi ketidakbisaan nya tsb.
Terakhir diubah oleh aliumar tanggal Tue Jun 30, 2015 11:07 am, total 1 kali diubah
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
habisnya don bosco taunya 1+1=10 sih, g pake reference pula, maunya disuapin mulu
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
terbukti bahwa isaku sebenarnya sudah gak bisa jawab lagi, makanya berbelit-belit bin OOT, untuk menutupi ketidakbisaan nya tsb.
aliumar- LETNAN SATU
-
Posts : 2663
Kepercayaan : Katolik
Location : Padang
Join date : 20.06.12
Reputation : 29
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
kenapa jika itu kententuan waktu Allah swt, tetapi penentuan awal/akhir bulan ramadhan sesuai pendapat yg berbeda-beda, bukan menurut ketentuan waktu Alloh swt ?
Syalom aleykhem- LETNAN DUA
-
Age : 30
Posts : 1233
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 06.04.15
Reputation : 7
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Allah SWT membuat ketentuan untuk puasa di bulan Ramadhan, bukan menyatakan 1Ramadhan adalah hari Senen atau Selasa, sama halnya Yesus tidak pernah menyatakan katolik lebih utama dari protestan atau sebaliknya bahkan Yesus tidak kenal apa itu katolik atau protestan bahkan boleh jadi Yesus tidak mengenal kristen.Syalom aleykhem wrote:kenapa jika itu kententuan waktu Allah swt, tetapi penentuan awal/akhir bulan ramadhan sesuai pendapat yg berbeda-beda, bukan menurut ketentuan waktu Alloh swt ?
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan
Re: Cara Menentukan Awal Ramadhan, kenapa bisa beda menurut versi yg beda-beda ?isaku wrote:Allah SWT membuat ketentuan untuk puasa di bulan Ramadhan, bukan menyatakan 1Ramadhan adalah hari Senen atau Selasa, sama halnya Yesus tidak pernah menyatakan katolik lebih utama dari protestan atau sebaliknya bahkan Yesus tidak kenal apa itu katolik atau protestan bahkan boleh jadi Yesus tidak mengenal kristen.Syalom aleykhem wrote:kenapa jika itu kententuan waktu Allah swt, tetapi penentuan awal/akhir bulan ramadhan sesuai pendapat yg berbeda-beda, bukan menurut ketentuan waktu Alloh swt ?
Syalom aleykhem- LETNAN DUA
-
Age : 30
Posts : 1233
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 06.04.15
Reputation : 7
Halaman 3 dari 4 • 1, 2, 3, 4
Similar topics
» Nisfu Sya'ban: Cara lain menentukan Awal Ramadhan
» Nisfu Sya'ban: Cara lain menentukan Awal Ramadhan
» Terjemahan KELIRU dalam Menentukan Awal Ramadhan & KALENDER QAMARIAH
» Awal Ramadhan 1433 H
» penentuan hilal awal ramadhan dan syawal
» Nisfu Sya'ban: Cara lain menentukan Awal Ramadhan
» Terjemahan KELIRU dalam Menentukan Awal Ramadhan & KALENDER QAMARIAH
» Awal Ramadhan 1433 H
» penentuan hilal awal ramadhan dan syawal
Halaman 3 dari 4
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik