Penciptaan Alam menurut Budhisme
Halaman 1 dari 1 • Share
Penciptaan Alam menurut Budhisme
Menurut Sang Buddha Gotama, pengenal segenap alam semesta ( Lokavidu ), alam semesta ini – yang berliau sebut sebagai Samsara – adalah TANPA AWAL. Sang Bhagava Guru, Sang Sugatha, bersabda, “ Tak dapat ditentukan awal dari alam semesta. Titik terjauh dari kehidupan, berpindah dari kelahiran ke kelahiran, terikat oleh ketidak-tahuan dan keinginan, tidaklah dapat diketahui. “
Sang Buddha Gotama secara sangat jelas dan tepat menggambarkan kelompok-kelompok galaksi, yang oleh para ilmuwan baru ditemukan.
Sistem dunia ini, oleh Sang Buddha disebut sebagai “Loka Dhatu” dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya; sistem dunia ribuan-lipat, sistem dunia puluhan-ribu lipat, sistem dunia besar, dan seterusnya, dan seterusnya.
“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu ( tata surya kecil ) ? … Ananda, sejauh matahari dan bulan berrotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya.
Didalam seribu tata sruya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa ( Jambudipa = India, Jawadipa = Nusantara / Indonesia ), seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana… Inilah,Ananda, yang dinamakan SERIBU TATA SURYA KECIL. ( SAHASSI CULANIKA LOKADHATU ).
Ananda, seribu kali Sahassa Culanika Lokadhatu dinamakan “ DVISAHASSA MAJJHIMANIKA LOKADHATU”. Ananda, seribu kali Dvisahassa Majjhimanika Lokadhatu dinamakan “ TISAHASSI MAHASAHASSI LOKADHATU”.
Ananda, bilamana Sang Tathagata ( sebutan lain bagi Sang Buddha Gotama ) mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu, ataupun melebihinya lagi.”
Sesuai dengan kutipan diatas, didalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 X 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu terdapat 1.000.000 X 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyar tata surya saja, tetapi masih melampauinya.
Dengan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, Sang Buddha Gotama dapat memahami dari konsep alam semesta yang tak terbatas. Beliau menyebut adanya “ daerah gelap, hitam, kelam, diantara sistem-sistem dunia, sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dan bulan sekalipun tak dapat mencapainya… .”
Waktu yang diperlukan untuk terbentuk dan hancurnya suatu sistem dunia sangatlah panjang; diperlukan sangat banyak kappa ( sebagai satuan waktu ) untuk itu. Sewaktu Sang Buddha ditanya tentang panjang kurun waktu satu kappa, Beliau menjawab :
“ Sangat panjang kurun waktu satu kappa. Tak dapat diperhitungkan dengan tahun, abad ataupun ribuan abad.”
“ Bila demikian, Guru, dapatkah dengan menggunakan perumpamaan?”
“Dapat,. Bayangkan bongkahan suatu gunung besar, tanpa retak, tanpa celah, padat, berukuran panjang 1 mil, lebar 1 mil dan tingginya juga 1 mil. Lalu bayangkan setiap seratus tahun ada orang datang menggosoknya dengan sepotong sutra Benares. Maka, akan lebih cepat bukit itu habis tergosok daripada suatu masa kappa berlalu. Pula ketahuilah, lebih dari satu, lebih dari ribuan, lebih dari ratusan ribu kappa, sebenarnya telah berlalu.”
Dari situ terlihat, betapa Sang Buddha menggunakan perumpamaan seperti diuraikan diatas untuk memberi gambaran tentang “ jarak ruang dalam satuan waktu “ ; sama halnya para ahli astronomi saat ini menggambarkan “ jarak-jarak di angkasa luar dengan menggunakan satuan tahun cahaya.”
MEMAHAMI ALAM SEMESTA DAN AWAL PENCIPTAAN TIDAK MENGANTAR PADA PEMBEBASAN
Sang Buddha memebahas tentang asal dan perluasan alam semesta hanya sepintas lalu. Sebab, Beliau tidak menganggap, bahwa pengetahuan tentang asal muasal terciptanya alam semesta, perluasan, hancurnya alam semesta, adalah lebih penting dari masalah mendasar ummat manusia, yakni : p e n d e r i t a a n.
Sang Buddha menganggap bahwa pengetahuan mengenai “Jalan-Pencerahan” untuk membebaskan ummat manusia dari penderitaan dunia adalah jauh lebih penting ketimbang pengetahuan tentang usia alam semesta, asal-usul alam semesta, dan lain-lain.
Mengakhiri penderitaan, dan mencapai kebahagiaan sejati, diatas kesenangan inderawi, kebahagiaan yang diinginkan, membahagiakan, dan abadi, adalah yang terutama. Itu adalah N i r v a n a ( Sanskerta ) / N i b b a n a ( Pali ).
Ketika seseorang mendesak Sang Buddha untuk menjawab pertanyaan tentang luasnya alam semesta, dan penciptaan alam semesta, maka Sang Buddha membuat perumpamaan, “ orang tersebut bagaikan seseorang yang terkena panah beracun, yang memberinya sakit-derita yang hebat, yang akan membawanya ke kematian, namun menolak diobati dan dicabut anak panah yang menancap tersebut, sebelum orang tersebut mengetahui dengan jelas siapakah yang melepaskan anak panah beracun tersebut “. Sang Buddha, kemudian bersabda :
“ Menjalani hidup yang suci tak dikatakan tergantung apakah alam semesta ini berbatas atau tidak, atau keduanya, atau tidak keduanya. Sebab apakah alam semesta ini, berbatas atau tidak, tetaplah ada kelahiran, tetap ada usia lanjut, tetap ada kematian, kesedihan, penyesalan, penderitaan, keperihan dan keputus-asaan; dan untuk mengatasi semua itulah semua yang Saya ajarkan. “
Dan bagaimana anda menjelaskan secara logis?
Sang Buddha Gotama secara sangat jelas dan tepat menggambarkan kelompok-kelompok galaksi, yang oleh para ilmuwan baru ditemukan.
Sistem dunia ini, oleh Sang Buddha disebut sebagai “Loka Dhatu” dan menambahkan perbedaan dalam ukurannya; sistem dunia ribuan-lipat, sistem dunia puluhan-ribu lipat, sistem dunia besar, dan seterusnya, dan seterusnya.
“Ananda, apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu ( tata surya kecil ) ? … Ananda, sejauh matahari dan bulan berrotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya.
Didalam seribu tata sruya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu Jambudipa ( Jambudipa = India, Jawadipa = Nusantara / Indonesia ), seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana… Inilah,Ananda, yang dinamakan SERIBU TATA SURYA KECIL. ( SAHASSI CULANIKA LOKADHATU ).
Ananda, seribu kali Sahassa Culanika Lokadhatu dinamakan “ DVISAHASSA MAJJHIMANIKA LOKADHATU”. Ananda, seribu kali Dvisahassa Majjhimanika Lokadhatu dinamakan “ TISAHASSI MAHASAHASSI LOKADHATU”.
Ananda, bilamana Sang Tathagata ( sebutan lain bagi Sang Buddha Gotama ) mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu, ataupun melebihinya lagi.”
Sesuai dengan kutipan diatas, didalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 X 1.000 = 1.000.000 tata surya. Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu terdapat 1.000.000 X 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyar tata surya saja, tetapi masih melampauinya.
Dengan kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas, Sang Buddha Gotama dapat memahami dari konsep alam semesta yang tak terbatas. Beliau menyebut adanya “ daerah gelap, hitam, kelam, diantara sistem-sistem dunia, sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dan bulan sekalipun tak dapat mencapainya… .”
Waktu yang diperlukan untuk terbentuk dan hancurnya suatu sistem dunia sangatlah panjang; diperlukan sangat banyak kappa ( sebagai satuan waktu ) untuk itu. Sewaktu Sang Buddha ditanya tentang panjang kurun waktu satu kappa, Beliau menjawab :
“ Sangat panjang kurun waktu satu kappa. Tak dapat diperhitungkan dengan tahun, abad ataupun ribuan abad.”
“ Bila demikian, Guru, dapatkah dengan menggunakan perumpamaan?”
“Dapat,. Bayangkan bongkahan suatu gunung besar, tanpa retak, tanpa celah, padat, berukuran panjang 1 mil, lebar 1 mil dan tingginya juga 1 mil. Lalu bayangkan setiap seratus tahun ada orang datang menggosoknya dengan sepotong sutra Benares. Maka, akan lebih cepat bukit itu habis tergosok daripada suatu masa kappa berlalu. Pula ketahuilah, lebih dari satu, lebih dari ribuan, lebih dari ratusan ribu kappa, sebenarnya telah berlalu.”
Dari situ terlihat, betapa Sang Buddha menggunakan perumpamaan seperti diuraikan diatas untuk memberi gambaran tentang “ jarak ruang dalam satuan waktu “ ; sama halnya para ahli astronomi saat ini menggambarkan “ jarak-jarak di angkasa luar dengan menggunakan satuan tahun cahaya.”
MEMAHAMI ALAM SEMESTA DAN AWAL PENCIPTAAN TIDAK MENGANTAR PADA PEMBEBASAN
Sang Buddha memebahas tentang asal dan perluasan alam semesta hanya sepintas lalu. Sebab, Beliau tidak menganggap, bahwa pengetahuan tentang asal muasal terciptanya alam semesta, perluasan, hancurnya alam semesta, adalah lebih penting dari masalah mendasar ummat manusia, yakni : p e n d e r i t a a n.
Sang Buddha menganggap bahwa pengetahuan mengenai “Jalan-Pencerahan” untuk membebaskan ummat manusia dari penderitaan dunia adalah jauh lebih penting ketimbang pengetahuan tentang usia alam semesta, asal-usul alam semesta, dan lain-lain.
Mengakhiri penderitaan, dan mencapai kebahagiaan sejati, diatas kesenangan inderawi, kebahagiaan yang diinginkan, membahagiakan, dan abadi, adalah yang terutama. Itu adalah N i r v a n a ( Sanskerta ) / N i b b a n a ( Pali ).
Ketika seseorang mendesak Sang Buddha untuk menjawab pertanyaan tentang luasnya alam semesta, dan penciptaan alam semesta, maka Sang Buddha membuat perumpamaan, “ orang tersebut bagaikan seseorang yang terkena panah beracun, yang memberinya sakit-derita yang hebat, yang akan membawanya ke kematian, namun menolak diobati dan dicabut anak panah yang menancap tersebut, sebelum orang tersebut mengetahui dengan jelas siapakah yang melepaskan anak panah beracun tersebut “. Sang Buddha, kemudian bersabda :
“ Menjalani hidup yang suci tak dikatakan tergantung apakah alam semesta ini berbatas atau tidak, atau keduanya, atau tidak keduanya. Sebab apakah alam semesta ini, berbatas atau tidak, tetaplah ada kelahiran, tetap ada usia lanjut, tetap ada kematian, kesedihan, penyesalan, penderitaan, keperihan dan keputus-asaan; dan untuk mengatasi semua itulah semua yang Saya ajarkan. “
Dan bagaimana anda menjelaskan secara logis?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: Penciptaan Alam menurut Budhisme
abu hanan wrote:
Dan bagaimana anda menjelaskan secara logis?
yang gak logis-nya yg mana? semuanya logis
dharma_senapati- SERSAN MAYOR
-
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8
Similar topics
» Asal Mula Baik dan Buruk,Budhisme
» Penciptaan Alam Semesta Menurut Genesis & Alquran
» [bak/seperti alam eden atau alam firdaus][gambar] beach1
» [suling][ada banyak view gambar alam] Instrumental Musik Sunda dengan Kecapi dan Suling Dipadukan Kicau Burung dan Alam
» yg bisa terkait [suara alam] Suara Hutan Alam Indonesia - Memanjakan Fikiran
» Penciptaan Alam Semesta Menurut Genesis & Alquran
» [bak/seperti alam eden atau alam firdaus][gambar] beach1
» [suling][ada banyak view gambar alam] Instrumental Musik Sunda dengan Kecapi dan Suling Dipadukan Kicau Burung dan Alam
» yg bisa terkait [suara alam] Suara Hutan Alam Indonesia - Memanjakan Fikiran
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik