JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
Halaman 1 dari 2 • Share
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
Semua pihak tahu bahwa dalam Islam, Jibril adalah figur sentral dari kemutlakan Quran. Kitab Suci Islam tak lain tak bukan dipercaya sebagai hasil transmisi lengkap dan sempurna dari Jibril, yang membawa pewahyuan Allah SWT kepada NabiNya yang terakhir, Muhammad. Dan Muhammad bukan siapa-siapa bila Jibril tidak mengunjunginya dari waktu kewaktu. Tidak ada Quran dan tak ada Islam tanpa oknum yang satu ini.
Jadi kenapa sampai saat ini, jati-diri Agen Pewahyu ini tidak disorot dan di-elaborasi dengan sungguh-sungguh? Aneh bahwa praktis tak ada buku serius yang membicarakan who-is-who Jibril itu. Muslim umumnya taken for granted bahwa ia pasti utusan Tuhan semesta alam. Tetapi apa yang mendasarinya?
Dalam dunia dimana kebenaran begitu sering dibajak oleh kepalsuan dan retorika, kita perlu mawas untuk sesekali mengenakan “pembuktian-terbalik”, yaitu suatu pengandaian negatif yang dikenakan kepada apayang selama ini kita terima baik, atau apalagi yang kita idolakan. Sebab ketika kita mengidola, disitulah kita mudah dibutakan oleh kita sendiri.
Namun ada seorang feminis Muslim liberal bernama Irshad Manji, yang merasa terpanggil mengajukan secara terbuka pertanyaan spesifik atas kemutlakan Quran:
What if the Quran is not perfect?
What if it’s not a completely God-authored book?
What if it’s riddled with human biases?
Dan kita bisa teruskan lagi ...
What if Quran memuat inkonsistensi pewahyuan?
What if Quran salah-wahyu yang nyata, seperti yang dipermasalahkan terbuka tentang kesalahan geografi, sejarah, sains, anakronisme, dll?
What if Jibril abad ke-7 itu bukan malaikat Gabriel di abad ke-satu? Melainkan Ruh yang diserupakan dengan Gabriel belaka, persis seperti halnya Isa diserupakan dengan seseorang lainnya tatkala disalib?
What if Jibril menipu-daya Muhammad dan tidak membawakan firman Allah,melainkan membawa suara dirinya dengan mengatas-namakan Allah-allahan?
Awas, jangan kita menafikan “what ifs” ini tanpa pendalaman kajian secara kritis. Alkitab dan sejarah telah menunjukkan dan mewanti-wanti tentang berkeliarannya Mesias-mesias palsu disekeliling kita (Mat.24:23-25) yang amat spesialis dalam penyesatan melebihi kejelian manusia manapun. Bahkan secara spesifik disebutkan bahwa iblis-pun bisa menyamar aspal seperti Malaikat Terang (2 Kor.11:14).
Selama ini Muslim hanya mematok label bahwa Alkitab itu wahyu-imitasi, tetapi samasekali tidak siap – bahkan tidak bersedia – untuk meneropong what if Jibril, kalau-kalau dia-lah yang imitasi, misalnya! Sesungguhnya, tanpa curiga apapun juga melainkan secara hipotetis saja, setiap kita seharusnya sejak awal memberikan probabilitas 50 –50 untuk meragukan Jibril itu, sampai dia (dan bukan manusia) membuktikan klaim dirinya Jibril, utusan dari Tuhan yang sejati! Itu saja sudah suatu kemurahan.
Afterall, siapakah didunia ini yang telah membuktikan sosok Jibril tersebut? Tidak ada kecuali asumsi manusia belaka. Lebih jauh lagi, manusia memperluas asumsinya sampai-sampai menetapkan bahwa Jibril-Al-Quran itu sama dengan Gabriel-Alkitab, dan Jibril itu atk lain tak bukan adalah Rohulqudus!?
Spekulasi menjadi makin berani dan liar. Nyatanya tak ada Jibril yang mengklaim apa yang diklaim itu dengan bukti-bukti. SO, What if the medium of transmission is false? Mari kita simak dengan lebih cermat.
Berlainan dengan Alkitab dimana nabi-nabinya boleh bertanya balik kepada Tuhannya, Quran hanyalah monolog satu arah, yang saling mengatas-namakan tiga sumber suara yang tanpa tanda dan saksi mata: suara Muhammad yang mengatas-namakan suara Jibril dan mensumberkannya sebagai suara Allah! Ini otomatis menantang keabsahan klaim Islam bahwa Quran adalah pewahyuan yang langsung, 100% dari mulut Allah tanpa intervensi para makhluk. Justru transmisi berjenjang yang monolog dan tak bersaksi-bukti inilah yang sangat rawan terhadap pemalsuan apa saja atas nama Allahnya yang samasekali tersembunyi.
Sebagai contoh liar, tetapi benar (dalam extensi asumsi yang sedang berjalan), bahwa seorang yang mengklaim dirinya nabi bisa saja mengklaim bahwa ada empat oknum yang terlibat dalam rantai pewahyuan (bukan tiga) bagi dirinya, yaitu Allah, Jibril, Jin Islam, dan nabi. Dalam ketiadaan bukti luar dan para penyaksi, lalu siapa yang sanggup peduli akan 4 mata-rantai ini jikalau tidak ada yang peduli akan suara 3-rantai, seperti yang diklaim oleh Islam sekarang ini?
Untunglah Yesus (dan Taurat) peduli! Ia berkata: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar” (John 5:31). Dan dalam ayat 33, Dia menunjuk Nabi Yahya antara lain sebagai penyaksinya, dan ini bahkan dibenarkan oleh Quran pula dalam Qs. 3:39. Yesus juga meneguhkan semua ini dengan sejumlah mujizat adikodrati yang hanya dimilik oleh sosok Allah sendiri, seperti membangkitkan orang mati, mendatangkan makanan dari langit, menaklukkan setan, dan badai-gelombang. Inilah kunci keabsahan suatu wahyu yang tidak dipunyai oleh Muhammad untuk menghadirkan “Allah” yang diatas-namakannya.
Dalam setiap pertarungan roh -- apapun manifestasinya -- selalu terjadi pertarungan diantara dua “Bapa”, yaitu Bapa Sorgawi (Mat.6:9) dan “Bapa segala dusta” (Yoh. 8:44). Bapa Sorgawi memerintahkan kita untuk jangan percaya begitu saja akan setiap roh, karena roh penipu terlalu licin dan mudah sekali memperdaya manusia yang kurang paham akan kasak-kusuk roh jahat. Itu sebabnya Tuhan mengharuskan kita untuk menguji kalau-kalau suatu roh itu benar datang dari Tuhan atau bukan, sebab Alkitab berkata, “Iblispun menyamar sebagai Malaikat Terang” (1 Yoh.4:1, 2 Kor.11:14). Tetapi sebaliknya Al-Quran menutup pengujian ini oleh manusia dengan pendalilan bahwa itu bukan termasuk kawasan urusan mereka: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Qs.17:85). Akibatnya Ruh “Jibril” tidak pernah dikenakan ujian apapun oleh Muslim, malahan Ruh ini tampaknya berusaha menutup pintu pengujian ini dengan melabelkan cap kepada si penguji sebagai “musuh dan penghujat Allah” yang harus dibungkam, kalau perlu dengan kekerasan!
Roh kegelapan yang benci akan kebenaran, selalu berusaha keras (kalau mungkin dengan kekerasan) agar manusia tidak mendapat kesempatan untuk menguji dirinya yang roh. Keberadaan kita yang terbatas, apalagi berdosa, turut mengaburkan mata-batin untuk melihat jalan yang lurus. Kita manusia tidak mungkin menandingi (dari kekuatan kita sendiri) roh-jahat yang memang spesialis dalam menyamarkan kebenaran.
Untuk mengikis keraguan terhadap apa yang dikatakannya, Ruh ini menurunkan pula ayat-ayat yang menslogankan kemutlakan Quran, khususnya satu ayat yang di-elu-elukan secara heroik: “kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan didalamnya.” Tetapi dengan hati yang sedikit jernih saja, kita sudah akan menemukan banyak kekeliruan dan inkonsistensi quraniah secara kasat mata. Dalam pewahyuan yang paling awal saja, Jibril telah mewahyukan penciptaan manusia dalam pelbagai versi yang saling kontradiktif, namun Muslim menelan begitu saja tanpa merasa ada yang tidak beres didalamnya.
Dimulai dengan wahyu pertama kepada Muhammad dalam surat Al-Alaq 1-5, bahwa manusia diciptakan dari “segumpal darah”. Bukankah pernyataan ini sudah tidak didukung secara sains?
Maka kelak wahyu ini diperbaiki dengan versi lain, yaitu
penciptaan-manusia dari “setetes mani (Qs.80:19 dll).
Kemudian diperbaiki lagi: “Dia (manusia) diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara sulbi (tulang punggung) dan taraib (tulang dada)” (Qs.86: 5-7). Adakah air mani terpancar dari sumber-sumber yang absurd demikian.
Tetapi bagian dari sulbi ini masih juga tetap dikonfirmasikan pada Qs.7:172.
Baru kemudian (mungkin setelah dengar-dengaran dari kalangan Yahudi/ Nasrani tentang penciptaan Adam/manusia) barulah Muhammad mengadopsi versi kreasi manusia yang dimulai dari “tanah” (Qs.37:11).
Dan untuk menutup kesimpang siuran pelbagai versi yang tidak akurat (ngawur) yang terlanjur diwahyukan, maka datanglah wahyu susulan yang mencoba mengharmonisasikan semua versi penciptaan, yaitu dari “tanah, kemudian dari mani, kemudian dari segumpal darah” (Qs.40:67). Inipun masih dicampur-adukkan dengan macam-macam proses lain, yaitu dari sari tanah, kemudian air mani, lalu segumpal darah, yang jadi segumpal daging, yang disusul dengan proses menjadi tulang-tulang, dan selanjutnya pembalutan tulang oleh daging dst. (Qs.23: 12 dst...).
Tahapan-tahapan lepas demikian tentulah hanya ada dikhayalan dan pembelajaran Muhammad yang ummi. Dan Anda akan menyaksikan banyak contoh tahapan-tahapan sejenis untuk isu-isu lainnya, sejalan dengan makin banyaknya -- tidak mesti makin benarnya -- Muhammad dengar-dengaran informasi luar untuk diadopsikannya ke dalam Al-Quran. Sementara Dr. Bucaille, seorang pembela Islam yang gigih, bahkan merasa perlu meralat tafsiran penciptaan tersebut dengan berkata: “Ini adalah suatu kekeliruan yang perlu kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap “gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236, tr.Dr. HM. Rasjidi)
Jadi, siapa Jibril dan siapa pula Rohulqudus yang di Jibril-kan? Siapakah Jibril? Apakah ia benar Gabriel utusan Allah? Apakah ada klaimnya dan disusul dengan buktinya? Adakah ia memperkenalkan namanya kepada Muhammad secara formal, atau sedikitnya dalam kepatutan perkenalan? Tahukah Muslim kapan Jibril memperkenalkan nama dirinya menurut Quran?
Benarkah Jibril itu juga Rohulqudus, padahal Gabriel itu bukan RohKudus? Dan kenapa wahyu Quran kepada Muhammad harus memakai agen-antara Jibril, jikalau dulu Tuhan selalu bersabda langsung dengan nabi-nabiNya?
What if Jibril berwajah ganda yang mengklaim dirinya sebagai Allah -- yang memang tidak pernah dibuktikannya? (Miryam Ash).
Orang umumnya berpendapat bahwa kesulitan untuk memahami sebuah Kitab Suci dimulai dari apa yang tercantum dalam teks Kitab Suci itu sendiri. Tentu saja itu benar secara umum. Tetapi untuk Al-Quran, ada yang lebih sulit dari pada apa-apa yang sekedar tampak tertulis, yaitu siapa-siapa yang terlibat dalam menulisnya! Apakah itu Allah, Tuhan semesta alam, ataukah itu Malaikat (Jibril?), atau Muhammad, dan para sahabatnya? Muslim percaya bahwa itu adalah Kata-kata Allah yang ditransmit-kan murni secara berantai lewat Jibril, dan dimasukkan murni ke dalam hati dan pikiran Muhammad, yang nanti menjadi juru suara murni tersebut, untuk dicatat murni oleh sahabat-sahabatnya. Empat “murni” yang tidak dibuktikan sama sekali! Dengan perkataan lain, Muslim cenderung mengasumsikan kebenaran mutlak dari ke-4 oknum berbeda tadi dan ke-4 sistim transmisinya yang juga berbeda, yang kesemuanya disandarkan pada mulut Muhammad seorang!
Dalam sebuah terbitan Islami di USA dari Memphis Dawah, ada diterbitkan sebuah buku berjudul “Who Wrote The Quran?” Di situ dikatakan bahwa Quran adalah mutlak berasal dari God dan Muhammad adalah utusan God. God dan Muhammad harus diterima dan dipercayai serentak atau tidak samasekali. Sebab orang tidak bisa sepihak memilih menerima pesan-pesan God tetapi menolak utusanNya, atau sebaliknya. Dikatakan lebih lanjut bahwa hanya ada 3 kelompok pendapat terhadap penulis Quran, yaitu:
Mereka yang berkata bahwa Muhammad-lah yang menulis Quran, tetapi pendapat ini harus dicoret dengan alasan utama bahwa Muhammad itu buta huruf.
Seorang lain dari Muhammad yang menulis Quran. Tetapi inipun harus disingkirkan dengan alasan, tidak terdapat pengaruh Kristen dan Yahudi terhadap orang di sekitar Muhammad.
Quran adalah murni firman Allah tanpa campur tangan manusia.
Karena tak mungkin lagi ada kelompok lain, maka inilah satu-satunya yang harus diadopsi, apalagi Allah menyodorkan tantangan menulis “Surat Semisal Quran” yang dipercaya tidak bisa dipenuhi oleh manusia manapun (manusia ditantang Allah untuk membuat satu surat saja sebagus/seistimewa salah satu surat Quran! Bila ada yang sanggup, maka itulah bukti bahwa Quran bukan ditulis oleh Allah, melainkan manusia saja). Ini semua berasal dari satu asumsi naif, bahwa Kalimat dari manusia tidak bisa ditiru sebaik seperti Kalimat Allah! Padahal tak ada pembuktian bahwa itu adalah Kalimat Allah, kecuali dikalim oleh Muhammad...
Dengan demikian Memphis Dawah mengklaim berhasil membuktikan bahwa pendapat (1) dan (2) adalah mustahil, sehingga pendapat ke- (3) lah yang harus benar, sambil menantang orang lain membuktikan sebaliknya.
Ini adalah “apologetika” dangkal yang memilih metode induksi untuk membuktikan Al-Quran sebagai Kalam Allah. Tentu saja kerangka pembuktian semacam ini adalah salah kaprah dan menggelikan. Ibarat Polisi (manusia yang terbatas) membikin list yang terbatas tentang siapa-siapa yang mungkin bisa dianggap sebagai maling, lalu mencoret siapa-siapa yang dirasakan tidak mungkin jadi maling, dan yang tertinggal dari coretan itu pastilah MALING!
Para ilmuan, khususnya para pendidik dan psikolog akan mematahkan kerangka pembuktian semacam ini dengan sekali pukul, tanpa usah diperdebatkan lagi. Mereka akan mempertanyakan kepada Memphis Dawah apakah tulisan ajaib dari seorang kanak-kanak penyandang otis misalnya, juga akan otomatis dianggap sebagai murni firman Allah tanpa campur tangan manusia? Sebab mereka terlalu sering menjumpai anak-anak autis yang “buta-huruf” ternyata malah bisa menulis sebuah surat atau sanjak dalam bahasa asing yang orang tuanya sendiri tidak kuasai dan tidak ajarkan kepada sang anak! Jelas bahwa suara (atau kelak jadi tulisan) yang dianggap tidak mungkin berasal-mula dari manusia itu tidaklah otomatis suaranya Tuhan! Suara Tuhan harus dibuktikan oleh suaraNya sendiri, yang ditampilkan dengan otoritas adikodrati yang menyertaiNya – dan bukan oleh anggapan anggapan tentang suaraNya, atau klaim yang mengatas-namakan “suara transmisi” dari agen-antara tanpa tanda adikuasa.
Menguji Ruh yang Mengatas-namakan Allah
Ayat per ayat, kata per kata telah diturunkan oleh Jibril atau yang disebut Ruhulqudus (Roh Kudus) selama 23 tahun kepada Muhammad. Terhimpunlah selama itu sekitar 6240 ayat Quran. Tetapi seperti dikatakan diatas, semuanya taken for granted tanpa diuji, seolah-olah Jibril yang ruh ini memang mutlak harus datangnya dari Tuhan Semesta Alam! Tetapi Imam al-Syafi’i cukup bijak memperingati umat Islam hal yang mungkin sebaliknya, “Pendapat kita benar tetapi masih ada kemungkinan salah; pendapat mereka salah tetapi masih ada kemungkinan benar”. Menggunakan metode terbalik untuk pengujian ruh adalah satu-satunya pendekatan, mengingat lihainya setiap ruh bermanifestasi dalam “rupa dan suara Allah”.
Irshad Manji tidak merasa bersalah menguji seseorang atau sesuatu yang dianggap sakral dengan What if? Makin dia sakral dan benar, makin dia ingin memperlihatkan dirinya sebagai sang benar, dan tidakmenghancurkan orang yang mencari kebenaran!
Ya, What if Jibril itu bukan utusan Tuhan, mengingat Jibril memang tidak membuktikan, kecuali hanya mengaku-ngaku dirinya lewat Muhammad. Dan tentu saja Muhammad tidak tahu apa-apa tentang dia, karena tidak mempunyai sumber lainnya yang bisa memberi penerangan balik (baca: check and balance) atas mahkluk ini! Jibril telah memblokir penyidikan atas dirinya dengan menyodorkan Qs.17:85. Namun, fakta dilapangan memunculkan banyak misteri yang mustahil yang harus dipertanggungjawabkan oleh Jibril.
*Misteri mustahil pertama, ajaib tetapi benar bahwa Muhammad tidak mengenal siapa dan apa nama malaikat pewahyunya selama ia berada di Mekah. Itu baru diketahui Muhammad setelah ia hijrah ke Medina! Banyak Muslim tidak tahu bahwa seluruh 85 surat yang teridentifikasi diturunkan di Mekah (surat-surat Makkiyah) tidak satupun ayatnya menyebut roh pewahyu dengan nama “Jibril”! Jadi selama belasan tahun, sosok yang diklaim begitu intim dengan Nabi justru namanya tersembunyi dari pengetahuan Muhammad.
Dalam kegamangan akan namanya, Muhammad selalu menyebut roh tersebut berganti-ganti dengan belasan istilah yang berbeda-beda diantara 29 kali penyebutannya diseluruh Quran. Semua sebutan yang berubah-ubah ini amat jelas menunjukkan ketidak-pastian Muhammad akan oknum agen-pewahyunya! Misalnya ada sebutan terjemahan dengan
ruh / ruh-Ku / ruh-Nya / ruh Kami
ruh dari Kami
Ruhul-qudus
Ruhul Amin
Malaikat dengan wahyu atas perintahNya / (Ruh PerintahNya)
‘ruh dengan perintah Kami’, atau
rasul karim,
syadid al-quwa,
dzu mirrah,
“para malaikat” (dalam bentuk jamak) sebagai agen pewahyu.
Baru belakangan hari di Medina, 17 tahun (!) setelah Muhammad pertama kali mengenalnya di Gua Hira, barulah Jibril “berkesempatan” memasukkan sebutan ruh-ruh itu dengan nama “Jibril” sebanyak 3 kali, yaitu pada ayat Qs.2: 97, 98 dan 66:4 (awas, di luar ini nama Jibril hanyalah tambahan penterjemah yang tidak terdapat di bahasa aslinya).
Tentu hal ini sekaligus membelalakkan mata dan membuntukan akal yang paling sehat! Tetapi Muhammad sendiri jelas-jelas tidak mengenal dan tidak pernah menguji siapakah ruh yang mencekiknya di gua Hira. Dia bingung sendiri apakah ruh itu berasal dari Tuhan atau setan. Ruh tidak memperkenalkan namanya sendiri, juga tidak menyapa Muhammad dengan nama. Ini sangat berlainan dengan apa yang selalu dilakukan Tuhan Yahweh ketika menyapa pertama kali kepada Musa, Zakharia dan Maria, semua disapa namanya masing-masing bukti bahwa Tuhan Mahatahu.
Bahkan dalam kasus Zakharia, 4 bahkan 5 nama disebut sekaligus (termasuk nama Elia): "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. ...Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk...” (ayat 19).
Sebaliknya ruh di gua Hira ini hanya mencekik dan memaksa Muhammad dengan seruan “Iqra” (bacalah!), lalu “Iqra” lagi, dan kemudian, “Iqra dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Iqra! Wa rabbukal akram”. Tak ada nama siapapun yang disebut, Muhammad atau Jibril bahkan Allah! Apakah dengan perkataan ini ruh tersebut telah memastikan dirinya Jibril utusan Allah? Bukankah ruh jahat juga bisa berbuat hal yang persis sama –-mencekik dan menteror targetnya,bahkan lebih?
Teolog Islam saling bersilang pendapat, tidak tahu persis kapan Muhammad pribadi mulai memastikan bahwa Ruh tersebut adalah utusan Allah, dan terlebih-lebih kapan ia mulai disebut sebagai “Jibril”. Memang ada hadis (muncul hampir 200 tahun setelah Al-Quran) yang menyebutkan nama Jibril di awal kenabian Muhammad, tetapi jelas itu hanyalah rekayasa, ditulis belakangan setelah ada fakta, karena Jibril sendiri baru memperkenalkan nama dirinya setelah di Medina. Dan kembali hal itu hanya memberi kemungkinan tunggal bahwa Ruh tersebut memang tidak ingin memperkenalkan nama dan identitas dan sumber-sumbernya, kecuali membiarkan dirinya diasumsikan orang saja sebagai utusan Allah, entah dinamai Rohulqudus atau Jibril, atau Ruhul Amin, apa saja.
Hanya lewat pandangan pribadi dari sepupu Khadijah, yaitu Waraqah bin Naufal yang Nasrani, maka ruh tersebut ditafsirkan sebagai “Namus”, yang berarti “rahasia atau “hukum” (HSB no.3). Tetapi, seandainya Waraqah bin Naufal cukup paham akan Injil, seharusnya ia akan menguji ruh tersebut sebelum menjawabnya secara spontan, karena itulah yang dipesankan Alkitab dalam 1Yoh.4:1, “Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan”. Dan jikalau Waraqah memang paham Injil maka seharusnya ia sudah tahu bahwa sosok malaikat Tuhan yang datang kepada nabi Zakharia dan Maryam adalah bernama Gabriel, dan bukan “Namus” yang tidak diketahui sosok atau identitasnya! Ketika ia berspekulasi bahwa itu adalah Namus dan bukan Gabriel (sosok historis yang definitif dalam Injil), maka kita mempunyai alasan kuat untuk berkata bahwa roh tersebut memang bukan Gabriel, melainkan “Namus” versi Waraqah sendiri! Sebaliknya Muhammad tetap gamang dan tidak punya konklusi, karena ruh yang misterius tersebut tetap membungkamkan namanya, sampai akhirnya Muhammad mendapatinya juga kelak dari sumber lain (bukan dari yang empunya nama), yaitu tatkala beliau berada di Medinah dan berhubungan dengan banyak orang-orang Yahudi !
*Misteri mustahil kedua, Muhammad mengakui dirinya sebagai Rasul Allah, namun dibalik itu ternyata beliau sering gamang tentang ruh. Itu diketahui dari seringnya beliau di olok-olok dan di-test oleh orang-orang Yahudi tentang hal tersebut. Untuk menutup-nutupi ketidak pastian, maka atas nama wahyu Allah, Muhammad menjawab mereka: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, ‘Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.” (Qs. 17:85).
Tetapi ayat defensif ini jelas tidak membela Nabi, karena mengimpresikan pengakuan akan kekerdilan diri beliau yang disamakan dengan orang-orang awam yang memang tidak diberi ilmu tentang ruh kecuali sedikit. Padahal justru seorang Nabi mendapat hak istimewa untuk menyedot rahasia-rahasia tentang ruh. Konten ayat ini “menentang” Muhammad yang mengklaim dirinya sangat dekat dan sering bercakap-cakap dan mereview ayat-ayat bersama dengan ruh pewahyu setiap Ramadhan, sehingga Muhammad tidak punya alasan untuk sama awam tentang ruh!
Para kritisi menyimpulkan bahwa pengetahuan Muhammad yang mendadak akan nama Jibril (setelah gamang belasan tahun) berasal dari hasil interaksi Muhammad dengan orang-orang Yahudi di Medinah.
Sejarah kenabian Yahudi sudah mengenal nama malaikat Gabriel seribuan tahun sebelum Muhammad, di- zamannya Daniel, dan digaungkan lebih jauh di era Zakharia dan Maria. Disitu Gabriel memperkenal-kan nama dan jati dirinya sebagaimana yang layak, tanpa bermisteri: “Akulah Gabriel yang melayani Tuhan dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau...” (Lukas 1:19). Gabriel yang sejati bukan hanya mengklaim, tetapi sekaligus juga menunjukkan otoritas dan berita kebenaran yang dibawanya dari Tuhannya, sehingga tak ada kerancuan apakah ini ruh jahat atau utusan Tuhan.
Pertama, seperti yang telah disebut dimuka, Gabriel datang dan tahu dan memanggil nama Zakharis. Ia menyampaikan nubuat ilahi tentang kehamilan isteri Zakharia yang mandul. Dan ketika Zakharia tidak percaya, maka Gabriel-pun meneguhkan nubuat-nya itu dengan kuasa mujizat langsung yang membisukan Zakharia hingga kegenapan nubuat tersebut terjadi, yaitu pada hari kelahiran anaknya!
Beberapa ilmuwan sependapat bahwa Muhammad yang tadinya dibingungkan oleh ruh tersebut mungkin saja memberikan nama tersendiri kepada Ruh, seperti halnya yang ia lakukan pada nama “Yesus” yang diganti jadi “Isa” yang tanpa makna dan otorisasi. Namun akal sehatnya berasumsi bahwa kedatangan seorang nabi besar berikutnya - yaitu Muhammad sendiri – hanyalah pantas bila datang dengan melalui jalur panggilan yang sama dengan Yahya dan Isa, yaitu Jibril. Alhasil nama “Jibril” inilah yang kelak diklaim dan disandarkan Muhammad kepada Gabriel sebagai agen pewahyu yang sama untuk abad ke-1 dan ke-7, tanpa bukti apapun. Jenis sandaran aspal (asli tapi palsu) yang tanpa modal seperti itu -- baik kuasa mujizat maupun nubuat -- banyak bertebaran di Quran, dan mudah sekali diperlihatkan sepanjang kita tidak mati-rasa terhadap kemutlakan.
Beberapa periwayatan dalam Hadis telah mendongengkan seolah Jibril sudah mengintroduksi jati-dirinya kepada Muhammad, yaitu di saat Muhammad mau membunuh diri ketika beliau sedang kebingungan mencernakan wahyu paling awal yang diterimanya. Diriwayatkan, Jibril berkata: “Wahai Muhammad, akulah Jibril, dan engkaulah utusan Allah”(Ibn.Hisham, The Life of Muhammad, vol.I/ 69). Periwayatan yang datang ratusan tahun setelah Quran selesai dikanonisasi ini tentu bisa menyisipkan nama “Jibril” dalam narasinya sebagai bagian dari pencocokan kemudian. Seruan Jibril demikian (untuk memperkenalkan diri) seharusnya datang pada saat pertama kali mereka bertemu, dan pasti bukan belakangan setelah Muhammad terteror dahsyat dan terus kebingungan hingga mau bunuh diri berkali-kali! (Sirât Rasûl Allâh, p.106/153, tr. A. Guillaume). Selain itu, jikalau hadis tersebut benar, tentulah nama Jibril sudah harus banyak bermunculan dalam surat-surat Makkiyah (wahyu yang diturunkan di Mekah) dan bukan memakai sebutan “ruh” ini dan itu sepanjang belasan tahun.
*Misteri mustahil ketiga, apakah benar Jibril itu adalah identik dengan Roh Kudus? Bila Muhammad tidak dikaruniai ilmu tentang ruh, tentu para pengikutnya akan sama halnya. Maka dalam kegamangan akan ruh, para ahli Islam nekad melakukan penafsiran “potong kompas” yang over- simplistis dengan menyamakan kedua oknum ini. Tetapi apakah Quran memang pernah menyamakan keduanya ? Tidak ada! Kita bisa ditipu oleh retorika. Sedikitnya ada 3 bukti keras bahwa Jibril itu bukan sosoknya Roh Kudus.
(I).Tak ada konfirmasi dari Allah, sementara pakar Islam yang menafsirkannya sama semata-mata mendalilkan salah satu fungsi yang dikerjakan oleh kedua ruh itu terkesan sama! Tetapi dimanapun, Jibril tidak pernah mengatakan dirinya adalah Roh Kudus, dan Roh Kudus tidak pernah mengklaim dirinya Jibril! Seluruh Quran hanya memuat 3 ayat tentang “Jibril”, dan 4 ayat tentang “Rulhul-qudus”. Maka kita mudah menghadapkan kedua kelompok ayat itu sesamanya untuk men-check kebenarannya, yaitu Qs.2: 97, 98, 66:4 versus 2:87, 253; 5:110; 16:102. Dan ternyata dalam 7 ayat ini Allah samasekali tidak mengidentikkan sosok Jibril dengan Rohulqudus. Muslim menyamakan Rohulqudus dengan Jibril semata-mata karena keduanya dapat “menurunkan wahyu” Allah (sebagai agen pewahyu). Tetapi mereka lupa, bahwa aktivitas tersebut hanyalah salah satu fungsi ad-hoc saja dari pelbagai peran ruh. Bila tidak demikian pastilah Jibril tidak punya kerja apa-apa lagi alias menganggur, ketika dunia kosong dari pewahyuan. Bahkan aktifitas itupun termasuk peran Tuhan dan setan, dimana Tuhan bisa langsung berwahyu, sementara setan bisa menyelinapkan ayat-ayat setannya! (Qs22:52-53). Toh keduanya tidak disebut “Jibril”.
(II). Roh Kudus tidak pernah membahasakan dirinya Jibril, dan Jibril tidak pernah membahasakan dirinya Rohulqudus Dalam Quran, sosok Ruhulqudus hanya disangkutkan kepada Isa Al-Masih untuk memperkuat dirinya melakukan kuasa mujizat, dan ini tidak pernah disangkutkan kepada sosok lainnya manapun termasuk Muhammad. Isa juga tidak pernah dikaitkan dengan “Jibril” yang satu ini baik dalam pewahyuan maupun dalam pemujizatan. Padahal dalam tradisi Islami, Jibril senantiasa disangkutkan kepada Muhammad untuk setiap urusan pewahyuan, namun tak pernah ada transmisi kuasa mujizat! Jadi, dapatkah akal sehat kita memaksakan kedua sosok itu adalah identik?
Sebenarnya, untuk mencari tahu kaitan urusan dengan Ruh, Muhammad telah diberi 2 rumusan yang sudah diayatkan dalam Quran, yaitu bahwa Ruh itu urusan Tuhan, dan jikalau ada keraguan akan wahyu agar perlu dirujukkan kepada Alkitab (QS. 17:85, dan 10:94). Jadi andaikata pakar-pakar ini mau sedikit rendah hati untuk menerima rumusan/ peringatan demikian, mereka tidak akan simpang-siur menafsirkan ruh yang bukan dirinya.
Melainkan akan mendapati dalam Alkitab bahwa Gabriel sudah menyatakan dirinya secara implikatif bahwa is bukan sosoknya Roh Kudus. Lihat bagaimana Gabriel menyampaikan maklumat kehamilan kepada perawan Maria muka per muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau ...”.
Ia samasekali tidak berkata dalam tata kata benda pertama:
“Aku, (Roh Kudus) akan turun atasmu...”
Alkitab memberitakan secara lurus bahwa Roh Kudus bukan mahluk ciptaan. Ia adalah oknum integral keilahian Tuhan yang ada sejak semula bersatu dan bersama Tuhan (lihat Kej. 1:1-2). Ia tri-senyawa yang keluar dari Bapa, sama seperti Firman yang berasal dari atas, juga keluar dari Bapa, nuzul ke dunia menjadi “Kalimatullah” dalam sosok Yesus (Yoh.15:26, 8:42, 1:1,14). Roh Kudus itulah Penolong yang menyertai umatNya sampai kekal dengan sifat kemaha-hadiran yang tidak dipunyai oleh Gabriel sebagai mahluk. Daud berkata dalam kitab Zabur/ Mazmur:
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” (Mzm.139:7-8).
Dan awas, Roh Kudus ini memiliki satu hak yang paling eksklusif melekat kepada diriNya, yaitu “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (Yesus), ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Yoh.12:31-32). Jelas dan pasti bahwa hak dahsyat atas penghujatan ini tidak mungkin diberikan kepada seorang mahluk, sekalipun Gabriel, apalagi Jibril yang belum pernah diberi kuasa adikodrati apapun oleh Allah!
(III). Yang satu Maha-Ada, yang lain hanya ada disatu tempat pada satu waktu
Secara sederhana saja tanpa usah berdebat -- artinya menuruti saja versi Islam-- kita tahu bahwa dizaman Isa Al-Masih terdapat banyak nabi/ nabiah yang masing-masing juga dikunjungi atau diberi wahyu oleh “Jibril”, termasuk Zakharia, Yahya, Maryam dan Isa. Jikalau Rohulqudus itu benar seorang Jibril ciptaan Allah, maka pastilah ia tidak bisa berada sekaligus mendampingi ketiga atau empat nabi/ nabiah itu karena ia tidak bersifat Maha-Ada yang hanya dipunyai oleh Allah. Namun “Jibril” Islam yang satu ini, yang mengambil jati-diri Rohulqudus bagi dirinya, ternyata berdiri diatas ruang dan waktu.
Isa yang dikandung dari Kalimat dan Roh Allah dan senantiasa diperkuat oleh Rohulqudus/ Jibril (Qs 4:171; 5:110).
Yahya yang sedang menyampaikan wahyu dakwah bersamaan dengan Isa, tentu diwahyui serentak oleh Roh Jibril.
Maryam ketika sedang mengandung Isa dalam rahimnya (keduanya disertai Roh Allah/ Rohulqudus/ Jibril), ia masih dikunjungi oleh seorang “Jibril lain” yang berseru kepadanya dari luar rahimnya, yaitu “dari tempat yang rendah” (QS.19:24).
Jadi Jibril mana lagikah yang ada didalam dan diluar rahim Maryam, dan sekaligus ada dalam Isa dan juga Yahya? Dapatkah mahluk roh yang satu ini maha-ada diberbagai tempat pada waktu yang sama? Itu bisa-bisa menghujat Allah dengan mempertukarkan RohNya Allah yang ilahiah menjadi mahluk Jibril!.
*Misteri mustahil keempat, apakah Jibril Quranic itu sama dengan Gabriel Alkitab?
Samasekali tidak! Kalau Gabriel diabad kuno bisa berkata jelas-jelas kepada Zakharia, "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu”, kenapa Jibril (yang dianggap Gabriel yang lebih modern diabad ke-7) tidak melakukan hal yang lebih jelas/ baik kepada “Nabi Agung Terakhir” yang dikunjunginya di gua Hira?
Sudah diperlihatkan bahwa ruh yang mengunjungi Zakharia dan Maryam itu tidak pernah disebut “Jibril” dalam Quran. Sama halnya bahwa nama tersebut juga tidak dimunculkan kepada Muhammad ketika diturunkan wahyu-wahyu awal 6 abad kemudian. Ini keanehan besar, bahwa sebuah sosok ternama tidak memperkenalkan dan diperkenalkan. Tetapi tatkala nama tersebut dimunculkan setelah melewati belasan tahun kemudian.Allah bukannya menampilkan “Jibril” itu dalam tatacara perkenalan atau penyapaan, melainkan justru dalam suasana memberi peringatan keras kepada kedua isteri Muhammad (Aisyah dan Hafsah) yang “berkomplot” melawan suaminya:
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula” (Qs.66:4).
Yang paling kacau dan fatal dari kisah Jibril ini adalah bahwa ruh ini (Jibril) kepergok merubah “wahyunya” tentang sosok dirinya! Tadinya dia mengatakan dirinya sebagai ruh tunggal yang menampakkan diri sebagai seorang laki-laki sempurna dihadapan Maryam (Qs.19:17). Tetapi di Medinah, dia mengubahkannya menjadi para malaikat jamak! (angels, lihat Qs.3:45). Gabriel Alkitab tidak kekacauan menyatakan siapa dirinya. Tak akan merubah-rubah dirinya kepada Maria. Jelas Jibril hanyalah asumsi yang sangat tak bertanggung jawab (yang dimutlakkan oleh para- pakar Islam) yang harus disamakan dengan Gabriel Alkitab. Dimanapun, Anda tidak akan menjumpai kesamaan keduanya dalam sifat-sifat dasar, gaya, dan karakter hakikinya, dan isi “wahyunya”!
*Misteri mustahil kelima, Perhatikan bagaimana Allah telah membatasi Muhammad untuk mengenal affair dari ruh – “Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. Ini dinyatakan Allah dalam Al-Quran via Jibril, sehingga pembatasan demikian mustahil dimentahkan oleh kisah-kisah didalam Hadis yang ternyata begitu banyak mendongengkan pengetahuan Muhammad tentang ruh Jibril. Jikalau ada pembatasan demikian, seharusnya Muslim sadar bahwa hanya Al-Quran yang berotoritas untuk berbicara mengenai alam ruh, dan bukan Hadis.
Sebenarnya Muhammad telah mendapat firasat bahwa kelak Hadis akan tercampur baur dengan Al-Quran dalam “persaingan” sesamanya melontarkan pesan pesan atas nama Allah. Itu sebabnya ia memerintahkan para sahabatnya untuk tidak menuliskan apapun darinya kecuali Al-Quran (yaitu pewahyuan via Jibril), dan apabila ada sejumlah hal yang sudah terlanjur ditulis, maka catatan itu harus dihapuskan! (Hadis Sa’id al-Khudri).
Namun dalam kenyataannya justru Hadis yang bukan pewahyuan itulah yang mendominasi pesan-pesan tambahan atas nama Allah, sampai-sampai kepada hal yang telah jelas-jelas dibatasi oleh Allah, seperti halnya kisah tentang ruh ini. Maka tersebarlah di Hadis (dan bukan di Al-Quran) berita tentang Jibril yang mempunyai 600 sayap (HSBukhari VI/ 380), atau bahwa Aisyah sempat diistimewakan oleh Jibril dengan mendapat salam super aneh dari padanya, “Hai Aisyah! Inilah malaikat Jibril mengucapkan salam kepadamu” (HSBukhari.1431). Untuk mana Asyiah membalas salamnya, lagi lagi via Muhammad. Aneh, karena salam demikian sungguh terkesan main-main dengan otoritas Allah yang Mahatinggi, karena Dia dimanapun tidak mengutus malaikatNya untuk sekedar salam-salaman – apalagi via pihak ketiga -- melainkan hanya menyampaikan berita penting atau solusi khusus secara langsung yang berdampak bagi insiden yang sedang berlangsung! Perlukah salam pribadi yang tak berbukti itu dilakukan Jibril lewat Muhammad, padahal dalam kisahnya, Jibril tinggal selangkah lagi sudah bisa bertemu dengan Aisyah sendiri! Suatu salam pribadi picisan yang lebih banyak fiktifnya ketimbang memperlihatkan kepentingan dan keagungan Tuhan tatkala seorang malaikat sampai diutusNya untuk pertalian pribadi dengan Aisyah!
JIBRIL VS. GABRIEL
Bila Quran berasal dari wahyu, dan Injil adalah buatan manusia yang ingin dikoreksinya, maka seyogyanya perbandingan kedua maklumat diatas (Jibril vs. Gabriel) akan memperlihatkan secara gamblang superioritas dan kesempurnaan Quran diatas Injil. Tantangan Muhammad berlaku, bahwa tak ada suratan manusia yang mengungguli suratan Allah SWT (disebut Surat Semisal Quran, 17:88, 2:23). Itu mungkin benar, sekalipun Tuhan yang benar akan sangat dikerdilkan bila menantang manusia hanya sebatas cara adu-puisi, padahal Tuhan mempunyai segudang cara adikodrati untuk menantang siapa saja, yang langsung akan membungkam mulut musuh-musuhNya! Dengan adu pena, para pembaca Muslim atau non- Muslim justru tidak mendapatkan kesan kemenangan Jibril Quran diatas Gabriel Alkitab, kecuali malah sebaliknya! Mari saksikan sendiri.
Surat Maryam 19:16-22 (diturunkan sekaligus, Surat Makkiyah awal abad ke-7, underlined dari penulis)
16. Dan ingatlah berita Maryam dalam Kitab (Al Quran). Ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya pada suatu tempat di sebelah timur,
17. maka dia mengadakan pembatas (tabir) dari keluarganya, lalu Kami mengutus Ruh Kami kepadanya, lalu dia menyerupakan dirinya di hadapannya sebagai manusia sempurna.
18. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha Pemurah dari engkau jika betul engkau orang yang taqwa”.
19. (Ruh) berkata, “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki- laki yang suci”.
20. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak, sedang aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun (suami) dan tiadalah aku perempuan jahat”.
21. (Ruh) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku”. Kami hendak menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan adalah urusan itu telah ditetapkan.
22. Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri dengan kandungannya ke suatu tempat yang jauh.
Injil Kesaksian Lukas 1: 26- 40 (ditulis pada pertengahan abad kesatu)
26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
27. kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
28. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
29. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
30. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan.
31. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Elohim akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
Jadi kenapa sampai saat ini, jati-diri Agen Pewahyu ini tidak disorot dan di-elaborasi dengan sungguh-sungguh? Aneh bahwa praktis tak ada buku serius yang membicarakan who-is-who Jibril itu. Muslim umumnya taken for granted bahwa ia pasti utusan Tuhan semesta alam. Tetapi apa yang mendasarinya?
Dalam dunia dimana kebenaran begitu sering dibajak oleh kepalsuan dan retorika, kita perlu mawas untuk sesekali mengenakan “pembuktian-terbalik”, yaitu suatu pengandaian negatif yang dikenakan kepada apayang selama ini kita terima baik, atau apalagi yang kita idolakan. Sebab ketika kita mengidola, disitulah kita mudah dibutakan oleh kita sendiri.
Namun ada seorang feminis Muslim liberal bernama Irshad Manji, yang merasa terpanggil mengajukan secara terbuka pertanyaan spesifik atas kemutlakan Quran:
What if the Quran is not perfect?
What if it’s not a completely God-authored book?
What if it’s riddled with human biases?
Dan kita bisa teruskan lagi ...
What if Quran memuat inkonsistensi pewahyuan?
What if Quran salah-wahyu yang nyata, seperti yang dipermasalahkan terbuka tentang kesalahan geografi, sejarah, sains, anakronisme, dll?
What if Jibril abad ke-7 itu bukan malaikat Gabriel di abad ke-satu? Melainkan Ruh yang diserupakan dengan Gabriel belaka, persis seperti halnya Isa diserupakan dengan seseorang lainnya tatkala disalib?
What if Jibril menipu-daya Muhammad dan tidak membawakan firman Allah,melainkan membawa suara dirinya dengan mengatas-namakan Allah-allahan?
Awas, jangan kita menafikan “what ifs” ini tanpa pendalaman kajian secara kritis. Alkitab dan sejarah telah menunjukkan dan mewanti-wanti tentang berkeliarannya Mesias-mesias palsu disekeliling kita (Mat.24:23-25) yang amat spesialis dalam penyesatan melebihi kejelian manusia manapun. Bahkan secara spesifik disebutkan bahwa iblis-pun bisa menyamar aspal seperti Malaikat Terang (2 Kor.11:14).
Selama ini Muslim hanya mematok label bahwa Alkitab itu wahyu-imitasi, tetapi samasekali tidak siap – bahkan tidak bersedia – untuk meneropong what if Jibril, kalau-kalau dia-lah yang imitasi, misalnya! Sesungguhnya, tanpa curiga apapun juga melainkan secara hipotetis saja, setiap kita seharusnya sejak awal memberikan probabilitas 50 –50 untuk meragukan Jibril itu, sampai dia (dan bukan manusia) membuktikan klaim dirinya Jibril, utusan dari Tuhan yang sejati! Itu saja sudah suatu kemurahan.
Afterall, siapakah didunia ini yang telah membuktikan sosok Jibril tersebut? Tidak ada kecuali asumsi manusia belaka. Lebih jauh lagi, manusia memperluas asumsinya sampai-sampai menetapkan bahwa Jibril-Al-Quran itu sama dengan Gabriel-Alkitab, dan Jibril itu atk lain tak bukan adalah Rohulqudus!?
Spekulasi menjadi makin berani dan liar. Nyatanya tak ada Jibril yang mengklaim apa yang diklaim itu dengan bukti-bukti. SO, What if the medium of transmission is false? Mari kita simak dengan lebih cermat.
Berlainan dengan Alkitab dimana nabi-nabinya boleh bertanya balik kepada Tuhannya, Quran hanyalah monolog satu arah, yang saling mengatas-namakan tiga sumber suara yang tanpa tanda dan saksi mata: suara Muhammad yang mengatas-namakan suara Jibril dan mensumberkannya sebagai suara Allah! Ini otomatis menantang keabsahan klaim Islam bahwa Quran adalah pewahyuan yang langsung, 100% dari mulut Allah tanpa intervensi para makhluk. Justru transmisi berjenjang yang monolog dan tak bersaksi-bukti inilah yang sangat rawan terhadap pemalsuan apa saja atas nama Allahnya yang samasekali tersembunyi.
Sebagai contoh liar, tetapi benar (dalam extensi asumsi yang sedang berjalan), bahwa seorang yang mengklaim dirinya nabi bisa saja mengklaim bahwa ada empat oknum yang terlibat dalam rantai pewahyuan (bukan tiga) bagi dirinya, yaitu Allah, Jibril, Jin Islam, dan nabi. Dalam ketiadaan bukti luar dan para penyaksi, lalu siapa yang sanggup peduli akan 4 mata-rantai ini jikalau tidak ada yang peduli akan suara 3-rantai, seperti yang diklaim oleh Islam sekarang ini?
Untunglah Yesus (dan Taurat) peduli! Ia berkata: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar” (John 5:31). Dan dalam ayat 33, Dia menunjuk Nabi Yahya antara lain sebagai penyaksinya, dan ini bahkan dibenarkan oleh Quran pula dalam Qs. 3:39. Yesus juga meneguhkan semua ini dengan sejumlah mujizat adikodrati yang hanya dimilik oleh sosok Allah sendiri, seperti membangkitkan orang mati, mendatangkan makanan dari langit, menaklukkan setan, dan badai-gelombang. Inilah kunci keabsahan suatu wahyu yang tidak dipunyai oleh Muhammad untuk menghadirkan “Allah” yang diatas-namakannya.
Dalam setiap pertarungan roh -- apapun manifestasinya -- selalu terjadi pertarungan diantara dua “Bapa”, yaitu Bapa Sorgawi (Mat.6:9) dan “Bapa segala dusta” (Yoh. 8:44). Bapa Sorgawi memerintahkan kita untuk jangan percaya begitu saja akan setiap roh, karena roh penipu terlalu licin dan mudah sekali memperdaya manusia yang kurang paham akan kasak-kusuk roh jahat. Itu sebabnya Tuhan mengharuskan kita untuk menguji kalau-kalau suatu roh itu benar datang dari Tuhan atau bukan, sebab Alkitab berkata, “Iblispun menyamar sebagai Malaikat Terang” (1 Yoh.4:1, 2 Kor.11:14). Tetapi sebaliknya Al-Quran menutup pengujian ini oleh manusia dengan pendalilan bahwa itu bukan termasuk kawasan urusan mereka: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Qs.17:85). Akibatnya Ruh “Jibril” tidak pernah dikenakan ujian apapun oleh Muslim, malahan Ruh ini tampaknya berusaha menutup pintu pengujian ini dengan melabelkan cap kepada si penguji sebagai “musuh dan penghujat Allah” yang harus dibungkam, kalau perlu dengan kekerasan!
Roh kegelapan yang benci akan kebenaran, selalu berusaha keras (kalau mungkin dengan kekerasan) agar manusia tidak mendapat kesempatan untuk menguji dirinya yang roh. Keberadaan kita yang terbatas, apalagi berdosa, turut mengaburkan mata-batin untuk melihat jalan yang lurus. Kita manusia tidak mungkin menandingi (dari kekuatan kita sendiri) roh-jahat yang memang spesialis dalam menyamarkan kebenaran.
Untuk mengikis keraguan terhadap apa yang dikatakannya, Ruh ini menurunkan pula ayat-ayat yang menslogankan kemutlakan Quran, khususnya satu ayat yang di-elu-elukan secara heroik: “kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan didalamnya.” Tetapi dengan hati yang sedikit jernih saja, kita sudah akan menemukan banyak kekeliruan dan inkonsistensi quraniah secara kasat mata. Dalam pewahyuan yang paling awal saja, Jibril telah mewahyukan penciptaan manusia dalam pelbagai versi yang saling kontradiktif, namun Muslim menelan begitu saja tanpa merasa ada yang tidak beres didalamnya.
Dimulai dengan wahyu pertama kepada Muhammad dalam surat Al-Alaq 1-5, bahwa manusia diciptakan dari “segumpal darah”. Bukankah pernyataan ini sudah tidak didukung secara sains?
Maka kelak wahyu ini diperbaiki dengan versi lain, yaitu
penciptaan-manusia dari “setetes mani (Qs.80:19 dll).
Kemudian diperbaiki lagi: “Dia (manusia) diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara sulbi (tulang punggung) dan taraib (tulang dada)” (Qs.86: 5-7). Adakah air mani terpancar dari sumber-sumber yang absurd demikian.
Tetapi bagian dari sulbi ini masih juga tetap dikonfirmasikan pada Qs.7:172.
Baru kemudian (mungkin setelah dengar-dengaran dari kalangan Yahudi/ Nasrani tentang penciptaan Adam/manusia) barulah Muhammad mengadopsi versi kreasi manusia yang dimulai dari “tanah” (Qs.37:11).
Dan untuk menutup kesimpang siuran pelbagai versi yang tidak akurat (ngawur) yang terlanjur diwahyukan, maka datanglah wahyu susulan yang mencoba mengharmonisasikan semua versi penciptaan, yaitu dari “tanah, kemudian dari mani, kemudian dari segumpal darah” (Qs.40:67). Inipun masih dicampur-adukkan dengan macam-macam proses lain, yaitu dari sari tanah, kemudian air mani, lalu segumpal darah, yang jadi segumpal daging, yang disusul dengan proses menjadi tulang-tulang, dan selanjutnya pembalutan tulang oleh daging dst. (Qs.23: 12 dst...).
Tahapan-tahapan lepas demikian tentulah hanya ada dikhayalan dan pembelajaran Muhammad yang ummi. Dan Anda akan menyaksikan banyak contoh tahapan-tahapan sejenis untuk isu-isu lainnya, sejalan dengan makin banyaknya -- tidak mesti makin benarnya -- Muhammad dengar-dengaran informasi luar untuk diadopsikannya ke dalam Al-Quran. Sementara Dr. Bucaille, seorang pembela Islam yang gigih, bahkan merasa perlu meralat tafsiran penciptaan tersebut dengan berkata: “Ini adalah suatu kekeliruan yang perlu kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap “gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236, tr.Dr. HM. Rasjidi)
Jadi, siapa Jibril dan siapa pula Rohulqudus yang di Jibril-kan? Siapakah Jibril? Apakah ia benar Gabriel utusan Allah? Apakah ada klaimnya dan disusul dengan buktinya? Adakah ia memperkenalkan namanya kepada Muhammad secara formal, atau sedikitnya dalam kepatutan perkenalan? Tahukah Muslim kapan Jibril memperkenalkan nama dirinya menurut Quran?
Benarkah Jibril itu juga Rohulqudus, padahal Gabriel itu bukan RohKudus? Dan kenapa wahyu Quran kepada Muhammad harus memakai agen-antara Jibril, jikalau dulu Tuhan selalu bersabda langsung dengan nabi-nabiNya?
What if Jibril berwajah ganda yang mengklaim dirinya sebagai Allah -- yang memang tidak pernah dibuktikannya? (Miryam Ash).
Orang umumnya berpendapat bahwa kesulitan untuk memahami sebuah Kitab Suci dimulai dari apa yang tercantum dalam teks Kitab Suci itu sendiri. Tentu saja itu benar secara umum. Tetapi untuk Al-Quran, ada yang lebih sulit dari pada apa-apa yang sekedar tampak tertulis, yaitu siapa-siapa yang terlibat dalam menulisnya! Apakah itu Allah, Tuhan semesta alam, ataukah itu Malaikat (Jibril?), atau Muhammad, dan para sahabatnya? Muslim percaya bahwa itu adalah Kata-kata Allah yang ditransmit-kan murni secara berantai lewat Jibril, dan dimasukkan murni ke dalam hati dan pikiran Muhammad, yang nanti menjadi juru suara murni tersebut, untuk dicatat murni oleh sahabat-sahabatnya. Empat “murni” yang tidak dibuktikan sama sekali! Dengan perkataan lain, Muslim cenderung mengasumsikan kebenaran mutlak dari ke-4 oknum berbeda tadi dan ke-4 sistim transmisinya yang juga berbeda, yang kesemuanya disandarkan pada mulut Muhammad seorang!
Dalam sebuah terbitan Islami di USA dari Memphis Dawah, ada diterbitkan sebuah buku berjudul “Who Wrote The Quran?” Di situ dikatakan bahwa Quran adalah mutlak berasal dari God dan Muhammad adalah utusan God. God dan Muhammad harus diterima dan dipercayai serentak atau tidak samasekali. Sebab orang tidak bisa sepihak memilih menerima pesan-pesan God tetapi menolak utusanNya, atau sebaliknya. Dikatakan lebih lanjut bahwa hanya ada 3 kelompok pendapat terhadap penulis Quran, yaitu:
Mereka yang berkata bahwa Muhammad-lah yang menulis Quran, tetapi pendapat ini harus dicoret dengan alasan utama bahwa Muhammad itu buta huruf.
Seorang lain dari Muhammad yang menulis Quran. Tetapi inipun harus disingkirkan dengan alasan, tidak terdapat pengaruh Kristen dan Yahudi terhadap orang di sekitar Muhammad.
Quran adalah murni firman Allah tanpa campur tangan manusia.
Karena tak mungkin lagi ada kelompok lain, maka inilah satu-satunya yang harus diadopsi, apalagi Allah menyodorkan tantangan menulis “Surat Semisal Quran” yang dipercaya tidak bisa dipenuhi oleh manusia manapun (manusia ditantang Allah untuk membuat satu surat saja sebagus/seistimewa salah satu surat Quran! Bila ada yang sanggup, maka itulah bukti bahwa Quran bukan ditulis oleh Allah, melainkan manusia saja). Ini semua berasal dari satu asumsi naif, bahwa Kalimat dari manusia tidak bisa ditiru sebaik seperti Kalimat Allah! Padahal tak ada pembuktian bahwa itu adalah Kalimat Allah, kecuali dikalim oleh Muhammad...
Dengan demikian Memphis Dawah mengklaim berhasil membuktikan bahwa pendapat (1) dan (2) adalah mustahil, sehingga pendapat ke- (3) lah yang harus benar, sambil menantang orang lain membuktikan sebaliknya.
Ini adalah “apologetika” dangkal yang memilih metode induksi untuk membuktikan Al-Quran sebagai Kalam Allah. Tentu saja kerangka pembuktian semacam ini adalah salah kaprah dan menggelikan. Ibarat Polisi (manusia yang terbatas) membikin list yang terbatas tentang siapa-siapa yang mungkin bisa dianggap sebagai maling, lalu mencoret siapa-siapa yang dirasakan tidak mungkin jadi maling, dan yang tertinggal dari coretan itu pastilah MALING!
Para ilmuan, khususnya para pendidik dan psikolog akan mematahkan kerangka pembuktian semacam ini dengan sekali pukul, tanpa usah diperdebatkan lagi. Mereka akan mempertanyakan kepada Memphis Dawah apakah tulisan ajaib dari seorang kanak-kanak penyandang otis misalnya, juga akan otomatis dianggap sebagai murni firman Allah tanpa campur tangan manusia? Sebab mereka terlalu sering menjumpai anak-anak autis yang “buta-huruf” ternyata malah bisa menulis sebuah surat atau sanjak dalam bahasa asing yang orang tuanya sendiri tidak kuasai dan tidak ajarkan kepada sang anak! Jelas bahwa suara (atau kelak jadi tulisan) yang dianggap tidak mungkin berasal-mula dari manusia itu tidaklah otomatis suaranya Tuhan! Suara Tuhan harus dibuktikan oleh suaraNya sendiri, yang ditampilkan dengan otoritas adikodrati yang menyertaiNya – dan bukan oleh anggapan anggapan tentang suaraNya, atau klaim yang mengatas-namakan “suara transmisi” dari agen-antara tanpa tanda adikuasa.
Menguji Ruh yang Mengatas-namakan Allah
Ayat per ayat, kata per kata telah diturunkan oleh Jibril atau yang disebut Ruhulqudus (Roh Kudus) selama 23 tahun kepada Muhammad. Terhimpunlah selama itu sekitar 6240 ayat Quran. Tetapi seperti dikatakan diatas, semuanya taken for granted tanpa diuji, seolah-olah Jibril yang ruh ini memang mutlak harus datangnya dari Tuhan Semesta Alam! Tetapi Imam al-Syafi’i cukup bijak memperingati umat Islam hal yang mungkin sebaliknya, “Pendapat kita benar tetapi masih ada kemungkinan salah; pendapat mereka salah tetapi masih ada kemungkinan benar”. Menggunakan metode terbalik untuk pengujian ruh adalah satu-satunya pendekatan, mengingat lihainya setiap ruh bermanifestasi dalam “rupa dan suara Allah”.
Irshad Manji tidak merasa bersalah menguji seseorang atau sesuatu yang dianggap sakral dengan What if? Makin dia sakral dan benar, makin dia ingin memperlihatkan dirinya sebagai sang benar, dan tidakmenghancurkan orang yang mencari kebenaran!
Ya, What if Jibril itu bukan utusan Tuhan, mengingat Jibril memang tidak membuktikan, kecuali hanya mengaku-ngaku dirinya lewat Muhammad. Dan tentu saja Muhammad tidak tahu apa-apa tentang dia, karena tidak mempunyai sumber lainnya yang bisa memberi penerangan balik (baca: check and balance) atas mahkluk ini! Jibril telah memblokir penyidikan atas dirinya dengan menyodorkan Qs.17:85. Namun, fakta dilapangan memunculkan banyak misteri yang mustahil yang harus dipertanggungjawabkan oleh Jibril.
*Misteri mustahil pertama, ajaib tetapi benar bahwa Muhammad tidak mengenal siapa dan apa nama malaikat pewahyunya selama ia berada di Mekah. Itu baru diketahui Muhammad setelah ia hijrah ke Medina! Banyak Muslim tidak tahu bahwa seluruh 85 surat yang teridentifikasi diturunkan di Mekah (surat-surat Makkiyah) tidak satupun ayatnya menyebut roh pewahyu dengan nama “Jibril”! Jadi selama belasan tahun, sosok yang diklaim begitu intim dengan Nabi justru namanya tersembunyi dari pengetahuan Muhammad.
Dalam kegamangan akan namanya, Muhammad selalu menyebut roh tersebut berganti-ganti dengan belasan istilah yang berbeda-beda diantara 29 kali penyebutannya diseluruh Quran. Semua sebutan yang berubah-ubah ini amat jelas menunjukkan ketidak-pastian Muhammad akan oknum agen-pewahyunya! Misalnya ada sebutan terjemahan dengan
ruh / ruh-Ku / ruh-Nya / ruh Kami
ruh dari Kami
Ruhul-qudus
Ruhul Amin
Malaikat dengan wahyu atas perintahNya / (Ruh PerintahNya)
‘ruh dengan perintah Kami’, atau
rasul karim,
syadid al-quwa,
dzu mirrah,
“para malaikat” (dalam bentuk jamak) sebagai agen pewahyu.
Baru belakangan hari di Medina, 17 tahun (!) setelah Muhammad pertama kali mengenalnya di Gua Hira, barulah Jibril “berkesempatan” memasukkan sebutan ruh-ruh itu dengan nama “Jibril” sebanyak 3 kali, yaitu pada ayat Qs.2: 97, 98 dan 66:4 (awas, di luar ini nama Jibril hanyalah tambahan penterjemah yang tidak terdapat di bahasa aslinya).
Tentu hal ini sekaligus membelalakkan mata dan membuntukan akal yang paling sehat! Tetapi Muhammad sendiri jelas-jelas tidak mengenal dan tidak pernah menguji siapakah ruh yang mencekiknya di gua Hira. Dia bingung sendiri apakah ruh itu berasal dari Tuhan atau setan. Ruh tidak memperkenalkan namanya sendiri, juga tidak menyapa Muhammad dengan nama. Ini sangat berlainan dengan apa yang selalu dilakukan Tuhan Yahweh ketika menyapa pertama kali kepada Musa, Zakharia dan Maria, semua disapa namanya masing-masing bukti bahwa Tuhan Mahatahu.
Bahkan dalam kasus Zakharia, 4 bahkan 5 nama disebut sekaligus (termasuk nama Elia): "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. ...Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk...” (ayat 19).
Sebaliknya ruh di gua Hira ini hanya mencekik dan memaksa Muhammad dengan seruan “Iqra” (bacalah!), lalu “Iqra” lagi, dan kemudian, “Iqra dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Iqra! Wa rabbukal akram”. Tak ada nama siapapun yang disebut, Muhammad atau Jibril bahkan Allah! Apakah dengan perkataan ini ruh tersebut telah memastikan dirinya Jibril utusan Allah? Bukankah ruh jahat juga bisa berbuat hal yang persis sama –-mencekik dan menteror targetnya,bahkan lebih?
Teolog Islam saling bersilang pendapat, tidak tahu persis kapan Muhammad pribadi mulai memastikan bahwa Ruh tersebut adalah utusan Allah, dan terlebih-lebih kapan ia mulai disebut sebagai “Jibril”. Memang ada hadis (muncul hampir 200 tahun setelah Al-Quran) yang menyebutkan nama Jibril di awal kenabian Muhammad, tetapi jelas itu hanyalah rekayasa, ditulis belakangan setelah ada fakta, karena Jibril sendiri baru memperkenalkan nama dirinya setelah di Medina. Dan kembali hal itu hanya memberi kemungkinan tunggal bahwa Ruh tersebut memang tidak ingin memperkenalkan nama dan identitas dan sumber-sumbernya, kecuali membiarkan dirinya diasumsikan orang saja sebagai utusan Allah, entah dinamai Rohulqudus atau Jibril, atau Ruhul Amin, apa saja.
Hanya lewat pandangan pribadi dari sepupu Khadijah, yaitu Waraqah bin Naufal yang Nasrani, maka ruh tersebut ditafsirkan sebagai “Namus”, yang berarti “rahasia atau “hukum” (HSB no.3). Tetapi, seandainya Waraqah bin Naufal cukup paham akan Injil, seharusnya ia akan menguji ruh tersebut sebelum menjawabnya secara spontan, karena itulah yang dipesankan Alkitab dalam 1Yoh.4:1, “Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan”. Dan jikalau Waraqah memang paham Injil maka seharusnya ia sudah tahu bahwa sosok malaikat Tuhan yang datang kepada nabi Zakharia dan Maryam adalah bernama Gabriel, dan bukan “Namus” yang tidak diketahui sosok atau identitasnya! Ketika ia berspekulasi bahwa itu adalah Namus dan bukan Gabriel (sosok historis yang definitif dalam Injil), maka kita mempunyai alasan kuat untuk berkata bahwa roh tersebut memang bukan Gabriel, melainkan “Namus” versi Waraqah sendiri! Sebaliknya Muhammad tetap gamang dan tidak punya konklusi, karena ruh yang misterius tersebut tetap membungkamkan namanya, sampai akhirnya Muhammad mendapatinya juga kelak dari sumber lain (bukan dari yang empunya nama), yaitu tatkala beliau berada di Medinah dan berhubungan dengan banyak orang-orang Yahudi !
*Misteri mustahil kedua, Muhammad mengakui dirinya sebagai Rasul Allah, namun dibalik itu ternyata beliau sering gamang tentang ruh. Itu diketahui dari seringnya beliau di olok-olok dan di-test oleh orang-orang Yahudi tentang hal tersebut. Untuk menutup-nutupi ketidak pastian, maka atas nama wahyu Allah, Muhammad menjawab mereka: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, ‘Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.” (Qs. 17:85).
Tetapi ayat defensif ini jelas tidak membela Nabi, karena mengimpresikan pengakuan akan kekerdilan diri beliau yang disamakan dengan orang-orang awam yang memang tidak diberi ilmu tentang ruh kecuali sedikit. Padahal justru seorang Nabi mendapat hak istimewa untuk menyedot rahasia-rahasia tentang ruh. Konten ayat ini “menentang” Muhammad yang mengklaim dirinya sangat dekat dan sering bercakap-cakap dan mereview ayat-ayat bersama dengan ruh pewahyu setiap Ramadhan, sehingga Muhammad tidak punya alasan untuk sama awam tentang ruh!
Para kritisi menyimpulkan bahwa pengetahuan Muhammad yang mendadak akan nama Jibril (setelah gamang belasan tahun) berasal dari hasil interaksi Muhammad dengan orang-orang Yahudi di Medinah.
Sejarah kenabian Yahudi sudah mengenal nama malaikat Gabriel seribuan tahun sebelum Muhammad, di- zamannya Daniel, dan digaungkan lebih jauh di era Zakharia dan Maria. Disitu Gabriel memperkenal-kan nama dan jati dirinya sebagaimana yang layak, tanpa bermisteri: “Akulah Gabriel yang melayani Tuhan dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau...” (Lukas 1:19). Gabriel yang sejati bukan hanya mengklaim, tetapi sekaligus juga menunjukkan otoritas dan berita kebenaran yang dibawanya dari Tuhannya, sehingga tak ada kerancuan apakah ini ruh jahat atau utusan Tuhan.
Pertama, seperti yang telah disebut dimuka, Gabriel datang dan tahu dan memanggil nama Zakharis. Ia menyampaikan nubuat ilahi tentang kehamilan isteri Zakharia yang mandul. Dan ketika Zakharia tidak percaya, maka Gabriel-pun meneguhkan nubuat-nya itu dengan kuasa mujizat langsung yang membisukan Zakharia hingga kegenapan nubuat tersebut terjadi, yaitu pada hari kelahiran anaknya!
Beberapa ilmuwan sependapat bahwa Muhammad yang tadinya dibingungkan oleh ruh tersebut mungkin saja memberikan nama tersendiri kepada Ruh, seperti halnya yang ia lakukan pada nama “Yesus” yang diganti jadi “Isa” yang tanpa makna dan otorisasi. Namun akal sehatnya berasumsi bahwa kedatangan seorang nabi besar berikutnya - yaitu Muhammad sendiri – hanyalah pantas bila datang dengan melalui jalur panggilan yang sama dengan Yahya dan Isa, yaitu Jibril. Alhasil nama “Jibril” inilah yang kelak diklaim dan disandarkan Muhammad kepada Gabriel sebagai agen pewahyu yang sama untuk abad ke-1 dan ke-7, tanpa bukti apapun. Jenis sandaran aspal (asli tapi palsu) yang tanpa modal seperti itu -- baik kuasa mujizat maupun nubuat -- banyak bertebaran di Quran, dan mudah sekali diperlihatkan sepanjang kita tidak mati-rasa terhadap kemutlakan.
Beberapa periwayatan dalam Hadis telah mendongengkan seolah Jibril sudah mengintroduksi jati-dirinya kepada Muhammad, yaitu di saat Muhammad mau membunuh diri ketika beliau sedang kebingungan mencernakan wahyu paling awal yang diterimanya. Diriwayatkan, Jibril berkata: “Wahai Muhammad, akulah Jibril, dan engkaulah utusan Allah”(Ibn.Hisham, The Life of Muhammad, vol.I/ 69). Periwayatan yang datang ratusan tahun setelah Quran selesai dikanonisasi ini tentu bisa menyisipkan nama “Jibril” dalam narasinya sebagai bagian dari pencocokan kemudian. Seruan Jibril demikian (untuk memperkenalkan diri) seharusnya datang pada saat pertama kali mereka bertemu, dan pasti bukan belakangan setelah Muhammad terteror dahsyat dan terus kebingungan hingga mau bunuh diri berkali-kali! (Sirât Rasûl Allâh, p.106/153, tr. A. Guillaume). Selain itu, jikalau hadis tersebut benar, tentulah nama Jibril sudah harus banyak bermunculan dalam surat-surat Makkiyah (wahyu yang diturunkan di Mekah) dan bukan memakai sebutan “ruh” ini dan itu sepanjang belasan tahun.
*Misteri mustahil ketiga, apakah benar Jibril itu adalah identik dengan Roh Kudus? Bila Muhammad tidak dikaruniai ilmu tentang ruh, tentu para pengikutnya akan sama halnya. Maka dalam kegamangan akan ruh, para ahli Islam nekad melakukan penafsiran “potong kompas” yang over- simplistis dengan menyamakan kedua oknum ini. Tetapi apakah Quran memang pernah menyamakan keduanya ? Tidak ada! Kita bisa ditipu oleh retorika. Sedikitnya ada 3 bukti keras bahwa Jibril itu bukan sosoknya Roh Kudus.
(I).Tak ada konfirmasi dari Allah, sementara pakar Islam yang menafsirkannya sama semata-mata mendalilkan salah satu fungsi yang dikerjakan oleh kedua ruh itu terkesan sama! Tetapi dimanapun, Jibril tidak pernah mengatakan dirinya adalah Roh Kudus, dan Roh Kudus tidak pernah mengklaim dirinya Jibril! Seluruh Quran hanya memuat 3 ayat tentang “Jibril”, dan 4 ayat tentang “Rulhul-qudus”. Maka kita mudah menghadapkan kedua kelompok ayat itu sesamanya untuk men-check kebenarannya, yaitu Qs.2: 97, 98, 66:4 versus 2:87, 253; 5:110; 16:102. Dan ternyata dalam 7 ayat ini Allah samasekali tidak mengidentikkan sosok Jibril dengan Rohulqudus. Muslim menyamakan Rohulqudus dengan Jibril semata-mata karena keduanya dapat “menurunkan wahyu” Allah (sebagai agen pewahyu). Tetapi mereka lupa, bahwa aktivitas tersebut hanyalah salah satu fungsi ad-hoc saja dari pelbagai peran ruh. Bila tidak demikian pastilah Jibril tidak punya kerja apa-apa lagi alias menganggur, ketika dunia kosong dari pewahyuan. Bahkan aktifitas itupun termasuk peran Tuhan dan setan, dimana Tuhan bisa langsung berwahyu, sementara setan bisa menyelinapkan ayat-ayat setannya! (Qs22:52-53). Toh keduanya tidak disebut “Jibril”.
(II). Roh Kudus tidak pernah membahasakan dirinya Jibril, dan Jibril tidak pernah membahasakan dirinya Rohulqudus Dalam Quran, sosok Ruhulqudus hanya disangkutkan kepada Isa Al-Masih untuk memperkuat dirinya melakukan kuasa mujizat, dan ini tidak pernah disangkutkan kepada sosok lainnya manapun termasuk Muhammad. Isa juga tidak pernah dikaitkan dengan “Jibril” yang satu ini baik dalam pewahyuan maupun dalam pemujizatan. Padahal dalam tradisi Islami, Jibril senantiasa disangkutkan kepada Muhammad untuk setiap urusan pewahyuan, namun tak pernah ada transmisi kuasa mujizat! Jadi, dapatkah akal sehat kita memaksakan kedua sosok itu adalah identik?
Sebenarnya, untuk mencari tahu kaitan urusan dengan Ruh, Muhammad telah diberi 2 rumusan yang sudah diayatkan dalam Quran, yaitu bahwa Ruh itu urusan Tuhan, dan jikalau ada keraguan akan wahyu agar perlu dirujukkan kepada Alkitab (QS. 17:85, dan 10:94). Jadi andaikata pakar-pakar ini mau sedikit rendah hati untuk menerima rumusan/ peringatan demikian, mereka tidak akan simpang-siur menafsirkan ruh yang bukan dirinya.
Melainkan akan mendapati dalam Alkitab bahwa Gabriel sudah menyatakan dirinya secara implikatif bahwa is bukan sosoknya Roh Kudus. Lihat bagaimana Gabriel menyampaikan maklumat kehamilan kepada perawan Maria muka per muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau ...”.
Ia samasekali tidak berkata dalam tata kata benda pertama:
“Aku, (Roh Kudus) akan turun atasmu...”
Alkitab memberitakan secara lurus bahwa Roh Kudus bukan mahluk ciptaan. Ia adalah oknum integral keilahian Tuhan yang ada sejak semula bersatu dan bersama Tuhan (lihat Kej. 1:1-2). Ia tri-senyawa yang keluar dari Bapa, sama seperti Firman yang berasal dari atas, juga keluar dari Bapa, nuzul ke dunia menjadi “Kalimatullah” dalam sosok Yesus (Yoh.15:26, 8:42, 1:1,14). Roh Kudus itulah Penolong yang menyertai umatNya sampai kekal dengan sifat kemaha-hadiran yang tidak dipunyai oleh Gabriel sebagai mahluk. Daud berkata dalam kitab Zabur/ Mazmur:
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” (Mzm.139:7-8).
Dan awas, Roh Kudus ini memiliki satu hak yang paling eksklusif melekat kepada diriNya, yaitu “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (Yesus), ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Yoh.12:31-32). Jelas dan pasti bahwa hak dahsyat atas penghujatan ini tidak mungkin diberikan kepada seorang mahluk, sekalipun Gabriel, apalagi Jibril yang belum pernah diberi kuasa adikodrati apapun oleh Allah!
(III). Yang satu Maha-Ada, yang lain hanya ada disatu tempat pada satu waktu
Secara sederhana saja tanpa usah berdebat -- artinya menuruti saja versi Islam-- kita tahu bahwa dizaman Isa Al-Masih terdapat banyak nabi/ nabiah yang masing-masing juga dikunjungi atau diberi wahyu oleh “Jibril”, termasuk Zakharia, Yahya, Maryam dan Isa. Jikalau Rohulqudus itu benar seorang Jibril ciptaan Allah, maka pastilah ia tidak bisa berada sekaligus mendampingi ketiga atau empat nabi/ nabiah itu karena ia tidak bersifat Maha-Ada yang hanya dipunyai oleh Allah. Namun “Jibril” Islam yang satu ini, yang mengambil jati-diri Rohulqudus bagi dirinya, ternyata berdiri diatas ruang dan waktu.
Isa yang dikandung dari Kalimat dan Roh Allah dan senantiasa diperkuat oleh Rohulqudus/ Jibril (Qs 4:171; 5:110).
Yahya yang sedang menyampaikan wahyu dakwah bersamaan dengan Isa, tentu diwahyui serentak oleh Roh Jibril.
Maryam ketika sedang mengandung Isa dalam rahimnya (keduanya disertai Roh Allah/ Rohulqudus/ Jibril), ia masih dikunjungi oleh seorang “Jibril lain” yang berseru kepadanya dari luar rahimnya, yaitu “dari tempat yang rendah” (QS.19:24).
Jadi Jibril mana lagikah yang ada didalam dan diluar rahim Maryam, dan sekaligus ada dalam Isa dan juga Yahya? Dapatkah mahluk roh yang satu ini maha-ada diberbagai tempat pada waktu yang sama? Itu bisa-bisa menghujat Allah dengan mempertukarkan RohNya Allah yang ilahiah menjadi mahluk Jibril!.
*Misteri mustahil keempat, apakah Jibril Quranic itu sama dengan Gabriel Alkitab?
Samasekali tidak! Kalau Gabriel diabad kuno bisa berkata jelas-jelas kepada Zakharia, "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu”, kenapa Jibril (yang dianggap Gabriel yang lebih modern diabad ke-7) tidak melakukan hal yang lebih jelas/ baik kepada “Nabi Agung Terakhir” yang dikunjunginya di gua Hira?
Sudah diperlihatkan bahwa ruh yang mengunjungi Zakharia dan Maryam itu tidak pernah disebut “Jibril” dalam Quran. Sama halnya bahwa nama tersebut juga tidak dimunculkan kepada Muhammad ketika diturunkan wahyu-wahyu awal 6 abad kemudian. Ini keanehan besar, bahwa sebuah sosok ternama tidak memperkenalkan dan diperkenalkan. Tetapi tatkala nama tersebut dimunculkan setelah melewati belasan tahun kemudian.Allah bukannya menampilkan “Jibril” itu dalam tatacara perkenalan atau penyapaan, melainkan justru dalam suasana memberi peringatan keras kepada kedua isteri Muhammad (Aisyah dan Hafsah) yang “berkomplot” melawan suaminya:
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula” (Qs.66:4).
Yang paling kacau dan fatal dari kisah Jibril ini adalah bahwa ruh ini (Jibril) kepergok merubah “wahyunya” tentang sosok dirinya! Tadinya dia mengatakan dirinya sebagai ruh tunggal yang menampakkan diri sebagai seorang laki-laki sempurna dihadapan Maryam (Qs.19:17). Tetapi di Medinah, dia mengubahkannya menjadi para malaikat jamak! (angels, lihat Qs.3:45). Gabriel Alkitab tidak kekacauan menyatakan siapa dirinya. Tak akan merubah-rubah dirinya kepada Maria. Jelas Jibril hanyalah asumsi yang sangat tak bertanggung jawab (yang dimutlakkan oleh para- pakar Islam) yang harus disamakan dengan Gabriel Alkitab. Dimanapun, Anda tidak akan menjumpai kesamaan keduanya dalam sifat-sifat dasar, gaya, dan karakter hakikinya, dan isi “wahyunya”!
*Misteri mustahil kelima, Perhatikan bagaimana Allah telah membatasi Muhammad untuk mengenal affair dari ruh – “Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. Ini dinyatakan Allah dalam Al-Quran via Jibril, sehingga pembatasan demikian mustahil dimentahkan oleh kisah-kisah didalam Hadis yang ternyata begitu banyak mendongengkan pengetahuan Muhammad tentang ruh Jibril. Jikalau ada pembatasan demikian, seharusnya Muslim sadar bahwa hanya Al-Quran yang berotoritas untuk berbicara mengenai alam ruh, dan bukan Hadis.
Sebenarnya Muhammad telah mendapat firasat bahwa kelak Hadis akan tercampur baur dengan Al-Quran dalam “persaingan” sesamanya melontarkan pesan pesan atas nama Allah. Itu sebabnya ia memerintahkan para sahabatnya untuk tidak menuliskan apapun darinya kecuali Al-Quran (yaitu pewahyuan via Jibril), dan apabila ada sejumlah hal yang sudah terlanjur ditulis, maka catatan itu harus dihapuskan! (Hadis Sa’id al-Khudri).
Namun dalam kenyataannya justru Hadis yang bukan pewahyuan itulah yang mendominasi pesan-pesan tambahan atas nama Allah, sampai-sampai kepada hal yang telah jelas-jelas dibatasi oleh Allah, seperti halnya kisah tentang ruh ini. Maka tersebarlah di Hadis (dan bukan di Al-Quran) berita tentang Jibril yang mempunyai 600 sayap (HSBukhari VI/ 380), atau bahwa Aisyah sempat diistimewakan oleh Jibril dengan mendapat salam super aneh dari padanya, “Hai Aisyah! Inilah malaikat Jibril mengucapkan salam kepadamu” (HSBukhari.1431). Untuk mana Asyiah membalas salamnya, lagi lagi via Muhammad. Aneh, karena salam demikian sungguh terkesan main-main dengan otoritas Allah yang Mahatinggi, karena Dia dimanapun tidak mengutus malaikatNya untuk sekedar salam-salaman – apalagi via pihak ketiga -- melainkan hanya menyampaikan berita penting atau solusi khusus secara langsung yang berdampak bagi insiden yang sedang berlangsung! Perlukah salam pribadi yang tak berbukti itu dilakukan Jibril lewat Muhammad, padahal dalam kisahnya, Jibril tinggal selangkah lagi sudah bisa bertemu dengan Aisyah sendiri! Suatu salam pribadi picisan yang lebih banyak fiktifnya ketimbang memperlihatkan kepentingan dan keagungan Tuhan tatkala seorang malaikat sampai diutusNya untuk pertalian pribadi dengan Aisyah!
JIBRIL VS. GABRIEL
Bila Quran berasal dari wahyu, dan Injil adalah buatan manusia yang ingin dikoreksinya, maka seyogyanya perbandingan kedua maklumat diatas (Jibril vs. Gabriel) akan memperlihatkan secara gamblang superioritas dan kesempurnaan Quran diatas Injil. Tantangan Muhammad berlaku, bahwa tak ada suratan manusia yang mengungguli suratan Allah SWT (disebut Surat Semisal Quran, 17:88, 2:23). Itu mungkin benar, sekalipun Tuhan yang benar akan sangat dikerdilkan bila menantang manusia hanya sebatas cara adu-puisi, padahal Tuhan mempunyai segudang cara adikodrati untuk menantang siapa saja, yang langsung akan membungkam mulut musuh-musuhNya! Dengan adu pena, para pembaca Muslim atau non- Muslim justru tidak mendapatkan kesan kemenangan Jibril Quran diatas Gabriel Alkitab, kecuali malah sebaliknya! Mari saksikan sendiri.
Surat Maryam 19:16-22 (diturunkan sekaligus, Surat Makkiyah awal abad ke-7, underlined dari penulis)
16. Dan ingatlah berita Maryam dalam Kitab (Al Quran). Ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya pada suatu tempat di sebelah timur,
17. maka dia mengadakan pembatas (tabir) dari keluarganya, lalu Kami mengutus Ruh Kami kepadanya, lalu dia menyerupakan dirinya di hadapannya sebagai manusia sempurna.
18. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha Pemurah dari engkau jika betul engkau orang yang taqwa”.
19. (Ruh) berkata, “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki- laki yang suci”.
20. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak, sedang aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun (suami) dan tiadalah aku perempuan jahat”.
21. (Ruh) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku”. Kami hendak menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan adalah urusan itu telah ditetapkan.
22. Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri dengan kandungannya ke suatu tempat yang jauh.
Injil Kesaksian Lukas 1: 26- 40 (ditulis pada pertengahan abad kesatu)
26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
27. kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
28. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
29. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
30. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan.
31. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Elohim akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
bedah tipis- SERSAN DUA
-
Posts : 95
Join date : 29.01.12
Reputation : 2
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
COPAS :lkj: :lkj: :lkj: :lkj: :lkj:
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
gabriel dicopas jadi jibril
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:gabriel dicopas jadi jibril
Emang apa urusannya sama Loe???
senopati- SERSAN SATU
-
Age : 34
Posts : 109
Join date : 11.03.12
Reputation : 2
JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
bedah tipis wrote:Semua pihak tahu bahwa dalam Islam, Jibril adalah figur sentral dari kemutlakan Quran. Kitab Suci Islam tak lain tak bukan dipercaya sebagai hasil transmisi lengkap dan sempurna dari Jibril, yang membawa pewahyuan Allah SWT kepada NabiNya yang terakhir, Muhammad. Dan Muhammad bukan siapa-siapa bila Jibril tidak mengunjunginya dari waktu kewaktu. Tidak ada Quran dan tak ada Islam tanpa oknum yang satu ini.
Jadi kenapa sampai saat ini, jati-diri Agen Pewahyu ini tidak disorot dan di-elaborasi dengan sungguh-sungguh? Aneh bahwa praktis tak ada buku serius yang membicarakan who-is-who Jibril itu. Muslim umumnya taken for granted bahwa ia pasti utusan Tuhan semesta alam. Tetapi apa yang mendasarinya?
Dalam dunia dimana kebenaran begitu sering dibajak oleh kepalsuan dan retorika, kita perlu mawas untuk sesekali mengenakan “pembuktian-terbalik”, yaitu suatu pengandaian negatif yang dikenakan kepada apayang selama ini kita terima baik, atau apalagi yang kita idolakan. Sebab ketika kita mengidola, disitulah kita mudah dibutakan oleh kita sendiri.
Namun ada seorang feminis Muslim liberal bernama Irshad Manji, yang merasa terpanggil mengajukan secara terbuka pertanyaan spesifik atas kemutlakan Quran:
What if the Quran is not perfect?
What if it’s not a completely God-authored book?
What if it’s riddled with human biases?
Dan kita bisa teruskan lagi ...
What if Quran memuat inkonsistensi pewahyuan?
What if Quran salah-wahyu yang nyata, seperti yang dipermasalahkan terbuka tentang kesalahan geografi, sejarah, sains, anakronisme, dll?
What if Jibril abad ke-7 itu bukan malaikat Gabriel di abad ke-satu? Melainkan Ruh yang diserupakan dengan Gabriel belaka, persis seperti halnya Isa diserupakan dengan seseorang lainnya tatkala disalib?
What if Jibril menipu-daya Muhammad dan tidak membawakan firman Allah,melainkan membawa suara dirinya dengan mengatas-namakan Allah-allahan?
Awas, jangan kita menafikan “what ifs” ini tanpa pendalaman kajian secara kritis. Alkitab dan sejarah telah menunjukkan dan mewanti-wanti tentang berkeliarannya Mesias-mesias palsu disekeliling kita (Mat.24:23-25) yang amat spesialis dalam penyesatan melebihi kejelian manusia manapun. Bahkan secara spesifik disebutkan bahwa iblis-pun bisa menyamar aspal seperti Malaikat Terang (2 Kor.11:14).
Selama ini Muslim hanya mematok label bahwa Alkitab itu wahyu-imitasi, tetapi samasekali tidak siap – bahkan tidak bersedia – untuk meneropong what if Jibril, kalau-kalau dia-lah yang imitasi, misalnya! Sesungguhnya, tanpa curiga apapun juga melainkan secara hipotetis saja, setiap kita seharusnya sejak awal memberikan probabilitas 50 –50 untuk meragukan Jibril itu, sampai dia (dan bukan manusia) membuktikan klaim dirinya Jibril, utusan dari Tuhan yang sejati! Itu saja sudah suatu kemurahan.
Afterall, siapakah didunia ini yang telah membuktikan sosok Jibril tersebut? Tidak ada kecuali asumsi manusia belaka. Lebih jauh lagi, manusia memperluas asumsinya sampai-sampai menetapkan bahwa Jibril-Al-Quran itu sama dengan Gabriel-Alkitab, dan Jibril itu atk lain tak bukan adalah Rohulqudus!?
Spekulasi menjadi makin berani dan liar. Nyatanya tak ada Jibril yang mengklaim apa yang diklaim itu dengan bukti-bukti. SO, What if the medium of transmission is false? Mari kita simak dengan lebih cermat.
Berlainan dengan Alkitab dimana nabi-nabinya boleh bertanya balik kepada Tuhannya, Quran hanyalah monolog satu arah, yang saling mengatas-namakan tiga sumber suara yang tanpa tanda dan saksi mata: suara Muhammad yang mengatas-namakan suara Jibril dan mensumberkannya sebagai suara Allah! Ini otomatis menantang keabsahan klaim Islam bahwa Quran adalah pewahyuan yang langsung, 100% dari mulut Allah tanpa intervensi para makhluk. Justru transmisi berjenjang yang monolog dan tak bersaksi-bukti inilah yang sangat rawan terhadap pemalsuan apa saja atas nama Allahnya yang samasekali tersembunyi.
Sebagai contoh liar, tetapi benar (dalam extensi asumsi yang sedang berjalan), bahwa seorang yang mengklaim dirinya nabi bisa saja mengklaim bahwa ada empat oknum yang terlibat dalam rantai pewahyuan (bukan tiga) bagi dirinya, yaitu Allah, Jibril, Jin Islam, dan nabi. Dalam ketiadaan bukti luar dan para penyaksi, lalu siapa yang sanggup peduli akan 4 mata-rantai ini jikalau tidak ada yang peduli akan suara 3-rantai, seperti yang diklaim oleh Islam sekarang ini?
Untunglah Yesus (dan Taurat) peduli! Ia berkata: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar” (John 5:31). Dan dalam ayat 33, Dia menunjuk Nabi Yahya antara lain sebagai penyaksinya, dan ini bahkan dibenarkan oleh Quran pula dalam Qs. 3:39. Yesus juga meneguhkan semua ini dengan sejumlah mujizat adikodrati yang hanya dimilik oleh sosok Allah sendiri, seperti membangkitkan orang mati, mendatangkan makanan dari langit, menaklukkan setan, dan badai-gelombang. Inilah kunci keabsahan suatu wahyu yang tidak dipunyai oleh Muhammad untuk menghadirkan “Allah” yang diatas-namakannya.
Dalam setiap pertarungan roh -- apapun manifestasinya -- selalu terjadi pertarungan diantara dua “Bapa”, yaitu Bapa Sorgawi (Mat.6:9) dan “Bapa segala dusta” (Yoh. 8:44). Bapa Sorgawi memerintahkan kita untuk jangan percaya begitu saja akan setiap roh, karena roh penipu terlalu licin dan mudah sekali memperdaya manusia yang kurang paham akan kasak-kusuk roh jahat. Itu sebabnya Tuhan mengharuskan kita untuk menguji kalau-kalau suatu roh itu benar datang dari Tuhan atau bukan, sebab Alkitab berkata, “Iblispun menyamar sebagai Malaikat Terang” (1 Yoh.4:1, 2 Kor.11:14). Tetapi sebaliknya Al-Quran menutup pengujian ini oleh manusia dengan pendalilan bahwa itu bukan termasuk kawasan urusan mereka: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Qs.17:85). Akibatnya Ruh “Jibril” tidak pernah dikenakan ujian apapun oleh Muslim, malahan Ruh ini tampaknya berusaha menutup pintu pengujian ini dengan melabelkan cap kepada si penguji sebagai “musuh dan penghujat Allah” yang harus dibungkam, kalau perlu dengan kekerasan!
Roh kegelapan yang benci akan kebenaran, selalu berusaha keras (kalau mungkin dengan kekerasan) agar manusia tidak mendapat kesempatan untuk menguji dirinya yang roh. Keberadaan kita yang terbatas, apalagi berdosa, turut mengaburkan mata-batin untuk melihat jalan yang lurus. Kita manusia tidak mungkin menandingi (dari kekuatan kita sendiri) roh-jahat yang memang spesialis dalam menyamarkan kebenaran.
Untuk mengikis keraguan terhadap apa yang dikatakannya, Ruh ini menurunkan pula ayat-ayat yang menslogankan kemutlakan Quran, khususnya satu ayat yang di-elu-elukan secara heroik: “kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan didalamnya.” Tetapi dengan hati yang sedikit jernih saja, kita sudah akan menemukan banyak kekeliruan dan inkonsistensi quraniah secara kasat mata. Dalam pewahyuan yang paling awal saja, Jibril telah mewahyukan penciptaan manusia dalam pelbagai versi yang saling kontradiktif, namun Muslim menelan begitu saja tanpa merasa ada yang tidak beres didalamnya.
Dimulai dengan wahyu pertama kepada Muhammad dalam surat Al-Alaq 1-5, bahwa manusia diciptakan dari “segumpal darah”. Bukankah pernyataan ini sudah tidak didukung secara sains?
Maka kelak wahyu ini diperbaiki dengan versi lain, yaitu
penciptaan-manusia dari “setetes mani (Qs.80:19 dll).
Kemudian diperbaiki lagi: “Dia (manusia) diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara sulbi (tulang punggung) dan taraib (tulang dada)” (Qs.86: 5-7). Adakah air mani terpancar dari sumber-sumber yang absurd demikian.
Tetapi bagian dari sulbi ini masih juga tetap dikonfirmasikan pada Qs.7:172.
Baru kemudian (mungkin setelah dengar-dengaran dari kalangan Yahudi/ Nasrani tentang penciptaan Adam/manusia) barulah Muhammad mengadopsi versi kreasi manusia yang dimulai dari “tanah” (Qs.37:11).
Dan untuk menutup kesimpang siuran pelbagai versi yang tidak akurat (ngawur) yang terlanjur diwahyukan, maka datanglah wahyu susulan yang mencoba mengharmonisasikan semua versi penciptaan, yaitu dari “tanah, kemudian dari mani, kemudian dari segumpal darah” (Qs.40:67). Inipun masih dicampur-adukkan dengan macam-macam proses lain, yaitu dari sari tanah, kemudian air mani, lalu segumpal darah, yang jadi segumpal daging, yang disusul dengan proses menjadi tulang-tulang, dan selanjutnya pembalutan tulang oleh daging dst. (Qs.23: 12 dst...).
Tahapan-tahapan lepas demikian tentulah hanya ada dikhayalan dan pembelajaran Muhammad yang ummi. Dan Anda akan menyaksikan banyak contoh tahapan-tahapan sejenis untuk isu-isu lainnya, sejalan dengan makin banyaknya -- tidak mesti makin benarnya -- Muhammad dengar-dengaran informasi luar untuk diadopsikannya ke dalam Al-Quran. Sementara Dr. Bucaille, seorang pembela Islam yang gigih, bahkan merasa perlu meralat tafsiran penciptaan tersebut dengan berkata: “Ini adalah suatu kekeliruan yang perlu kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap “gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236, tr.Dr. HM. Rasjidi)
Jadi, siapa Jibril dan siapa pula Rohulqudus yang di Jibril-kan? Siapakah Jibril? Apakah ia benar Gabriel utusan Allah? Apakah ada klaimnya dan disusul dengan buktinya? Adakah ia memperkenalkan namanya kepada Muhammad secara formal, atau sedikitnya dalam kepatutan perkenalan? Tahukah Muslim kapan Jibril memperkenalkan nama dirinya menurut Quran?
Benarkah Jibril itu juga Rohulqudus, padahal Gabriel itu bukan RohKudus? Dan kenapa wahyu Quran kepada Muhammad harus memakai agen-antara Jibril, jikalau dulu Tuhan selalu bersabda langsung dengan nabi-nabiNya?
What if Jibril berwajah ganda yang mengklaim dirinya sebagai Allah -- yang memang tidak pernah dibuktikannya? (Miryam Ash).
Orang umumnya berpendapat bahwa kesulitan untuk memahami sebuah Kitab Suci dimulai dari apa yang tercantum dalam teks Kitab Suci itu sendiri. Tentu saja itu benar secara umum. Tetapi untuk Al-Quran, ada yang lebih sulit dari pada apa-apa yang sekedar tampak tertulis, yaitu siapa-siapa yang terlibat dalam menulisnya! Apakah itu Allah, Tuhan semesta alam, ataukah itu Malaikat (Jibril?), atau Muhammad, dan para sahabatnya? Muslim percaya bahwa itu adalah Kata-kata Allah yang ditransmit-kan murni secara berantai lewat Jibril, dan dimasukkan murni ke dalam hati dan pikiran Muhammad, yang nanti menjadi juru suara murni tersebut, untuk dicatat murni oleh sahabat-sahabatnya. Empat “murni” yang tidak dibuktikan sama sekali! Dengan perkataan lain, Muslim cenderung mengasumsikan kebenaran mutlak dari ke-4 oknum berbeda tadi dan ke-4 sistim transmisinya yang juga berbeda, yang kesemuanya disandarkan pada mulut Muhammad seorang!
Dalam sebuah terbitan Islami di USA dari Memphis Dawah, ada diterbitkan sebuah buku berjudul “Who Wrote The Quran?” Di situ dikatakan bahwa Quran adalah mutlak berasal dari God dan Muhammad adalah utusan God. God dan Muhammad harus diterima dan dipercayai serentak atau tidak samasekali. Sebab orang tidak bisa sepihak memilih menerima pesan-pesan God tetapi menolak utusanNya, atau sebaliknya. Dikatakan lebih lanjut bahwa hanya ada 3 kelompok pendapat terhadap penulis Quran, yaitu:
Mereka yang berkata bahwa Muhammad-lah yang menulis Quran, tetapi pendapat ini harus dicoret dengan alasan utama bahwa Muhammad itu buta huruf.
Seorang lain dari Muhammad yang menulis Quran. Tetapi inipun harus disingkirkan dengan alasan, tidak terdapat pengaruh Kristen dan Yahudi terhadap orang di sekitar Muhammad.
Quran adalah murni firman Allah tanpa campur tangan manusia.
Karena tak mungkin lagi ada kelompok lain, maka inilah satu-satunya yang harus diadopsi, apalagi Allah menyodorkan tantangan menulis “Surat Semisal Quran” yang dipercaya tidak bisa dipenuhi oleh manusia manapun (manusia ditantang Allah untuk membuat satu surat saja sebagus/seistimewa salah satu surat Quran! Bila ada yang sanggup, maka itulah bukti bahwa Quran bukan ditulis oleh Allah, melainkan manusia saja). Ini semua berasal dari satu asumsi naif, bahwa Kalimat dari manusia tidak bisa ditiru sebaik seperti Kalimat Allah! Padahal tak ada pembuktian bahwa itu adalah Kalimat Allah, kecuali dikalim oleh Muhammad...
Dengan demikian Memphis Dawah mengklaim berhasil membuktikan bahwa pendapat (1) dan (2) adalah mustahil, sehingga pendapat ke- (3) lah yang harus benar, sambil menantang orang lain membuktikan sebaliknya.
Ini adalah “apologetika” dangkal yang memilih metode induksi untuk membuktikan Al-Quran sebagai Kalam Allah. Tentu saja kerangka pembuktian semacam ini adalah salah kaprah dan menggelikan. Ibarat Polisi (manusia yang terbatas) membikin list yang terbatas tentang siapa-siapa yang mungkin bisa dianggap sebagai maling, lalu mencoret siapa-siapa yang dirasakan tidak mungkin jadi maling, dan yang tertinggal dari coretan itu pastilah MALING!
Para ilmuan, khususnya para pendidik dan psikolog akan mematahkan kerangka pembuktian semacam ini dengan sekali pukul, tanpa usah diperdebatkan lagi. Mereka akan mempertanyakan kepada Memphis Dawah apakah tulisan ajaib dari seorang kanak-kanak penyandang otis misalnya, juga akan otomatis dianggap sebagai murni firman Allah tanpa campur tangan manusia? Sebab mereka terlalu sering menjumpai anak-anak autis yang “buta-huruf” ternyata malah bisa menulis sebuah surat atau sanjak dalam bahasa asing yang orang tuanya sendiri tidak kuasai dan tidak ajarkan kepada sang anak! Jelas bahwa suara (atau kelak jadi tulisan) yang dianggap tidak mungkin berasal-mula dari manusia itu tidaklah otomatis suaranya Tuhan! Suara Tuhan harus dibuktikan oleh suaraNya sendiri, yang ditampilkan dengan otoritas adikodrati yang menyertaiNya – dan bukan oleh anggapan anggapan tentang suaraNya, atau klaim yang mengatas-namakan “suara transmisi” dari agen-antara tanpa tanda adikuasa.
Menguji Ruh yang Mengatas-namakan Allah
Ayat per ayat, kata per kata telah diturunkan oleh Jibril atau yang disebut Ruhulqudus (Roh Kudus) selama 23 tahun kepada Muhammad. Terhimpunlah selama itu sekitar 6240 ayat Quran. Tetapi seperti dikatakan diatas, semuanya taken for granted tanpa diuji, seolah-olah Jibril yang ruh ini memang mutlak harus datangnya dari Tuhan Semesta Alam! Tetapi Imam al-Syafi’i cukup bijak memperingati umat Islam hal yang mungkin sebaliknya, “Pendapat kita benar tetapi masih ada kemungkinan salah; pendapat mereka salah tetapi masih ada kemungkinan benar”. Menggunakan metode terbalik untuk pengujian ruh adalah satu-satunya pendekatan, mengingat lihainya setiap ruh bermanifestasi dalam “rupa dan suara Allah”.
Irshad Manji tidak merasa bersalah menguji seseorang atau sesuatu yang dianggap sakral dengan What if? Makin dia sakral dan benar, makin dia ingin memperlihatkan dirinya sebagai sang benar, dan tidakmenghancurkan orang yang mencari kebenaran!
Ya, What if Jibril itu bukan utusan Tuhan, mengingat Jibril memang tidak membuktikan, kecuali hanya mengaku-ngaku dirinya lewat Muhammad. Dan tentu saja Muhammad tidak tahu apa-apa tentang dia, karena tidak mempunyai sumber lainnya yang bisa memberi penerangan balik (baca: check and balance) atas mahkluk ini! Jibril telah memblokir penyidikan atas dirinya dengan menyodorkan Qs.17:85. Namun, fakta dilapangan memunculkan banyak misteri yang mustahil yang harus dipertanggungjawabkan oleh Jibril.
*Misteri mustahil pertama, ajaib tetapi benar bahwa Muhammad tidak mengenal siapa dan apa nama malaikat pewahyunya selama ia berada di Mekah. Itu baru diketahui Muhammad setelah ia hijrah ke Medina! Banyak Muslim tidak tahu bahwa seluruh 85 surat yang teridentifikasi diturunkan di Mekah (surat-surat Makkiyah) tidak satupun ayatnya menyebut roh pewahyu dengan nama “Jibril”! Jadi selama belasan tahun, sosok yang diklaim begitu intim dengan Nabi justru namanya tersembunyi dari pengetahuan Muhammad.
Dalam kegamangan akan namanya, Muhammad selalu menyebut roh tersebut berganti-ganti dengan belasan istilah yang berbeda-beda diantara 29 kali penyebutannya diseluruh Quran. Semua sebutan yang berubah-ubah ini amat jelas menunjukkan ketidak-pastian Muhammad akan oknum agen-pewahyunya! Misalnya ada sebutan terjemahan dengan
ruh / ruh-Ku / ruh-Nya / ruh Kami
ruh dari Kami
Ruhul-qudus
Ruhul Amin
Malaikat dengan wahyu atas perintahNya / (Ruh PerintahNya)
‘ruh dengan perintah Kami’, atau
rasul karim,
syadid al-quwa,
dzu mirrah,
“para malaikat” (dalam bentuk jamak) sebagai agen pewahyu.
Baru belakangan hari di Medina, 17 tahun (!) setelah Muhammad pertama kali mengenalnya di Gua Hira, barulah Jibril “berkesempatan” memasukkan sebutan ruh-ruh itu dengan nama “Jibril” sebanyak 3 kali, yaitu pada ayat Qs.2: 97, 98 dan 66:4 (awas, di luar ini nama Jibril hanyalah tambahan penterjemah yang tidak terdapat di bahasa aslinya).
Tentu hal ini sekaligus membelalakkan mata dan membuntukan akal yang paling sehat! Tetapi Muhammad sendiri jelas-jelas tidak mengenal dan tidak pernah menguji siapakah ruh yang mencekiknya di gua Hira. Dia bingung sendiri apakah ruh itu berasal dari Tuhan atau setan. Ruh tidak memperkenalkan namanya sendiri, juga tidak menyapa Muhammad dengan nama. Ini sangat berlainan dengan apa yang selalu dilakukan Tuhan Yahweh ketika menyapa pertama kali kepada Musa, Zakharia dan Maria, semua disapa namanya masing-masing bukti bahwa Tuhan Mahatahu.
Bahkan dalam kasus Zakharia, 4 bahkan 5 nama disebut sekaligus (termasuk nama Elia): "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. ...Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk...” (ayat 19).
Sebaliknya ruh di gua Hira ini hanya mencekik dan memaksa Muhammad dengan seruan “Iqra” (bacalah!), lalu “Iqra” lagi, dan kemudian, “Iqra dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Iqra! Wa rabbukal akram”. Tak ada nama siapapun yang disebut, Muhammad atau Jibril bahkan Allah! Apakah dengan perkataan ini ruh tersebut telah memastikan dirinya Jibril utusan Allah? Bukankah ruh jahat juga bisa berbuat hal yang persis sama –-mencekik dan menteror targetnya,bahkan lebih?
Teolog Islam saling bersilang pendapat, tidak tahu persis kapan Muhammad pribadi mulai memastikan bahwa Ruh tersebut adalah utusan Allah, dan terlebih-lebih kapan ia mulai disebut sebagai “Jibril”. Memang ada hadis (muncul hampir 200 tahun setelah Al-Quran) yang menyebutkan nama Jibril di awal kenabian Muhammad, tetapi jelas itu hanyalah rekayasa, ditulis belakangan setelah ada fakta, karena Jibril sendiri baru memperkenalkan nama dirinya setelah di Medina. Dan kembali hal itu hanya memberi kemungkinan tunggal bahwa Ruh tersebut memang tidak ingin memperkenalkan nama dan identitas dan sumber-sumbernya, kecuali membiarkan dirinya diasumsikan orang saja sebagai utusan Allah, entah dinamai Rohulqudus atau Jibril, atau Ruhul Amin, apa saja.
Hanya lewat pandangan pribadi dari sepupu Khadijah, yaitu Waraqah bin Naufal yang Nasrani, maka ruh tersebut ditafsirkan sebagai “Namus”, yang berarti “rahasia atau “hukum” (HSB no.3). Tetapi, seandainya Waraqah bin Naufal cukup paham akan Injil, seharusnya ia akan menguji ruh tersebut sebelum menjawabnya secara spontan, karena itulah yang dipesankan Alkitab dalam 1Yoh.4:1, “Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan”. Dan jikalau Waraqah memang paham Injil maka seharusnya ia sudah tahu bahwa sosok malaikat Tuhan yang datang kepada nabi Zakharia dan Maryam adalah bernama Gabriel, dan bukan “Namus” yang tidak diketahui sosok atau identitasnya! Ketika ia berspekulasi bahwa itu adalah Namus dan bukan Gabriel (sosok historis yang definitif dalam Injil), maka kita mempunyai alasan kuat untuk berkata bahwa roh tersebut memang bukan Gabriel, melainkan “Namus” versi Waraqah sendiri! Sebaliknya Muhammad tetap gamang dan tidak punya konklusi, karena ruh yang misterius tersebut tetap membungkamkan namanya, sampai akhirnya Muhammad mendapatinya juga kelak dari sumber lain (bukan dari yang empunya nama), yaitu tatkala beliau berada di Medinah dan berhubungan dengan banyak orang-orang Yahudi !
*Misteri mustahil kedua, Muhammad mengakui dirinya sebagai Rasul Allah, namun dibalik itu ternyata beliau sering gamang tentang ruh. Itu diketahui dari seringnya beliau di olok-olok dan di-test oleh orang-orang Yahudi tentang hal tersebut. Untuk menutup-nutupi ketidak pastian, maka atas nama wahyu Allah, Muhammad menjawab mereka: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, ‘Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.” (Qs. 17:85).
Tetapi ayat defensif ini jelas tidak membela Nabi, karena mengimpresikan pengakuan akan kekerdilan diri beliau yang disamakan dengan orang-orang awam yang memang tidak diberi ilmu tentang ruh kecuali sedikit. Padahal justru seorang Nabi mendapat hak istimewa untuk menyedot rahasia-rahasia tentang ruh. Konten ayat ini “menentang” Muhammad yang mengklaim dirinya sangat dekat dan sering bercakap-cakap dan mereview ayat-ayat bersama dengan ruh pewahyu setiap Ramadhan, sehingga Muhammad tidak punya alasan untuk sama awam tentang ruh!
Para kritisi menyimpulkan bahwa pengetahuan Muhammad yang mendadak akan nama Jibril (setelah gamang belasan tahun) berasal dari hasil interaksi Muhammad dengan orang-orang Yahudi di Medinah.
Sejarah kenabian Yahudi sudah mengenal nama malaikat Gabriel seribuan tahun sebelum Muhammad, di- zamannya Daniel, dan digaungkan lebih jauh di era Zakharia dan Maria. Disitu Gabriel memperkenal-kan nama dan jati dirinya sebagaimana yang layak, tanpa bermisteri: “Akulah Gabriel yang melayani Tuhan dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau...” (Lukas 1:19). Gabriel yang sejati bukan hanya mengklaim, tetapi sekaligus juga menunjukkan otoritas dan berita kebenaran yang dibawanya dari Tuhannya, sehingga tak ada kerancuan apakah ini ruh jahat atau utusan Tuhan.
Pertama, seperti yang telah disebut dimuka, Gabriel datang dan tahu dan memanggil nama Zakharis. Ia menyampaikan nubuat ilahi tentang kehamilan isteri Zakharia yang mandul. Dan ketika Zakharia tidak percaya, maka Gabriel-pun meneguhkan nubuat-nya itu dengan kuasa mujizat langsung yang membisukan Zakharia hingga kegenapan nubuat tersebut terjadi, yaitu pada hari kelahiran anaknya!
Beberapa ilmuwan sependapat bahwa Muhammad yang tadinya dibingungkan oleh ruh tersebut mungkin saja memberikan nama tersendiri kepada Ruh, seperti halnya yang ia lakukan pada nama “Yesus” yang diganti jadi “Isa” yang tanpa makna dan otorisasi. Namun akal sehatnya berasumsi bahwa kedatangan seorang nabi besar berikutnya - yaitu Muhammad sendiri – hanyalah pantas bila datang dengan melalui jalur panggilan yang sama dengan Yahya dan Isa, yaitu Jibril. Alhasil nama “Jibril” inilah yang kelak diklaim dan disandarkan Muhammad kepada Gabriel sebagai agen pewahyu yang sama untuk abad ke-1 dan ke-7, tanpa bukti apapun. Jenis sandaran aspal (asli tapi palsu) yang tanpa modal seperti itu -- baik kuasa mujizat maupun nubuat -- banyak bertebaran di Quran, dan mudah sekali diperlihatkan sepanjang kita tidak mati-rasa terhadap kemutlakan.
Beberapa periwayatan dalam Hadis telah mendongengkan seolah Jibril sudah mengintroduksi jati-dirinya kepada Muhammad, yaitu di saat Muhammad mau membunuh diri ketika beliau sedang kebingungan mencernakan wahyu paling awal yang diterimanya. Diriwayatkan, Jibril berkata: “Wahai Muhammad, akulah Jibril, dan engkaulah utusan Allah”(Ibn.Hisham, The Life of Muhammad, vol.I/ 69). Periwayatan yang datang ratusan tahun setelah Quran selesai dikanonisasi ini tentu bisa menyisipkan nama “Jibril” dalam narasinya sebagai bagian dari pencocokan kemudian. Seruan Jibril demikian (untuk memperkenalkan diri) seharusnya datang pada saat pertama kali mereka bertemu, dan pasti bukan belakangan setelah Muhammad terteror dahsyat dan terus kebingungan hingga mau bunuh diri berkali-kali! (Sirât Rasûl Allâh, p.106/153, tr. A. Guillaume). Selain itu, jikalau hadis tersebut benar, tentulah nama Jibril sudah harus banyak bermunculan dalam surat-surat Makkiyah (wahyu yang diturunkan di Mekah) dan bukan memakai sebutan “ruh” ini dan itu sepanjang belasan tahun.
*Misteri mustahil ketiga, apakah benar Jibril itu adalah identik dengan Roh Kudus? Bila Muhammad tidak dikaruniai ilmu tentang ruh, tentu para pengikutnya akan sama halnya. Maka dalam kegamangan akan ruh, para ahli Islam nekad melakukan penafsiran “potong kompas” yang over- simplistis dengan menyamakan kedua oknum ini. Tetapi apakah Quran memang pernah menyamakan keduanya ? Tidak ada! Kita bisa ditipu oleh retorika. Sedikitnya ada 3 bukti keras bahwa Jibril itu bukan sosoknya Roh Kudus.
(I).Tak ada konfirmasi dari Allah, sementara pakar Islam yang menafsirkannya sama semata-mata mendalilkan salah satu fungsi yang dikerjakan oleh kedua ruh itu terkesan sama! Tetapi dimanapun, Jibril tidak pernah mengatakan dirinya adalah Roh Kudus, dan Roh Kudus tidak pernah mengklaim dirinya Jibril! Seluruh Quran hanya memuat 3 ayat tentang “Jibril”, dan 4 ayat tentang “Rulhul-qudus”. Maka kita mudah menghadapkan kedua kelompok ayat itu sesamanya untuk men-check kebenarannya, yaitu Qs.2: 97, 98, 66:4 versus 2:87, 253; 5:110; 16:102. Dan ternyata dalam 7 ayat ini Allah samasekali tidak mengidentikkan sosok Jibril dengan Rohulqudus. Muslim menyamakan Rohulqudus dengan Jibril semata-mata karena keduanya dapat “menurunkan wahyu” Allah (sebagai agen pewahyu). Tetapi mereka lupa, bahwa aktivitas tersebut hanyalah salah satu fungsi ad-hoc saja dari pelbagai peran ruh. Bila tidak demikian pastilah Jibril tidak punya kerja apa-apa lagi alias menganggur, ketika dunia kosong dari pewahyuan. Bahkan aktifitas itupun termasuk peran Tuhan dan setan, dimana Tuhan bisa langsung berwahyu, sementara setan bisa menyelinapkan ayat-ayat setannya! (Qs22:52-53). Toh keduanya tidak disebut “Jibril”.
(II). Roh Kudus tidak pernah membahasakan dirinya Jibril, dan Jibril tidak pernah membahasakan dirinya Rohulqudus Dalam Quran, sosok Ruhulqudus hanya disangkutkan kepada Isa Al-Masih untuk memperkuat dirinya melakukan kuasa mujizat, dan ini tidak pernah disangkutkan kepada sosok lainnya manapun termasuk Muhammad. Isa juga tidak pernah dikaitkan dengan “Jibril” yang satu ini baik dalam pewahyuan maupun dalam pemujizatan. Padahal dalam tradisi Islami, Jibril senantiasa disangkutkan kepada Muhammad untuk setiap urusan pewahyuan, namun tak pernah ada transmisi kuasa mujizat! Jadi, dapatkah akal sehat kita memaksakan kedua sosok itu adalah identik?
Sebenarnya, untuk mencari tahu kaitan urusan dengan Ruh, Muhammad telah diberi 2 rumusan yang sudah diayatkan dalam Quran, yaitu bahwa Ruh itu urusan Tuhan, dan jikalau ada keraguan akan wahyu agar perlu dirujukkan kepada Alkitab (QS. 17:85, dan 10:94). Jadi andaikata pakar-pakar ini mau sedikit rendah hati untuk menerima rumusan/ peringatan demikian, mereka tidak akan simpang-siur menafsirkan ruh yang bukan dirinya.
Melainkan akan mendapati dalam Alkitab bahwa Gabriel sudah menyatakan dirinya secara implikatif bahwa is bukan sosoknya Roh Kudus. Lihat bagaimana Gabriel menyampaikan maklumat kehamilan kepada perawan Maria muka per muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau ...”.
Ia samasekali tidak berkata dalam tata kata benda pertama:
“Aku, (Roh Kudus) akan turun atasmu...”
Alkitab memberitakan secara lurus bahwa Roh Kudus bukan mahluk ciptaan. Ia adalah oknum integral keilahian Tuhan yang ada sejak semula bersatu dan bersama Tuhan (lihat Kej. 1:1-2). Ia tri-senyawa yang keluar dari Bapa, sama seperti Firman yang berasal dari atas, juga keluar dari Bapa, nuzul ke dunia menjadi “Kalimatullah” dalam sosok Yesus (Yoh.15:26, 8:42, 1:1,14). Roh Kudus itulah Penolong yang menyertai umatNya sampai kekal dengan sifat kemaha-hadiran yang tidak dipunyai oleh Gabriel sebagai mahluk. Daud berkata dalam kitab Zabur/ Mazmur:
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” (Mzm.139:7-8).
Dan awas, Roh Kudus ini memiliki satu hak yang paling eksklusif melekat kepada diriNya, yaitu “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (Yesus), ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Yoh.12:31-32). Jelas dan pasti bahwa hak dahsyat atas penghujatan ini tidak mungkin diberikan kepada seorang mahluk, sekalipun Gabriel, apalagi Jibril yang belum pernah diberi kuasa adikodrati apapun oleh Allah!
(III). Yang satu Maha-Ada, yang lain hanya ada disatu tempat pada satu waktu
Secara sederhana saja tanpa usah berdebat -- artinya menuruti saja versi Islam-- kita tahu bahwa dizaman Isa Al-Masih terdapat banyak nabi/ nabiah yang masing-masing juga dikunjungi atau diberi wahyu oleh “Jibril”, termasuk Zakharia, Yahya, Maryam dan Isa. Jikalau Rohulqudus itu benar seorang Jibril ciptaan Allah, maka pastilah ia tidak bisa berada sekaligus mendampingi ketiga atau empat nabi/ nabiah itu karena ia tidak bersifat Maha-Ada yang hanya dipunyai oleh Allah. Namun “Jibril” Islam yang satu ini, yang mengambil jati-diri Rohulqudus bagi dirinya, ternyata berdiri diatas ruang dan waktu.
Isa yang dikandung dari Kalimat dan Roh Allah dan senantiasa diperkuat oleh Rohulqudus/ Jibril (Qs 4:171; 5:110).
Yahya yang sedang menyampaikan wahyu dakwah bersamaan dengan Isa, tentu diwahyui serentak oleh Roh Jibril.
Maryam ketika sedang mengandung Isa dalam rahimnya (keduanya disertai Roh Allah/ Rohulqudus/ Jibril), ia masih dikunjungi oleh seorang “Jibril lain” yang berseru kepadanya dari luar rahimnya, yaitu “dari tempat yang rendah” (QS.19:24).
Jadi Jibril mana lagikah yang ada didalam dan diluar rahim Maryam, dan sekaligus ada dalam Isa dan juga Yahya? Dapatkah mahluk roh yang satu ini maha-ada diberbagai tempat pada waktu yang sama? Itu bisa-bisa menghujat Allah dengan mempertukarkan RohNya Allah yang ilahiah menjadi mahluk Jibril!.
*Misteri mustahil keempat, apakah Jibril Quranic itu sama dengan Gabriel Alkitab?
Samasekali tidak! Kalau Gabriel diabad kuno bisa berkata jelas-jelas kepada Zakharia, "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu”, kenapa Jibril (yang dianggap Gabriel yang lebih modern diabad ke-7) tidak melakukan hal yang lebih jelas/ baik kepada “Nabi Agung Terakhir” yang dikunjunginya di gua Hira?
Sudah diperlihatkan bahwa ruh yang mengunjungi Zakharia dan Maryam itu tidak pernah disebut “Jibril” dalam Quran. Sama halnya bahwa nama tersebut juga tidak dimunculkan kepada Muhammad ketika diturunkan wahyu-wahyu awal 6 abad kemudian. Ini keanehan besar, bahwa sebuah sosok ternama tidak memperkenalkan dan diperkenalkan. Tetapi tatkala nama tersebut dimunculkan setelah melewati belasan tahun kemudian.Allah bukannya menampilkan “Jibril” itu dalam tatacara perkenalan atau penyapaan, melainkan justru dalam suasana memberi peringatan keras kepada kedua isteri Muhammad (Aisyah dan Hafsah) yang “berkomplot” melawan suaminya:
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula” (Qs.66:4).
Yang paling kacau dan fatal dari kisah Jibril ini adalah bahwa ruh ini (Jibril) kepergok merubah “wahyunya” tentang sosok dirinya! Tadinya dia mengatakan dirinya sebagai ruh tunggal yang menampakkan diri sebagai seorang laki-laki sempurna dihadapan Maryam (Qs.19:17). Tetapi di Medinah, dia mengubahkannya menjadi para malaikat jamak! (angels, lihat Qs.3:45). Gabriel Alkitab tidak kekacauan menyatakan siapa dirinya. Tak akan merubah-rubah dirinya kepada Maria. Jelas Jibril hanyalah asumsi yang sangat tak bertanggung jawab (yang dimutlakkan oleh para- pakar Islam) yang harus disamakan dengan Gabriel Alkitab. Dimanapun, Anda tidak akan menjumpai kesamaan keduanya dalam sifat-sifat dasar, gaya, dan karakter hakikinya, dan isi “wahyunya”!
*Misteri mustahil kelima, Perhatikan bagaimana Allah telah membatasi Muhammad untuk mengenal affair dari ruh – “Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. Ini dinyatakan Allah dalam Al-Quran via Jibril, sehingga pembatasan demikian mustahil dimentahkan oleh kisah-kisah didalam Hadis yang ternyata begitu banyak mendongengkan pengetahuan Muhammad tentang ruh Jibril. Jikalau ada pembatasan demikian, seharusnya Muslim sadar bahwa hanya Al-Quran yang berotoritas untuk berbicara mengenai alam ruh, dan bukan Hadis.
Sebenarnya Muhammad telah mendapat firasat bahwa kelak Hadis akan tercampur baur dengan Al-Quran dalam “persaingan” sesamanya melontarkan pesan pesan atas nama Allah. Itu sebabnya ia memerintahkan para sahabatnya untuk tidak menuliskan apapun darinya kecuali Al-Quran (yaitu pewahyuan via Jibril), dan apabila ada sejumlah hal yang sudah terlanjur ditulis, maka catatan itu harus dihapuskan! (Hadis Sa’id al-Khudri).
Namun dalam kenyataannya justru Hadis yang bukan pewahyuan itulah yang mendominasi pesan-pesan tambahan atas nama Allah, sampai-sampai kepada hal yang telah jelas-jelas dibatasi oleh Allah, seperti halnya kisah tentang ruh ini. Maka tersebarlah di Hadis (dan bukan di Al-Quran) berita tentang Jibril yang mempunyai 600 sayap (HSBukhari VI/ 380), atau bahwa Aisyah sempat diistimewakan oleh Jibril dengan mendapat salam super aneh dari padanya, “Hai Aisyah! Inilah malaikat Jibril mengucapkan salam kepadamu” (HSBukhari.1431). Untuk mana Asyiah membalas salamnya, lagi lagi via Muhammad. Aneh, karena salam demikian sungguh terkesan main-main dengan otoritas Allah yang Mahatinggi, karena Dia dimanapun tidak mengutus malaikatNya untuk sekedar salam-salaman – apalagi via pihak ketiga -- melainkan hanya menyampaikan berita penting atau solusi khusus secara langsung yang berdampak bagi insiden yang sedang berlangsung! Perlukah salam pribadi yang tak berbukti itu dilakukan Jibril lewat Muhammad, padahal dalam kisahnya, Jibril tinggal selangkah lagi sudah bisa bertemu dengan Aisyah sendiri! Suatu salam pribadi picisan yang lebih banyak fiktifnya ketimbang memperlihatkan kepentingan dan keagungan Tuhan tatkala seorang malaikat sampai diutusNya untuk pertalian pribadi dengan Aisyah!
JIBRIL VS. GABRIEL
Bila Quran berasal dari wahyu, dan Injil adalah buatan manusia yang ingin dikoreksinya, maka seyogyanya perbandingan kedua maklumat diatas (Jibril vs. Gabriel) akan memperlihatkan secara gamblang superioritas dan kesempurnaan Quran diatas Injil. Tantangan Muhammad berlaku, bahwa tak ada suratan manusia yang mengungguli suratan Allah SWT (disebut Surat Semisal Quran, 17:88, 2:23). Itu mungkin benar, sekalipun Tuhan yang benar akan sangat dikerdilkan bila menantang manusia hanya sebatas cara adu-puisi, padahal Tuhan mempunyai segudang cara adikodrati untuk menantang siapa saja, yang langsung akan membungkam mulut musuh-musuhNya! Dengan adu pena, para pembaca Muslim atau non- Muslim justru tidak mendapatkan kesan kemenangan Jibril Quran diatas Gabriel Alkitab, kecuali malah sebaliknya! Mari saksikan sendiri.
Surat Maryam 19:16-22 (diturunkan sekaligus, Surat Makkiyah awal abad ke-7, underlined dari penulis)
16. Dan ingatlah berita Maryam dalam Kitab (Al Quran). Ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya pada suatu tempat di sebelah timur,
17. maka dia mengadakan pembatas (tabir) dari keluarganya, lalu Kami mengutus Ruh Kami kepadanya, lalu dia menyerupakan dirinya di hadapannya sebagai manusia sempurna.
18. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha Pemurah dari engkau jika betul engkau orang yang taqwa”.
19. (Ruh) berkata, “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki- laki yang suci”.
20. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak, sedang aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun (suami) dan tiadalah aku perempuan jahat”.
21. (Ruh) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku”. Kami hendak menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan adalah urusan itu telah ditetapkan.
22. Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri dengan kandungannya ke suatu tempat yang jauh.
Injil Kesaksian Lukas 1: 26- 40 (ditulis pada pertengahan abad kesatu)
26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
27. kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
28. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
29. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
30. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan.
31. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Elohim akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
APAKAH JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ATAUKAH MERUPAKAN ROH KHAYALAN MUHAMMAD PERLULAH KITA MENYIMAK DAHULU APA TUGAS GABRIEL SEBAGAI SALAT SATU MALAIKAT TERKEMUKA ALLAH ALKITAB ATAU APAKAH JIBRIL ITU ADALAH JELMAAN DARI IBLIS YANG DATANG KE GUA HIRA PADA SAAT MUHAMMAD BERMEDITASI DENGAN CARA PAGAN:
MALAIKAT GABRIEL
Gabriel, yang lazim disebut juga ‘Jibrail’ berarti ‘Kekuatan Allah.’ Dalam tradisi Kristen malaikat agung ini dikenal sebagai ‘pembawa kabar gembira’ dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama.
Dalam Perjanjian Lama, peranan Malaikat Gabriel diperlihatkan oleh Nabi Daniel (Dan 8: 16-18; 9: 21-23). Sedangkan Perjanjian Baru menampilkan Gabriel sebagai “pembawa kabar gembira” dari Allah kepada Zakaria (Luk 1: 11-20) dan memuncak dalam kisah kunjungannya kepada Bunda Maria (Luk 1: 26-38).
Melalui penggambaran dalam Alkitab, kita diingatkan tentang peran penting Malaikat Agung Santo Gabriel ini sebagai utusan Allah yang menyampaikan warta keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memberi penerangan Ilahi kepada manusia, sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.DARI KETERANGAN INI JELAS DISEBUTKAN BAHWA TUGAS GABRIEL SEBAGAI malaikat Tuhan/MALAIKAT TERANG ADALAH SEBAGAI PEMBAWA KABAR GEMBIRA DAN BUKAN SEBAGAI PENYAMPAI FIRMAN ALLAH KARENA DALAM ALKITAB PENYAMPAIAN FIRMAN ALLAH DILAKUKAN SECARA LANGSUNG OLEH ALLAH SENDIRI DI DALAM THEOFANINYA SEBAGAI malaikat TUHAN/ALLAH
barabasmurtad77- SERSAN SATU
- Posts : 197
Join date : 24.11.11
Reputation : 2
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
DILARANG MENYEMBAH MALAIKAT
Firman Allah Ta'ala (artinya):
"... Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati para malaikat itu, mereka bertanya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar." Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Saba': 23)
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah, (syaitan-syaitan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan (Sufyan bin 'Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang periwayat hadits ini) dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang dibawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadang kala syaitan penyadap berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: "Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)", sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit."
An-Nawwas bin Sim'an Radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila Allah Ta'ala hendak mewahyukan perintah-Nya, maka Dia firmankan wahyu itu, dan langit-langit bergetar dengan keras karena rasa takut kepada Allah 'Azza wa Jalla. Lalu, apabila para malaikat penghuni langit mendengar firman tersebut, pingsanlah mereka dan bersimpuh sujud kepada Allah. Maka malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, dan ketika itu Allah firmankan kepadanya apa yang Dia kehendaki dari wahyu-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap dia melalui satu langit ditanyai oleh malaikat penghuninya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia firmankan yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Dan seluruh malaikat pun mengucapkan seperti yang diucapkan Jibril itu. Demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai yang telah diperintahkan Allah 'Azza wa Jalla kepadanya. (HR Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah; dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma' wa As-Shifat)
Kandungan tulisan ini:
1. Tafsiran ayat tersebut di atas. Ayat ini menerangkan keadaan para malaikat, yang mereka itu adalah makhluk Allah yang paling kuat dan amat perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila demikian keadaan mereka dan rasa takut mereka kepada Allah tatkala Allah berfirman, lalu bagaimana patut mereka itu dijadikan sesembahan selain Allah; apabila makhluk selain mereka, tentu lebih tidak patut lagi.
2. Ayat ini mengandung suatu argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shaleh. Dan ayat inilah yang dikatakan memutuskan akar-akar pohon syirik dari jantungnya.
3. Tafsiran firman Allah: "Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Firman Allah ini menunjukkan bahwa Kalamullah bukanlah makhluk (ciptaan) karena mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?"; menunjukkan pula bahwa Allah Maha Tinggi diatas seluruh makhlukNya dan Maha Besar yang kebesaranNya tidak dapat dijangkau oleh pikiran mereka.
4. Sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.
5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan: "Dia firmankan yang benar."
6. Disebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril.
7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya.
8. Seluruh malaikat penghuni langit jatuh pingsan tatkala mendengar firman Allah.
9. Langit pun bergetar keras karena firman Allah itu.
10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
11. Disebutkan pula dalam hadits bahwa syaitan-syaitan menyadap berita wahyu tersebut.
12. Cara mereka, sebagian naik di atas sebagian yang lain.
13. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh syaitan-syaitan penyadap berita.
14. Kadangkala syaitan penyadap berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan kalimat yang didengarnya, dan kadangkala sudah sempat menyampaikan ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
15. Ramalan tukang ramal adakalanya benar.
16. Dengan kalimat yang didengarnya tersebut, ia melakukan seratus macam kebohongan.
17. Kebohongan tidaklah dipercayai kecuali karena kalimat yang diterimanya dari langit (melalui syaitan penyadap berita).
18. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil; bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya.
19. Satu kalimat kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan tukang ramal adalah benar.
20. Menetapkan kebenaran sifat-sifat Allah (sebagaimana yang terkandung dalam ayat dan hadits di atas), berbeda dengan paham Asy'ariyah yang mengingkarinya.
21. Bergetarnya langit dan pingsannya para malaikat adalah karena rasa takut mereka kepada Allah 'Azza wa Jalla.
22. Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
Firman Allah Ta'ala (artinya):
"... Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati para malaikat itu, mereka bertanya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar." Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Saba': 23)
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah, (syaitan-syaitan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan (Sufyan bin 'Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang periwayat hadits ini) dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang dibawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadang kala syaitan penyadap berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: "Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)", sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit."
An-Nawwas bin Sim'an Radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila Allah Ta'ala hendak mewahyukan perintah-Nya, maka Dia firmankan wahyu itu, dan langit-langit bergetar dengan keras karena rasa takut kepada Allah 'Azza wa Jalla. Lalu, apabila para malaikat penghuni langit mendengar firman tersebut, pingsanlah mereka dan bersimpuh sujud kepada Allah. Maka malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, dan ketika itu Allah firmankan kepadanya apa yang Dia kehendaki dari wahyu-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap dia melalui satu langit ditanyai oleh malaikat penghuninya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia firmankan yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Dan seluruh malaikat pun mengucapkan seperti yang diucapkan Jibril itu. Demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai yang telah diperintahkan Allah 'Azza wa Jalla kepadanya. (HR Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah; dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma' wa As-Shifat)
Kandungan tulisan ini:
1. Tafsiran ayat tersebut di atas. Ayat ini menerangkan keadaan para malaikat, yang mereka itu adalah makhluk Allah yang paling kuat dan amat perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila demikian keadaan mereka dan rasa takut mereka kepada Allah tatkala Allah berfirman, lalu bagaimana patut mereka itu dijadikan sesembahan selain Allah; apabila makhluk selain mereka, tentu lebih tidak patut lagi.
2. Ayat ini mengandung suatu argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shaleh. Dan ayat inilah yang dikatakan memutuskan akar-akar pohon syirik dari jantungnya.
3. Tafsiran firman Allah: "Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Firman Allah ini menunjukkan bahwa Kalamullah bukanlah makhluk (ciptaan) karena mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?"; menunjukkan pula bahwa Allah Maha Tinggi diatas seluruh makhlukNya dan Maha Besar yang kebesaranNya tidak dapat dijangkau oleh pikiran mereka.
4. Sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.
5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan: "Dia firmankan yang benar."
6. Disebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril.
7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya.
8. Seluruh malaikat penghuni langit jatuh pingsan tatkala mendengar firman Allah.
9. Langit pun bergetar keras karena firman Allah itu.
10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
11. Disebutkan pula dalam hadits bahwa syaitan-syaitan menyadap berita wahyu tersebut.
12. Cara mereka, sebagian naik di atas sebagian yang lain.
13. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh syaitan-syaitan penyadap berita.
14. Kadangkala syaitan penyadap berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan kalimat yang didengarnya, dan kadangkala sudah sempat menyampaikan ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
15. Ramalan tukang ramal adakalanya benar.
16. Dengan kalimat yang didengarnya tersebut, ia melakukan seratus macam kebohongan.
17. Kebohongan tidaklah dipercayai kecuali karena kalimat yang diterimanya dari langit (melalui syaitan penyadap berita).
18. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil; bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya.
19. Satu kalimat kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan tukang ramal adalah benar.
20. Menetapkan kebenaran sifat-sifat Allah (sebagaimana yang terkandung dalam ayat dan hadits di atas), berbeda dengan paham Asy'ariyah yang mengingkarinya.
21. Bergetarnya langit dan pingsannya para malaikat adalah karena rasa takut mereka kepada Allah 'Azza wa Jalla.
22. Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
ichreza wrote:DILARANG MENYEMBAH MALAIKAT
Firman Allah Ta'ala (artinya):
"... Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati para malaikat itu, mereka bertanya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar." Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Saba': 23)
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Ketika itulah, (syaitan-syaitan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan (Sufyan bin 'Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang periwayat hadits ini) dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang dibawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang dibawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadang kala syaitan penyadap berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; lalu dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: "Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)", sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari langit."
An-Nawwas bin Sim'an Radhiyallahu 'anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila Allah Ta'ala hendak mewahyukan perintah-Nya, maka Dia firmankan wahyu itu, dan langit-langit bergetar dengan keras karena rasa takut kepada Allah 'Azza wa Jalla. Lalu, apabila para malaikat penghuni langit mendengar firman tersebut, pingsanlah mereka dan bersimpuh sujud kepada Allah. Maka malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril, dan ketika itu Allah firmankan kepadanya apa yang Dia kehendaki dari wahyu-Nya. Kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap dia melalui satu langit ditanyai oleh malaikat penghuninya: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan kita, wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia firmankan yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Dan seluruh malaikat pun mengucapkan seperti yang diucapkan Jibril itu. Demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai yang telah diperintahkan Allah 'Azza wa Jalla kepadanya. (HR Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah; dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma' wa As-Shifat)
Kandungan tulisan ini:
1. Tafsiran ayat tersebut di atas. Ayat ini menerangkan keadaan para malaikat, yang mereka itu adalah makhluk Allah yang paling kuat dan amat perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila demikian keadaan mereka dan rasa takut mereka kepada Allah tatkala Allah berfirman, lalu bagaimana patut mereka itu dijadikan sesembahan selain Allah; apabila makhluk selain mereka, tentu lebih tidak patut lagi.
2. Ayat ini mengandung suatu argumentasi yang memperkuat kebatilan syirik, khususnya yang berkaitan dengan orang-orang shaleh. Dan ayat inilah yang dikatakan memutuskan akar-akar pohon syirik dari jantungnya.
3. Tafsiran firman Allah: "Mereka menjawab: "(perkataan) yang benar. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." Firman Allah ini menunjukkan bahwa Kalamullah bukanlah makhluk (ciptaan) karena mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?"; menunjukkan pula bahwa Allah Maha Tinggi diatas seluruh makhlukNya dan Maha Besar yang kebesaranNya tidak dapat dijangkau oleh pikiran mereka.
4. Sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah.
5. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan: "Dia firmankan yang benar."
6. Disebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril.
7. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh malaikat penghuni langit, karena mereka bertanya kepadanya.
8. Seluruh malaikat penghuni langit jatuh pingsan tatkala mendengar firman Allah.
9. Langit pun bergetar keras karena firman Allah itu.
10. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
11. Disebutkan pula dalam hadits bahwa syaitan-syaitan menyadap berita wahyu tersebut.
12. Cara mereka, sebagian naik di atas sebagian yang lain.
13. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh syaitan-syaitan penyadap berita.
14. Kadangkala syaitan penyadap berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan kalimat yang didengarnya, dan kadangkala sudah sempat menyampaikan ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab.
15. Ramalan tukang ramal adakalanya benar.
16. Dengan kalimat yang didengarnya tersebut, ia melakukan seratus macam kebohongan.
17. Kebohongan tidaklah dipercayai kecuali karena kalimat yang diterimanya dari langit (melalui syaitan penyadap berita).
18. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil; bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya.
19. Satu kalimat kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan tukang ramal adalah benar.
20. Menetapkan kebenaran sifat-sifat Allah (sebagaimana yang terkandung dalam ayat dan hadits di atas), berbeda dengan paham Asy'ariyah yang mengingkarinya.
21. Bergetarnya langit dan pingsannya para malaikat adalah karena rasa takut mereka kepada Allah 'Azza wa Jalla.
22. Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
ALKITAB TIDAK MENGAJARKAN DAN MEMBENARKAN MANUSIA MENYEMBAH MALAIKAT.
P. Lama: Ulangan: 4
4:15 Hati-hatilah sekali--sebab kamu tidak melihat sesuatu rupa pada hari TUHAN berfirman kepadamu di Horeb dari tengah-tengah api--
4:16 supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan;
4:17 yang berbentuk binatang yang di bumi, atau berbentuk burung bersayap yang terbang di udara,
4:18 atau berbentuk binatang yang merayap di muka bumi, atau berbentuk ikan yang ada di dalam air di bawah bumi;
4:19 dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekaliannya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka,
4:20 sedangkan TUHAN telah mengambil kamu dan membawa kamu keluar dari dapur peleburan besi, dari Mesir, untuk menjadi umat milik-Nya sendiri, seperti yang terjadi sekarang ini.
DALAM PERJANJIAN LAMA DICATAT ADANYA DUA JENIS MALAIKAT YAITU malaikat TUHAN YANG MERUPAKAN TEOFANI DARI ALLAH DAN malaikat ALLAH YANG MERUPAKAN PERSONIFIKASI ALLAH ATAU MALAIKAT BIASA.
DENGAN DEMIKIAN MAKA malaikat TUHAN AKAN MENERIMA PENYEMBAHAN DARI MANUSIA SEDANGKAN malaikat ALLAH YANG MERUPAKAN PERSONIFIKIASI MALAIKAT TERANG TIDAK MENERIMA PENYEMBAHAN DAN HAL INI DINYATAKAN DALAM PERJANJIAN BARU
P. Lama: Bilangan: 22
22:31 Kemudian TUHAN menyingkapkan mata Bileam; dilihatnyalah Malaikat TUHAN dengan pedang terhunus di tangan-Nya berdiri di jalan, lalu berlututlah ia dan sujud.
P. Lama: Hakim hakim: 13
13:20 Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah.
13:21 Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN.
13:22 Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah."
P. Lama: Hakim hakim: 6
6:20 Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya." Maka diperbuatnya demikian.
6:21 Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya.
6:22 Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: "Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka."
6:23 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati."
P. Baru: Wahyu: 22
22:8 Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya.
22:9 Tetapi ia berkata kepadaku: "Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!"
barabasmurtad77- SERSAN SATU
- Posts : 197
Join date : 24.11.11
Reputation : 2
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
barabasmurtad77 wrote:bedah tipis wrote:Semua pihak tahu bahwa dalam Islam, Jibril adalah figur sentral dari kemutlakan Quran. Kitab Suci Islam tak lain tak bukan dipercaya sebagai hasil transmisi lengkap dan sempurna dari Jibril, yang membawa pewahyuan Allah SWT kepada NabiNya yang terakhir, Muhammad. Dan Muhammad bukan siapa-siapa bila Jibril tidak mengunjunginya dari waktu kewaktu. Tidak ada Quran dan tak ada Islam tanpa oknum yang satu ini.
Jadi kenapa sampai saat ini, jati-diri Agen Pewahyu ini tidak disorot dan di-elaborasi dengan sungguh-sungguh? Aneh bahwa praktis tak ada buku serius yang membicarakan who-is-who Jibril itu. Muslim umumnya taken for granted bahwa ia pasti utusan Tuhan semesta alam. Tetapi apa yang mendasarinya?
Dalam dunia dimana kebenaran begitu sering dibajak oleh kepalsuan dan retorika, kita perlu mawas untuk sesekali mengenakan “pembuktian-terbalik”, yaitu suatu pengandaian negatif yang dikenakan kepada apayang selama ini kita terima baik, atau apalagi yang kita idolakan. Sebab ketika kita mengidola, disitulah kita mudah dibutakan oleh kita sendiri.
Namun ada seorang feminis Muslim liberal bernama Irshad Manji, yang merasa terpanggil mengajukan secara terbuka pertanyaan spesifik atas kemutlakan Quran:
What if the Quran is not perfect?
What if it’s not a completely God-authored book?
What if it’s riddled with human biases?
Dan kita bisa teruskan lagi ...
What if Quran memuat inkonsistensi pewahyuan?
What if Quran salah-wahyu yang nyata, seperti yang dipermasalahkan terbuka tentang kesalahan geografi, sejarah, sains, anakronisme, dll?
What if Jibril abad ke-7 itu bukan malaikat Gabriel di abad ke-satu? Melainkan Ruh yang diserupakan dengan Gabriel belaka, persis seperti halnya Isa diserupakan dengan seseorang lainnya tatkala disalib?
What if Jibril menipu-daya Muhammad dan tidak membawakan firman Allah,melainkan membawa suara dirinya dengan mengatas-namakan Allah-allahan?
Awas, jangan kita menafikan “what ifs” ini tanpa pendalaman kajian secara kritis. Alkitab dan sejarah telah menunjukkan dan mewanti-wanti tentang berkeliarannya Mesias-mesias palsu disekeliling kita (Mat.24:23-25) yang amat spesialis dalam penyesatan melebihi kejelian manusia manapun. Bahkan secara spesifik disebutkan bahwa iblis-pun bisa menyamar aspal seperti Malaikat Terang (2 Kor.11:14).
Selama ini Muslim hanya mematok label bahwa Alkitab itu wahyu-imitasi, tetapi samasekali tidak siap – bahkan tidak bersedia – untuk meneropong what if Jibril, kalau-kalau dia-lah yang imitasi, misalnya! Sesungguhnya, tanpa curiga apapun juga melainkan secara hipotetis saja, setiap kita seharusnya sejak awal memberikan probabilitas 50 –50 untuk meragukan Jibril itu, sampai dia (dan bukan manusia) membuktikan klaim dirinya Jibril, utusan dari Tuhan yang sejati! Itu saja sudah suatu kemurahan.
Afterall, siapakah didunia ini yang telah membuktikan sosok Jibril tersebut? Tidak ada kecuali asumsi manusia belaka. Lebih jauh lagi, manusia memperluas asumsinya sampai-sampai menetapkan bahwa Jibril-Al-Quran itu sama dengan Gabriel-Alkitab, dan Jibril itu atk lain tak bukan adalah Rohulqudus!?
Spekulasi menjadi makin berani dan liar. Nyatanya tak ada Jibril yang mengklaim apa yang diklaim itu dengan bukti-bukti. SO, What if the medium of transmission is false? Mari kita simak dengan lebih cermat.
Berlainan dengan Alkitab dimana nabi-nabinya boleh bertanya balik kepada Tuhannya, Quran hanyalah monolog satu arah, yang saling mengatas-namakan tiga sumber suara yang tanpa tanda dan saksi mata: suara Muhammad yang mengatas-namakan suara Jibril dan mensumberkannya sebagai suara Allah! Ini otomatis menantang keabsahan klaim Islam bahwa Quran adalah pewahyuan yang langsung, 100% dari mulut Allah tanpa intervensi para makhluk. Justru transmisi berjenjang yang monolog dan tak bersaksi-bukti inilah yang sangat rawan terhadap pemalsuan apa saja atas nama Allahnya yang samasekali tersembunyi.
Sebagai contoh liar, tetapi benar (dalam extensi asumsi yang sedang berjalan), bahwa seorang yang mengklaim dirinya nabi bisa saja mengklaim bahwa ada empat oknum yang terlibat dalam rantai pewahyuan (bukan tiga) bagi dirinya, yaitu Allah, Jibril, Jin Islam, dan nabi. Dalam ketiadaan bukti luar dan para penyaksi, lalu siapa yang sanggup peduli akan 4 mata-rantai ini jikalau tidak ada yang peduli akan suara 3-rantai, seperti yang diklaim oleh Islam sekarang ini?
Untunglah Yesus (dan Taurat) peduli! Ia berkata: “Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar” (John 5:31). Dan dalam ayat 33, Dia menunjuk Nabi Yahya antara lain sebagai penyaksinya, dan ini bahkan dibenarkan oleh Quran pula dalam Qs. 3:39. Yesus juga meneguhkan semua ini dengan sejumlah mujizat adikodrati yang hanya dimilik oleh sosok Allah sendiri, seperti membangkitkan orang mati, mendatangkan makanan dari langit, menaklukkan setan, dan badai-gelombang. Inilah kunci keabsahan suatu wahyu yang tidak dipunyai oleh Muhammad untuk menghadirkan “Allah” yang diatas-namakannya.
Dalam setiap pertarungan roh -- apapun manifestasinya -- selalu terjadi pertarungan diantara dua “Bapa”, yaitu Bapa Sorgawi (Mat.6:9) dan “Bapa segala dusta” (Yoh. 8:44). Bapa Sorgawi memerintahkan kita untuk jangan percaya begitu saja akan setiap roh, karena roh penipu terlalu licin dan mudah sekali memperdaya manusia yang kurang paham akan kasak-kusuk roh jahat. Itu sebabnya Tuhan mengharuskan kita untuk menguji kalau-kalau suatu roh itu benar datang dari Tuhan atau bukan, sebab Alkitab berkata, “Iblispun menyamar sebagai Malaikat Terang” (1 Yoh.4:1, 2 Kor.11:14). Tetapi sebaliknya Al-Quran menutup pengujian ini oleh manusia dengan pendalilan bahwa itu bukan termasuk kawasan urusan mereka: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Qs.17:85). Akibatnya Ruh “Jibril” tidak pernah dikenakan ujian apapun oleh Muslim, malahan Ruh ini tampaknya berusaha menutup pintu pengujian ini dengan melabelkan cap kepada si penguji sebagai “musuh dan penghujat Allah” yang harus dibungkam, kalau perlu dengan kekerasan!
Roh kegelapan yang benci akan kebenaran, selalu berusaha keras (kalau mungkin dengan kekerasan) agar manusia tidak mendapat kesempatan untuk menguji dirinya yang roh. Keberadaan kita yang terbatas, apalagi berdosa, turut mengaburkan mata-batin untuk melihat jalan yang lurus. Kita manusia tidak mungkin menandingi (dari kekuatan kita sendiri) roh-jahat yang memang spesialis dalam menyamarkan kebenaran.
Untuk mengikis keraguan terhadap apa yang dikatakannya, Ruh ini menurunkan pula ayat-ayat yang menslogankan kemutlakan Quran, khususnya satu ayat yang di-elu-elukan secara heroik: “kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka dapati banyak pertentangan didalamnya.” Tetapi dengan hati yang sedikit jernih saja, kita sudah akan menemukan banyak kekeliruan dan inkonsistensi quraniah secara kasat mata. Dalam pewahyuan yang paling awal saja, Jibril telah mewahyukan penciptaan manusia dalam pelbagai versi yang saling kontradiktif, namun Muslim menelan begitu saja tanpa merasa ada yang tidak beres didalamnya.
Dimulai dengan wahyu pertama kepada Muhammad dalam surat Al-Alaq 1-5, bahwa manusia diciptakan dari “segumpal darah”. Bukankah pernyataan ini sudah tidak didukung secara sains?
Maka kelak wahyu ini diperbaiki dengan versi lain, yaitu
penciptaan-manusia dari “setetes mani (Qs.80:19 dll).
Kemudian diperbaiki lagi: “Dia (manusia) diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara sulbi (tulang punggung) dan taraib (tulang dada)” (Qs.86: 5-7). Adakah air mani terpancar dari sumber-sumber yang absurd demikian.
Tetapi bagian dari sulbi ini masih juga tetap dikonfirmasikan pada Qs.7:172.
Baru kemudian (mungkin setelah dengar-dengaran dari kalangan Yahudi/ Nasrani tentang penciptaan Adam/manusia) barulah Muhammad mengadopsi versi kreasi manusia yang dimulai dari “tanah” (Qs.37:11).
Dan untuk menutup kesimpang siuran pelbagai versi yang tidak akurat (ngawur) yang terlanjur diwahyukan, maka datanglah wahyu susulan yang mencoba mengharmonisasikan semua versi penciptaan, yaitu dari “tanah, kemudian dari mani, kemudian dari segumpal darah” (Qs.40:67). Inipun masih dicampur-adukkan dengan macam-macam proses lain, yaitu dari sari tanah, kemudian air mani, lalu segumpal darah, yang jadi segumpal daging, yang disusul dengan proses menjadi tulang-tulang, dan selanjutnya pembalutan tulang oleh daging dst. (Qs.23: 12 dst...).
Tahapan-tahapan lepas demikian tentulah hanya ada dikhayalan dan pembelajaran Muhammad yang ummi. Dan Anda akan menyaksikan banyak contoh tahapan-tahapan sejenis untuk isu-isu lainnya, sejalan dengan makin banyaknya -- tidak mesti makin benarnya -- Muhammad dengar-dengaran informasi luar untuk diadopsikannya ke dalam Al-Quran. Sementara Dr. Bucaille, seorang pembela Islam yang gigih, bahkan merasa perlu meralat tafsiran penciptaan tersebut dengan berkata: “Ini adalah suatu kekeliruan yang perlu kita koreksi. Manusia tidak pernah melewati tahap “gumpalan darah” (Bible, Quran dan Sains Modern, p.236, tr.Dr. HM. Rasjidi)
Jadi, siapa Jibril dan siapa pula Rohulqudus yang di Jibril-kan? Siapakah Jibril? Apakah ia benar Gabriel utusan Allah? Apakah ada klaimnya dan disusul dengan buktinya? Adakah ia memperkenalkan namanya kepada Muhammad secara formal, atau sedikitnya dalam kepatutan perkenalan? Tahukah Muslim kapan Jibril memperkenalkan nama dirinya menurut Quran?
Benarkah Jibril itu juga Rohulqudus, padahal Gabriel itu bukan RohKudus? Dan kenapa wahyu Quran kepada Muhammad harus memakai agen-antara Jibril, jikalau dulu Tuhan selalu bersabda langsung dengan nabi-nabiNya?
What if Jibril berwajah ganda yang mengklaim dirinya sebagai Allah -- yang memang tidak pernah dibuktikannya? (Miryam Ash).
Orang umumnya berpendapat bahwa kesulitan untuk memahami sebuah Kitab Suci dimulai dari apa yang tercantum dalam teks Kitab Suci itu sendiri. Tentu saja itu benar secara umum. Tetapi untuk Al-Quran, ada yang lebih sulit dari pada apa-apa yang sekedar tampak tertulis, yaitu siapa-siapa yang terlibat dalam menulisnya! Apakah itu Allah, Tuhan semesta alam, ataukah itu Malaikat (Jibril?), atau Muhammad, dan para sahabatnya? Muslim percaya bahwa itu adalah Kata-kata Allah yang ditransmit-kan murni secara berantai lewat Jibril, dan dimasukkan murni ke dalam hati dan pikiran Muhammad, yang nanti menjadi juru suara murni tersebut, untuk dicatat murni oleh sahabat-sahabatnya. Empat “murni” yang tidak dibuktikan sama sekali! Dengan perkataan lain, Muslim cenderung mengasumsikan kebenaran mutlak dari ke-4 oknum berbeda tadi dan ke-4 sistim transmisinya yang juga berbeda, yang kesemuanya disandarkan pada mulut Muhammad seorang!
Dalam sebuah terbitan Islami di USA dari Memphis Dawah, ada diterbitkan sebuah buku berjudul “Who Wrote The Quran?” Di situ dikatakan bahwa Quran adalah mutlak berasal dari God dan Muhammad adalah utusan God. God dan Muhammad harus diterima dan dipercayai serentak atau tidak samasekali. Sebab orang tidak bisa sepihak memilih menerima pesan-pesan God tetapi menolak utusanNya, atau sebaliknya. Dikatakan lebih lanjut bahwa hanya ada 3 kelompok pendapat terhadap penulis Quran, yaitu:
Mereka yang berkata bahwa Muhammad-lah yang menulis Quran, tetapi pendapat ini harus dicoret dengan alasan utama bahwa Muhammad itu buta huruf.
Seorang lain dari Muhammad yang menulis Quran. Tetapi inipun harus disingkirkan dengan alasan, tidak terdapat pengaruh Kristen dan Yahudi terhadap orang di sekitar Muhammad.
Quran adalah murni firman Allah tanpa campur tangan manusia.
Karena tak mungkin lagi ada kelompok lain, maka inilah satu-satunya yang harus diadopsi, apalagi Allah menyodorkan tantangan menulis “Surat Semisal Quran” yang dipercaya tidak bisa dipenuhi oleh manusia manapun (manusia ditantang Allah untuk membuat satu surat saja sebagus/seistimewa salah satu surat Quran! Bila ada yang sanggup, maka itulah bukti bahwa Quran bukan ditulis oleh Allah, melainkan manusia saja). Ini semua berasal dari satu asumsi naif, bahwa Kalimat dari manusia tidak bisa ditiru sebaik seperti Kalimat Allah! Padahal tak ada pembuktian bahwa itu adalah Kalimat Allah, kecuali dikalim oleh Muhammad...
Dengan demikian Memphis Dawah mengklaim berhasil membuktikan bahwa pendapat (1) dan (2) adalah mustahil, sehingga pendapat ke- (3) lah yang harus benar, sambil menantang orang lain membuktikan sebaliknya.
Ini adalah “apologetika” dangkal yang memilih metode induksi untuk membuktikan Al-Quran sebagai Kalam Allah. Tentu saja kerangka pembuktian semacam ini adalah salah kaprah dan menggelikan. Ibarat Polisi (manusia yang terbatas) membikin list yang terbatas tentang siapa-siapa yang mungkin bisa dianggap sebagai maling, lalu mencoret siapa-siapa yang dirasakan tidak mungkin jadi maling, dan yang tertinggal dari coretan itu pastilah MALING!
Para ilmuan, khususnya para pendidik dan psikolog akan mematahkan kerangka pembuktian semacam ini dengan sekali pukul, tanpa usah diperdebatkan lagi. Mereka akan mempertanyakan kepada Memphis Dawah apakah tulisan ajaib dari seorang kanak-kanak penyandang otis misalnya, juga akan otomatis dianggap sebagai murni firman Allah tanpa campur tangan manusia? Sebab mereka terlalu sering menjumpai anak-anak autis yang “buta-huruf” ternyata malah bisa menulis sebuah surat atau sanjak dalam bahasa asing yang orang tuanya sendiri tidak kuasai dan tidak ajarkan kepada sang anak! Jelas bahwa suara (atau kelak jadi tulisan) yang dianggap tidak mungkin berasal-mula dari manusia itu tidaklah otomatis suaranya Tuhan! Suara Tuhan harus dibuktikan oleh suaraNya sendiri, yang ditampilkan dengan otoritas adikodrati yang menyertaiNya – dan bukan oleh anggapan anggapan tentang suaraNya, atau klaim yang mengatas-namakan “suara transmisi” dari agen-antara tanpa tanda adikuasa.
Menguji Ruh yang Mengatas-namakan Allah
Ayat per ayat, kata per kata telah diturunkan oleh Jibril atau yang disebut Ruhulqudus (Roh Kudus) selama 23 tahun kepada Muhammad. Terhimpunlah selama itu sekitar 6240 ayat Quran. Tetapi seperti dikatakan diatas, semuanya taken for granted tanpa diuji, seolah-olah Jibril yang ruh ini memang mutlak harus datangnya dari Tuhan Semesta Alam! Tetapi Imam al-Syafi’i cukup bijak memperingati umat Islam hal yang mungkin sebaliknya, “Pendapat kita benar tetapi masih ada kemungkinan salah; pendapat mereka salah tetapi masih ada kemungkinan benar”. Menggunakan metode terbalik untuk pengujian ruh adalah satu-satunya pendekatan, mengingat lihainya setiap ruh bermanifestasi dalam “rupa dan suara Allah”.
Irshad Manji tidak merasa bersalah menguji seseorang atau sesuatu yang dianggap sakral dengan What if? Makin dia sakral dan benar, makin dia ingin memperlihatkan dirinya sebagai sang benar, dan tidakmenghancurkan orang yang mencari kebenaran!
Ya, What if Jibril itu bukan utusan Tuhan, mengingat Jibril memang tidak membuktikan, kecuali hanya mengaku-ngaku dirinya lewat Muhammad. Dan tentu saja Muhammad tidak tahu apa-apa tentang dia, karena tidak mempunyai sumber lainnya yang bisa memberi penerangan balik (baca: check and balance) atas mahkluk ini! Jibril telah memblokir penyidikan atas dirinya dengan menyodorkan Qs.17:85. Namun, fakta dilapangan memunculkan banyak misteri yang mustahil yang harus dipertanggungjawabkan oleh Jibril.
*Misteri mustahil pertama, ajaib tetapi benar bahwa Muhammad tidak mengenal siapa dan apa nama malaikat pewahyunya selama ia berada di Mekah. Itu baru diketahui Muhammad setelah ia hijrah ke Medina! Banyak Muslim tidak tahu bahwa seluruh 85 surat yang teridentifikasi diturunkan di Mekah (surat-surat Makkiyah) tidak satupun ayatnya menyebut roh pewahyu dengan nama “Jibril”! Jadi selama belasan tahun, sosok yang diklaim begitu intim dengan Nabi justru namanya tersembunyi dari pengetahuan Muhammad.
Dalam kegamangan akan namanya, Muhammad selalu menyebut roh tersebut berganti-ganti dengan belasan istilah yang berbeda-beda diantara 29 kali penyebutannya diseluruh Quran. Semua sebutan yang berubah-ubah ini amat jelas menunjukkan ketidak-pastian Muhammad akan oknum agen-pewahyunya! Misalnya ada sebutan terjemahan dengan
ruh / ruh-Ku / ruh-Nya / ruh Kami
ruh dari Kami
Ruhul-qudus
Ruhul Amin
Malaikat dengan wahyu atas perintahNya / (Ruh PerintahNya)
‘ruh dengan perintah Kami’, atau
rasul karim,
syadid al-quwa,
dzu mirrah,
“para malaikat” (dalam bentuk jamak) sebagai agen pewahyu.
Baru belakangan hari di Medina, 17 tahun (!) setelah Muhammad pertama kali mengenalnya di Gua Hira, barulah Jibril “berkesempatan” memasukkan sebutan ruh-ruh itu dengan nama “Jibril” sebanyak 3 kali, yaitu pada ayat Qs.2: 97, 98 dan 66:4 (awas, di luar ini nama Jibril hanyalah tambahan penterjemah yang tidak terdapat di bahasa aslinya).
Tentu hal ini sekaligus membelalakkan mata dan membuntukan akal yang paling sehat! Tetapi Muhammad sendiri jelas-jelas tidak mengenal dan tidak pernah menguji siapakah ruh yang mencekiknya di gua Hira. Dia bingung sendiri apakah ruh itu berasal dari Tuhan atau setan. Ruh tidak memperkenalkan namanya sendiri, juga tidak menyapa Muhammad dengan nama. Ini sangat berlainan dengan apa yang selalu dilakukan Tuhan Yahweh ketika menyapa pertama kali kepada Musa, Zakharia dan Maria, semua disapa namanya masing-masing bukti bahwa Tuhan Mahatahu.
Bahkan dalam kasus Zakharia, 4 bahkan 5 nama disebut sekaligus (termasuk nama Elia): "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. ...Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk...” (ayat 19).
Sebaliknya ruh di gua Hira ini hanya mencekik dan memaksa Muhammad dengan seruan “Iqra” (bacalah!), lalu “Iqra” lagi, dan kemudian, “Iqra dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Iqra! Wa rabbukal akram”. Tak ada nama siapapun yang disebut, Muhammad atau Jibril bahkan Allah! Apakah dengan perkataan ini ruh tersebut telah memastikan dirinya Jibril utusan Allah? Bukankah ruh jahat juga bisa berbuat hal yang persis sama –-mencekik dan menteror targetnya,bahkan lebih?
Teolog Islam saling bersilang pendapat, tidak tahu persis kapan Muhammad pribadi mulai memastikan bahwa Ruh tersebut adalah utusan Allah, dan terlebih-lebih kapan ia mulai disebut sebagai “Jibril”. Memang ada hadis (muncul hampir 200 tahun setelah Al-Quran) yang menyebutkan nama Jibril di awal kenabian Muhammad, tetapi jelas itu hanyalah rekayasa, ditulis belakangan setelah ada fakta, karena Jibril sendiri baru memperkenalkan nama dirinya setelah di Medina. Dan kembali hal itu hanya memberi kemungkinan tunggal bahwa Ruh tersebut memang tidak ingin memperkenalkan nama dan identitas dan sumber-sumbernya, kecuali membiarkan dirinya diasumsikan orang saja sebagai utusan Allah, entah dinamai Rohulqudus atau Jibril, atau Ruhul Amin, apa saja.
Hanya lewat pandangan pribadi dari sepupu Khadijah, yaitu Waraqah bin Naufal yang Nasrani, maka ruh tersebut ditafsirkan sebagai “Namus”, yang berarti “rahasia atau “hukum” (HSB no.3). Tetapi, seandainya Waraqah bin Naufal cukup paham akan Injil, seharusnya ia akan menguji ruh tersebut sebelum menjawabnya secara spontan, karena itulah yang dipesankan Alkitab dalam 1Yoh.4:1, “Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan”. Dan jikalau Waraqah memang paham Injil maka seharusnya ia sudah tahu bahwa sosok malaikat Tuhan yang datang kepada nabi Zakharia dan Maryam adalah bernama Gabriel, dan bukan “Namus” yang tidak diketahui sosok atau identitasnya! Ketika ia berspekulasi bahwa itu adalah Namus dan bukan Gabriel (sosok historis yang definitif dalam Injil), maka kita mempunyai alasan kuat untuk berkata bahwa roh tersebut memang bukan Gabriel, melainkan “Namus” versi Waraqah sendiri! Sebaliknya Muhammad tetap gamang dan tidak punya konklusi, karena ruh yang misterius tersebut tetap membungkamkan namanya, sampai akhirnya Muhammad mendapatinya juga kelak dari sumber lain (bukan dari yang empunya nama), yaitu tatkala beliau berada di Medinah dan berhubungan dengan banyak orang-orang Yahudi !
*Misteri mustahil kedua, Muhammad mengakui dirinya sebagai Rasul Allah, namun dibalik itu ternyata beliau sering gamang tentang ruh. Itu diketahui dari seringnya beliau di olok-olok dan di-test oleh orang-orang Yahudi tentang hal tersebut. Untuk menutup-nutupi ketidak pastian, maka atas nama wahyu Allah, Muhammad menjawab mereka: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, ‘Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit.” (Qs. 17:85).
Tetapi ayat defensif ini jelas tidak membela Nabi, karena mengimpresikan pengakuan akan kekerdilan diri beliau yang disamakan dengan orang-orang awam yang memang tidak diberi ilmu tentang ruh kecuali sedikit. Padahal justru seorang Nabi mendapat hak istimewa untuk menyedot rahasia-rahasia tentang ruh. Konten ayat ini “menentang” Muhammad yang mengklaim dirinya sangat dekat dan sering bercakap-cakap dan mereview ayat-ayat bersama dengan ruh pewahyu setiap Ramadhan, sehingga Muhammad tidak punya alasan untuk sama awam tentang ruh!
Para kritisi menyimpulkan bahwa pengetahuan Muhammad yang mendadak akan nama Jibril (setelah gamang belasan tahun) berasal dari hasil interaksi Muhammad dengan orang-orang Yahudi di Medinah.
Sejarah kenabian Yahudi sudah mengenal nama malaikat Gabriel seribuan tahun sebelum Muhammad, di- zamannya Daniel, dan digaungkan lebih jauh di era Zakharia dan Maria. Disitu Gabriel memperkenal-kan nama dan jati dirinya sebagaimana yang layak, tanpa bermisteri: “Akulah Gabriel yang melayani Tuhan dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau...” (Lukas 1:19). Gabriel yang sejati bukan hanya mengklaim, tetapi sekaligus juga menunjukkan otoritas dan berita kebenaran yang dibawanya dari Tuhannya, sehingga tak ada kerancuan apakah ini ruh jahat atau utusan Tuhan.
Pertama, seperti yang telah disebut dimuka, Gabriel datang dan tahu dan memanggil nama Zakharis. Ia menyampaikan nubuat ilahi tentang kehamilan isteri Zakharia yang mandul. Dan ketika Zakharia tidak percaya, maka Gabriel-pun meneguhkan nubuat-nya itu dengan kuasa mujizat langsung yang membisukan Zakharia hingga kegenapan nubuat tersebut terjadi, yaitu pada hari kelahiran anaknya!
Beberapa ilmuwan sependapat bahwa Muhammad yang tadinya dibingungkan oleh ruh tersebut mungkin saja memberikan nama tersendiri kepada Ruh, seperti halnya yang ia lakukan pada nama “Yesus” yang diganti jadi “Isa” yang tanpa makna dan otorisasi. Namun akal sehatnya berasumsi bahwa kedatangan seorang nabi besar berikutnya - yaitu Muhammad sendiri – hanyalah pantas bila datang dengan melalui jalur panggilan yang sama dengan Yahya dan Isa, yaitu Jibril. Alhasil nama “Jibril” inilah yang kelak diklaim dan disandarkan Muhammad kepada Gabriel sebagai agen pewahyu yang sama untuk abad ke-1 dan ke-7, tanpa bukti apapun. Jenis sandaran aspal (asli tapi palsu) yang tanpa modal seperti itu -- baik kuasa mujizat maupun nubuat -- banyak bertebaran di Quran, dan mudah sekali diperlihatkan sepanjang kita tidak mati-rasa terhadap kemutlakan.
Beberapa periwayatan dalam Hadis telah mendongengkan seolah Jibril sudah mengintroduksi jati-dirinya kepada Muhammad, yaitu di saat Muhammad mau membunuh diri ketika beliau sedang kebingungan mencernakan wahyu paling awal yang diterimanya. Diriwayatkan, Jibril berkata: “Wahai Muhammad, akulah Jibril, dan engkaulah utusan Allah”(Ibn.Hisham, The Life of Muhammad, vol.I/ 69). Periwayatan yang datang ratusan tahun setelah Quran selesai dikanonisasi ini tentu bisa menyisipkan nama “Jibril” dalam narasinya sebagai bagian dari pencocokan kemudian. Seruan Jibril demikian (untuk memperkenalkan diri) seharusnya datang pada saat pertama kali mereka bertemu, dan pasti bukan belakangan setelah Muhammad terteror dahsyat dan terus kebingungan hingga mau bunuh diri berkali-kali! (Sirât Rasûl Allâh, p.106/153, tr. A. Guillaume). Selain itu, jikalau hadis tersebut benar, tentulah nama Jibril sudah harus banyak bermunculan dalam surat-surat Makkiyah (wahyu yang diturunkan di Mekah) dan bukan memakai sebutan “ruh” ini dan itu sepanjang belasan tahun.
*Misteri mustahil ketiga, apakah benar Jibril itu adalah identik dengan Roh Kudus? Bila Muhammad tidak dikaruniai ilmu tentang ruh, tentu para pengikutnya akan sama halnya. Maka dalam kegamangan akan ruh, para ahli Islam nekad melakukan penafsiran “potong kompas” yang over- simplistis dengan menyamakan kedua oknum ini. Tetapi apakah Quran memang pernah menyamakan keduanya ? Tidak ada! Kita bisa ditipu oleh retorika. Sedikitnya ada 3 bukti keras bahwa Jibril itu bukan sosoknya Roh Kudus.
(I).Tak ada konfirmasi dari Allah, sementara pakar Islam yang menafsirkannya sama semata-mata mendalilkan salah satu fungsi yang dikerjakan oleh kedua ruh itu terkesan sama! Tetapi dimanapun, Jibril tidak pernah mengatakan dirinya adalah Roh Kudus, dan Roh Kudus tidak pernah mengklaim dirinya Jibril! Seluruh Quran hanya memuat 3 ayat tentang “Jibril”, dan 4 ayat tentang “Rulhul-qudus”. Maka kita mudah menghadapkan kedua kelompok ayat itu sesamanya untuk men-check kebenarannya, yaitu Qs.2: 97, 98, 66:4 versus 2:87, 253; 5:110; 16:102. Dan ternyata dalam 7 ayat ini Allah samasekali tidak mengidentikkan sosok Jibril dengan Rohulqudus. Muslim menyamakan Rohulqudus dengan Jibril semata-mata karena keduanya dapat “menurunkan wahyu” Allah (sebagai agen pewahyu). Tetapi mereka lupa, bahwa aktivitas tersebut hanyalah salah satu fungsi ad-hoc saja dari pelbagai peran ruh. Bila tidak demikian pastilah Jibril tidak punya kerja apa-apa lagi alias menganggur, ketika dunia kosong dari pewahyuan. Bahkan aktifitas itupun termasuk peran Tuhan dan setan, dimana Tuhan bisa langsung berwahyu, sementara setan bisa menyelinapkan ayat-ayat setannya! (Qs22:52-53). Toh keduanya tidak disebut “Jibril”.
(II). Roh Kudus tidak pernah membahasakan dirinya Jibril, dan Jibril tidak pernah membahasakan dirinya Rohulqudus Dalam Quran, sosok Ruhulqudus hanya disangkutkan kepada Isa Al-Masih untuk memperkuat dirinya melakukan kuasa mujizat, dan ini tidak pernah disangkutkan kepada sosok lainnya manapun termasuk Muhammad. Isa juga tidak pernah dikaitkan dengan “Jibril” yang satu ini baik dalam pewahyuan maupun dalam pemujizatan. Padahal dalam tradisi Islami, Jibril senantiasa disangkutkan kepada Muhammad untuk setiap urusan pewahyuan, namun tak pernah ada transmisi kuasa mujizat! Jadi, dapatkah akal sehat kita memaksakan kedua sosok itu adalah identik?
Sebenarnya, untuk mencari tahu kaitan urusan dengan Ruh, Muhammad telah diberi 2 rumusan yang sudah diayatkan dalam Quran, yaitu bahwa Ruh itu urusan Tuhan, dan jikalau ada keraguan akan wahyu agar perlu dirujukkan kepada Alkitab (QS. 17:85, dan 10:94). Jadi andaikata pakar-pakar ini mau sedikit rendah hati untuk menerima rumusan/ peringatan demikian, mereka tidak akan simpang-siur menafsirkan ruh yang bukan dirinya.
Melainkan akan mendapati dalam Alkitab bahwa Gabriel sudah menyatakan dirinya secara implikatif bahwa is bukan sosoknya Roh Kudus. Lihat bagaimana Gabriel menyampaikan maklumat kehamilan kepada perawan Maria muka per muka:
“Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau ...”.
Ia samasekali tidak berkata dalam tata kata benda pertama:
“Aku, (Roh Kudus) akan turun atasmu...”
Alkitab memberitakan secara lurus bahwa Roh Kudus bukan mahluk ciptaan. Ia adalah oknum integral keilahian Tuhan yang ada sejak semula bersatu dan bersama Tuhan (lihat Kej. 1:1-2). Ia tri-senyawa yang keluar dari Bapa, sama seperti Firman yang berasal dari atas, juga keluar dari Bapa, nuzul ke dunia menjadi “Kalimatullah” dalam sosok Yesus (Yoh.15:26, 8:42, 1:1,14). Roh Kudus itulah Penolong yang menyertai umatNya sampai kekal dengan sifat kemaha-hadiran yang tidak dipunyai oleh Gabriel sebagai mahluk. Daud berkata dalam kitab Zabur/ Mazmur:
“Ke mana aku dapat pergi menjauhi Roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau” (Mzm.139:7-8).
Dan awas, Roh Kudus ini memiliki satu hak yang paling eksklusif melekat kepada diriNya, yaitu “Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.
Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia (Yesus), ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak (Yoh.12:31-32). Jelas dan pasti bahwa hak dahsyat atas penghujatan ini tidak mungkin diberikan kepada seorang mahluk, sekalipun Gabriel, apalagi Jibril yang belum pernah diberi kuasa adikodrati apapun oleh Allah!
(III). Yang satu Maha-Ada, yang lain hanya ada disatu tempat pada satu waktu
Secara sederhana saja tanpa usah berdebat -- artinya menuruti saja versi Islam-- kita tahu bahwa dizaman Isa Al-Masih terdapat banyak nabi/ nabiah yang masing-masing juga dikunjungi atau diberi wahyu oleh “Jibril”, termasuk Zakharia, Yahya, Maryam dan Isa. Jikalau Rohulqudus itu benar seorang Jibril ciptaan Allah, maka pastilah ia tidak bisa berada sekaligus mendampingi ketiga atau empat nabi/ nabiah itu karena ia tidak bersifat Maha-Ada yang hanya dipunyai oleh Allah. Namun “Jibril” Islam yang satu ini, yang mengambil jati-diri Rohulqudus bagi dirinya, ternyata berdiri diatas ruang dan waktu.
Isa yang dikandung dari Kalimat dan Roh Allah dan senantiasa diperkuat oleh Rohulqudus/ Jibril (Qs 4:171; 5:110).
Yahya yang sedang menyampaikan wahyu dakwah bersamaan dengan Isa, tentu diwahyui serentak oleh Roh Jibril.
Maryam ketika sedang mengandung Isa dalam rahimnya (keduanya disertai Roh Allah/ Rohulqudus/ Jibril), ia masih dikunjungi oleh seorang “Jibril lain” yang berseru kepadanya dari luar rahimnya, yaitu “dari tempat yang rendah” (QS.19:24).
Jadi Jibril mana lagikah yang ada didalam dan diluar rahim Maryam, dan sekaligus ada dalam Isa dan juga Yahya? Dapatkah mahluk roh yang satu ini maha-ada diberbagai tempat pada waktu yang sama? Itu bisa-bisa menghujat Allah dengan mempertukarkan RohNya Allah yang ilahiah menjadi mahluk Jibril!.
*Misteri mustahil keempat, apakah Jibril Quranic itu sama dengan Gabriel Alkitab?
Samasekali tidak! Kalau Gabriel diabad kuno bisa berkata jelas-jelas kepada Zakharia, "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu”, kenapa Jibril (yang dianggap Gabriel yang lebih modern diabad ke-7) tidak melakukan hal yang lebih jelas/ baik kepada “Nabi Agung Terakhir” yang dikunjunginya di gua Hira?
Sudah diperlihatkan bahwa ruh yang mengunjungi Zakharia dan Maryam itu tidak pernah disebut “Jibril” dalam Quran. Sama halnya bahwa nama tersebut juga tidak dimunculkan kepada Muhammad ketika diturunkan wahyu-wahyu awal 6 abad kemudian. Ini keanehan besar, bahwa sebuah sosok ternama tidak memperkenalkan dan diperkenalkan. Tetapi tatkala nama tersebut dimunculkan setelah melewati belasan tahun kemudian.Allah bukannya menampilkan “Jibril” itu dalam tatacara perkenalan atau penyapaan, melainkan justru dalam suasana memberi peringatan keras kepada kedua isteri Muhammad (Aisyah dan Hafsah) yang “berkomplot” melawan suaminya:
“Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula” (Qs.66:4).
Yang paling kacau dan fatal dari kisah Jibril ini adalah bahwa ruh ini (Jibril) kepergok merubah “wahyunya” tentang sosok dirinya! Tadinya dia mengatakan dirinya sebagai ruh tunggal yang menampakkan diri sebagai seorang laki-laki sempurna dihadapan Maryam (Qs.19:17). Tetapi di Medinah, dia mengubahkannya menjadi para malaikat jamak! (angels, lihat Qs.3:45). Gabriel Alkitab tidak kekacauan menyatakan siapa dirinya. Tak akan merubah-rubah dirinya kepada Maria. Jelas Jibril hanyalah asumsi yang sangat tak bertanggung jawab (yang dimutlakkan oleh para- pakar Islam) yang harus disamakan dengan Gabriel Alkitab. Dimanapun, Anda tidak akan menjumpai kesamaan keduanya dalam sifat-sifat dasar, gaya, dan karakter hakikinya, dan isi “wahyunya”!
*Misteri mustahil kelima, Perhatikan bagaimana Allah telah membatasi Muhammad untuk mengenal affair dari ruh – “Ruh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. Ini dinyatakan Allah dalam Al-Quran via Jibril, sehingga pembatasan demikian mustahil dimentahkan oleh kisah-kisah didalam Hadis yang ternyata begitu banyak mendongengkan pengetahuan Muhammad tentang ruh Jibril. Jikalau ada pembatasan demikian, seharusnya Muslim sadar bahwa hanya Al-Quran yang berotoritas untuk berbicara mengenai alam ruh, dan bukan Hadis.
Sebenarnya Muhammad telah mendapat firasat bahwa kelak Hadis akan tercampur baur dengan Al-Quran dalam “persaingan” sesamanya melontarkan pesan pesan atas nama Allah. Itu sebabnya ia memerintahkan para sahabatnya untuk tidak menuliskan apapun darinya kecuali Al-Quran (yaitu pewahyuan via Jibril), dan apabila ada sejumlah hal yang sudah terlanjur ditulis, maka catatan itu harus dihapuskan! (Hadis Sa’id al-Khudri).
Namun dalam kenyataannya justru Hadis yang bukan pewahyuan itulah yang mendominasi pesan-pesan tambahan atas nama Allah, sampai-sampai kepada hal yang telah jelas-jelas dibatasi oleh Allah, seperti halnya kisah tentang ruh ini. Maka tersebarlah di Hadis (dan bukan di Al-Quran) berita tentang Jibril yang mempunyai 600 sayap (HSBukhari VI/ 380), atau bahwa Aisyah sempat diistimewakan oleh Jibril dengan mendapat salam super aneh dari padanya, “Hai Aisyah! Inilah malaikat Jibril mengucapkan salam kepadamu” (HSBukhari.1431). Untuk mana Asyiah membalas salamnya, lagi lagi via Muhammad. Aneh, karena salam demikian sungguh terkesan main-main dengan otoritas Allah yang Mahatinggi, karena Dia dimanapun tidak mengutus malaikatNya untuk sekedar salam-salaman – apalagi via pihak ketiga -- melainkan hanya menyampaikan berita penting atau solusi khusus secara langsung yang berdampak bagi insiden yang sedang berlangsung! Perlukah salam pribadi yang tak berbukti itu dilakukan Jibril lewat Muhammad, padahal dalam kisahnya, Jibril tinggal selangkah lagi sudah bisa bertemu dengan Aisyah sendiri! Suatu salam pribadi picisan yang lebih banyak fiktifnya ketimbang memperlihatkan kepentingan dan keagungan Tuhan tatkala seorang malaikat sampai diutusNya untuk pertalian pribadi dengan Aisyah!
JIBRIL VS. GABRIEL
Bila Quran berasal dari wahyu, dan Injil adalah buatan manusia yang ingin dikoreksinya, maka seyogyanya perbandingan kedua maklumat diatas (Jibril vs. Gabriel) akan memperlihatkan secara gamblang superioritas dan kesempurnaan Quran diatas Injil. Tantangan Muhammad berlaku, bahwa tak ada suratan manusia yang mengungguli suratan Allah SWT (disebut Surat Semisal Quran, 17:88, 2:23). Itu mungkin benar, sekalipun Tuhan yang benar akan sangat dikerdilkan bila menantang manusia hanya sebatas cara adu-puisi, padahal Tuhan mempunyai segudang cara adikodrati untuk menantang siapa saja, yang langsung akan membungkam mulut musuh-musuhNya! Dengan adu pena, para pembaca Muslim atau non- Muslim justru tidak mendapatkan kesan kemenangan Jibril Quran diatas Gabriel Alkitab, kecuali malah sebaliknya! Mari saksikan sendiri.
Surat Maryam 19:16-22 (diturunkan sekaligus, Surat Makkiyah awal abad ke-7, underlined dari penulis)
16. Dan ingatlah berita Maryam dalam Kitab (Al Quran). Ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya pada suatu tempat di sebelah timur,
17. maka dia mengadakan pembatas (tabir) dari keluarganya, lalu Kami mengutus Ruh Kami kepadanya, lalu dia menyerupakan dirinya di hadapannya sebagai manusia sempurna.
18. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Yang Maha Pemurah dari engkau jika betul engkau orang yang taqwa”.
19. (Ruh) berkata, “Aku hanyalah utusan Tuhanmu untuk memberikan kepadamu seorang anak laki- laki yang suci”.
20. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak, sedang aku belum pernah disentuh seorang laki-laki pun (suami) dan tiadalah aku perempuan jahat”.
21. (Ruh) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku”. Kami hendak menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan adalah urusan itu telah ditetapkan.
22. Lalu Maryam mengandung, maka dia mengasingkan diri dengan kandungannya ke suatu tempat yang jauh.
Injil Kesaksian Lukas 1: 26- 40 (ditulis pada pertengahan abad kesatu)
26. Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
27. kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
28. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
29. Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
30. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan.
31. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Elohim akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
APAKAH JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ATAUKAH MERUPAKAN ROH KHAYALAN MUHAMMAD PERLULAH KITA MENYIMAK DAHULU APA TUGAS GABRIEL SEBAGAI SALAT SATU MALAIKAT TERKEMUKA ALLAH ALKITAB ATAU APAKAH JIBRIL ITU ADALAH JELMAAN DARI IBLIS YANG DATANG KE GUA HIRA PADA SAAT MUHAMMAD BERMEDITASI DENGAN CARA PAGAN:
MALAIKAT GABRIEL
Gabriel, yang lazim disebut juga ‘Jibrail’ berarti ‘Kekuatan Allah.’ Dalam tradisi Kristen malaikat agung ini dikenal sebagai ‘pembawa kabar gembira’ dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama.
Dalam Perjanjian Lama, peranan Malaikat Gabriel diperlihatkan oleh Nabi Daniel (Dan 8: 16-18; 9: 21-23). Sedangkan Perjanjian Baru menampilkan Gabriel sebagai “pembawa kabar gembira” dari Allah kepada Zakaria (Luk 1: 11-20) dan memuncak dalam kisah kunjungannya kepada Bunda Maria (Luk 1: 26-38).
Melalui penggambaran dalam Alkitab, kita diingatkan tentang peran penting Malaikat Agung Santo Gabriel ini sebagai utusan Allah yang menyampaikan warta keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memberi penerangan Ilahi kepada manusia, sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.DARI KETERANGAN INI JELAS DISEBUTKAN BAHWA TUGAS GABRIEL SEBAGAI malaikat Tuhan/MALAIKAT TERANG ADALAH SEBAGAI PEMBAWA KABAR GEMBIRA DAN BUKAN SEBAGAI PENYAMPAI FIRMAN ALLAH KARENA DALAM ALKITAB PENYAMPAIAN FIRMAN ALLAH DILAKUKAN SECARA LANGSUNG OLEH ALLAH SENDIRI DI DALAM THEOFANINYA SEBAGAI malaikat TUHAN/ALLAH
Emang kabar baik yang disampaikan bukan firman ya om :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
gak cuman jibril
tapi mulai dari adam sampai isa semua NYONTEK
ngakunya didikte jibril
tapi mulai dari adam sampai isa semua NYONTEK
ngakunya didikte jibril
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:gak cuman jibril
tapi mulai dari adam sampai isa semua NYONTEK
ngakunya didikte jibril
Kalau yesus tidak mampus ditiang jemuran, Niru injil gak OM
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
putramentari wrote:
Kalau yesus tidak mampus ditiang jemuran, Niru injil gak OM
niru
tapi diplaySETAN alias disesatkan..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:putramentari wrote:
Kalau yesus tidak mampus ditiang jemuran, Niru injil gak OM
niru
tapi diplaySETAN alias disesatkan..
Oh, udah kering donk yesus dijemur, angkat OM, langsung di setrika biar linyeng :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
OOT mulu kerjanya..
persis OP
persis OP
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:OOT mulu kerjanya..
persis OP
Ngaca OM
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
gabriel -> jibril
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
putramentari wrote:SEGOROWEDI wrote:putramentari wrote:
Kalau yesus tidak mampus ditiang jemuran, Niru injil gak OM
niru
tapi diplaySETAN alias disesatkan..
Oh, udah kering donk yesus dijemur, angkat OM, langsung di setrika biar linyeng :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan
warning:
usahakan agar berargument secara benar, dan jangan hanya Add Hominem.
trims
-Mod.
musicman- LETNAN SATU
-
Posts : 2225
Kepercayaan : Islam
Join date : 07.10.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:gabriel -> jibril
Yesus -> Isa :lkj: :lkj:
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
tiruan lagi...
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:tiruan lagi...
Kalau OOT Terus, tidur ajah sana :bata:
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
kan mbahas tiruan..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
SEGOROWEDI wrote:kan mbahas tiruan..
Kalau gitu yeshua niru Joshua donk wed :hancurkan
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
gak cuman gabriel yang ditiru,michael juga diadaptasi jadi mikail.ente emang jago tiru kok slim slim.
koarnya di luar sih terbaik bagi umat manusia.terbaik meniru ya slim?hehehe
koarnya di luar sih terbaik bagi umat manusia.terbaik meniru ya slim?hehehe
yakobus- SERSAN SATU
-
Posts : 118
Kepercayaan : Katolik
Location : Samaria
Join date : 07.06.12
Reputation : 1
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
kok kristen sibuk ngurusin mslah 12 suku israel.... apa gak malu ya??? ngaca dong... kalian bukan 12 suku israel.. heheeeeee
hamba tuhan- LETNAN SATU
-
Posts : 1666
Kepercayaan : Islam
Location : Aceh - Pekanbaru
Join date : 07.10.11
Reputation : 19
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
yakobus wrote:gak cuman gabriel yang ditiru,michael juga diadaptasi jadi mikail.ente emang jago tiru kok slim slim.
koarnya di luar sih terbaik bagi umat manusia.terbaik meniru ya slim?hehehe
om yakobus, kalo di agama kristen, apa sih tugas malaekat jibril & Mikail?
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: JIBRIL TIRUANNYA GABRIEL ?
HAH???yakobus wrote:gak cuman gabriel yang ditiru,michael juga diadaptasi jadi mikail.ente emang jago tiru kok slim slim.
koarnya di luar sih terbaik bagi umat manusia.terbaik meniru ya slim?hehehe
umat terbaik?
:muntah
Jesus love Us- SERSAN SATU
-
Posts : 158
Kepercayaan : Protestan
Join date : 20.12.11
Reputation : 1
Halaman 1 dari 2 • 1, 2
Similar topics
» Gabriel = Iblis ??
» Batu Gabriel: Mesias Sudah Ada Sebelum Yesus
» Siapakah Allah swt dan Jibril itu...?
» jibril = roh kudus??? dasarnya apa?
» seperti apa penampilan malaikat jibril?
» Batu Gabriel: Mesias Sudah Ada Sebelum Yesus
» Siapakah Allah swt dan Jibril itu...?
» jibril = roh kudus??? dasarnya apa?
» seperti apa penampilan malaikat jibril?
Halaman 1 dari 2
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik