FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mahawira Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mahawira Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

mahawira

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

mahawira Empty mahawira

Post by keroncong Mon Apr 02, 2012 1:24 am

Mahavira (yang artinya "pahlawan besar") adalah nama yang
biasa digunakan kaum Jain untuk Vardhamana, tokoh utama
pengembang agama mereka.

Vardhamana dilahirkan sekitar tahun 599 SM di India sebelah
timur laut, di daerah yang sama dengan Gautama Buddha
dilahirkan walaupun segenerasi lebih dulu. Anehnya, peri
kehidupan kedua orang itu banyak persamaannya yang menarik.
Vardhamana anak terkecil seorang pemuka, dan seperti juga
Gautama dibesarkan dalam gelimang kemewahan. Di umur tiga
puluh tahun, dia jauhkan kekayaan, familinya (dia punya
istri dan seorang anak perempuan), meninggalkan
lingkungannya yang nyaman, dan memutuskan mencari kebenaran
dan kepuasan spirituil.

Vardhamana menjadi pendeta aliran disiplin Parsvanatha yang
meski kecil namun teramat keras aturannya. Selama dua belas
tahun dia melaksanakan meditasi dan renung diri, dan selama
itu melaksanakan batasan-batasan moral serta hidup dalam
kemiskin-papaan. Kerap puasa, tak punya milik pribadi dalam
bentuk apa pun, tidak sebuah cangkir atau pun piring untuk
meneguk air dan mengumpulkan sesuap nasi pemberian orang.
Meskipun mulanya ada dia berbaju, tetapi kemudian
dicampakkannya dan berjalan kian kemari dalam keadaan tubuh
sepenuhnya telanjang bulat. Dia biarkan serangga merayapi
badannya dan tak diusirnya walau binatang itu menggigit
kulitnya. India itu tempatnya orang-orang suci berkeliaran
kian kemari, masuk kampung keluar kampung, melompati got dan
selokan, jauh lebih banyak dari sebangsanya di Barat. Walau
penampilan dan tingkah laku Mahavira sering-sering
menimbulkan godaan orang, cercaan, hinaan dan gamparan, toh
kesemuanya itu ditelan dan diendapnya belaka tanpa balasan.

Tatkala umurnya mencapai empat puluh dua tahun, Mahavira
memutuskan bahwa dia pada akhirnya sudah mencapai kecerahan
spirituil. Dia habiskan sisa umur yang tiga puluh tahun
berkhotbah dan mengajar pendalaman spirituil yang sudah
diraihnya. Ketika dia tutup mata di tahun 527 SM, dia sudah
peroleh banyak pengikut.

Dalam beberapa hal doktrin Mahavira amat mirip dengan ajaran
Buddha dan Hindu. Kaum Jain percaya bahwa apabila jasad
manusia mati, sang jiwa tidaklah ikut-ikutan mati bersama
sang jasad tapi beralih (reinkarnasi) ke badan lain (tak
perlu badan manusia) Doktrin perpindahan jiwa ini adalah
salah satu dasar pemikiran faham Jainist. Jainisme juga
percaya kepada karma, doktrin tentang etika konsekuensi dari
sesuatu perbuatan akan menimpanya pula di masa depan. Untuk
mengurangi bertambahnya beban dosa dari sesuatu jiwa, yakni
menyucikannya, merupakan tujuan utama dari ajaran agama
Jain. Sebagian Mahavira mengajarkan, ini bisa dicapai dengan
cara menjauhi kesenangan. Khusus buat pendeta-pendeta Jain,
dianjurkan melaksanakan hidup dengan kesederhanaan yang
ketat. Adalah suatu kemuliaan apabila seseorang membiarkan
dirinya mati kering-keranting kelaparan!

Aspek ,agama Jain yang sangat penting adalah tekanannya pada
doktrin ahimsa atau tanpa kekerasan. Jain menegaskan bahwa
ahimsa termasuk sikap tanpa kekerasan terhadap binatang dan
manusia. Akibat dari kepercayaan ini, mereka "vegetarian"
alias cuma makan tetumbuhan, termasuk rumput dan
alang-alang, kalau doyan. Tapi, penganut yang taat kepada
agama Jain ini berbuat lebih jauh lagi dari itu: nyamuk yang
menggigit kulit dibiarkan semau-maunya; biar lapar, tidak
bakalan mau makan di tempat gelap. Bukankah kalau gelap
jangan-jangan bisa kemasukkan lalat atau tertelan
kalajengking? Makanya, kalau penganut Jain mau menyapu dia
punya jalan atau pekarangan, dia akan rogoh kantong upah
orang lain melakukannya, takut siapa tahu nginjak serangga
atau cacing.

Dari kepercayaan-kepercayaan macam begini, jelaslah penganut
Jain sukar diharapkan tergerak untuk mencangkul tanah. Di
tanah banyak semut, gasir, jangkrik dan rupa-rupa binatang
kecil, bukan? Bisa mati kegencet mereka itu! Maka nyatanya
memang orang-orang Jain tidak bergerak di bidang pertanian.
Dan banyak lagi kerja tangan yang dilarang oleh agama
mereka. Walhasil, agama Jain bisa dijadikan contoh seberapa
jauh sesuatu kepercayaan bisa mempengaruhi tingkah laku dan
cara hidup masyarakat. Meskipun mereka hidup di atas tanah
areal agrikultur, mayoritas penganut Jain berabad lamanya
berkecimpung di bidang perdagangan. Sikap agama Jain
mendorong mereka bekerja rajin. Akibatnya, tidaklah
mengherankan apabila orang-orang Jain tergolong berada dan
partisipasi mereka dalam kegiatan kesenian dan intelektuil
India cukup banyak dan menonjol.

Asalnya, agama Jain tak punya sistem kasta. Tapi, berkat
interaksi yang terus-menerus dengan agama Hindu, sistem ini
berkembang juga di dalam Jainisme, meskipun tidaklah
seekstrim Hindu. Hal serupa, meskipun Mahavira sendiri tidak
berbicara perihal Tuhan atau dewa-dewa, lewat kontak itu
semacam penyembahan terhadap dewata muncul juga. Karena tak
ada bahan-bahan tulisan oleh Mahavira, perembesan Hinduisme
ke Jainisme tidaklah dapat dihindari. Dari jurusan lain ada
pula pengaruh yang masuk, yaitu Jainisme yang mempengaruhi
Hinduisme. Misalnya, penolakan Jainisme terhadap pembunuhan
binatang dan makan daging tampaknya mempengaruhi kalangan
agama Hindu. Lebih jauh lagi, doktrin Jain tentang "tanpa
kekerasan" telah menjadi pengaruh yang berkelanjutan dalam
pikiran orang India, bahkan hingga ke jaman modern.
Misalnya, Gandhi teramat kuat terpengaruh oleh ajaran-ajaran
filosof Jain Shrimad Rajachandra (1867 - 1900), yang
dianggapnya salah seorang gurunya atau guru spirituilnya.

Agama Jain tak pernah punya pengikut dalam jumlah besar.
Kini seluruh jumlah mereka di India hanya sekitar 2.600.000.
Ini rasanya bukanlah suatu jumlah besar dalam kaitan dengan
jumlah penduduk dunia. Tapi, bila digabung jumlah mereka
dalam masa antara 2500 tahun, tentu merupakan jumlah yang
besar juga. Dalam hal menetapkan arti penting Mahavira,
orang harus memperhitungkan agama Jain, yang mungkin lebih
dari lain-lain agama, punya pengaruh yang lestari terhadap
kehidupan para penganutnya.
keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas


Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik