wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
Halaman 1 dari 1 • Share
wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
KENDATI usianya sudah 71 tahun, Suradi ben Abraham masih tampak energik. Wajahnya terlihat segar. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, tahun 1962 ini pernah berdinas sebagai dokter Angkatan Udara Republik Indonesia. Sejak pensiun pada 1982, pria kelahiran Yogyakarta ini banting setir menjadi penginjil.
Rumahnya yang berlantai dua di Jalan Proklamasi 47, Jakarta Pusat, itu di pagi hari dipakai praktek dokter. Sorenya, ayah tujuh anak ini mengajar kitab suci dan bahasa Ibrani secara gratis. Pria tegap setinggi 165 sentimeter ini sudah mendengar bahwa dirinya difatwa mati oleh Forum Ulama Umat, Bandung.
Rabu pekan lalu, wartawan Gatra Ronald Panggabean mewawancarainya. Petikannya:
Apa tanggapan Anda terhadap fatwa mati itu?
Saya belum dapat buktinya. Kalau memang ada, harus diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Jangan mengambil tindakan sendiri-sendiri. Saya bersedia dibawa ke meja hijau, biar pengadilan yang memutuskan. Buku-buku yang saya buat khusus untuk kalangan sendiri. Kenapa mereka menanggapinya. Itu keliru. Kalau marah, laporkan saya ke pihak berwajib. Jangan memancing teror yang bisa membakar amarah orang.
Kenapa Anda menyerang ajaran agama lain?
Saya tidak pernah menyerang. Cuma menceritakan apa adanya. Apa yang mereka sembah di Mekkah dan Ka'bah. Semua tertulis, bukan karangan saya. Nabi mereka mencium batu lalu mengatakan, ''Ya Allah, aku datang atas panggilan-Mu.'' Semuanya tertulis.
Apa dasar Anda mengatakan Al-Quran bukan wahyu Allah?
Al-Quran menyebutkan cirinya sebagai wahyu Allah. Surat An-Nisa ayat 82 berbunyi, ''Apa kamu tidak berpikir sekiranya Al-Quran itu bukan wahyu Allah, tentu kamu akan mendapati pertentangan di dalamnya.'' Ternyata, kok di dalamnya banyak pertentangan. Jadi, Al-Quran bukan wahyu Allah.
Ayat mana saja yang Anda maksud bertentangan?
Misalnya, dikatakan bahwa agama Islam itu diridhai Allah (Ali Imron: 19). Tapi, di ayat lain dikatakan, ''Semua akan ditetapkan masuk neraka'' (Maryam: 71). Masak diridhai, lalu ditetapkan masuk neraka. Bertentangan, kan?
Apa argumentasi Anda menyebut Tuhannya orang Islam itu hajar aswad?
Di Al-Quran dikatakan, ''Sesungguhnya aku diperintahkan menyembah Tuhan di negeri yang haram, yaitu Mekkah.'' Di batu hitam itu tertulis, ''Ya Allah, atas panggilan-Mu, aku datang kepada-Mu.'' Lalu batu itu dicium. Kalau salat, harus menghadap ke batu hitam itu. Jadi, yang mereka sebut Allah adalah batu hitam. Berbeda dengan orang Kristen, sembahyang menyembah yang di surga.
Kenapa Anda katakan suara di Gua Hira, sewaktu Nabi Muhammad menerima wahyu, itu suara s*t*n?
Yang mengatakan begitu Muhammad sendiri. Ketika wahyunya terputus, Muhammad menjadi gelisah sampai dua kali. Lalu bertanya, ''Yang saya dengar ini suara s*t*n atau suara Tuhan.'' Istrinya, Khodijah, menghibur, ''Kamu kan orang baik, masak dimasuki s*t*n.'' Ucapan itu terdapat di mukadimah Al-Quran Departemen Agama.
Kenapa Anda tidak mencari titik temu, tapi malah mempertajam?
Seharusnya begitu. Tapi, yang dilakukan IAIN juga tidak begitu. Anda lihat saja buku-buku yang menyerang iman Kristen di toko buku. Saya menjawab tuduhan mereka bahwa orang Kristen itu kafir dan menyembah manusia. Orang Kristen diserang, kenapa Allah-nya tiga. Kok, ada sebutan anak Allah, padahal Allah tak punya anak dan istri. Buya Hamka pernah membuat fatwa, jangan ikut Natalan orang Kristen, sebab kafir. Orang Islam yang diundang perayaan Natal tak mau datang lagi. Saya hanya meng-counter serangan mereka.
Bagaimana kalau umat Islam tersinggung?
Saya menyayangkan, kok buku-buku itu sampai ke tangan mereka. Mereka kok menanggapi buku untuk kalangan sendiri. Padahal, buku mereka untuk kalangan sendiri malah dijual umum. Tapi, orang Kristen tidak ambil pusing.
Murid-murid Anda dipakai alat Kristenisasi?
Enggak. Kami menolak kalau dikatakan Kristenisasi. Apalagi dikatakan pakai Supermi. Tak ada Kristenisasi, tetapi ''selametisasi'', yaitu membawa berita keselamatan. Maksudnya, supaya orang mendapat berita keselamatan. Manusia itu mau selamat atau tidak?
Anda punya komunikasi dengan ulama-ulama Islam?
Enggak ada. Saya tidak suka berdialog dengan mereka. Kalau dialog, hanya marah-marah, sih. Kalau Gus Dur itu saya puji, karena selalu baik dengan orang Kristen. Saya belum melihat ada ulama yang berpandangan seperti Gus Dur. Yang lain malah mengancam dan menjelek-jelekkan saya.
[Laporan Utama Gatra Nomor 16 Beredar Senin 5 Maret 2001]
Rumahnya yang berlantai dua di Jalan Proklamasi 47, Jakarta Pusat, itu di pagi hari dipakai praktek dokter. Sorenya, ayah tujuh anak ini mengajar kitab suci dan bahasa Ibrani secara gratis. Pria tegap setinggi 165 sentimeter ini sudah mendengar bahwa dirinya difatwa mati oleh Forum Ulama Umat, Bandung.
Rabu pekan lalu, wartawan Gatra Ronald Panggabean mewawancarainya. Petikannya:
Apa tanggapan Anda terhadap fatwa mati itu?
Saya belum dapat buktinya. Kalau memang ada, harus diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Jangan mengambil tindakan sendiri-sendiri. Saya bersedia dibawa ke meja hijau, biar pengadilan yang memutuskan. Buku-buku yang saya buat khusus untuk kalangan sendiri. Kenapa mereka menanggapinya. Itu keliru. Kalau marah, laporkan saya ke pihak berwajib. Jangan memancing teror yang bisa membakar amarah orang.
Kenapa Anda menyerang ajaran agama lain?
Saya tidak pernah menyerang. Cuma menceritakan apa adanya. Apa yang mereka sembah di Mekkah dan Ka'bah. Semua tertulis, bukan karangan saya. Nabi mereka mencium batu lalu mengatakan, ''Ya Allah, aku datang atas panggilan-Mu.'' Semuanya tertulis.
Apa dasar Anda mengatakan Al-Quran bukan wahyu Allah?
Al-Quran menyebutkan cirinya sebagai wahyu Allah. Surat An-Nisa ayat 82 berbunyi, ''Apa kamu tidak berpikir sekiranya Al-Quran itu bukan wahyu Allah, tentu kamu akan mendapati pertentangan di dalamnya.'' Ternyata, kok di dalamnya banyak pertentangan. Jadi, Al-Quran bukan wahyu Allah.
Ayat mana saja yang Anda maksud bertentangan?
Misalnya, dikatakan bahwa agama Islam itu diridhai Allah (Ali Imron: 19). Tapi, di ayat lain dikatakan, ''Semua akan ditetapkan masuk neraka'' (Maryam: 71). Masak diridhai, lalu ditetapkan masuk neraka. Bertentangan, kan?
Apa argumentasi Anda menyebut Tuhannya orang Islam itu hajar aswad?
Di Al-Quran dikatakan, ''Sesungguhnya aku diperintahkan menyembah Tuhan di negeri yang haram, yaitu Mekkah.'' Di batu hitam itu tertulis, ''Ya Allah, atas panggilan-Mu, aku datang kepada-Mu.'' Lalu batu itu dicium. Kalau salat, harus menghadap ke batu hitam itu. Jadi, yang mereka sebut Allah adalah batu hitam. Berbeda dengan orang Kristen, sembahyang menyembah yang di surga.
Kenapa Anda katakan suara di Gua Hira, sewaktu Nabi Muhammad menerima wahyu, itu suara s*t*n?
Yang mengatakan begitu Muhammad sendiri. Ketika wahyunya terputus, Muhammad menjadi gelisah sampai dua kali. Lalu bertanya, ''Yang saya dengar ini suara s*t*n atau suara Tuhan.'' Istrinya, Khodijah, menghibur, ''Kamu kan orang baik, masak dimasuki s*t*n.'' Ucapan itu terdapat di mukadimah Al-Quran Departemen Agama.
Kenapa Anda tidak mencari titik temu, tapi malah mempertajam?
Seharusnya begitu. Tapi, yang dilakukan IAIN juga tidak begitu. Anda lihat saja buku-buku yang menyerang iman Kristen di toko buku. Saya menjawab tuduhan mereka bahwa orang Kristen itu kafir dan menyembah manusia. Orang Kristen diserang, kenapa Allah-nya tiga. Kok, ada sebutan anak Allah, padahal Allah tak punya anak dan istri. Buya Hamka pernah membuat fatwa, jangan ikut Natalan orang Kristen, sebab kafir. Orang Islam yang diundang perayaan Natal tak mau datang lagi. Saya hanya meng-counter serangan mereka.
Bagaimana kalau umat Islam tersinggung?
Saya menyayangkan, kok buku-buku itu sampai ke tangan mereka. Mereka kok menanggapi buku untuk kalangan sendiri. Padahal, buku mereka untuk kalangan sendiri malah dijual umum. Tapi, orang Kristen tidak ambil pusing.
Murid-murid Anda dipakai alat Kristenisasi?
Enggak. Kami menolak kalau dikatakan Kristenisasi. Apalagi dikatakan pakai Supermi. Tak ada Kristenisasi, tetapi ''selametisasi'', yaitu membawa berita keselamatan. Maksudnya, supaya orang mendapat berita keselamatan. Manusia itu mau selamat atau tidak?
Anda punya komunikasi dengan ulama-ulama Islam?
Enggak ada. Saya tidak suka berdialog dengan mereka. Kalau dialog, hanya marah-marah, sih. Kalau Gus Dur itu saya puji, karena selalu baik dengan orang Kristen. Saya belum melihat ada ulama yang berpandangan seperti Gus Dur. Yang lain malah mengancam dan menjelek-jelekkan saya.
[Laporan Utama Gatra Nomor 16 Beredar Senin 5 Maret 2001]
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
''BERAPA kali Saudara sembahyang dalam sehari?'' tanya Dokter Suradi ben Abraham. Pemuda yang sedang berobat kepadanya, sebut saja Jamal, menjawab: ''Lima kali, Pak.'' Mendengar jawaban itu, Suradi bicara lagi: ''Berarti Saudara selalu baca ihdinash shirath al-mustaqim (tunjukkan kami jalan yang lurus --Red). Shirath al-mustaqim itu apa?'' Jamal menjawab polos: ''Belum tahu, Pak.''
Atas jawaban itu, Suradi kembali mencecarkan pertanyaannya, ''Sudah berapa lama Saudara sembahyang?'' ''Wah, sudah tahunan, Pak,'' kata Jamal. ''Al-Quran sudah menjawab apa itu shirath al-mustaqim,'' kata Suradi. Ia lalu mengutip dan menerjemahkan kalimat per kalimat ayat 61 surat Al-Zukhruf, ''Wa innahu la'ilmun lissa'ah. Sesungguhnya Yesus itu tahu tentang hari kiamat. Fala tamtarunna biha. Jangan ragu-ragu menerima dia, menerima Isa itu. Wattabi'uni. Ikutilah dia. Hadza shirathun mustaqim, dia itulah jalan yang lurus. Jadi, shirath al-mustaqim itu menurut Quran adalah Yesus.''
Begitulah penggalan transkrip ceramah Evangelis Suradi yang beredar di masyarakat belakangan ini. Kala cerita itu dikonfirmasikan Gatra, Suradi tidak membantah. Itulah isi ceramahnya tahun 1990. Model pemaknaan ayat tersebut, bagi Masyhud --pengkaji kristologi asal Surabaya-- adalah contoh kebiasaan Suradi dalam menjungkirbalikkan makna ayat Quran. Masyhud telah dua kali berdebat resmi dengan kalangan Nehemia pada 1995.
Kalimat fala tamtarunna biha itu semestinya bermakna, ''Janganlah kamu meragukan hari kiamat.'' Kata biha merujuk pada kata sa'ah (kiamat), bukan pada kata Isa, seperti diartikan Suradi. Sedangkan kalimat wattabi'uni hadza shiratun mustaqim berarti ''ikutilah Aku (Allah), inilah jalan yang lurus.'' Dengan demikian, shirath mustaqim adalah ketaatan pada Allah, bukan Yesus. ''Suradi menafsiri Al-Quran semaunya sendiri,'' kata ahli tafsir dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, Prof. Dr. Imam Muchlas, kepada Mujib Rahman dari Gatra.
Suradi memang punya perhatian besar pada Al-Quran. Dalam buletin Gema Nehemia edisi 32, dokter lulusan Universitas Diponegoro, Semarang, ini menghabiskan 48 dari 66 halaman untuk memperdebatkan ayat-ayat Al-Quran yang dinilainya ganjil, bersama seorang koresponden bernama Zainal Abidin. Suradi menyimpulkan bahwa ada 364 pertentangan antarayat dalam Al-Quran. ''Jadi, Al-Quran itu bukan wahyu Allah,'' kata Suradi kepada Ronald Panggabean dari Gatra. Alasannya, karena menurut surat An-Nisa' ayat 82, ciri wahyu Allah adalah jika tak ada pertentangan di dalamnya.
Contoh kontradiksi Al-Quran yang sering disebut-sebut Suradi adalah ayat-ayat tentang zina. Pada ayat 32 surat Al-Isra' disebutkan mengharamkan zina. Tapi, ayat 5-6 surat Al-Mukminun membolehkan berhubungan seksual dengan budak. ''Mengumbar kemaluan pada budak itu kan zina,'' kata Suradi. Ia pun punya ''ledekan'' populer, ''Bagi orang Kristen, babi itu halal, sedangkan babu haram. Namun, bagi orang Islam, babi itu haram, dan babu itu halal.'' Suradi menyamakan budak dengan babu.
Di mata Ketua Majelis Ulama Indonesia, Prof. Dr. Umar Shihab, pemahaman Suradi itu menunjukkan kedangkalan pengetahuannya tentang Islam. ''Ia hanya baca teks Al-Quran, tapi tidak mendalami hadis dan pendapat para ahli fikih,'' kata Umar. Kala Islam hadir, perbudakan telah menjadi gejala umum. Tidak hanya di Timur Tengah, melainkan juga di Eropa dan India. ''Semangat Islam adalah menghapus perbudakan dengan cara bertahap,'' kata guru besar hukum Islam IAIN Yogyakarta, Prof. Saad Abdul Wahid.
''Saat sistem perbudakan dianut, status hukum budak adalah milik tuannya,'' kata ahli hadis dari IAIN Bandung, Dr. Daud Rasyid, kepada Rohman Hudaya dari Gatra. Itu seperti istri yang sah menjadi milik suami, sehingga sah pula digauli.
Menggauli budak itu berbeda dengan zina. Ketika sang budak digauli, saat itu ada proses pembebasan. Karena anak sang budak, ketika lahir kelak, otomatis merdeka. Bila sang tuan meninggal, si budak tidak menjadi harta warisan, melainkan terbebas dari statusnya sebagai budak. Status halal budak itu melekat pada saat transaksi pembelian budak.
''Budak itu berbeda dengan pembantu pada zaman sekarang,'' kata pengurus Majelis Tarjih Muhammadiyah, Prof. Asmuni Abdurrahman. Sebab, kini sudah tak ada lagi manusia yang memenuhi kriteria budak, seperti yang berlaku pada masa awal Islam. Sekarang tidak bisa lagi seseorang mengklaim sah berhubungan seksual dengan budak. ''Ketentuan halal berhubungan seks dengan budak saat ini tidak relevan, karena sudah tak ada budak,'' kata Hakim Agung Dr. Rifyal Ka'bah. [Asrori S. Karni, Sujoko, dan Nurul Fitriyah]
[Laporan Utama Gatra Nomor 16 Beredar Senin 5 Maret 2001]
Atas jawaban itu, Suradi kembali mencecarkan pertanyaannya, ''Sudah berapa lama Saudara sembahyang?'' ''Wah, sudah tahunan, Pak,'' kata Jamal. ''Al-Quran sudah menjawab apa itu shirath al-mustaqim,'' kata Suradi. Ia lalu mengutip dan menerjemahkan kalimat per kalimat ayat 61 surat Al-Zukhruf, ''Wa innahu la'ilmun lissa'ah. Sesungguhnya Yesus itu tahu tentang hari kiamat. Fala tamtarunna biha. Jangan ragu-ragu menerima dia, menerima Isa itu. Wattabi'uni. Ikutilah dia. Hadza shirathun mustaqim, dia itulah jalan yang lurus. Jadi, shirath al-mustaqim itu menurut Quran adalah Yesus.''
Begitulah penggalan transkrip ceramah Evangelis Suradi yang beredar di masyarakat belakangan ini. Kala cerita itu dikonfirmasikan Gatra, Suradi tidak membantah. Itulah isi ceramahnya tahun 1990. Model pemaknaan ayat tersebut, bagi Masyhud --pengkaji kristologi asal Surabaya-- adalah contoh kebiasaan Suradi dalam menjungkirbalikkan makna ayat Quran. Masyhud telah dua kali berdebat resmi dengan kalangan Nehemia pada 1995.
Kalimat fala tamtarunna biha itu semestinya bermakna, ''Janganlah kamu meragukan hari kiamat.'' Kata biha merujuk pada kata sa'ah (kiamat), bukan pada kata Isa, seperti diartikan Suradi. Sedangkan kalimat wattabi'uni hadza shiratun mustaqim berarti ''ikutilah Aku (Allah), inilah jalan yang lurus.'' Dengan demikian, shirath mustaqim adalah ketaatan pada Allah, bukan Yesus. ''Suradi menafsiri Al-Quran semaunya sendiri,'' kata ahli tafsir dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, Prof. Dr. Imam Muchlas, kepada Mujib Rahman dari Gatra.
Suradi memang punya perhatian besar pada Al-Quran. Dalam buletin Gema Nehemia edisi 32, dokter lulusan Universitas Diponegoro, Semarang, ini menghabiskan 48 dari 66 halaman untuk memperdebatkan ayat-ayat Al-Quran yang dinilainya ganjil, bersama seorang koresponden bernama Zainal Abidin. Suradi menyimpulkan bahwa ada 364 pertentangan antarayat dalam Al-Quran. ''Jadi, Al-Quran itu bukan wahyu Allah,'' kata Suradi kepada Ronald Panggabean dari Gatra. Alasannya, karena menurut surat An-Nisa' ayat 82, ciri wahyu Allah adalah jika tak ada pertentangan di dalamnya.
Contoh kontradiksi Al-Quran yang sering disebut-sebut Suradi adalah ayat-ayat tentang zina. Pada ayat 32 surat Al-Isra' disebutkan mengharamkan zina. Tapi, ayat 5-6 surat Al-Mukminun membolehkan berhubungan seksual dengan budak. ''Mengumbar kemaluan pada budak itu kan zina,'' kata Suradi. Ia pun punya ''ledekan'' populer, ''Bagi orang Kristen, babi itu halal, sedangkan babu haram. Namun, bagi orang Islam, babi itu haram, dan babu itu halal.'' Suradi menyamakan budak dengan babu.
Di mata Ketua Majelis Ulama Indonesia, Prof. Dr. Umar Shihab, pemahaman Suradi itu menunjukkan kedangkalan pengetahuannya tentang Islam. ''Ia hanya baca teks Al-Quran, tapi tidak mendalami hadis dan pendapat para ahli fikih,'' kata Umar. Kala Islam hadir, perbudakan telah menjadi gejala umum. Tidak hanya di Timur Tengah, melainkan juga di Eropa dan India. ''Semangat Islam adalah menghapus perbudakan dengan cara bertahap,'' kata guru besar hukum Islam IAIN Yogyakarta, Prof. Saad Abdul Wahid.
''Saat sistem perbudakan dianut, status hukum budak adalah milik tuannya,'' kata ahli hadis dari IAIN Bandung, Dr. Daud Rasyid, kepada Rohman Hudaya dari Gatra. Itu seperti istri yang sah menjadi milik suami, sehingga sah pula digauli.
Menggauli budak itu berbeda dengan zina. Ketika sang budak digauli, saat itu ada proses pembebasan. Karena anak sang budak, ketika lahir kelak, otomatis merdeka. Bila sang tuan meninggal, si budak tidak menjadi harta warisan, melainkan terbebas dari statusnya sebagai budak. Status halal budak itu melekat pada saat transaksi pembelian budak.
''Budak itu berbeda dengan pembantu pada zaman sekarang,'' kata pengurus Majelis Tarjih Muhammadiyah, Prof. Asmuni Abdurrahman. Sebab, kini sudah tak ada lagi manusia yang memenuhi kriteria budak, seperti yang berlaku pada masa awal Islam. Sekarang tidak bisa lagi seseorang mengklaim sah berhubungan seksual dengan budak. ''Ketentuan halal berhubungan seks dengan budak saat ini tidak relevan, karena sudah tak ada budak,'' kata Hakim Agung Dr. Rifyal Ka'bah. [Asrori S. Karni, Sujoko, dan Nurul Fitriyah]
[Laporan Utama Gatra Nomor 16 Beredar Senin 5 Maret 2001]
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
chriztian_power- SERSAN SATU
-
Posts : 173
Kepercayaan : Advent
Location : standing in the dark
Join date : 20.03.12
Reputation : 4
Re: wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
Di gramedia banyak tuh buku2 islam yg menyerang kristen koq ndak pernah dipersoalkan yah ???
kucingm- REGISTERED MEMBER
-
Posts : 2
Location : LA
Join date : 31.10.12
Reputation : 0
Re: wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
di bagian mana? dan apa contohnya? ntar habis ini tak ke Gramedia!
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
jangan-jangan pdt suradi ini salah satu senior di sini..... namanya saja persis lho suradi- su(ga)ra(wa)di.....
coba aja liat..... idenya sama.... pendapatnya tentang islam juga sama
coba aja liat..... idenya sama.... pendapatnya tentang islam juga sama
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: wawancara penginjil suradi ben abraham dengan majalah gatra
Qs 4:25 Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri (dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
NB
kata mengawini artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri
NB
kata mengawini artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Similar topics
» bahaya majalah porno
» bahaya majalah porno
» Peluang Bisnis Menjadi Agen Majalah AL ILMU
» Dsign - Membuat Tempat Sampah Dari Majalah Bekas
» Putra Penginjil Bunuh Diri
» bahaya majalah porno
» Peluang Bisnis Menjadi Agen Majalah AL ILMU
» Dsign - Membuat Tempat Sampah Dari Majalah Bekas
» Putra Penginjil Bunuh Diri
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik