citra islam di negara eropa
Halaman 1 dari 1 • Share
citra islam di negara eropa
Pada masa Reformasi, setelah berabad-abad dalam ketakutan
dan permusuhan, Islam terbukti merupakan alat yang tepat
dalam serangan-serangan polemik di antara kaum Kristen,
lambang bahaya anti-Kristus. Martin Luther memandang Islam
"dalam gaya abad pertengahan, sebagai suatu gerakan
kekerasan untuk melayani anti-Kristus; itu tidak dapat
diubah karena tertutup bagi akal; hanya dapat dihentikan
dengan pedang dan bahkan dengan suatu usaha yang sulit."[6]
Pada abad-abad berikutnya, Islam terus dipergunakan sebagai
sesuatu yang jelek bagi para penulis yang mengunggulkan
prinsip dan kebajikan Pencerahan. Fanaticism, or Muhammad
the Prophet karya Voltaire menggambarkan Nabi Muhammad
sebagai tiran yang teokratis. Ernest Renan, dalam sebuah
kuliah yang sering dikutip, mengunggulkan sains dan nalar
serta kemajuan manusia, dengan mengatakan bahwa Islam tidak
sesuai dengan sains, dan bahwa kaum Muslim tidak mampu
belajar ataupun membuka diri terhadap gagasan-gagasan baru.[7]
Stereotip tradisi agama yang statis, irasional, tidak ada
kemajuan dan antimodern ini diabadikan oleh para pakar dan
teori pembangunan dalam abad ke-20.
Walaupun dunia Islam dan Kristen sangat membanggakan agama
dan kekayaan tradisi belajar dan peradaban mereka, dinamika
sejarah hubungan Islam-Kristen kerap menjumpai kedua umat
tersebut bersaing, dan terkadang terperangkap dalam
peperangan, untuk mendapatkan kekuasaan, tanah dan jiwa.
Akibatnya, mereka lebih sering bermusuhan daripada bersikap
sebagai sesama Ahlul Kitab yang berusaha mematuhi dan
mengabdi kepada Tuhan mereka. Bagi Kristen, Islam terbukti
sebagai ancaman ganda, baik dalam hal agama maupun politik,
yang sering mengancam untuk menyerang Eropa, mula-mula di
Poitiers dan akhirnya di gerbang Wina. Bukan lelucon jika
beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa jika tentara Muslim
tidak dikalahkan di Poitiers, mungkin bahasa Oxford, dan
juga bahasa Eropa sendiri, adalah bahasa Arab! Gereja
Kristen yakin memiliki kebenaran dan ditakdirkan untuk
mengemban misi menyelamatkan maksud-maksud kepausan dan
kerajaan yang absah. Selain itu, ia memperkuat perasaan
unggul dan benar yang memberikan alasan bagi mencemarkan
nama musuh secara religius, intelektual dan kultural.
Sikap-sikap yang sama ini membuahkan keberhasilan bagi
tentara Muslim dan penyebaran Islam yang cepat oleh para
tentara, pedagang, dan da'i yang lebih merupakan tantangan
bagi agama dan kekuasaan Kristen. Kalau sepuluh abad pertama
tampak sebagai pertandingan yang tidak seimbang di mana
Kristen lebih sering terkepung, masa awal kolonialisme Eropa
menunjukkan adanya pergeseran kekuasaan: sejak itu
kolonialisme mendominasi sejarah dan jiwa kaum Muslim, dan
terus menerus, dan kadang-kadang secara dramatis,
mempengaruhi hubungan antara Islam dan Barat sampai kini.
Dengan adanya Revolusi Iran tahun 1978-1979 dan yang lebih
akhir, Perang Teluk 1991, citra pejuang Salib dan
imperialisme Barat tetap hidup, suatu pengalaman yang
benar-benar hidup dalam kesadaran dan retorika politik kaum
Muslim. []
Catatan kaki:
[6]: Hourani, Europe and the Middle East, hlm. 10.
[7]: Ibid., hlm. 12.
dan permusuhan, Islam terbukti merupakan alat yang tepat
dalam serangan-serangan polemik di antara kaum Kristen,
lambang bahaya anti-Kristus. Martin Luther memandang Islam
"dalam gaya abad pertengahan, sebagai suatu gerakan
kekerasan untuk melayani anti-Kristus; itu tidak dapat
diubah karena tertutup bagi akal; hanya dapat dihentikan
dengan pedang dan bahkan dengan suatu usaha yang sulit."[6]
Pada abad-abad berikutnya, Islam terus dipergunakan sebagai
sesuatu yang jelek bagi para penulis yang mengunggulkan
prinsip dan kebajikan Pencerahan. Fanaticism, or Muhammad
the Prophet karya Voltaire menggambarkan Nabi Muhammad
sebagai tiran yang teokratis. Ernest Renan, dalam sebuah
kuliah yang sering dikutip, mengunggulkan sains dan nalar
serta kemajuan manusia, dengan mengatakan bahwa Islam tidak
sesuai dengan sains, dan bahwa kaum Muslim tidak mampu
belajar ataupun membuka diri terhadap gagasan-gagasan baru.[7]
Stereotip tradisi agama yang statis, irasional, tidak ada
kemajuan dan antimodern ini diabadikan oleh para pakar dan
teori pembangunan dalam abad ke-20.
Walaupun dunia Islam dan Kristen sangat membanggakan agama
dan kekayaan tradisi belajar dan peradaban mereka, dinamika
sejarah hubungan Islam-Kristen kerap menjumpai kedua umat
tersebut bersaing, dan terkadang terperangkap dalam
peperangan, untuk mendapatkan kekuasaan, tanah dan jiwa.
Akibatnya, mereka lebih sering bermusuhan daripada bersikap
sebagai sesama Ahlul Kitab yang berusaha mematuhi dan
mengabdi kepada Tuhan mereka. Bagi Kristen, Islam terbukti
sebagai ancaman ganda, baik dalam hal agama maupun politik,
yang sering mengancam untuk menyerang Eropa, mula-mula di
Poitiers dan akhirnya di gerbang Wina. Bukan lelucon jika
beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa jika tentara Muslim
tidak dikalahkan di Poitiers, mungkin bahasa Oxford, dan
juga bahasa Eropa sendiri, adalah bahasa Arab! Gereja
Kristen yakin memiliki kebenaran dan ditakdirkan untuk
mengemban misi menyelamatkan maksud-maksud kepausan dan
kerajaan yang absah. Selain itu, ia memperkuat perasaan
unggul dan benar yang memberikan alasan bagi mencemarkan
nama musuh secara religius, intelektual dan kultural.
Sikap-sikap yang sama ini membuahkan keberhasilan bagi
tentara Muslim dan penyebaran Islam yang cepat oleh para
tentara, pedagang, dan da'i yang lebih merupakan tantangan
bagi agama dan kekuasaan Kristen. Kalau sepuluh abad pertama
tampak sebagai pertandingan yang tidak seimbang di mana
Kristen lebih sering terkepung, masa awal kolonialisme Eropa
menunjukkan adanya pergeseran kekuasaan: sejak itu
kolonialisme mendominasi sejarah dan jiwa kaum Muslim, dan
terus menerus, dan kadang-kadang secara dramatis,
mempengaruhi hubungan antara Islam dan Barat sampai kini.
Dengan adanya Revolusi Iran tahun 1978-1979 dan yang lebih
akhir, Perang Teluk 1991, citra pejuang Salib dan
imperialisme Barat tetap hidup, suatu pengalaman yang
benar-benar hidup dalam kesadaran dan retorika politik kaum
Muslim. []
Catatan kaki:
[6]: Hourani, Europe and the Middle East, hlm. 10.
[7]: Ibid., hlm. 12.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: citra islam di negara eropa
Efek negatif dan peristiwa sejarah Kristen-Muslim tercermin
dalam pandangan mengenai Islam yang muncul dari literatur
dan pemikiran Barat. Walaupun ada saat-saat berhubungan.
saling mengetahui, dan pertukaran yang bersifat membangun,
pada umumnya ekspansi Muslim ke Eropa, dari penaklukan Arab
hingga Perang Salib dan Kerajaan Utsmaniyah, menghasilkan
permusuhan dan ketidakpercayaan terhadap Islam, yang
terutama dipandang sebagai ancaman bagi Kristen. Warisan
ini, seperti yang dikatakan oleh Albert Hourani, "masih ada
dalam kesadaran Eropa, yang masih takut dan pada umumnya
masih salah paham."[1] Rasa takut dan penghinaan yang bersatu
dengan etnosentrisme Eropa mengakibatkan citra Islam dan
Muslim yang terdistorsi dan menjadikan para ilmuwan beralih
dari studi tentang kontribusi Islam ke pemikiran Barat.
"Sebelum tahun-tahun di antara dua Perang Dunia, usaha yang
serius dilakukan untuk memahami kontribusi Islam pada
perkembangan pemikiran Barat dan dampaknya pada masyarakat
Barat yang berada di lingkungan Islam."[2]
Pada penaklukan-penaklukan Arab abad ke-7, Kristen sekali
lagi merasakan Islam sebagai ancaman ganda, baik secara
teologis maupun politis. Perang Salib untuk pertama kalinya
telah membuat Islam sangat dikenal di Eropa abad
pertengahan, walaupun tidak dipahami. R.W. Southern menulis:
"Sebelum tahun 1100, saya menemukan hanya satu kali sebutan
nama Muhammad dalam literatur abad pertengahan di luar
Spanyol dan Italia Selatan. Tetapi sejak tahun 1120 setiap
orang di Barat mempunyai gambaran mengenai apa arti Islam
dan siapa Muhammad. Gambaran itu sangat jelas, tetapi itu
bukan pengetahuan... Para penulisnya menikmatkan diri dalam
kebodohan akan imajinasi kemenangan."[3]
Kebodohan ini bukan hanya mencerminkan pengetahuan yang
kurang tetapi juga kecenderungan manusia pada umumnya baik
di antara orang-orang terpelajar maupun tidak terpelajar
untuk mengecam dan menjelek-jelekkan musuhnya, untuk merasa
unggul dan memusnahkan hal-hal yang menantang dan mengancam
kepercayaan atau kepentingannya dengan mencapnya sebagai
sesuatu yang jelek, sesat, fanatik, atau irasional. Gambaran
atau karikatur yang menjelek-jelekkan Muhammad dan Islam
diciptakan -atau lebih tepatnya, dikarang- dengan tidak
memperhatikan ketepatan. Acapkali kepercayaan dan praktik
seperti politeisme, memakan daging babi, minum minuman
keras, dan promiskuitas seksual -yang sangat bertentangan
dengan kepercayaan dasarnya- diarahkan kepada Islam dan
Muhammad. Muhammad difitnah sebagai pembohong dan
anti-Kristus yang menggunakan sihir dan keajaiban untuk
mencoba menghancurkan gereja. Seperti diakui oleh penulis
(non-Muslim) sebuah biografi awal Nabi Muhammad yang
diterbitkan di Barat, "Adalah aman untuk mengatakan hal-hal
jelek tentang seseorang yang kejahatannya melampaui segala
perbuatan jahat yang dapat dikatakan."[4] Epik besar pada saat
itu menyebarkan kebodohan dan distorsi, yang menggambarkan
kaum Muslim yang menyembah patung sedang menyembah Tuhan
mereka, Muhammad, "di sinagog (dengan demikian semakin
mendekatkan Islam kepada kepercayaan Yahudi yang tidak dapat
diterima) atau di mahomeri." Maxime Rodinson berkata: "Fiksi
murni, yang sasarannya hanya untuk menarik perhatian pembaca
dicampur aduk dalam proporsi yang beraneka ragam dengan
kesalahpahaman yang mengobarkan kebencian musuh."[5]
Catatan kaki:
[1]: Hourani, Europe and the Middle East, hlm. 10.
[2]: R.W. Southern, Western View of Islam and the Middle Ages
(Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1962),
hlm. 2.
[3]: Ibid., hlm. 28.
[4]: Ibid., hlm. 31.
[5]: Rodinson, "Western Image," hlm. 14.
dalam pandangan mengenai Islam yang muncul dari literatur
dan pemikiran Barat. Walaupun ada saat-saat berhubungan.
saling mengetahui, dan pertukaran yang bersifat membangun,
pada umumnya ekspansi Muslim ke Eropa, dari penaklukan Arab
hingga Perang Salib dan Kerajaan Utsmaniyah, menghasilkan
permusuhan dan ketidakpercayaan terhadap Islam, yang
terutama dipandang sebagai ancaman bagi Kristen. Warisan
ini, seperti yang dikatakan oleh Albert Hourani, "masih ada
dalam kesadaran Eropa, yang masih takut dan pada umumnya
masih salah paham."[1] Rasa takut dan penghinaan yang bersatu
dengan etnosentrisme Eropa mengakibatkan citra Islam dan
Muslim yang terdistorsi dan menjadikan para ilmuwan beralih
dari studi tentang kontribusi Islam ke pemikiran Barat.
"Sebelum tahun-tahun di antara dua Perang Dunia, usaha yang
serius dilakukan untuk memahami kontribusi Islam pada
perkembangan pemikiran Barat dan dampaknya pada masyarakat
Barat yang berada di lingkungan Islam."[2]
Pada penaklukan-penaklukan Arab abad ke-7, Kristen sekali
lagi merasakan Islam sebagai ancaman ganda, baik secara
teologis maupun politis. Perang Salib untuk pertama kalinya
telah membuat Islam sangat dikenal di Eropa abad
pertengahan, walaupun tidak dipahami. R.W. Southern menulis:
"Sebelum tahun 1100, saya menemukan hanya satu kali sebutan
nama Muhammad dalam literatur abad pertengahan di luar
Spanyol dan Italia Selatan. Tetapi sejak tahun 1120 setiap
orang di Barat mempunyai gambaran mengenai apa arti Islam
dan siapa Muhammad. Gambaran itu sangat jelas, tetapi itu
bukan pengetahuan... Para penulisnya menikmatkan diri dalam
kebodohan akan imajinasi kemenangan."[3]
Kebodohan ini bukan hanya mencerminkan pengetahuan yang
kurang tetapi juga kecenderungan manusia pada umumnya baik
di antara orang-orang terpelajar maupun tidak terpelajar
untuk mengecam dan menjelek-jelekkan musuhnya, untuk merasa
unggul dan memusnahkan hal-hal yang menantang dan mengancam
kepercayaan atau kepentingannya dengan mencapnya sebagai
sesuatu yang jelek, sesat, fanatik, atau irasional. Gambaran
atau karikatur yang menjelek-jelekkan Muhammad dan Islam
diciptakan -atau lebih tepatnya, dikarang- dengan tidak
memperhatikan ketepatan. Acapkali kepercayaan dan praktik
seperti politeisme, memakan daging babi, minum minuman
keras, dan promiskuitas seksual -yang sangat bertentangan
dengan kepercayaan dasarnya- diarahkan kepada Islam dan
Muhammad. Muhammad difitnah sebagai pembohong dan
anti-Kristus yang menggunakan sihir dan keajaiban untuk
mencoba menghancurkan gereja. Seperti diakui oleh penulis
(non-Muslim) sebuah biografi awal Nabi Muhammad yang
diterbitkan di Barat, "Adalah aman untuk mengatakan hal-hal
jelek tentang seseorang yang kejahatannya melampaui segala
perbuatan jahat yang dapat dikatakan."[4] Epik besar pada saat
itu menyebarkan kebodohan dan distorsi, yang menggambarkan
kaum Muslim yang menyembah patung sedang menyembah Tuhan
mereka, Muhammad, "di sinagog (dengan demikian semakin
mendekatkan Islam kepada kepercayaan Yahudi yang tidak dapat
diterima) atau di mahomeri." Maxime Rodinson berkata: "Fiksi
murni, yang sasarannya hanya untuk menarik perhatian pembaca
dicampur aduk dalam proporsi yang beraneka ragam dengan
kesalahpahaman yang mengobarkan kebencian musuh."[5]
Catatan kaki:
[1]: Hourani, Europe and the Middle East, hlm. 10.
[2]: R.W. Southern, Western View of Islam and the Middle Ages
(Cambridge, Mass.: Harvard University Press, 1962),
hlm. 2.
[3]: Ibid., hlm. 28.
[4]: Ibid., hlm. 31.
[5]: Rodinson, "Western Image," hlm. 14.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» Negara-Negara Eropa Ngejajah, tapi kenapa tak mendapatkan karma/azab ?
» kebangkitan islam dan negara-negara kawasan arab
» Islam Conquer European Footbal - Islam Telah Menguasai Sepakbola Eropa
» Masa Kejayaan Islam Di Eropa
» gerakan anti islam di eropa
» kebangkitan islam dan negara-negara kawasan arab
» Islam Conquer European Footbal - Islam Telah Menguasai Sepakbola Eropa
» Masa Kejayaan Islam Di Eropa
» gerakan anti islam di eropa
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik