Suka Pamer Kejahatan

“Barangsiapa yang merasa gembira apabila dia melakukan amal baik dan merasa buruk dengan perlakuan dosanya, itulah ciri mukmin sejati” (HR. At-Tirmizi).

Disadari atau tidak, kita manusia termasuk makhluk yang suka pamer. Muncul rasa bangga bila segala kemewahan yang dimiliki diketahui orang banyak. Tak sedikit yang bangga menikmati kendaraan dan rumah mewah, meskipun dari hasil kejahatannya. Disadari atau tidak, perilaku tersebut secara tidak langsung menyampaikan suatu pesan kepada orang banyak bahwa betapa nikmat hasil kejahatan.

Pesan tidak langsung inilah yang banyak menjadi perhatian orang. Apalagi pesan menyangkut kemewahan, pasti akan dikerumuni bagaikan gula dikerumuni semut-semut. Termasuk yang mengerumuninya adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan tinggi. Akibatnya, tidak sedikit orang yang berilmu pengetahuan ikut mencoba menggali lebih dalam pesan itu untuk menemukan jalur bagaimana mencari kenikmatan, terlepas halal haramnya. Dari jalur inilah terjerumus banyak orang dan terjadi pesan berantai, yang melahirkan generasi-generasi yang bangga dengan harta atau kemewahan, meskipun dari hasil kejahatan.

Yang paling menguatirkan, bila yang berbuat demikian terancam tak diampuni dosa, menanggung dosa berganda, serta kehilangan jati dirinya sebagai mukmin. Sebab, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa semua umatnya dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat maksiat terang-terangan, dan menampakkan-nampakkanya maksiat (HR. Bukhari). Juga diingatkan, siapapun yang berbuat buruk dan perbuatan buruknya ditiru orang, akan mewarisi dosa orang-orang yang mengikutinya. Dan, mukmin sejati akan merasa tak buruk dengan perbuatan dosanya.

Semoga kita disini terhindar dari sifat buruk demikian, ya Bung HT...
:surban: :surban:
:lkj:

Admin wrote:Semoga kita disini terhindar dari sifat buruk demikian, ya Bung HT...
:surban: :surban:
:lkj:

Amin Ya rabbal "aalamiin........ :surban: :surban:

hamba tuhan wrote:Bangga dengan Maksiat

“Semua umatku dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan. Dan di antara bentuk menampakkan maksiat adalah seorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan berada di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai si fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’

Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah tutupi darinya” (HR. Bukhari).

Ini memang suatu kecenderungan aneh sebahagian manusia di dunia ini. Kecenderungan aneh ini tidak dimiliki, kecuali oleh manusia-manusia dari golongan yang dibenci Allah. Yaitu, menceritakan dengan penuh rasa bangga segala keberhasilannya dalam melakukan kemaksiatan di waktu-waktu tertentu.

Beragam bentuk kebanggaan yang diumbar. Misalnya, membeberkan kepiawaian dan kepuasan hatinya karena berhasil merampok harta orang lain dalam jumlah besar suatu ketika. Ada juga yang bangga bercerita kepada temannya bahwa ia telah berzina dengan seseorang atau banyak orang di masa mudanya. Ada juga yang bangga dengan permainan judinya yang menang berkali-kali. Juga senang melukiskan tentang keberhasilannya menjegal jalan keberhasilan orang lain hingga kehidupannya berantakan. Ada juga yang bangga dengan kekuatannya yang tangkas dalam memukul orang lain.

Padahal kebanggaan seperti itu amat dahsyat dampak buruknya, terutama bagi dirinya sendiri. Menurut Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits di atas orang yang demikian tidak akan diampuni dosanya oleh Allah (HR. Bukhari). Lebih-lebih kebanggaan yang demikian bisa menggugah hasrat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Yang tak kalah parahnya adalah mengundang dendam kesumat yang bertambah-tambah dari orang-orang yang pernah menjadi korbannya. Jadinya singkatnya, kebanggaan demikian adalah bangga dengan dosanya yang tak diampuni.

Yang kayak gini nih udah jadi budaya kebanyakan manusia. Ada istilah 'orang jujur akan hancur'. Ampun dah ....

agus wrote:

hamba tuhan wrote:Bangga dengan Maksiat

“Semua umatku dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan. Dan di antara bentuk menampakkan maksiat adalah seorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan berada di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai si fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’

Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah tutupi darinya” (HR. Bukhari).

Ini memang suatu kecenderungan aneh sebahagian manusia di dunia ini. Kecenderungan aneh ini tidak dimiliki, kecuali oleh manusia-manusia dari golongan yang dibenci Allah. Yaitu, menceritakan dengan penuh rasa bangga segala keberhasilannya dalam melakukan kemaksiatan di waktu-waktu tertentu.

Beragam bentuk kebanggaan yang diumbar. Misalnya, membeberkan kepiawaian dan kepuasan hatinya karena berhasil merampok harta orang lain dalam jumlah besar suatu ketika. Ada juga yang bangga bercerita kepada temannya bahwa ia telah berzina dengan seseorang atau banyak orang di masa mudanya. Ada juga yang bangga dengan permainan judinya yang menang berkali-kali. Juga senang melukiskan tentang keberhasilannya menjegal jalan keberhasilan orang lain hingga kehidupannya berantakan. Ada juga yang bangga dengan kekuatannya yang tangkas dalam memukul orang lain.

Padahal kebanggaan seperti itu amat dahsyat dampak buruknya, terutama bagi dirinya sendiri. Menurut Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits di atas orang yang demikian tidak akan diampuni dosanya oleh Allah (HR. Bukhari). Lebih-lebih kebanggaan yang demikian bisa menggugah hasrat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Yang tak kalah parahnya adalah mengundang dendam kesumat yang bertambah-tambah dari orang-orang yang pernah menjadi korbannya. Jadinya singkatnya, kebanggaan demikian adalah bangga dengan dosanya yang tak diampuni.

Yang kayak gini nih udah jadi budaya kebanyakan manusia. Ada istilah 'orang jujur akan hancur'. Ampun dah ....

hehehe..mas agus, itu istilah tsb mustinya kita 'renovasi' atau perbaiki bahwa "bila ia benar-benar orang jujur maka tidak akan hancur"...
jika ia mukmin (simple-nya: orang beriman), maka harus bersandar dan tersadar dari rumus:
1) iman/keimanan itu pasti akan mendapatkan ujian dari-Nya
2) bisa membedakan mana status 'ujian' dan mana status 'siksa/azab' walaupun mungkin 'barang'nya itu-itu juga...
3) rukun iman yang ke-6.
4) Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...

:3: