Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
Halaman 1 dari 1 • Share
Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
Apakah do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh itu pahalanya akan sampai kepada orang mati? Dalam hal ini bahwa do’a, bacaan Al-Qur’an, tahlil dan shadaqoh tidak sampai pahalanya kepada orang mati dengan alasan dalilnya, sebagai berikut:
وَاَنْ لَيْسَ لِلْلاِءنْسنِ اِلاَّ مَاسَعَى
“Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan”. (QS An-Najm 53: 39)
Juga hadits Nabi MUhammad SAW:
اِذَامَاتَ ابْنُ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
“Apakah anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak yang sholeh yang mendo’akan dia.”
Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa bacaan atau amalan yang pahalanya dikirimkan/dihadiahkan kepada mayit adalah tidak dapat sampai kepada si mayit. Lihat: Takmilatul Majmu’ Syarah Muhadzab 10:426, Fatawa al-Kubro al-Fiqhiyah (al-Haitsami) 2:9, Hamisy al-Umm (Imam Muzani) 7:269, al-Jamal (Imam al-Khozin) 4:236, Tafsir Jalalain 2:19, Tafsir Ibnu Katsir ttg QS. An-Najm : 39, dll.
Imam An-Nawawi رحمه الله berkata di dalam Syarah Muslim 1: 90:
"Adapun bacaaan Al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit), maka yang mashyur dalam madzhab Syafi'i, adalah tidak dapat sampai kepada mayit yang dikirimi. Adapun dalil Imam Syafi'i dan pengikutnya adalah firman Allah QS.An-Najm : 39: "Dan seseorang tidak akan memperoleh, melainkan pahala usahanya sendiri" dan sabda Rasulullah , "Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah amal usahanya, kecuali tiga hal yaitu: sedakah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang berdoa untuknya."
Lihat juga: Raudhatut Thalibin, Imam An-Nawawi 2:145, Mughnil Muhtaj 1: 268, Hasyiyatul Qalyubi 1: 353, Al-Majmu' Syarah Muhadzab 5: 286, Al- Fiqhu Alal Madzahibil Arba'ah 1:539, Fathul Qadir 2:142, Nailul Authar 4:148. Berkata Imam Asy-Syafi’i رحمه الله di dalam Al-Umm 1: 248:
"Aku membenci ma'tam, yaitu berkumpul-kumpul (di rumah keluarga mayit), meskipun di situ tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru."
Lebih lanjut di Kitab I'anatut Thalibin, Syarah Fathul Mu'in, juz 2, hal.145 –Kitab rujukan warga Nahdliyyin dan Nahdlatul Ulama (NU) - disebutkan:
“Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasuk BID'AH MUNGKARAT YANG BAGI ORANG YANG MEMBERANTASNYA AKAN DIBERI PAHALA."
Sekian banyak perdebatan tentang hukum tahlilan, tapi saya tidak ingin membahas kontroversi ini, saya hanya akan menjelaskan menurut pandangan saya.
Isi pembacaan tahlil/maulid adalah mencakup semuanya seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa Allah, Tasbih dan Takbir, kemudian kita membaca riwayat Nabi saw, sholawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhamad SAW. Setelah itu kita berdoa bersama pada Allah SWT, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi), ulama-ulama dan semua saudara-saudara kita muslimin yang telah meninggal agar diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar selalu mengiringi mereka. Kemudian kita berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia ilmu dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada kita yang masih hidup ini.
Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.
Secara hukum, perlu saya tegaskan memang "TAHLILAN BUKAN MERUPAKAN SUNNAH NABI", ia tak lebih hasil dari sebuah pilot project dakwah para walisongo.
Dalam sejarahnya tahlilan adalah hasil kerja dakwah walisongo, yang digagas secara cerdas, halus, dan jitu dalam merubah adat kebiasaan pra islam yang cenderung negatif. Di jaman pra Islam, meninggalnya seseorang diikuti dengan kebiasaan kumpul-kumpul di rumah duka yang kemudian cenderung diisi hal-hal negatif, mabuk-mabukan dan seterusnya. di sinilah tahlilan muncul sebagai terobosan cerdik dan solutif dalam merubah kebiasaan negatif masyarakat, solusi seperti ini pula yang saya sebut sebagai kematangan sosial dan kedewasaan intelektual sang da'i yaitu walisongo. Kematangan sosial dan kedewasaan intelektual yang benar-benar mampu menangkap teladan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan perubahan sosial bangsa arab jahiliyah. Dinamika pewahyuan Al-Quran pun sudah cukup memberikan pembelajaran bahwa melakukan transformasi sosial sama sekali bukan pekerjaan mudah, bukan pula proses yang bisa dilakukan secara instant.
Di jamannya, walisongo sudah berhasil melakukan transformasi sosial yang amat sangat bisa diterima masyarakatnya. Walaupun sangat disayangkan sekali proses transformasi yang dilakukan para walisongo belumlah sempurna karena tidak ada generasi yang mampu melakukan penyempurnaan dalam dakwah Islam.
Yang perlu disayangkan sekali dan sangat sangat disayangkan sekali adalah telah terjadi sebuah fakta yang menyesakkan dada, yaitu ketika kebanyakan orang lebih mementingkan tahlilan daripada kewajiban sholat lima waktu. Ini terjadi di daerah saya, dan mungkin juga kebanyakan di daerah lain, dimana ketika sholat jamaah di masjid, yang hadir berjamaah sedikit dibandingkan yang hadir tahlilan.
Memang sudah saatnya kita menemukan metode baru syiar Islam dan metode transformasi syariat yang baru yang efektif demi tercapainya kesempurnaan Islam. Daripada kita harus sibuk gontok-gontokan satu sama lain tentang mana yang benar yang sebenarnya menguras energi kita sendiri. Tugas kitalah untuk menyempurnakan pilot project dakwah yang telah dirintis para walisongo.
KESIMPULANNYA:
Kl doa dari anak yg saleh, pahala sodaqoh memang sampai kepada orang yg sudah meninggal, tp kl bacaan alqur'an mungkin tidak akan sampai karena baca qur'an adalah ibadah yg tidak dpt digantikan/dikerjakan oleh orang lain sama seperti sholat dan puasa ramadhan, trs kl tahlilan juga kayanya nda begitu manfaat dech di zaman kita sekarang ini cm nambahin beban kluarga yg meninggal, apa kita tega makan dari harta anak yatim?. Kenyataan sekarang kl yg ngadain tahlilan orang susah yg dateng dikit, coba kl yg ngadain tahlilan orang kaya nda diundang juga pada dateng sendiri. Itulah yg saya lihat selama ini tentang tahlilan.
Kan baik belum tentu benar. Dan benar itu tentu udah baik.
Mohon maaf bila ada kata2 saya yang kurang berkenan. saya hanya menyampaikan hal yang benar.
Mari sedikit demi sedikit kita hilangkan tradisi tahlilan kita ini karena tidak ada perintah dari RASULLULLAH. Karena yang dianjurkan hanya Bertajjiah 3 malam berturut-turut......
وَاَنْ لَيْسَ لِلْلاِءنْسنِ اِلاَّ مَاسَعَى
“Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah dia kerjakan”. (QS An-Najm 53: 39)
Juga hadits Nabi MUhammad SAW:
اِذَامَاتَ ابْنُ ادَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
“Apakah anak Adam mati, putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak yang sholeh yang mendo’akan dia.”
Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa bacaan atau amalan yang pahalanya dikirimkan/dihadiahkan kepada mayit adalah tidak dapat sampai kepada si mayit. Lihat: Takmilatul Majmu’ Syarah Muhadzab 10:426, Fatawa al-Kubro al-Fiqhiyah (al-Haitsami) 2:9, Hamisy al-Umm (Imam Muzani) 7:269, al-Jamal (Imam al-Khozin) 4:236, Tafsir Jalalain 2:19, Tafsir Ibnu Katsir ttg QS. An-Najm : 39, dll.
Imam An-Nawawi رحمه الله berkata di dalam Syarah Muslim 1: 90:
"Adapun bacaaan Al-Qur'an (yang pahalanya dikirimkan kepada mayit), maka yang mashyur dalam madzhab Syafi'i, adalah tidak dapat sampai kepada mayit yang dikirimi. Adapun dalil Imam Syafi'i dan pengikutnya adalah firman Allah QS.An-Najm : 39: "Dan seseorang tidak akan memperoleh, melainkan pahala usahanya sendiri" dan sabda Rasulullah , "Apabila manusia telah meninggal dunia, maka terputuslah amal usahanya, kecuali tiga hal yaitu: sedakah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang berdoa untuknya."
Lihat juga: Raudhatut Thalibin, Imam An-Nawawi 2:145, Mughnil Muhtaj 1: 268, Hasyiyatul Qalyubi 1: 353, Al-Majmu' Syarah Muhadzab 5: 286, Al- Fiqhu Alal Madzahibil Arba'ah 1:539, Fathul Qadir 2:142, Nailul Authar 4:148. Berkata Imam Asy-Syafi’i رحمه الله di dalam Al-Umm 1: 248:
"Aku membenci ma'tam, yaitu berkumpul-kumpul (di rumah keluarga mayit), meskipun di situ tidak ada tangisan, karena hal itu malah akan menimbulkan kesedihan baru."
Lebih lanjut di Kitab I'anatut Thalibin, Syarah Fathul Mu'in, juz 2, hal.145 –Kitab rujukan warga Nahdliyyin dan Nahdlatul Ulama (NU) - disebutkan:
“Ya, apa yang dikerjakan orang, yaitu berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan dihidangkannya makanan untuk itu, adalah termasuk BID'AH MUNGKARAT YANG BAGI ORANG YANG MEMBERANTASNYA AKAN DIBERI PAHALA."
Sekian banyak perdebatan tentang hukum tahlilan, tapi saya tidak ingin membahas kontroversi ini, saya hanya akan menjelaskan menurut pandangan saya.
Isi pembacaan tahlil/maulid adalah mencakup semuanya seperti membaca ayat Quran (Yaasin dan sebagainya) kemudian membaca Laa ila ha illa Allah, Tasbih dan Takbir, kemudian kita membaca riwayat Nabi saw, sholawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhamad SAW. Setelah itu kita berdoa bersama pada Allah SWT, untuk roh-roh Anbiya (para Nabi-nabi), ulama-ulama dan semua saudara-saudara kita muslimin yang telah meninggal agar diampunkan dosa mereka, dinaikkan derajat mereka di surga dan rahmat Allah SWT agar selalu mengiringi mereka. Kemudian kita berdoa pada Ilahi agar amalan-amalan, rahasia ilmu dan kelebihan agama yang dikaruniakan oleh Allah SWT pada mereka waktu masih hidup, semuanya itu agar Allah mengaruniakan juga pada kita yang masih hidup ini.
Setelah itu dikeluarkan hidangan-hidangan, menurut kemampuan dan kerelaan masing-masing, untuk para hadirin. Tujuan hidangan ini tidak lain agar menyemarakkan serta menggembirakan para hadirin serta tidak ada paksaan dalam hal ini.
Secara hukum, perlu saya tegaskan memang "TAHLILAN BUKAN MERUPAKAN SUNNAH NABI", ia tak lebih hasil dari sebuah pilot project dakwah para walisongo.
Dalam sejarahnya tahlilan adalah hasil kerja dakwah walisongo, yang digagas secara cerdas, halus, dan jitu dalam merubah adat kebiasaan pra islam yang cenderung negatif. Di jaman pra Islam, meninggalnya seseorang diikuti dengan kebiasaan kumpul-kumpul di rumah duka yang kemudian cenderung diisi hal-hal negatif, mabuk-mabukan dan seterusnya. di sinilah tahlilan muncul sebagai terobosan cerdik dan solutif dalam merubah kebiasaan negatif masyarakat, solusi seperti ini pula yang saya sebut sebagai kematangan sosial dan kedewasaan intelektual sang da'i yaitu walisongo. Kematangan sosial dan kedewasaan intelektual yang benar-benar mampu menangkap teladan Nabi Muhammad SAW dalam melakukan perubahan sosial bangsa arab jahiliyah. Dinamika pewahyuan Al-Quran pun sudah cukup memberikan pembelajaran bahwa melakukan transformasi sosial sama sekali bukan pekerjaan mudah, bukan pula proses yang bisa dilakukan secara instant.
Di jamannya, walisongo sudah berhasil melakukan transformasi sosial yang amat sangat bisa diterima masyarakatnya. Walaupun sangat disayangkan sekali proses transformasi yang dilakukan para walisongo belumlah sempurna karena tidak ada generasi yang mampu melakukan penyempurnaan dalam dakwah Islam.
Yang perlu disayangkan sekali dan sangat sangat disayangkan sekali adalah telah terjadi sebuah fakta yang menyesakkan dada, yaitu ketika kebanyakan orang lebih mementingkan tahlilan daripada kewajiban sholat lima waktu. Ini terjadi di daerah saya, dan mungkin juga kebanyakan di daerah lain, dimana ketika sholat jamaah di masjid, yang hadir berjamaah sedikit dibandingkan yang hadir tahlilan.
Memang sudah saatnya kita menemukan metode baru syiar Islam dan metode transformasi syariat yang baru yang efektif demi tercapainya kesempurnaan Islam. Daripada kita harus sibuk gontok-gontokan satu sama lain tentang mana yang benar yang sebenarnya menguras energi kita sendiri. Tugas kitalah untuk menyempurnakan pilot project dakwah yang telah dirintis para walisongo.
KESIMPULANNYA:
Kl doa dari anak yg saleh, pahala sodaqoh memang sampai kepada orang yg sudah meninggal, tp kl bacaan alqur'an mungkin tidak akan sampai karena baca qur'an adalah ibadah yg tidak dpt digantikan/dikerjakan oleh orang lain sama seperti sholat dan puasa ramadhan, trs kl tahlilan juga kayanya nda begitu manfaat dech di zaman kita sekarang ini cm nambahin beban kluarga yg meninggal, apa kita tega makan dari harta anak yatim?. Kenyataan sekarang kl yg ngadain tahlilan orang susah yg dateng dikit, coba kl yg ngadain tahlilan orang kaya nda diundang juga pada dateng sendiri. Itulah yg saya lihat selama ini tentang tahlilan.
Kan baik belum tentu benar. Dan benar itu tentu udah baik.
Mohon maaf bila ada kata2 saya yang kurang berkenan. saya hanya menyampaikan hal yang benar.
Mari sedikit demi sedikit kita hilangkan tradisi tahlilan kita ini karena tidak ada perintah dari RASULLULLAH. Karena yang dianjurkan hanya Bertajjiah 3 malam berturut-turut......
Re: Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
materi ini sepertinya sudah pernah dibahas dgn judul thread tahlilan... coba dilihat di sub forum Islam atau apa, saya lupa he he he....
forever_muslim- SERSAN SATU
- Posts : 181
Join date : 07.10.11
Reputation : 10
Re: Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
maaf y mas saya newbie belum buka semua... jd g tau....
jd gimana ni mas dihapus postingan saya.. apa gimana?
jd gimana ni mas dihapus postingan saya.. apa gimana?
Re: Do’a, Bacaan Al-Qur’an, Shadaqoh & Tahlil untuk Orang Mati
dilanjoot ajah divilla_uky wrote:maaf y mas saya newbie belum buka semua... jd g tau....
jd gimana ni mas dihapus postingan saya.. apa gimana?
https://laskarislam.indonesianforum.net/t85-bagaimana-pandangan-sodara-sekalian-mengenai-perlakuan-kita-yg-hidup-terhadap-yg-sudah-mati-seperti-tahlilan-7-hari-menghadiahkan-al-fatihah-dan-amalan-amalan-ketika-setelah-sholat-misal-ingin-mendapatkan-jodoh-memperoleh-rezekiy-mendambakan-anak-shol
tred inih digembok selamanyah.....
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Similar topics
» Untuk Muslim : Apakah Orang Mati Mengetahui Orang yang Memandikan dan Mengkafaninya ?
» Kenafa tidak perlu 4 orang saksi untuk menghukum mati kapir yang dituduh menghina Islam ???
» Yesus diutus hanya untuk orang israel, bukan untuk bangsa lain
» [ASK]Keajaiban Membangkitkan Orang Mati
» Nabi Muhammad mnghidupkan orang mati
» Kenafa tidak perlu 4 orang saksi untuk menghukum mati kapir yang dituduh menghina Islam ???
» Yesus diutus hanya untuk orang israel, bukan untuk bangsa lain
» [ASK]Keajaiban Membangkitkan Orang Mati
» Nabi Muhammad mnghidupkan orang mati
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik