Tafsir Surat Al-baqoroh 168-171
Halaman 1 dari 1 • Share
Tafsir Surat Al-baqoroh 168-171
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
168-Wahai manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi ini barang yang halal lagi baik, dan jangan kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang sangat nyata.
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَ الْفَحْشَاءِ وَ أَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
169-Yang disuruhkannya kepada kamu hanyalah hal yang jahat dan hal yang keji, dan supaya kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang tidak kamu kefahui.
وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُوْنَ
170.Dan apabila dikatakan kepada mereka: ikutlah apa yang diturunkan Allah! Mereka katakan: Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek-moyang kami. Bagaimana kalau keadaan nenek-moyang mereka itu tidak mengerti suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk ?
وَ مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا لاَ يَسْمَعُ إِلاَّ دُعَاءً وَ نِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ
(171) Dan perumpamaan orang-orang yang tidak mau percaya itu ialah seumpama orang yang menghimbau kepada barang yang tidak mendengar kecuali panggilan dan seruan; tuli, bisu, buta. Oleh sebab itu tidaklah mereka berakal.
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
168-Wahai manusia! Makanlah dari apa yang ada di bumi ini barang yang halal lagi baik, dan jangan kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang sangat nyata.
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْءِ وَ الْفَحْشَاءِ وَ أَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
169-Yang disuruhkannya kepada kamu hanyalah hal yang jahat dan hal yang keji, dan supaya kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang tidak kamu kefahui.
وَ إِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَلاَ يَهْتَدُوْنَ
170.Dan apabila dikatakan kepada mereka: ikutlah apa yang diturunkan Allah! Mereka katakan: Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek-moyang kami. Bagaimana kalau keadaan nenek-moyang mereka itu tidak mengerti suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk ?
وَ مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا لاَ يَسْمَعُ إِلاَّ دُعَاءً وَ نِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ
(171) Dan perumpamaan orang-orang yang tidak mau percaya itu ialah seumpama orang yang menghimbau kepada barang yang tidak mendengar kecuali panggilan dan seruan; tuli, bisu, buta. Oleh sebab itu tidaklah mereka berakal.
ibrahim_kf- KOPRAL
-
Posts : 21
Join date : 16.12.11
Reputation : 0
Re: Tafsir Surat Al-baqoroh 168-171
Sering kali kita mendapati kecurangan-kecurangan, penipuan dan mengelabui mata yang bodoh, banyak ataupun sedikit adalah hubungannya dengan perut asal berisi: Berapa perbuatan yang curang terjadi di atas dunia ini oleh karena mempertahankan syahwat perut.
Maka apabila manusia telah mengatur makan minumnya, mencari dari sumber yang halal, bukan dari penipuan, bukan dari apa yang dinamai korupsi , mengicuh , maka jiwa akan terpelihara daripada kekasarannya.
Dalam ayat ini tersebut yang halal lagi baik. Makanan yang halal ialah lawan dari yang haram; yang haram telah pula disebutkan dalam al-Quran, yaitu yang tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala. Kalau tidak ada pantang yang demikian, halal dia dimakan. Tetapi hendaklah pula yang baik meskipun halal.
Batas-batas yang baik itu tentu dapat dipertimbangkan oleh manusia. Misalnya daging lembu yang sudah disembelih, lalu dimakan saja mentah-mentah. Meskipun halal tetapi tidaklah baik. Atau kepunyaan orang lain yang diambil dengan tipu daya halus atau paksaan atau karena segan menyegan.
Karena segan diberikan orang juga, padahal hatinya merasa tertekan. Atau bergabung keduanya, yaitu tidak halal dan tidak baik; yaitu harta dicuri, atau seumpamanya. Ada juga umpama yang lain dari harta yang tidak baik; yaitu menjual azimat kepada murid, ditulis di sana ayat-ayat, katanya untuk tangkal penyakit dan kalau dipakai akan terlepas dari marabahaya. Murid tadi membelinya atau bersedekah pembayar harga , atau disebut juga mahar : meskipun tidak najis namun itu adalah penghasilan yang tidak baik.
Supaya lebih kita ketahui betapa besarnya pengaruh makanan halal itu bagi rohani manusia, maka tersebutlah dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu' Mardawaihi daripada lbnu Abbas, bahwa tatkala ayat ini dibaca orang di hadapan Nabi s.a.w., yaitu ayat: "Wahai seluruh manusia, makanlah dari apa yang di bumi ini, yang halal lagi baik," maka berdirilah sahabat Rasulullah yang terkenal, yaitu Sa'ad bin Abu W aqash. Dia memohon kepada Rasulullah supaya beliau memohon kepada Allah agar apa saja permohonan doa yang disampaikannya kepada Tuhan, supaya dikabulkan oleh Tuhan. Maka berkatalah Rasulullah s.a w :
"Wahai Sa'ad! Perbaikilah makanan engkau, niscaya engkau akan dijadikan Allah seorang yang makbul doanya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam tanganNya, sesungguhnya seorang laki-laki yang melemparkan suatu suapan yang haram ke dalam perutnya, maka tidaklah akan diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan barangsiapa di antara hamba Allah yang bertumbuh dagingnya dari harta haram dan riba, maka api lebih baik baginya. "
Artinya, lebih baik makan api daripada makan harta haram. Sebab api dunia belum apa-apa jika dibandingkan dengan api neraka. biar hangus perut lantaran lapar daripada makan harta yang haram.
Kemudian diperingatkan pula pada lanjutan ayat supaya jangan menuruti langkah-langkah yang digariskan oleh syaitan. Sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Kalau syaitan mengajakkan satu langkah, pastilah itu langkah membawa ke dalam kesesatan.
Dia akan mengajarkan berbagai tipu daya, mengicuh dan asal perut berisi , tidaklah perduli dari mana saja sumbernya syaitan akan bersedia menjadi pokrol mengajarkan bermacam jawaban membela diri karena berbuat jahat. Keinginan syaitan ialah bahwa engkau jatuh , jiwamu menjadi kasar, dan makanan yang masuk perutmu penambah darah dagingmu, dari yang tidak halal dan tidak baik. Dengan demikian maka rusaklah hidupmu.
Tentang langkah-langkah syaitan itu, menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim dan tafsiran ibnu Abbas:
"Apa sajapun yang menyalahi isi al-Quran itu adalah langkah-langkah syaitan."
Menurui tafsiran dari Ikrimah, langkah-langkah syaitan ialah segala rayuan syaitan.
Menurut Qatadah: "Segala maksiat yang dikerjakan adalah itu dari langkah langkah yang ditunjukkan syaitan."
Menurut Said bin Jubair ialah segala perbuatan buruk yang dibagus-baguskan oleh syaitan.
Menurut riwayat Abd bin Humaid dari Ibnu Abbas: "Bahkan segala sumpah-sumpah yang timbul karena sedang marah, adalah termasuk langkah langkah syaitan juga. Kaffarah (denda) sumpah karena marah itu ialah denda sumpah biasa."
Malahan menurut Ibnu Mas'ud, misalnya kita haramkan untuk diri kita sendiri suatu makanan yang dihalalkan Allah, itupun termasuk menuruti langkah-langkah syaitan. Dan menurut suatu riwayat dari Abd bin Humaid dari Usman bin Ghayyast, bahwa dia ini bertanya kepada Jabir bin Zaid (sahabat Nabi) tentang seseorang yang bernazar akan menghiasi hidungnya dengan subang emas, maka menurut fatwa Jabir bin Zaid, nazar orang itu adalah satu di antara langkah-langkah syaitan.
Dia akan tetap dipandang durhaka kepada Allah selama subang emas yang dipakai di hidung itu masih dipakainya, dan dia wajib menebus (kaffarah) sumpah. Menurut Hasan alBishri, orang bersumpah hendak naik haji ke Makkah dengan merangkak, itupun termasuk menuruti langkah-langkah syaitan. Sebab dengan merangkak. tidaklah haji dapat dilaksanakan.
Ibn katsir mengatakan dalam tafsirnya :
Yakni sesungguhnya setan musuh kalian hanya memerintahkan kalian kepada perbuatan-perbuatan yang jahat dan perbuatan-perbuatan yang berdosa besar, seperti zina dan lain-lainnya; dan yang paling parah di antaranya ialah mengatakan terhadap Allah hal-hal yang tanpa didasari pengetahuan, dan termasuk ke dalam golongan terakhir ini setiap orang kafir, juga setiap pembuat bid'ah.
Maka datanglah lanjutan ayat
"Yang disuruhkannya (Yakni yang disuruhkan oleh syaitan) kepada kamu hanyalah hal yang jahat dan yang keji."
Yang jahat ialah segala macam maksiat, pelanggaran dan kedurhakaan, baik merugikan sesama manusia, atau merugikan diri sendiri, apatah lagi merugikan hubungan Allah. Yang keji ialah segala perbuatan yang membawa kepada zina. Kalau disambungkan kembali dengan suku ayat yang sebelumnya, ialah bahwa loba serakah kepada harta benda, menyebabkan kesempatan yang seluas-luasnya akan berbuat segala macam kedurhakaan ; segala macam kejahatan , yang diakhiri dengan segala macam kemesuman hubungan laki-laki dengan perempuan , yang menyebabkan kacaunya kehidupan dan keturunan. Semua termasuk mengikuti langkah-langkah syaitan-syaitan.
Dan ujung ayat menerangkan lagi: "Dan supaya kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui."(ujung ayat 169).
Sampai ke sanalah syaitan akan membawa larat. Asalnya ialah karena tidak menjaga diri dalam hal makan, dalam hal syahwat perut. Akhirnya berlarut-Iarut menjadi kafir. Ketika telah gagal, karena tentu satu waktu akan gagal, maka keluarlah perkataan terhadap Allah dengan tidak berketentuan, sehingga ada yang mengatakan Allah tidak adil.
Dan kalau orang telah kaya-raya karena harta tidak halal, lalu ada orang yang memberikan nasihat, namun karena petunjuk syaitan, dia akan berkata pula tentang Allah: "Apa Allah ! Apa agama ! Mana dia Tuhan itu belum pernah aku melihatnya, aku tidak percaya bahwa Dia ada."
Syaitan masuk ke dalam segala pintu menurut tingkat orang yang dimasuki. Dan kebanyakannya ialah karena mencari makanan pengisi perut. Paling akhir syaitan berusaha supaya orang mengatakan terhadap Allah apa yang tidak mereka ketahui.
Kalau orang yang dia sesatkan sampai tidak mengakui lagi adanya Allah, karena telah mabuk dengan maksiat maka syaitanpun dapat menyelundup ke dalam suasana keagamaan, sehingga lama kelamaan bukan dari Allah. Mengatakan agama, padahal bukan agama. Lama lama orangpun telah merasa itulah dia agama. Asalnya soal makanan juga.
Satu misal; baru saja seorang mati, orang di dalam rumah keluarganya telah repot. Bukan repot hendak segera menguburkan si mati; tetapi berbelanja ke pasar, membeli sayur-mayur, membeli lada garam, mencari kambing yang agak besar, bahkan kadang-kadang lembu atau kerbau untuk makan besar.
Kata guru yang ada di kampung itu wajiblah si mati itu sebelum diangkat ke kubur - didoakan terlebih dahulu, agar selamat dia berpulang ke akhirat. Untuk berdoa mereka itu makan besar! Kadang-kadang makan besar sebelum berangkat, atau makan besar pulang dari kubur.
Apakah ini dari agama?
Terang-terang Hadits menerangkan bahwa perbuatan ini adalah haram, sama dengan meratap. Tetapi kalau di kampung itu juga ada orang kematian .tidak mengadakan jamuan makan besar itu dituduhlah dia menyalahi peraturan agama.
Dikatakan bahwa orang yang telah mati itu tidak diselamatkan, sebagai mati anjing saja. Kemudian tidaklah putus makan-makan itu di hari ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, hari memarit (menembok) kubur, hari keempat puluh setelah matinya, hari keseratus dan penutup hari yang keseribu berikutnya haulan , dan ketika jenazah masih terbujur tadi juga, seketika orang di dekat jenazah orang memperkatakan beberapa tahun si mati meninggalkan shalat: Shalat yang dia tinggalkan selama hidup itu bisa dibayar fidyahnya kepada "pengurus-pengurus agama" yang hadir ketika itu. Kadang-kadang terjadi tawar-menawar.
Sejak bila mereka menerima perwakilan Allah buat menerima beras yang dinamai fidyah itu ? Padahal tidaklah masuk akal bahwa shalat sebagai tiang aqama dapat dibayar dengan beras, dengan tawar-menawar. bukan saja tidak masuk akal, tetapi tidak ada sama sekali dalam syara'.
Demikian pintarnya syaitan, sehingga kalau ada orang yang berani menegur, mereka yang menegur itulah yang akan dituduh kaum yang mengubah-ubah agama dan membongkar-bongkar masalah khilafiyah , dikatakanlah wahabiyun , sememangnyalah wahabi ini paling cocok untuk jadi tembelan.
Belum cukup hingga itu saja, seketika jenazah itu telah diantarkan bersama-sama ke kubur, orang membaca salawat atau bacaan-bacaan yang lain dengan suara keras mengiringi jenazah itu , di hadapan terbanglah payung, di samping itu ada pula pedupaan yang asap kemenyan menjulang ke langit. Padahal semuanya itu bukan agama. Tetapi siapa yang menegur akan disalahkan mengubah-ngubah agama dan anteknye Wahabi .....
Belum cukup hingga itu saja, sesampai di kubur terjadilah apa yang dinamai talqin mayat. Tentang talqin itu sendiri memang ada khilafiyahnya. Tetapi di beberapa tempat telah membawa bahaya besar jika hal itu dibuka-buka.
Sebab ada orang yang mengharapkan makan dan pakaian dari talqin itu. Di dekat kuburan setelah kubur itu ditimbun dibentangkanlah kasur kecil, beralaskan tikar indah. Di situ duduk tukang membaca talqin dan membacakannya dengan suara yang merdu:
Disediakan pula satu cerek yang mahal untuk penyiram kubur kelaknya, dan disediakan pula sehelai kain sarung untuk dipakai tukang talqin seketika membacakannya. Sehabis upacara talqin itu semua barang tadi adalah untuk si pembaca talqin.
Dan atas rayuan syaitan orang berkeras mengatakan bahwa itu adalah agama. Siapa yang tidak mengatakan dari agama , dia akan dituduh memecah persatuan ! ., siapa lagi pemecah belah persatuan umat , alamatkan saja ke Wahabi , beres.
Bukan itu saja. Bahkan pada kubur-kubur orang yang dianggap keramat, kubur ulama atau kuburan keturunan Saiyid yang tertentu diadakan haul sekali setahun; makan besar di sana sambil membaca berbagai bacaan. Masyarakat yang awam dikerahkan menyediakan makanan , bergotong-royong menyediakan segala perbekalan. Kalau kita katakan ini bukanlah agama, ini adalah menambah-nambah dan mengatakan atas Allah barang yang tidak diketahui , maka kitalah yang akan dituduh merusak agama.
dan alamat yang pantas untuk ditimpakan kepada siapa lagi klo bukan wahabi.
Bukan itu saja. malahan ada orang yang digajikan buat membaca Surat Yasin di satu kubur tiap-tiap pagi hari Jum'at. Kalau kita katakan bahwa ini bukan agama, akan mendapatlah kita tuduhan merusak agama , siapa lagi klo bukan wahabi.
Inilah beberapa contoh kita kemukakan bahwa penambahan terhadap agama, yang kadang-kadang dimasukkan oleh syaitan kerapkali rapat hubungannya dengan soal makan ! .
Hal-hal yang diterangkan di atas adalah nasib dari orang yang telah memperturutkan langkah-langkah syaitan yang asalnya daripada makanan, sehingga agamapun telah dikorupsikan.
Tetapi ada lagi orang yang telah dipengaruhi syaitan dalam lain bentuk, yaitu dirayu syaitan supaya tetap memegang pendirian yang salah. Ini terdapat pada lanjutan ayat:
Maka apabila manusia telah mengatur makan minumnya, mencari dari sumber yang halal, bukan dari penipuan, bukan dari apa yang dinamai korupsi , mengicuh , maka jiwa akan terpelihara daripada kekasarannya.
Dalam ayat ini tersebut yang halal lagi baik. Makanan yang halal ialah lawan dari yang haram; yang haram telah pula disebutkan dalam al-Quran, yaitu yang tidak disembelih, daging babi, darah, dan yang disembelih untuk berhala. Kalau tidak ada pantang yang demikian, halal dia dimakan. Tetapi hendaklah pula yang baik meskipun halal.
Batas-batas yang baik itu tentu dapat dipertimbangkan oleh manusia. Misalnya daging lembu yang sudah disembelih, lalu dimakan saja mentah-mentah. Meskipun halal tetapi tidaklah baik. Atau kepunyaan orang lain yang diambil dengan tipu daya halus atau paksaan atau karena segan menyegan.
Karena segan diberikan orang juga, padahal hatinya merasa tertekan. Atau bergabung keduanya, yaitu tidak halal dan tidak baik; yaitu harta dicuri, atau seumpamanya. Ada juga umpama yang lain dari harta yang tidak baik; yaitu menjual azimat kepada murid, ditulis di sana ayat-ayat, katanya untuk tangkal penyakit dan kalau dipakai akan terlepas dari marabahaya. Murid tadi membelinya atau bersedekah pembayar harga , atau disebut juga mahar : meskipun tidak najis namun itu adalah penghasilan yang tidak baik.
Supaya lebih kita ketahui betapa besarnya pengaruh makanan halal itu bagi rohani manusia, maka tersebutlah dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu' Mardawaihi daripada lbnu Abbas, bahwa tatkala ayat ini dibaca orang di hadapan Nabi s.a.w., yaitu ayat: "Wahai seluruh manusia, makanlah dari apa yang di bumi ini, yang halal lagi baik," maka berdirilah sahabat Rasulullah yang terkenal, yaitu Sa'ad bin Abu W aqash. Dia memohon kepada Rasulullah supaya beliau memohon kepada Allah agar apa saja permohonan doa yang disampaikannya kepada Tuhan, supaya dikabulkan oleh Tuhan. Maka berkatalah Rasulullah s.a w :
"Wahai Sa'ad! Perbaikilah makanan engkau, niscaya engkau akan dijadikan Allah seorang yang makbul doanya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam tanganNya, sesungguhnya seorang laki-laki yang melemparkan suatu suapan yang haram ke dalam perutnya, maka tidaklah akan diterima amalnya selama empat puluh hari. Dan barangsiapa di antara hamba Allah yang bertumbuh dagingnya dari harta haram dan riba, maka api lebih baik baginya. "
Artinya, lebih baik makan api daripada makan harta haram. Sebab api dunia belum apa-apa jika dibandingkan dengan api neraka. biar hangus perut lantaran lapar daripada makan harta yang haram.
Kemudian diperingatkan pula pada lanjutan ayat supaya jangan menuruti langkah-langkah yang digariskan oleh syaitan. Sebab syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Kalau syaitan mengajakkan satu langkah, pastilah itu langkah membawa ke dalam kesesatan.
Dia akan mengajarkan berbagai tipu daya, mengicuh dan asal perut berisi , tidaklah perduli dari mana saja sumbernya syaitan akan bersedia menjadi pokrol mengajarkan bermacam jawaban membela diri karena berbuat jahat. Keinginan syaitan ialah bahwa engkau jatuh , jiwamu menjadi kasar, dan makanan yang masuk perutmu penambah darah dagingmu, dari yang tidak halal dan tidak baik. Dengan demikian maka rusaklah hidupmu.
Tentang langkah-langkah syaitan itu, menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim dan tafsiran ibnu Abbas:
"Apa sajapun yang menyalahi isi al-Quran itu adalah langkah-langkah syaitan."
Menurui tafsiran dari Ikrimah, langkah-langkah syaitan ialah segala rayuan syaitan.
Menurut Qatadah: "Segala maksiat yang dikerjakan adalah itu dari langkah langkah yang ditunjukkan syaitan."
Menurut Said bin Jubair ialah segala perbuatan buruk yang dibagus-baguskan oleh syaitan.
Menurut riwayat Abd bin Humaid dari Ibnu Abbas: "Bahkan segala sumpah-sumpah yang timbul karena sedang marah, adalah termasuk langkah langkah syaitan juga. Kaffarah (denda) sumpah karena marah itu ialah denda sumpah biasa."
Malahan menurut Ibnu Mas'ud, misalnya kita haramkan untuk diri kita sendiri suatu makanan yang dihalalkan Allah, itupun termasuk menuruti langkah-langkah syaitan. Dan menurut suatu riwayat dari Abd bin Humaid dari Usman bin Ghayyast, bahwa dia ini bertanya kepada Jabir bin Zaid (sahabat Nabi) tentang seseorang yang bernazar akan menghiasi hidungnya dengan subang emas, maka menurut fatwa Jabir bin Zaid, nazar orang itu adalah satu di antara langkah-langkah syaitan.
Dia akan tetap dipandang durhaka kepada Allah selama subang emas yang dipakai di hidung itu masih dipakainya, dan dia wajib menebus (kaffarah) sumpah. Menurut Hasan alBishri, orang bersumpah hendak naik haji ke Makkah dengan merangkak, itupun termasuk menuruti langkah-langkah syaitan. Sebab dengan merangkak. tidaklah haji dapat dilaksanakan.
Ibn katsir mengatakan dalam tafsirnya :
Yakni sesungguhnya setan musuh kalian hanya memerintahkan kalian kepada perbuatan-perbuatan yang jahat dan perbuatan-perbuatan yang berdosa besar, seperti zina dan lain-lainnya; dan yang paling parah di antaranya ialah mengatakan terhadap Allah hal-hal yang tanpa didasari pengetahuan, dan termasuk ke dalam golongan terakhir ini setiap orang kafir, juga setiap pembuat bid'ah.
Maka datanglah lanjutan ayat
"Yang disuruhkannya (Yakni yang disuruhkan oleh syaitan) kepada kamu hanyalah hal yang jahat dan yang keji."
Yang jahat ialah segala macam maksiat, pelanggaran dan kedurhakaan, baik merugikan sesama manusia, atau merugikan diri sendiri, apatah lagi merugikan hubungan Allah. Yang keji ialah segala perbuatan yang membawa kepada zina. Kalau disambungkan kembali dengan suku ayat yang sebelumnya, ialah bahwa loba serakah kepada harta benda, menyebabkan kesempatan yang seluas-luasnya akan berbuat segala macam kedurhakaan ; segala macam kejahatan , yang diakhiri dengan segala macam kemesuman hubungan laki-laki dengan perempuan , yang menyebabkan kacaunya kehidupan dan keturunan. Semua termasuk mengikuti langkah-langkah syaitan-syaitan.
Dan ujung ayat menerangkan lagi: "Dan supaya kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang tidak kamu ketahui."(ujung ayat 169).
Sampai ke sanalah syaitan akan membawa larat. Asalnya ialah karena tidak menjaga diri dalam hal makan, dalam hal syahwat perut. Akhirnya berlarut-Iarut menjadi kafir. Ketika telah gagal, karena tentu satu waktu akan gagal, maka keluarlah perkataan terhadap Allah dengan tidak berketentuan, sehingga ada yang mengatakan Allah tidak adil.
Dan kalau orang telah kaya-raya karena harta tidak halal, lalu ada orang yang memberikan nasihat, namun karena petunjuk syaitan, dia akan berkata pula tentang Allah: "Apa Allah ! Apa agama ! Mana dia Tuhan itu belum pernah aku melihatnya, aku tidak percaya bahwa Dia ada."
Syaitan masuk ke dalam segala pintu menurut tingkat orang yang dimasuki. Dan kebanyakannya ialah karena mencari makanan pengisi perut. Paling akhir syaitan berusaha supaya orang mengatakan terhadap Allah apa yang tidak mereka ketahui.
Kalau orang yang dia sesatkan sampai tidak mengakui lagi adanya Allah, karena telah mabuk dengan maksiat maka syaitanpun dapat menyelundup ke dalam suasana keagamaan, sehingga lama kelamaan bukan dari Allah. Mengatakan agama, padahal bukan agama. Lama lama orangpun telah merasa itulah dia agama. Asalnya soal makanan juga.
Satu misal; baru saja seorang mati, orang di dalam rumah keluarganya telah repot. Bukan repot hendak segera menguburkan si mati; tetapi berbelanja ke pasar, membeli sayur-mayur, membeli lada garam, mencari kambing yang agak besar, bahkan kadang-kadang lembu atau kerbau untuk makan besar.
Kata guru yang ada di kampung itu wajiblah si mati itu sebelum diangkat ke kubur - didoakan terlebih dahulu, agar selamat dia berpulang ke akhirat. Untuk berdoa mereka itu makan besar! Kadang-kadang makan besar sebelum berangkat, atau makan besar pulang dari kubur.
Apakah ini dari agama?
Terang-terang Hadits menerangkan bahwa perbuatan ini adalah haram, sama dengan meratap. Tetapi kalau di kampung itu juga ada orang kematian .tidak mengadakan jamuan makan besar itu dituduhlah dia menyalahi peraturan agama.
Dikatakan bahwa orang yang telah mati itu tidak diselamatkan, sebagai mati anjing saja. Kemudian tidaklah putus makan-makan itu di hari ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh, hari memarit (menembok) kubur, hari keempat puluh setelah matinya, hari keseratus dan penutup hari yang keseribu berikutnya haulan , dan ketika jenazah masih terbujur tadi juga, seketika orang di dekat jenazah orang memperkatakan beberapa tahun si mati meninggalkan shalat: Shalat yang dia tinggalkan selama hidup itu bisa dibayar fidyahnya kepada "pengurus-pengurus agama" yang hadir ketika itu. Kadang-kadang terjadi tawar-menawar.
Sejak bila mereka menerima perwakilan Allah buat menerima beras yang dinamai fidyah itu ? Padahal tidaklah masuk akal bahwa shalat sebagai tiang aqama dapat dibayar dengan beras, dengan tawar-menawar. bukan saja tidak masuk akal, tetapi tidak ada sama sekali dalam syara'.
Demikian pintarnya syaitan, sehingga kalau ada orang yang berani menegur, mereka yang menegur itulah yang akan dituduh kaum yang mengubah-ubah agama dan membongkar-bongkar masalah khilafiyah , dikatakanlah wahabiyun , sememangnyalah wahabi ini paling cocok untuk jadi tembelan.
Belum cukup hingga itu saja, seketika jenazah itu telah diantarkan bersama-sama ke kubur, orang membaca salawat atau bacaan-bacaan yang lain dengan suara keras mengiringi jenazah itu , di hadapan terbanglah payung, di samping itu ada pula pedupaan yang asap kemenyan menjulang ke langit. Padahal semuanya itu bukan agama. Tetapi siapa yang menegur akan disalahkan mengubah-ngubah agama dan anteknye Wahabi .....
Belum cukup hingga itu saja, sesampai di kubur terjadilah apa yang dinamai talqin mayat. Tentang talqin itu sendiri memang ada khilafiyahnya. Tetapi di beberapa tempat telah membawa bahaya besar jika hal itu dibuka-buka.
Sebab ada orang yang mengharapkan makan dan pakaian dari talqin itu. Di dekat kuburan setelah kubur itu ditimbun dibentangkanlah kasur kecil, beralaskan tikar indah. Di situ duduk tukang membaca talqin dan membacakannya dengan suara yang merdu:
Disediakan pula satu cerek yang mahal untuk penyiram kubur kelaknya, dan disediakan pula sehelai kain sarung untuk dipakai tukang talqin seketika membacakannya. Sehabis upacara talqin itu semua barang tadi adalah untuk si pembaca talqin.
Dan atas rayuan syaitan orang berkeras mengatakan bahwa itu adalah agama. Siapa yang tidak mengatakan dari agama , dia akan dituduh memecah persatuan ! ., siapa lagi pemecah belah persatuan umat , alamatkan saja ke Wahabi , beres.
Bukan itu saja. Bahkan pada kubur-kubur orang yang dianggap keramat, kubur ulama atau kuburan keturunan Saiyid yang tertentu diadakan haul sekali setahun; makan besar di sana sambil membaca berbagai bacaan. Masyarakat yang awam dikerahkan menyediakan makanan , bergotong-royong menyediakan segala perbekalan. Kalau kita katakan ini bukanlah agama, ini adalah menambah-nambah dan mengatakan atas Allah barang yang tidak diketahui , maka kitalah yang akan dituduh merusak agama.
dan alamat yang pantas untuk ditimpakan kepada siapa lagi klo bukan wahabi.
Bukan itu saja. malahan ada orang yang digajikan buat membaca Surat Yasin di satu kubur tiap-tiap pagi hari Jum'at. Kalau kita katakan bahwa ini bukan agama, akan mendapatlah kita tuduhan merusak agama , siapa lagi klo bukan wahabi.
Inilah beberapa contoh kita kemukakan bahwa penambahan terhadap agama, yang kadang-kadang dimasukkan oleh syaitan kerapkali rapat hubungannya dengan soal makan ! .
Hal-hal yang diterangkan di atas adalah nasib dari orang yang telah memperturutkan langkah-langkah syaitan yang asalnya daripada makanan, sehingga agamapun telah dikorupsikan.
Tetapi ada lagi orang yang telah dipengaruhi syaitan dalam lain bentuk, yaitu dirayu syaitan supaya tetap memegang pendirian yang salah. Ini terdapat pada lanjutan ayat:
ibrahim_kf- KOPRAL
-
Posts : 21
Join date : 16.12.11
Reputation : 0
Re: Tafsir Surat Al-baqoroh 168-171
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutlah apa yang diturunkan Allah." (pangkal ayat 170).
Yaitu supaya kamu tujukan hidupmu kepada satu tujuan saja, yaitu taat dan patuh kepada Allah, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menghentikan apa yang dilarang. Janganlah kamu mengikuti - langkah-langkah syaitan. Janganlah kamu mencari tandingan-tandingan yang lain lagi bagi Allah. Janganlah kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang kamu tidak tahu.
Tetapi apa jawaban mereka terhadap ajakan yang demikian? Karena perdayaan syaitan juga: "Mereka berkata: Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek-moyang kami."
Benar ataupun salah, adalah nenek-moyang kami. Kami akan mempertahankan pusaka mereka, yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Jawab begini menunjukkan bahwa fikiran tidak berjalan beres lagi, atau berkeras mempertahankan adat lama pusaka usang.
Bukan akal lagi yang berkuasa, melainkan hawa nafsu. Maka timbul pertanyaan Tuhan, untuk dibalikkan kepada mereka:
"Bagaimanakah kalau keadaan nenek-moyang mereka itu tidak mengerti suatu apa dan tidak mendapat petunjuk2"
Lantaran nenek-moyang tidak mengerti suatu apa, maka pusaka yang mereka tinggalkanpun tidak berarti suatu apa. Fikiran yang sehat dan akal yang masih tetap berjalan , niscaya pasti akan meninjau kembali pusaka nenek moyang itu. Mana yang buruk atau ditolak oleh akal. Barulah berhenti penolakan itu kalau akal telah diberhentikan bekerja: Artinya kalau si anak-cucu itu membodoh.
Kalau akal itu bekerja, niscaya dia akan bertanya: "Mengapa nenek-moyang ini menyembah berhala patung-patung dari kayu dan batu ? Adakah benar-benar dapat berhala itu menolong? Padahal dialah yang dijagai, bukan dia yang menjaga. Dialah yang diperbuat oleh manusia, bukan dia yang membuat manusia. Dan akalpun akan berfikir apakah sikap nenek-moyang yang seperti ini atas petunjuk dari Tuhan? Mungkinkah Tuhan akan mengajarkan ajaran yang sesat kepada mereka ?
Anak-cucu yang hanya turut-turutan bertahan pada pusaka nenek-moyang yang salah. Sebab itu merekapun menjadi serba-salah , apatah lagi tidak pula suka tunduk kepada kebenaran. Karena pengaruh syaitan telah masuk. Mereka menjadi membeku dan membatu:
"Dan perumpamaan orang-orang yang tidak mau percaya itu ialah seumpama orang yang menghimbau kepada barang yang tidak mendengar.
Meskipun ada nafas dalam diri mereka, meskipun mereka hidup, tetapi karena alat penerima tidak ada di dalam, segala seruan tidak mendapat sambutan: "kecuali panggilan dan seruan ".Artinya, paraulah suara memanggil, koyaklah mulut . menghimbau, tidaklah akan mereka perdulikan Sebab mereka telah "tuli, bisu, buta."
Mereka menjadi tuli walaupun telinga mendengar, dan bisu walaupun mulut bisa bercakap, dan buta walaupun mata mereka bisa melihat. Mereka menjadi tuli, bisu dan buta, karena jiwa merekalah yang sebenarnya tuli, bisu dan buta; kelam yang di dalam;
"Oleh sebab itu tidaklah mereka berakal." (ujung ayat 171).
Dimisalkan di sini laksana orang yang menghimbau, ialah bila gembala mengembalakan binatang-binatang ternaknya. Kerja binatang-binatang itu hanya makan, memamah biak. Sedang memakan rumput mulutnya mengunyah, walaupun tidak sedang memakan rumput, namun mulutnya mengunyah jua.
Walaupun dia dihalau ke mana saja, tidaklah dia perduli. Yang penting baginya ialah mengunyah. Mudharat atau mangpaat tidak ada dalam perhitungan mereka, sebab mereka telah terbiasa digembala orang. Walaupun sudah datang waktu buat meninggalkan tempat itu, mereka tidak akan berganjak kalau tidak dihalau.
Maka orang-orang yang menjadi pak turut, atau yang disebut Muqallid samalah dengan binatang di padang pengembalaan itu. Tidak ada kegiatan dari diri mereka sendiri. Tidak ada yang diharapkan daripada pendengaran, atau suara atau penglihatan mereka. Matanya tidak bersinar selain dari sinar kebodohan, sinar yang kosong dari isi.
Ingatlah lembu yang telah dihalau ke pembantaian akan dipotong.Walaupun telah bergelimpangan bangkai temannya karena disembelih, namun yang masih tinggal sepak-menyepak dan tanduk-menanduk juga sesama mereka. Karena tidak mereka ketahui bahwa yang mereka hadapi adalah penyembelih mereka juga. Mereka tidak sempat berfikir bahwa giliran akan tiba juga pada mereka.
Apabila diperhatikan susunan ayat, dapatlah kita maklumi bahwa kehendak Tuhan hendaklah kita beragama dengan mempergunakan akal sendiri. Sejak dari memikirkan alam, semua langit dan bumi, peredaran siang dan malam, kapal berlayar di lautan membawa yang manfaat bagi manusia, dan seterusnya sebagai yang tersebut dalam ayat 164 surat al-baqoroh ; kita selalu disuruh mempergunakan akal. Dengan demikian daerah akal diperluas dan dia dilatih berfikir yang mendalam. , apakah ini benar datang dari Alloh dan RosulNya .
Kemudian tentang memilih pendirian hidup, hendakIah diteruskan penggunaan fikiran itu. Bukanlah setiap yang didengar atau diterima dari nenek-moyang langsung dilulur saja. Orang yang telah sanggup berfikir tentang alam, janganlah sampai menjadi pak Turut dalam soal-soal kepercayaan dan pendirian.
Ibn katsir menerangkan perihal ujung ayat 171 :
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ
mereka tuli , bisu dan buta
Yakni mereka sama sekali tidak dapat memahami apapun dan tidak dapat dapat mengerti . Perihal mereka sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain , yaitu firmannya :
﴿ وَ الَّذينَ كَذَّبُوا بِآياتِنا صُمٌّ وَ بُكْمٌ فِي الظُّلُماتِ مَنْ يَشَأِ اللهُ يُضْلِلْهُ وَ مَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلى صِراطٍ مُسْتَقيمٍ ﴾
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya Dia akan menyesatkannya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. ( al-an'am ayat 39. )
Moga-moga kita dijadikannyalah senantiasa berada dijalan yang lurus ...., amien .
reff:http://tafsiralazhar.110mb.com/myfile/S-Al-Baqoroh/al-baqoroh_ayat_168_171.htm
Yaitu supaya kamu tujukan hidupmu kepada satu tujuan saja, yaitu taat dan patuh kepada Allah, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menghentikan apa yang dilarang. Janganlah kamu mengikuti - langkah-langkah syaitan. Janganlah kamu mencari tandingan-tandingan yang lain lagi bagi Allah. Janganlah kamu katakan terhadap Allah hal-hal yang kamu tidak tahu.
Tetapi apa jawaban mereka terhadap ajakan yang demikian? Karena perdayaan syaitan juga: "Mereka berkata: Bahkan kami (hanya) mau mengikut apa yang telah terbiasa atasnya nenek-moyang kami."
Benar ataupun salah, adalah nenek-moyang kami. Kami akan mempertahankan pusaka mereka, yang tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Jawab begini menunjukkan bahwa fikiran tidak berjalan beres lagi, atau berkeras mempertahankan adat lama pusaka usang.
Bukan akal lagi yang berkuasa, melainkan hawa nafsu. Maka timbul pertanyaan Tuhan, untuk dibalikkan kepada mereka:
"Bagaimanakah kalau keadaan nenek-moyang mereka itu tidak mengerti suatu apa dan tidak mendapat petunjuk2"
Lantaran nenek-moyang tidak mengerti suatu apa, maka pusaka yang mereka tinggalkanpun tidak berarti suatu apa. Fikiran yang sehat dan akal yang masih tetap berjalan , niscaya pasti akan meninjau kembali pusaka nenek moyang itu. Mana yang buruk atau ditolak oleh akal. Barulah berhenti penolakan itu kalau akal telah diberhentikan bekerja: Artinya kalau si anak-cucu itu membodoh.
Kalau akal itu bekerja, niscaya dia akan bertanya: "Mengapa nenek-moyang ini menyembah berhala patung-patung dari kayu dan batu ? Adakah benar-benar dapat berhala itu menolong? Padahal dialah yang dijagai, bukan dia yang menjaga. Dialah yang diperbuat oleh manusia, bukan dia yang membuat manusia. Dan akalpun akan berfikir apakah sikap nenek-moyang yang seperti ini atas petunjuk dari Tuhan? Mungkinkah Tuhan akan mengajarkan ajaran yang sesat kepada mereka ?
Anak-cucu yang hanya turut-turutan bertahan pada pusaka nenek-moyang yang salah. Sebab itu merekapun menjadi serba-salah , apatah lagi tidak pula suka tunduk kepada kebenaran. Karena pengaruh syaitan telah masuk. Mereka menjadi membeku dan membatu:
"Dan perumpamaan orang-orang yang tidak mau percaya itu ialah seumpama orang yang menghimbau kepada barang yang tidak mendengar.
Meskipun ada nafas dalam diri mereka, meskipun mereka hidup, tetapi karena alat penerima tidak ada di dalam, segala seruan tidak mendapat sambutan: "kecuali panggilan dan seruan ".Artinya, paraulah suara memanggil, koyaklah mulut . menghimbau, tidaklah akan mereka perdulikan Sebab mereka telah "tuli, bisu, buta."
Mereka menjadi tuli walaupun telinga mendengar, dan bisu walaupun mulut bisa bercakap, dan buta walaupun mata mereka bisa melihat. Mereka menjadi tuli, bisu dan buta, karena jiwa merekalah yang sebenarnya tuli, bisu dan buta; kelam yang di dalam;
"Oleh sebab itu tidaklah mereka berakal." (ujung ayat 171).
Dimisalkan di sini laksana orang yang menghimbau, ialah bila gembala mengembalakan binatang-binatang ternaknya. Kerja binatang-binatang itu hanya makan, memamah biak. Sedang memakan rumput mulutnya mengunyah, walaupun tidak sedang memakan rumput, namun mulutnya mengunyah jua.
Walaupun dia dihalau ke mana saja, tidaklah dia perduli. Yang penting baginya ialah mengunyah. Mudharat atau mangpaat tidak ada dalam perhitungan mereka, sebab mereka telah terbiasa digembala orang. Walaupun sudah datang waktu buat meninggalkan tempat itu, mereka tidak akan berganjak kalau tidak dihalau.
Maka orang-orang yang menjadi pak turut, atau yang disebut Muqallid samalah dengan binatang di padang pengembalaan itu. Tidak ada kegiatan dari diri mereka sendiri. Tidak ada yang diharapkan daripada pendengaran, atau suara atau penglihatan mereka. Matanya tidak bersinar selain dari sinar kebodohan, sinar yang kosong dari isi.
Ingatlah lembu yang telah dihalau ke pembantaian akan dipotong.Walaupun telah bergelimpangan bangkai temannya karena disembelih, namun yang masih tinggal sepak-menyepak dan tanduk-menanduk juga sesama mereka. Karena tidak mereka ketahui bahwa yang mereka hadapi adalah penyembelih mereka juga. Mereka tidak sempat berfikir bahwa giliran akan tiba juga pada mereka.
Apabila diperhatikan susunan ayat, dapatlah kita maklumi bahwa kehendak Tuhan hendaklah kita beragama dengan mempergunakan akal sendiri. Sejak dari memikirkan alam, semua langit dan bumi, peredaran siang dan malam, kapal berlayar di lautan membawa yang manfaat bagi manusia, dan seterusnya sebagai yang tersebut dalam ayat 164 surat al-baqoroh ; kita selalu disuruh mempergunakan akal. Dengan demikian daerah akal diperluas dan dia dilatih berfikir yang mendalam. , apakah ini benar datang dari Alloh dan RosulNya .
Kemudian tentang memilih pendirian hidup, hendakIah diteruskan penggunaan fikiran itu. Bukanlah setiap yang didengar atau diterima dari nenek-moyang langsung dilulur saja. Orang yang telah sanggup berfikir tentang alam, janganlah sampai menjadi pak Turut dalam soal-soal kepercayaan dan pendirian.
Ibn katsir menerangkan perihal ujung ayat 171 :
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ
mereka tuli , bisu dan buta
Yakni mereka sama sekali tidak dapat memahami apapun dan tidak dapat dapat mengerti . Perihal mereka sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain , yaitu firmannya :
﴿ وَ الَّذينَ كَذَّبُوا بِآياتِنا صُمٌّ وَ بُكْمٌ فِي الظُّلُماتِ مَنْ يَشَأِ اللهُ يُضْلِلْهُ وَ مَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلى صِراطٍ مُسْتَقيمٍ ﴾
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya Dia akan menyesatkannya. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus. ( al-an'am ayat 39. )
Moga-moga kita dijadikannyalah senantiasa berada dijalan yang lurus ...., amien .
reff:http://tafsiralazhar.110mb.com/myfile/S-Al-Baqoroh/al-baqoroh_ayat_168_171.htm
ibrahim_kf- KOPRAL
-
Posts : 21
Join date : 16.12.11
Reputation : 0
Re: Tafsir Surat Al-baqoroh 168-171
wah... :lkj:
baca dululah...ngaso-merem disini
:masa sih
baca dululah...ngaso-merem disini
:masa sih
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Similar topics
» Merenungi Tafsir Surat Al Ma’un
» Tafsir surat At-Tahriim yang terdistorsi...
» tafsir ibn katsir, tafsir yang terbaik
» SURAT BUAT MUI
» surat al Qadr
» Tafsir surat At-Tahriim yang terdistorsi...
» tafsir ibn katsir, tafsir yang terbaik
» SURAT BUAT MUI
» surat al Qadr
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik