FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mengenal makna agama Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

mengenal makna agama Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

mengenal makna agama

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

mengenal makna agama Empty mengenal makna agama

Post by keroncong Sun Sep 04, 2016 12:43 am

Kata dien biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "Agama" dan bahasa Inggris "religion". Dienul Islam diterjemahkan menjadi agama Islam. Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat dan tidak menyampaikan makna kata dien yang sebenarnya dalam bahasa asalnya, yaitu bahasa arab.
Kata dien berasal dari bahasa Arab, daana-yadiinu-dien. Dalam berbagai ensiklopedi bahasa Arab [Ibnu Mandhur, Lisanul Arab XIII/166-171; Thahir Ahmad Zawi, Tartibul Qamush al-Muhith II/242-243] disebutkan bahwa kata dien mempunyai empat makna, yaitu :
(1). Kegagah perkasaan, kekuasaan, kemampuan, peradilan, pemaksaan dan perbudakan.
Asal kata daana bermakna memaksa. Dikatakan : Daana al-Naasa, artinya ia memaksa manusia untuk mentaatinya; Dintuhum fadaanuu, artinya saya memaksa mereka maka mereka mentaatiku. Salah satu nama Allah Ta'ala adalah Al-Dayyanu artinya Yang Maha Perkasa /Memaksa (al Qahhar), Yang Maha Memutuskan hukum dan Yang Maha Mengadili (Al-Qadhi al-Hakam). Seorang panglima pembebas negeri disebut sebagai "dayyanu", sedang budak yang harus senantiasa taat kepada tuannya disebut "madien". Makna ini antara lain dipakai dalam QS. Al-Waqi'ah (56) :86-87, yang artinya," Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah /madienin) ? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (ke tempatnya) jika kamu orang-orang yang benar ?"
Dalam tafsirnya, Fathul Qadir V/201, Imam Asy Syaukani mengatakan," Dikatakan Daana al-sulthonu ra'iyatahu artinya sultan mengatur dan memperbudak rakyat. Al-Fara' mengatakan,"Dintuhu artinya saya menguasainya. Dikatakan daanahu, artinya menghinakan dan memperbudaknya.
(2). Ketaatan, penghambaan diri, pengabdian, penyerahan diri sebagai pihak yang kalah, terpengaruh dan tertundukkan.
Seperti sabda Rasulullah," Yang saya inginkan dari kaum Quraisy hanyalah sebuah kalimat yang dengannya bangsa Arab berdien (tadiinu) kepada mereka." Arti dien di sini adalah tunduk dan mematuhi (takluk). Dikatakan dintuhu dan dintu lahu, artinya saya mentaatinya, dintu al-rajula artinya saya berkhidmat (bekerja dan mengabdi) untuknya. Dalam hadits tentang sekte sesat Khawarij disebutkan," Mereka keluar dari dien.sebagaimana anak panah melesat dari busurnya," makna dien di sini adalah ketaatan, yaitu ketaatan kepada penguasa yang sah.
(3). Undang-undang, tata tertib, ideology, aturan, tata krama dan adat istiadat.
Orang Arab mengatakan," Ini sudah menjadi dien-ku", artinya adat dan kebiasaanku . Kata dien di sini maknanya adalah adat istiadat dan norma sosial yang berlaku dan dijunjung tinggi.
(4). Pembalasan, upah, peradilan, perhitungan dan pertanggung jawaban.
Allah berfirman,"Maaliki Yaumid dien" (QS. Al Fatihah : 4) artinya Yang Menguasai hari pembalasan atau hari perhitungan amal. Dalam ayat lain disebutkan," Itulah dien yang lurus", artinya itulah penghitungan yang benar.
Arti ini sering dipakai oleh arab, sebagaimana kata pepatah Arab," Kamaa tadiinu tudaanu," artinya, sebagaimana kamu berbuat begitu juga kamu akan mendapat balasannya. Ayat lain yang semakna adalah QS. Al Shooffat :53 yang artinya,"Mereka mengatakan apakah jika kami telah mati dan kita menjadi tanah dan tulang belulang, apakah kita akan diberi balasan (madiinun)?". Makna madiinun dalam ayat ini, seperti dikatakan oleh Imam Asy Syaukani dalam Fathul Qadir IV/494," Apakah kita akan diberi balasan dan dihisab (dihitung amal kita) setelah kita berkalang tanah dan tinggal tulang belulang ?"
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa kata dien dalam bahasa arab mengandung empat makna utama, yaitu :
(a) Menguasai, mendominasi, memerintah dan menaklukkan.
(b) Patuh, tunduk, pasrah, merendahkan diri dan menghambaan diri.
(c) Syariah atau undang-undang, adat istiadat dan hukum yang berlaku dan harus ditaati.
(d) Peradilan, penghitungan amal, balasan dan vonis.

KESIMPULAN MAKNA DIEN
Dengan demikian, dien adalah syariah atau aturan yang telah Allah tetapkan yang mengandung keempat unsur makna dien di atas, yaitu mengakui hak mutlak Allah sebagai penguasa alam raya, menundukkan diri dengan mentaati aturan-aturan (syariat) serta mengakui hanya Allah sematalah penguasa dan pemberi keputusan di akhirat nanti, sebagai balasan dari sikap mentaati atau membangkang terhadap aturan dan syariat-Nya.
Berdasar ini semua, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menerangkan bahwa makna paling asasi dari kata dien adalah taat dan beribadah. Taat kepada syariat Allah Ta'ala dan beribadah (menghambakan dan mengabdikan diri kepada Allah Ta'ala). Seseorang yang mentaati dan beribadah kepada Allah berarti telah berdien kepada Allah. [Majmu' Fatawa XV/158].
Abul A'la Al Maududi dalam bukunya Al Mushthalahatu al Arba'atu fil Qur'an menyimpulkan dari berbagai ayat yang menyebutkan lafal dien dalam Al Qur'an bahwa maksud dari dien dalam ayat-ayat tersebut adalah undang-undang, peraturan, syariat, pola pikir dan amal yang dijadikan sandaran oleh manusia.
Dari sini jelaslah, ketika seseorang taat kepada Allah, tunduk kepada hukum dan syariat-Nya, mengikuti apa yang diturunkan Allah Ta'ala kepada Nabi Muhammad, berarti ia telah masuk dienul Islam.
Sebaliknya, manakala ia tidak mau taat kepada Allah, berpaling dari hukum Allah dan syariat-Nya, lalu ia mulai mentaati aturan, hukum dan perundang-undangan selain Allah, meski hanya dalam salah satu aspek kehidupannya, maka ia telah masuk dien selain Allah Ta'ala, sekalipun ia tetap mengerjakan sholat, shoum bahkan haji berkali-kali. Diennya bukan lagi Islam.

DIEN KITA ADALAH ISLAM
Dengan demikian, kita bisa memahami bahwa sebagai seorang muslim, dien kita adalah Islam yang berlandaskan Al Qur'an dan Al Sunah. Artinya, seluruh kehidupan kita sejak bangun tidur sampai tidur kembali, sejak masalah paling kecil dan sepele (WC) sampai dengan masalah paling rumit (negara) siap diatur dengan Al Qur'an dan Al Sunah, aturan Dzat Yang Maha Perkasa, Maha Memutuskan Hukum dan Maha Kuasa Mutlak.
Bagi setiap muslim, satu-satunya syariah, undang-undang dan sistem aturan kehidupan hanyalah Islam, Al Qur'an dan As Sunah. Allah Ta'ala telah menyempurnakan syariat Islam ini sebagai satu-satunya dien yang diridhoi Allah untuk menjadi satu-satunya syariat dan aturan hidup yang berlaku di alam ini, sebagaimana firman-Nya :
" Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian dien kalian dan teah Kucukupkan kepada kalian nikmat kalian dan telah Kuridhai Islam sebagai dien kalian…" [QS. Al Maidah :3].
Allah berfirman :
" Tidaklah Kami tinggalkan sesuatupun di dalam Al Kitab ini (Al Qur'an)." [QS. Al An'am :38].
Karena itu Allah menegur dengan keras orang yang tidak puas dengan Al Qur'an dan masih membutuhkan undang-undang dan sistem aturan hidup selainnya :
" Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) yang dibaca kepada mereka ? Sesungguhnya dalam Al Qur'an itu ada rahmat yang agung dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." [QS. Al Ankabut :51].
Islam adalah sebuah dien yang sempurna, sebuah aturan kehidupan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Untuk itu, semua aspek kehidupan manusia menjadi bagian dari dien, wajib diatur dengan Islam, dengan Al Qur'an dan As Sunah. Untuk itu, tak ada sebuah aspek pun yuang boleh diatur dengan selain aturan Islam. Shahabat Ibnu Abbas ketika membaca QS. Al Maidah : 3, berkata," Itulah Islam. Allah memberitahu nabi-Nya dan kaum mukminin bahwasanya Ia telah menyempurnakan syariat iman maka mereka tidak membutuhkan lagi tambahan untuk selama-lamanya. Allah telah menyempurnakannya maka Ia tidak akan menguranginya untuk selama-lamanya, Allah telah meridhainya maka Ia tidak akan membencinya selama-lamanya." [Jami'ul Bayan Fi Tafsiri Al Qur'an VI/79, Ibnu Jarir Ath Thabari, Ad Duuru al Mantsur fi Tafsir bil Ma'tsur III/17, As Suyuthi].
Dalam hadits disebutkan bahwa seorang musyrik bertanya kepada shahabat Salman Al Farisi,"Apakah nabi kalian mengajar kalian sampai masalah adab buang air ?" Shahabat Salman Al Farisi menjawab," Ya. Beliau melarang kami menghadap kiblat saat buang air besar maupun kecil. Beliau melarang kami beristinja' (bersuci) dengan batu kurang dari tiga butir, beliau melarang kami beristinja' dengan tangan kanan dan beliau melarang kami beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang." [HR. Muslim no. 262].
Dalam Hadits Jabir yang panjang disebutkan," Dan telah aku tinggalkan atas kalian hal yang kalian tidak akan pernah tersesat bila kalian berpegang teguh dengannya, yaitu kitabullah. Kalian bertanya kepadaku, maka apa yang akan kalian katakan?" Para shahabat menjawab,"Kami bersaksi bahwa anda telah menyampaikan, menunaikan dan memberi nasehat." Maka beliau mengangkat jari telunjuk beliau ke langit dan berkata," Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah 3 kali." [HR. Muslim no. 1218].
Dalam hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda," Telah kutinggalkan di antara kalian dua hal. Kalian tidak akan pernah tersesat sesudah keduanya, yaitu kitabullah dan sunahku. Keduanya tak akan pernah berpisah sampai datang kepadaku di haudh nanti." [Shahih Jami' Shaghir no.2937, Silsilah Ahadits Shahihah no. 1761].
Dengan sempurnanya dien ini, sempurna pula aturan Allah yang mengatur kehidupan hamba-Nya dunia dan akhirat. Tak perlu lagi ada sistem dan aturan lain. Islam tak memerlukan tambahan, pengurangan maupun revisi. Satu-satunya dien yang diridhai Allah menjadi aturan hidup bagi seluruh hamba-Nya di alam raya ini adalah Islan. Bukan Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, demokrasi, komunisme, liberalisme, sosialisme, kapiltalisme, humanisme dan aturan lainnya.
Ini adalah nikmat terbesar Allah bagi umat Islam. Karena itu, orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat iri dengan nikmat ini. Mereka memusuhi umat Islam dengan landasan iri dan dengki ini. Orang-orang Yahudi yang memahami betul nilai nikmat ini. Dalam hadits disebutkan, dari Thariq bin Syihab ia berkata," Orang-orang Yahudi berkata kepada Umar," Kalian membaca ayat (QS. Al Maidah ayat 3) ini, kalau ayat itu diturunkan kepada kami tentulah sudah kami jadikan (hari turunnya) sebagai hari raya. " Umar menjawab," Saya benar-benar tahu kapan diturunkan, di mana diturunkan dan di mana Rasulullah ? ketika ayat ini diturunkan. Hari Arafah, demi Allah, di Arafah. " Sufyan (perawi) berkata," Saya ragu apakah hari Jum'at atau bukan (lalu ia membaca ayat)," Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian." [HR. Bukhari no. 4606, Fathul Bari 8/343].

Pengertian lain yang bisa disimpulkan dari ayat di atas, bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mempunyai dien, termasuk orang atheis yang tidak mengakui adanya Allah Ta'ala sekalipun. Demokrasi, kapitalisme, komunisme, liberalisme, sosialisme, materialisme dan darwinisme adalah dien bagi siapa saja yang meyakininya, sebagaimana Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, kebatinan, Pharahayangan, Sinto dan sebagainya adalah dien.

Bila ini telah dipahami, maka tidak menjadi persoalan bila kita menterjemahkan dienul Islam menjadi agama Islam, dengan syarat memahami makna dien yang diterjemahkan ke dalam "agama" atau "religion" ini dengan maknanya yang benar, yaitu undang-undang, pedoman hidup, ketaatan dan ibadah. Seluruh kehidupan kita baktikan dan kita atur dengan syariat Islam, sebagaimana sumpah kita kepada Allah Ta'ala," Katakanlah : sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan inilah aku diperintahkan dan aku adalah kaum muslimin yang pertama." [QS. Al An'am :162-163].
Wallahu A'lam bish Shawab.


keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

mengenal makna agama Empty Re: mengenal makna agama

Post by dharma_senapati Thu Sep 08, 2016 11:39 pm

agama bisa jg dianalogikan sbg ageman (pakaian).

ajaran yg kita pakai (gunakan) spy kualitas batin kita semakin baik.

sebenarnya agama dipilih karena kecocokan sj dgn manusianya.

sbg contoh:
saya suka batik sdgkan org lain suka kaos, apakah batik sy lbh baik drpd kaos org tsb?
kl sy merasa cocok dgn batik, brarti itu pilihan sy sendiri.

agama dipilih bkn karena:
agama baik atau agama tidak baik
agama benar atau agama sesat
dharma_senapati
dharma_senapati
SERSAN MAYOR
SERSAN MAYOR

Male
Age : 53
Posts : 306
Kepercayaan : Budha
Location : Serang
Join date : 21.02.16
Reputation : 8

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik