pelajaran dari riwayat abraham
Halaman 1 dari 1 • Share
pelajaran dari riwayat abraham
Walaupun orang Yahudi mengaku sebagai pelopor kafilah penganut tauhid, riwayat ini tak masyhur di kalangan mereka dan tidak beroleh tempat dalam Taurat yang ada sekarang. Di antara kitab-kitab Ilahi, hanya Al-Qur'an
yang telah meriwayatkannya. Oleh karena itu, kami sebutkan di bawah ini beberapa pokok yang mengandung pelajaran bagi manusia, suatu hal yang memang merupakan tujuan pokok Al-Qur'an ketika meriwayatkan sejarah berbagai nabi.
1. Riwayat ini merupakan bukti yang jelas tentang keberanian dan keperkasaan yang luar biasa dari kekasih Allah (Ibrahim) ini. Tekadnya untuk menghancurkan manifestasi dan sarana kemusyrikan tak dapat disembunyikan dari rakyat Namrud. Dengan celaan dan kecamannya, beliau telah menyatakan perlawanan dan kebenciannya yang luar biasa terhadap penyembahan berhala secara sangat nyata. Beliau mengatakan secara terbuka dan jelas, "Apabila kamu tidak berhenti dari praktek yang memalukan itu, aku akan membuat keputusan tentang mereka." Dan pada hari kepergian orang-orang ke hutan, beliau berkata secara terang-terangan, "Demi Tuhan, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya." (QS, al-Anbiya', 21:57)
'Allamah Majlisi mengutip dari Imam Ja'far ash-Shadiq, "Gerakan dan perjuangan satu orang melawan ribuan orang musyrik merupakan bukti nyata akan keberanian dan kesabaran Ibrahim, yang tidak mengkhawatirkan jiwanya dalam mengangkat asma Allah dan memperkuat dasar penyembahan kepada Tuhan yang Esa." (lihat Bihar al-Anwar, V, hal. 130).
2. Sepintas nampak seakan penghancuran berhala oleh Ibrahim merupakan pemberontakan bersenjata dan permusuhan, tetapi dari percakapannya dengan para hakim, terbukti bahwa gerakan ini sebenarnya mempunyai aspek dakwah. Karena, beliau memandang bahwa sebagai sarana terakhir untuk membangunkan kebijaksanaan dan kesadaran hati nurani manusia, beliau harus menghancurkan berhala-berhala itu, kecuali berhala yang besar, dan meletakkan kapak di bahunya, supaya mereka dapat mengadakan penyelidikan lebih jauh tentang sebab-sebab insiden itu. Dan, sebagai ternyata pada akhirnya, mereka hanya akan menganggap pandangan itu sebagai ejekan, dan sama sekali tak akan percaya kalau penghancuran itu dilakukan oleh berhala besar itu. Dengan demikian, beliau dapat menggunakan hal itu untuk mendakwahkan pendapatnya dengan mengatakan, "Menurut pengakuan kalian sendiri, berhala besar itu tidak mempunyai kekuasaan sedikit pun, lalu mengapa kalian menyembahnya?" Ini menunjukkan bahwa sejak awal mula, senjata mereka yang ampuh, dan itu senantiasa membawa hasil. Kalau tidak, maka apa artinya penghancuran berhala ketimbang bahaya bagi nyawa Ibrahim? Tindakan ini tentulah mengandung makna besar bagi misinya, dari sisi pandang alasan penalaran, sehingga beliau sedia mengorbankan nyawanya untuk itu.
3. Ibrahim sadar bahwa sebagai akibat tindakannya, hidupnya akan berakhir. Karenanya, menurut anggapan umum, ia mestinya akan terguncang, menyembunyikan diri, atau sekurang-kurangnya berjanji akan berhenti membuat "lelucon." Tetapi, ia sepenuhnya menguasai semangat dan emosinya. Misalnya, ketika memasuki kuil berhala, ia mendekati setiap berhala dan menawarkan mereka makan, secara olok-olok. Setelah ternyata sia-sia, beliau menjadikan isi kuil berhala itu onggokan penggalan kayu, dan menganggap semua itu sebagai sesuatu yang benar-benar biasa saja, seakan-akan hal itu tidak akan disusul oleh kematiannya sendiri. Ketika muncul di pengadilan, beliau menjawab pertanyaan mereka, "Sesungguhnya seseorang telah melakukannya. Pemimpinnya ialah yang ini. Karena itu, tanyakanlah kepadanya jika ia dapat berbicara." Lelucon demikian di hadapan pengadilan hanya dapat muncul dari seseorang yang siap sedia menghadapi segala kesudahan tanpa rasa takut atau ngeri dalam hatinya.
Bahkan, yang lebih menakjubkan lagi ialah sikap Ibrahim pada saat ia ditempatkan pada pelontar, dan mengetahui dengan pasti bahwa ia segera akan berada di tengah api -yang kayu bakarnya tadinya dikumpulkan orang Babilon untuk melaksanakan upacara suci keagamaan, dan yang nyalanya membubung dengan dahsyat sehingga bahkan burung rajawali tak berani terbang di atasnya. Pada saat itu, Malaikat Jibril turun dan langit seraya menyatakan kesediaannya untuk memberikan segala pertolongan kepada Ibrahim. Jibril berkata, "Apa keinginanmu?" Ibrahim menjawab, "Aku mempunyai hasrat. Tetapi aku tak dapat memberitahukannya kecuali kepada
Tuhanku." (lihat Al-'Uyun, hal. 136; al-Amali, oleh Shaduq, hal. 274; Bihar al-Anwar, hal. 35). Jawaban ini jelas menunjukkan keluhuran dan kebesaran rohani Ibrahim.
Namrud menanti dengan cemas dan gelisah karena dendam kesumatnya kepada Ibrahim. Ia begitu ingin melihat bagaimana api menelannya. Pelontar disiapkan. Dengan satu sentakan, tubuh Ibrahim, si jawara tauhid Ilahi, terlempar ke api. Namun, kehendak Tuhan Ibrahim mengubah neraka buatan itu menjadi taman dengan cara yang amat mengejutkan mereka, sehingga Namrud tanpa sengaja berpaling kepada Azar dan berkata, "Tuhan Ibrahim mencintainya." (Tafsir al-Burhan, III, hal. 64).
Walaupun adanya kejadian itu, Ibrahim tak dapat mendakwahkan agamanya dengan kebebasan penuh. Akhirnya, pemerintah waktu itu memutuskan, setelah bermusyawarah, untuk membuang Ibrahim. Ini membuka suatu bab baru dalam kehidupan Ibrahim dan menjadi awal perjalanannya ke Suriah, Palestina, Mesir, dan Hijaz.
BAB BARU DALAM KEHIDUPAN IBRAHIM
Pengadilan di Babilonia memutuskan membuang Ibrahim dari negeri itu. Beliau pun meninggalkan tempat kelahirannya, lalu pergi ke Mesir dan Palestina. Amaliqa, yang menguasai wilayah-wilayah itu, menyambutnya dengan hangat dan memberikan kepadanya banyak hadiah, satu di antaranya adalah seorang budak perempuan bernama Hajar.
Istri Ibrahim, Sarah, belum melahirkan anak hingga saat itu. Oleh karena itu, ia menyarankan Ibrahim supaya kawin dengan Hajar, dengan harapan kiranya beliau diberkati seorang putra, yang akan menjadi sumber kebahagiaan dan kesenangan mereka. Perkawinan dilangsungkan, dan Hajar kemudian melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismai'l. Itu terjadi jauh sebelum Sarah hamil dan melahirkan seorang putra yang diberi nama Ishaq. (Lihat Sa'd as-Su'ud, hal. 41-42; Bihar al-Anwar, hal. 118).
Setelah beberapa waktu, sebagaimana diperintahkan Allah, Ibrahim membawa Isma'il dan ibunya, Hajar ke selatan (Mekah), dan menempatkan mereka di suatu lembah yang tak dikenal. Lembah ini tak berpenghuni, dan hanya kafilah dari Sunah ke Yaman dan sebaliknya yang memasang tenda di sana. Bila tidak ada kafilah, tempat ini benar-benar sepi dan hanya merupakan hamparan pasir membakar sebagaimana bagian-bagian tanah Arab lainnya.
Tinggal di tempat yang mengerikan itu sungguh sulit bagi seorang perempuan yang telah melewatkan hari-harinya di negeri Amaliqa. Terik gurun yang membakar dan anginnya yang amat sangat panas memberikan bayangan kematian di hadapan mata. Ibrahim sendiri sangat prihatin atas kenyataan ini. Sementara memegang kendali hewan tunggangannya dengan maksud mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anaknya, air matanya mengalir, dan ia berkata kepada Hajar, "Wahai.Hajar! Semua ini dilakukan menurut perintah Yang Mahakuasa, dan perintah-Nya tak dapat dilawan. Bersandarlah pada rahmat Allah, dan yakinlah bahwa Ia tak akan menistakan kamu." Kemudian Ibrahim berdoa kepada Allah dengan penuh khusyuk, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dan buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian." (QS, al-Baqarah, 2:126).
Ketika sedang menuruni bukit, Ibrahim menengok ke belakang dan berdoa kepada Allah untuk mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka.
Walaupun perjalanan tersebut tampak sangat sulit dan susah, di kemudian hari terbukti bahwa hal itu mengandung makna yang amat penting. Di antaranya adalah pembangunan Ka'bah yang memberikan dasar yang agung bagi para penganut tauhid untuk mengibarkan panji penyembahan kepada Allah Yang Esa di Arabia, dan merupakan fundasi gerakan keagamaan yang besar, yang akan mendapat bentuk di kemudian hari, yaitu gerakan besar yang beroperasi di negeri ini melalui pengunci segala nabi.
BAGAIMANA TERJADINYA SUMBER AIR ZAM-ZAM
Ibrahim mengambil kendali hewan tunggangannya. Dengan air mata, ia memohon diri kepada tanah Mekah, Hajar, dan putranya. Tetapi, tak berapa lama kemudian, makanan dan minuman yang dapat diperoleh si anak dan ibunya habis, dan air susu Hajar pun kering. Kondisi putranya mulai merosot. Air mata mengucur dari ibu yang terasing itu dan membasahi pangkuannya. Dalam keadaan amat
bingung, ia bangkit berdiri lalu pergi ke bukit Shafa. Dari sana ia melihat suatu bayangan dekat bukit Marwah. Ia pun lari ke sana. Namun, pemandangan palsu itu sangat mengecewakannya. Tangisan dan keresahan putranya tercinta menyebabkan ia lari lebih keras ke sana ke mari. Demikianlah, ia berlari tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air, tetapi pada akhirnya ia kehilangan semua harapan, lalu kembali kepada putranya.
Si anak tentulah telah hampir sampai pada nafasnya yang terakhir. Kemampuannya meratap atau menangis sudah tiada. Namun, justru pada saat itu doa Ibrahim terkabul. Ibu yang letih lesu itu melihat bahwa air jernih telah mulai keluar dari bawah kaki Isma'il. Sang ibu, yang sedang menatap putranya dan mengira ia akan mati beberapa saat lagi, merasa sangat gembira melihat air itu. Ibu dan anak itu minum sampai puas, dan kabut putus asa vang telah merentangkan bayangannya pada kehidupan mereka pun terusir oleh angin rahmat Ilahi.(lihat Tafsir al-Qummi, hal. 52; Bihar al-Anwar, II, hal. 100).
Munculnya sumber air ini, yang dinamakan Zamzam, sejak hari itu, membuat burung-burung air terbang di atasnya, membentangkan sayapnya yang lebar sebagai penaung kepala ibu dan anak yang telah menderita itu. Orang-orang dari suku Jarham, yang tinggal jauh dari lembah ini, melihat burung-burung yang beterbangan ke sana ke mari itu. Mereka lalu menyimpulkan bahwa telah ada air di sekitarnya. Mereka mengutus dua orang untuk mengetahui keadaan itu. Setelah lama berkeliling, kedua orang itu sampai ke pusat rahmat Ilahi itu. Ketika mendekat, mereka melihat seorang wanita dan seorang anak sedang duduk di tepi suatu genangan air. Mereka segera kembali dan melaporkan hal itu kepada para pemimpin sukunya. Para anggota suku itu segera memasang kemah mereka di sekitar sumber air yang diberkati itu, dan Hajar pun terlepas dari kesulitan dan pahitnya kesepian yang dideritanya. Isma'il tumbuh sampai dewasa sebagai pemuda yang ramah. Ia pun mengadakan ikatan perkawinan dengan wanita suku Jarham. Dengan demikian, ia beroleh dukungan dan menjadi anggota masyarakat mereka. Oleh karena itu, dari sisi ibu, keturunan Isma'il berfamili dengan suku Jarham.
MEREKA BERTEMU KEMBALI
Setelah meninggalkan putranya yang tercinta di tanah Mekah atas perintah Allah Yang Mahakuasa, kadang-kadang Ibrahim berpikir untuk pergi melihat putranya. Pada salah satu perjalanannya, ia sampai di Mekah dan mendapatkan bahwa putranya tidak ada di rumah. Waktu itu, Isma'il telah tumbuh menjadi lelaki dewasa dan telah kawin dengan seorang gadis suku Jarham. Ibrahim bertanya kepada istri Ismai'l, "Di mana suamimu?" Perempuan itu menjawab, "Ia telah keluar untuk berburu!" Kemudian Ibrahim bertanya kepadanya apakah ia mempunyai makanan. Ia menjawab tak ada.
Ibrahim sangat sedih melihat kekasaran istri putranya. Ia lalu berkata kepada menantunya itu, "Bila Isma'il pulang, sampaikan kepadanya salam saya, dan katakan pula kepadanya untuk mengganti ambang pintu rumahnya." Kemudian Ibrahim pergi.
Ketika kembali, Isma'il mencium bau ayahnya. Dari keterangan istrinya, ia menyadari bahwa orang yang telah mengunjungi rumahnya adalah memang ayahnya. Ia juga mengerti bahwa pesan yang ditinggalkan ayahnya berati bahwa beliau (Ibrahim) menghendakinya menceraikan istrinya sekarang dan menggantikannya dengan yang lain, karena beliau memandang istrinya yang sekarang tidak pantas menjadi kawan hidupnya.(lihat Bihar al-Anwar, hal. 112, sebagaimana dikutip dari Qishash al-Anbiya'))
Mungkin dapat dipertanyakan mengapa setelah melakukan perjalanan sejauh itu, Ibrahim tidak menunggu sampai putranya pulang dari berburu, tapi langsung pergi lagi tanpa melihatnya. Para sejarawan menerangkan bahwa Ibrahim pulang dengan tergesa-gesa karena telah berjanji kepada Sarah bahwa beliau tak akan tinggal lama di sana. Setelah perjalanan ini, ia juga diperintahkan Allah Yang Mahakuasa untuk melaksanakan suatu perjalanan lagi ke Mekah, untuk mendirikan Ka'bah guna menarik hati orang yang beriman tauhid .
Al-Qur'an menyatakan bahwa menjelang hari-hari terakhir Ibrahim, Mekah telah tumbuh menjadi sebuah kota, karena, setelah menyelesaikan tugasnya, ia berdoa kepada Allah, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala." (QS Ibrahim, 14:35). Dan ketika tiba di gurun Mekah, ia berdoa, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa." (QS al-Baqarah, 2:126).
paman tat- SERSAN MAYOR
-
Posts : 369
Kepercayaan : Islam
Location : hongkong
Join date : 05.07.13
Reputation : 15
Re: pelajaran dari riwayat abraham
muhammad dapat kisah abraham dari mana?
dapatnya bagaimana?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: pelajaran dari riwayat abraham
Faktor-faktor yang menimbulkan penyembahan manusia kepada ciptaan adalah ketidaktahuannya dan tuntutan alami yang mutlak dalam dirinya yang pada umumnya mempercayai adanya suatu penyebab bagi setiap fenomena. Di satu sisi, manusia, yang dikuasai oleh kodrat alami, merasa harus mencari perlindungan di suatu tempat, pada suatu pewenang kuat yang mampu menciptakan sistem yang unik ini. Namun, di sisi lain, ketika ia bermaksud menempuh jalan ini tanpa tuntunan para nabi -pemandu Ilahi dan telah ditunjuk untuk menjamin kesempurnaan perjalanan rohani manusia- ia mencari perlindungan pada makhluk-makhluk tak-bernyawa, hewan, ataupun sesama manusia sebelum ia dapat mencapai tujuannya yang sesungguhnya, yakni Tuhan Yang Esa, dan mendapatkan jejak-jejak-Nya dengan mengamati tanda-tanda penciptaan dan mencari perlindungan pada-Nya. Oleh karena itu, ia membayangkan bahwa inilah obyek yang dicari-carinya.
Melihat ini, para ilmuwan mengakui, setelah mengkaji kitab-kitab Ilahi dan cara bagaimana dakwah disampaikan kepada manusia oleh para nabi serta argumentasi mereka, bahwa tujuan para nabi bukanlah untuk meyakinkan manusia tentang adanya pencipta alam semesta. Sesungguhnya, peran mereka yang mendasar ialah membebaskan manusia dan cengkeraman syirik (politeisme) dan penyembahan berhala. Dengan kata lain, mereka datang untuk mengatakan kepada manusia, "Hai manusia! Allah yang kita semua percaya akan keberadaan-Nya adalah ini, bukan itu. Ia esa, bukan berbilang. Jangan memberikan status Allah kepada makhluk. Terimalah Allah sebagai Yang Esa. Jangan menerima mitra atau sekutu apa pun bagi-Nya."
Kalimat "tiada Tuhan selain Allah," membuktikan apa yang kami katakan di atas. Inilah titik mula dakwah Nabi Muhammad. Maksud kalimat ini ialah, tak ada sesuatu yang patut disembah selain Allah, dan ini berarti bahwa adanya Pencipta telah merupakan fakta yang diakui, sehingga manusia dapat diajak untuk menerima kemaha-esaan-Nya. Kalimat ini menunjukkan bahwa di mata manusia zaman itu, bagian pertama –adanya Tuhan yang menguasai alam semesta- bukanlah hal yang perlu dipertengkarkan. Disamping itu, kajian terhadap kisah-kisah Qur'ani dan percakapan para nabi dengan umat zamannya memperjelas masalah ini.
[Catatan kaki: Tetapi, bagaimana konsepsi mereka tentang berhala? Apakah mereka memandangnya patut disembah dan hanya untuk menjadi perantara, ataukah mereka berpikir bahwa berhala-berhala itu pun mempunyai kekuasaan seperti Allah? Masalah ini berada di luar bahasan kita sekarang, walaupun pandangan pertama itu kuat dan terbukti.]
TEMPAT KELAHIRAN NABI IBRAHIM
Jawara Tauhid ini dilahirkan di lingkungan gelap penyembahan berhala dan penyembahan manusia. Manusia menundukkan kerendahan hati kepada berhala yang dibuat dengan tangannya sendiri, atau kepada bintang-bintang. Dalam situasi ini, hal yang mengangkat kedudukan Ibrahim dan menyukseskan usahanya adalah kesabaran dan ketabahannya.
Tempat kelahiran pembawa panji tauhid ini adalah Babilon. Para sejarawan telah menyatakan negeri itu sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mereka telah mencatat banyak riwayat tentang keagungan dan kehebatan peradaban wilayah itu. Sejarawan Yunani kenamaan, Herodotus (483-425 SM), menulis, "Babilon dibangun di sebuah lapangan persegi-panjang setiap sisinya 480 km (120 league), sehingga kelilingnya 1.920 km. Pernyataan ini, betapapun dibesar-besarkan, mengungkapkan realitas yang tak terbantah-apabila dibaca bersama tulisan-tulisan lainnya.
Namun, dari pemandangannya yang menarik dan istana-istananya yang tinggi, tak ada lagi yang dapat dilihat sekarang selain tumpukan lempung, di antara sungai Tigris dan Efrat, yang diliputi kebungkaman maut. Kebungkaman itu kadang-kadang dipecahkan oleh para orientalis yang melakukan penggalian untuk mendapatkan informasi tentang peradaban Babilonia.
Nabi Ibrahim, pelopor tauhid, dilahirkan di masa pemerintahan Namrud putra Kan'an. Walaupun Namrud menyembah berhala, ia juga mengaku sebagai tuhan (dewa). Dengan memanfaatkan kejahilan rakyat yang mudah percaya, ia memaksakan kepercayaannya kepada mereka.
Mungkin nampak agak ganjil bahwa seorang penyembah berhala mengaku pula sebagai dewa. Namun, Al-Qur'an memberikan kepada kita suatu contoh lain tentang kepercayaan ini. Ketika Musa mengguncang kekuasaan Fir'aun dengan logikanya yang kuat dan menguak kebohongannya dalam suatu pertemuan umum, para pendukung Fir'aun berkata kepadanya, "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" (QS, Surah al-A'raf, 7:127). Telah termasyhur bahwa Fir'aun mengaku sebagai tuhan dan biasa menyerukan, "Aku adalah tuhanmu yang tertinggi." Namun ayat ini menunjukkan bahwa ia juga seorang penyembah berhala.
Dukungan terbesar yang diperoleh Namrud datang dari para astrolog dan penenung yang dipandang sebagai orang-orang pintar di zaman itu. Ketundukan mereka ini membuka jalan bagi Namrud untuk memanfaatkan kaum tertindas dan kalangan bodoh. Selain itu, sebagian famili Ibrahim, misalnya Azar yang membuat berhala dan juga memahami astrologi, termasuk pengikut Namrud. Ini saja sudah merupakan halangan besar bagi Ibrahim, karena di samping harus berjuang melawan kepercayaan umum itu, ia juga harus menghadapi perlawanan kaum kerabatnya sendiri.
Namrud telah menerjunkan diri ke dalam laut kepercayaan takhayul. Ia telah membentangkan permadani untuk pesta dan minum-minum ketika para astrolog membunyikan lonceng bahaya pertama seraya mengatakan, "Pemerintahan Anda akan runtuh melalui seorang putra negeri ini." Ketakutan laten Namrud bangkit. Ia bertanya, "Apakah ia telah lahir atau belum?" Para astrolog itu menjawab bahwa ia belum lahir. Ia kemudian memerintahkan supaya diadakan pemisahan antara perempuan dan laki-laki-di malam yang, menurut ramalan para astrolog, kehamilan musuh mautnya itu akan terjadi. Walaupun demikian, para algojonya membunuh anak-anak laki-laki. Para bidan diperintahkan untuk melaporkan rincian tentang anak-anak yang baru lahir ke suatu kantor khusus.
Pada malam itu juga terjadi kehamilan Ibrahim. Ibunya hamil dan, seperti ibu Musa putra 'Imran, ia merahasiakan kehamilan itu. Setelah melahirkan, ia menyelamatkan diri ke suatu gua yang terletak di dekat kota itu, untuk melindungi nyawa anaknya tersayang. Ia meninggalkan anaknya di suatu sudut gua, dan mengunjunginya di waktu siang atau malam, tergantung situasi. Dengan berlalunya waktu, Namrud merasa aman. Ia percaya bahwa musuh tahta dan pemerintahannya telah dibunuh.
Ibrahim menjalani tiga belas tahun kehidupannya dalam sebuah gua dengan lorong masuk yang sempit, sebelum ibunya membawanya keluar. Ketika muncul di tengah masyarakat, para pendukung Namrud merasa bahwa ia orang asing. Terhadap hal itu, ibunya berkata, "Ini anak saya. Ia lahir sebelum ramalan para astrolog." (Tafsir al-Burhan, I, h. 535).
Ketika keluar dari gua, Ibrahim memperkuat keyakinan batinnya dalam tauhid dengan mengamati bumi dan langit, bintang-bintang yang bersinar, dan pohon-pohonan yang hijau. Ia menyaksikan masyarakat yang aneh. Dilihatnya sekelompok orang yang memperlakukan sinar bintang dengan sangat *kata disensor By Admin*. Ia juga melihat beberapa orang dengan tingkat kecerdasan yang bahkan lebih rendah. Mereka membuat berhala dengan tangan sendiri, kemudian menyembahnya. Yang terburuk dari semuanya ialah bahwa seorang manusia, dengan mengambil keuntungan secara tak semestinya dari kejahilan dan kebodohan rakyat, mengaku sebagai tuhan mereka dan menyatakan diri sebagai pemberi hidup kepada semua makhluk dan penakdir semua peristiwa.
Nabi Ibrahim merasa harus mempersiapkan diri untuk memerangi tiga kelompok yang berbeda ini.
IBRAHIM BERJUANG MELAWAN PENYEMBAHAN BERHALA
Kegelapan penyembahan berhala telah meliputi seluruh Babilon, tempat lahir Nabi Ibrahim, Banyak tuhan dunia dan langit telah merenggut hak menalar dan berpikir dari berbagai lapisan masyarakat. Sebagiannya memandang tuhan-tuhan itu memiliki kekuasaan sendiri, sedang yang lainnya memperlakukan mereka sebagai perantara untuk memperoleh nikmat dari Tuhan Yang Mahakuasa.
RAHASIA POLITEISME
Orang Arab sebelum datangnya Islam percaya bahwa setiap makhluk dan setiap gejala tentulah mempunyai penyebab tersendiri, dan bahwa Tuhan Yang Esa tidak mampu menciptakan semuanya. Pada masa itu, ilmu pengetahuan memang belum menemukan hubungan antara makhluk dan
fenomena alami serta berbagai kejadian. Sebagai akibatnya, orang-orang itu mengkhayalkan bahwa semua mahluk dan berbagai fenomena alami berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada kaitan satu sama lain. Karena itu, mereka menganggap bahwa untuk setiap fenomena seperti hujan dan salju, gempa bumi dan kematian, paceklik dan kesukaran, perdamaian dan ketentraman, kekejaman dan pertumpahan darah, dan
sebagainya, ada tuhannya masing-masing. Mereka tak menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah suatu kesatuan, di mana bagiannya saling terkait dan masing-masingnya mempunyai efek timbal balik.
Pikiran bersahaja manusia masa itu belum mengetahui rahasia penyembahan kepada Allah Yang Esa dan tidak menyadari bahwa Allah yang menguasai alam semesta adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahatahu, Pencipta yang bebas dari segala kelemahan dan cacat. Kekuasaan, kesempurnaan, pengetahuan, dan kebijaksanaanNya tiada berbatas. Ia di atas segala sesuatu yang dianggapkan kepada-Nya. Tak ada kesempurnaan yang tidak Ia miliki. Tak ada kemungkinan yang tak dapat diciptakan-Nya. Ia adalah Allah Yang Esa yang mampu menciptakan segala makhluk dan fenomena tanpa bantuan dan dukungan siapa pun. Ia dapat menciptakan makhluk lain dengan cara yang sama sebagaimana Ia menciptakan makhluk-makhluk yang ada sekarang.
Karena itu, secara nalar, adanya perantaraan dari suatu wewenang yang dapat mengurangi kemandirian kehendak Allah yang tidak bersekutu, tidak dapat diterima. Kepercayaan bahwa alam semesta mempunyai dua pencipta, yang satu merupakan sumber kebaikan dan cahaya sedang yang satu lagi merupakan sumber kejahatan dan kegelapan, juga tak dapat diterima. Kepercayaan bahwa ada perantaraan oleh seseorang, seperti Maryam dan 'Isa, dalam hal penciptaan alam semesta, atau bahwa pengaturan tatanan dunia fisik telah dikuasakan pada seorang manusia, merupakan manifestasi syirik dan kelebih-lebihan. Penganut tauhid, dengan rasa hormat yang sewajarnya kepada para nabi dan orang suci,
memelihara keyakinan pada Pencipta Alam Semesta, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Metode yang digunakan para nabi untuk memberi pelajaran dan tuntutan kepada manusia ialah metode logika dan penalaran, karena mereka berurusan dengan pikiran manusia. Mereka berhasrat mendirikan pemerintahan yang didasarkan pada keimanan, pengetahuan, dan keadilan,
dan pemerintahan semacam itu tak dapat didirikan melalui kekerasan, peperangan, dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, kita harus membedakan pemerintahan para nabi dengan pemerintahan Fir'aun dan Namrud. Tujuan dari kelompok yang kedua ini ialah amannya kekuasaan dan pemerintahan mereka dengan segala cara yang mungkin, sekalipun negara akan runtuh setelah mereka mati. Sebaliknya, orang-orang suci bermaksud mendirikan pemerintahan yang membawa maslahat pada individu maupun masyarakat, baik penguasa itu kuat atau lemah pada suatu waktu tertentu, sementara ia hidup maupun sesudah ia mati. Tujuan semacam itu tentu saja tak dapat dicapai dengan kekerasan dan tekanan.
Ibrahim pertama-tama berjuang melawan kepercayaan kaum erabatnya yang menyembah berhala, di mana Azar merupakan pentolannya. Sebelum mencapai keberhasilan penuh dalam bidang ini, ia sudah harus berjuang pada bidang operasi lainnya. Taraf pemikiran kelompok yang kedua ini agak lebih tinggi dan lebih jelas dari yang pertama. Berlawanan dengan agama para famili Ibrahim, mereka ini telah membuang makhluk-makhluk duniawi yang hina dan tak berharga, lalu memuja bintang di langit.
Ketika melawan pemujaan bintang, Ibrahim menyatakan dengan kata-kata sederhana sejumlah kebenaran filosofis dan ilmiah yang belum dipahami oleh manusia di zaman itu, bahkan sekarang pun argumennya menimbulkan
kekaguman para sarjana yang sangat mengenal seni logika dan perdebatan. Di atas semua ini, Al-Qur'an juga telah mengutip argumen-argumen Ibrahim, dan kami mendapat kehormatan untuk mengutipnya dengan penjelasan singkat.
Untuk dapat menuntun masyarakatnya, suatu malam Ibrahim menatap ke langit di saat terbenamnya matahari dan terus terjaga hingga ia terbenam lagi di hari berikutnya. Selama 24 jam ini ia berdebat dan berdiskusi dengan tiga kelompok, dan menyalahkan kepercayaan mereka dengan argumen-argumennya yang kuat.
Kegelapan malam mendekat dan menyembunyikan segala tanda kehidupan. Bintang Venus yang cemerlang muncul dari suatu sudut cakrawala. Untuk merebut hati para pemuja Venus, Ibrahim menyesuaikan diri dengan mereka dan mengikuti garis pikiran mereka seraya mengatakan, Itu adalah pemeliharaku." Namun, ketika bintang itu tenggelam dan menghilang di suatu sudut, ia berkata, "Saya tak dapat menerima tuhan yang tenggelam." Dengan penalarannya yang alami, ia menolak kepercayaan para pemuja Venus dan membuktikan kebatilannya.
Pada tahap berikutnya, matanya tertuju pada bundaran bulan yang bercahaya terang dengan keindahannya yang memukau. Dengan maksud merebut hati pemuja bulan, secara lahiriah ia bersikap seakan bulan itu tuhan, tapi kemudian ia merontokkan kepercayaan itu dengan logikanya yang kuat. Demikianlah, ketika Yang Mahakuasamembenamkan bulan itu di balik cakrawala, dan cahaya serta keindahannya lenyap dari muka bumi, maka tanpamenyinggung perasaan para pemuja bulan itu, Ibrahimberkata, "Apabila Tuhanku yang sesungguhnya tidak membimbing aku, tentulah aku tersesat, karena tuhan ini terbenam seperti bintang dan tunduk pada suatu tatanan dan sistem yang pasti yang dibentuk oleh sesuatu yang lain."
Kegelapan malam berakhir dan matahari pun muncul, membuka cakrawala, dan menyebarkan sinar keemasannya ke muka bumi. Para pemuja matahari memalingkan wajah mereka kepada tuhannya. Untuk menaati aturan perdebatan, Ibrahim juga bersikap seolah mengakui ketuhanan matahari. Namun, terbenamnya matahari mengukuhkan bahwa ia tunduk pada suatu sistem alam semesta yang umum, dan Ibrahim secara terbuka menolaknya sebagai yang patut disembah.(lihat QS, al-An'am, 6:75-79)
Tak diragukan bahwa saat tinggal di gua, melalui anugerah Ilahi yang luar biasa, Ibrahim mendapatkan dari sumber yang gaib pengetahuan batin tentang tauhid, yang merupakan kekhususan para nabi. Namun, setelah memperhatikan dan mengkaji benda-benda langit, ia juga memberikan bentuk argumentasi pada pengetahuan itu. Dengan demikian, di samping menunjukkan jalan yang benar kepada manusia dan memberikan kepada mereka sarana bimbingan, Ibrahim telah meninggalkan pengetahuan yang tak ternilai untuk digunakan oleh orang-orang yang mencan kebenaran dan realitas.
Melihat ini, para ilmuwan mengakui, setelah mengkaji kitab-kitab Ilahi dan cara bagaimana dakwah disampaikan kepada manusia oleh para nabi serta argumentasi mereka, bahwa tujuan para nabi bukanlah untuk meyakinkan manusia tentang adanya pencipta alam semesta. Sesungguhnya, peran mereka yang mendasar ialah membebaskan manusia dan cengkeraman syirik (politeisme) dan penyembahan berhala. Dengan kata lain, mereka datang untuk mengatakan kepada manusia, "Hai manusia! Allah yang kita semua percaya akan keberadaan-Nya adalah ini, bukan itu. Ia esa, bukan berbilang. Jangan memberikan status Allah kepada makhluk. Terimalah Allah sebagai Yang Esa. Jangan menerima mitra atau sekutu apa pun bagi-Nya."
Kalimat "tiada Tuhan selain Allah," membuktikan apa yang kami katakan di atas. Inilah titik mula dakwah Nabi Muhammad. Maksud kalimat ini ialah, tak ada sesuatu yang patut disembah selain Allah, dan ini berarti bahwa adanya Pencipta telah merupakan fakta yang diakui, sehingga manusia dapat diajak untuk menerima kemaha-esaan-Nya. Kalimat ini menunjukkan bahwa di mata manusia zaman itu, bagian pertama –adanya Tuhan yang menguasai alam semesta- bukanlah hal yang perlu dipertengkarkan. Disamping itu, kajian terhadap kisah-kisah Qur'ani dan percakapan para nabi dengan umat zamannya memperjelas masalah ini.
[Catatan kaki: Tetapi, bagaimana konsepsi mereka tentang berhala? Apakah mereka memandangnya patut disembah dan hanya untuk menjadi perantara, ataukah mereka berpikir bahwa berhala-berhala itu pun mempunyai kekuasaan seperti Allah? Masalah ini berada di luar bahasan kita sekarang, walaupun pandangan pertama itu kuat dan terbukti.]
TEMPAT KELAHIRAN NABI IBRAHIM
Jawara Tauhid ini dilahirkan di lingkungan gelap penyembahan berhala dan penyembahan manusia. Manusia menundukkan kerendahan hati kepada berhala yang dibuat dengan tangannya sendiri, atau kepada bintang-bintang. Dalam situasi ini, hal yang mengangkat kedudukan Ibrahim dan menyukseskan usahanya adalah kesabaran dan ketabahannya.
Tempat kelahiran pembawa panji tauhid ini adalah Babilon. Para sejarawan telah menyatakan negeri itu sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mereka telah mencatat banyak riwayat tentang keagungan dan kehebatan peradaban wilayah itu. Sejarawan Yunani kenamaan, Herodotus (483-425 SM), menulis, "Babilon dibangun di sebuah lapangan persegi-panjang setiap sisinya 480 km (120 league), sehingga kelilingnya 1.920 km. Pernyataan ini, betapapun dibesar-besarkan, mengungkapkan realitas yang tak terbantah-apabila dibaca bersama tulisan-tulisan lainnya.
Namun, dari pemandangannya yang menarik dan istana-istananya yang tinggi, tak ada lagi yang dapat dilihat sekarang selain tumpukan lempung, di antara sungai Tigris dan Efrat, yang diliputi kebungkaman maut. Kebungkaman itu kadang-kadang dipecahkan oleh para orientalis yang melakukan penggalian untuk mendapatkan informasi tentang peradaban Babilonia.
Nabi Ibrahim, pelopor tauhid, dilahirkan di masa pemerintahan Namrud putra Kan'an. Walaupun Namrud menyembah berhala, ia juga mengaku sebagai tuhan (dewa). Dengan memanfaatkan kejahilan rakyat yang mudah percaya, ia memaksakan kepercayaannya kepada mereka.
Mungkin nampak agak ganjil bahwa seorang penyembah berhala mengaku pula sebagai dewa. Namun, Al-Qur'an memberikan kepada kita suatu contoh lain tentang kepercayaan ini. Ketika Musa mengguncang kekuasaan Fir'aun dengan logikanya yang kuat dan menguak kebohongannya dalam suatu pertemuan umum, para pendukung Fir'aun berkata kepadanya, "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" (QS, Surah al-A'raf, 7:127). Telah termasyhur bahwa Fir'aun mengaku sebagai tuhan dan biasa menyerukan, "Aku adalah tuhanmu yang tertinggi." Namun ayat ini menunjukkan bahwa ia juga seorang penyembah berhala.
Dukungan terbesar yang diperoleh Namrud datang dari para astrolog dan penenung yang dipandang sebagai orang-orang pintar di zaman itu. Ketundukan mereka ini membuka jalan bagi Namrud untuk memanfaatkan kaum tertindas dan kalangan bodoh. Selain itu, sebagian famili Ibrahim, misalnya Azar yang membuat berhala dan juga memahami astrologi, termasuk pengikut Namrud. Ini saja sudah merupakan halangan besar bagi Ibrahim, karena di samping harus berjuang melawan kepercayaan umum itu, ia juga harus menghadapi perlawanan kaum kerabatnya sendiri.
Namrud telah menerjunkan diri ke dalam laut kepercayaan takhayul. Ia telah membentangkan permadani untuk pesta dan minum-minum ketika para astrolog membunyikan lonceng bahaya pertama seraya mengatakan, "Pemerintahan Anda akan runtuh melalui seorang putra negeri ini." Ketakutan laten Namrud bangkit. Ia bertanya, "Apakah ia telah lahir atau belum?" Para astrolog itu menjawab bahwa ia belum lahir. Ia kemudian memerintahkan supaya diadakan pemisahan antara perempuan dan laki-laki-di malam yang, menurut ramalan para astrolog, kehamilan musuh mautnya itu akan terjadi. Walaupun demikian, para algojonya membunuh anak-anak laki-laki. Para bidan diperintahkan untuk melaporkan rincian tentang anak-anak yang baru lahir ke suatu kantor khusus.
Pada malam itu juga terjadi kehamilan Ibrahim. Ibunya hamil dan, seperti ibu Musa putra 'Imran, ia merahasiakan kehamilan itu. Setelah melahirkan, ia menyelamatkan diri ke suatu gua yang terletak di dekat kota itu, untuk melindungi nyawa anaknya tersayang. Ia meninggalkan anaknya di suatu sudut gua, dan mengunjunginya di waktu siang atau malam, tergantung situasi. Dengan berlalunya waktu, Namrud merasa aman. Ia percaya bahwa musuh tahta dan pemerintahannya telah dibunuh.
Ibrahim menjalani tiga belas tahun kehidupannya dalam sebuah gua dengan lorong masuk yang sempit, sebelum ibunya membawanya keluar. Ketika muncul di tengah masyarakat, para pendukung Namrud merasa bahwa ia orang asing. Terhadap hal itu, ibunya berkata, "Ini anak saya. Ia lahir sebelum ramalan para astrolog." (Tafsir al-Burhan, I, h. 535).
Ketika keluar dari gua, Ibrahim memperkuat keyakinan batinnya dalam tauhid dengan mengamati bumi dan langit, bintang-bintang yang bersinar, dan pohon-pohonan yang hijau. Ia menyaksikan masyarakat yang aneh. Dilihatnya sekelompok orang yang memperlakukan sinar bintang dengan sangat *kata disensor By Admin*. Ia juga melihat beberapa orang dengan tingkat kecerdasan yang bahkan lebih rendah. Mereka membuat berhala dengan tangan sendiri, kemudian menyembahnya. Yang terburuk dari semuanya ialah bahwa seorang manusia, dengan mengambil keuntungan secara tak semestinya dari kejahilan dan kebodohan rakyat, mengaku sebagai tuhan mereka dan menyatakan diri sebagai pemberi hidup kepada semua makhluk dan penakdir semua peristiwa.
Nabi Ibrahim merasa harus mempersiapkan diri untuk memerangi tiga kelompok yang berbeda ini.
IBRAHIM BERJUANG MELAWAN PENYEMBAHAN BERHALA
Kegelapan penyembahan berhala telah meliputi seluruh Babilon, tempat lahir Nabi Ibrahim, Banyak tuhan dunia dan langit telah merenggut hak menalar dan berpikir dari berbagai lapisan masyarakat. Sebagiannya memandang tuhan-tuhan itu memiliki kekuasaan sendiri, sedang yang lainnya memperlakukan mereka sebagai perantara untuk memperoleh nikmat dari Tuhan Yang Mahakuasa.
RAHASIA POLITEISME
Orang Arab sebelum datangnya Islam percaya bahwa setiap makhluk dan setiap gejala tentulah mempunyai penyebab tersendiri, dan bahwa Tuhan Yang Esa tidak mampu menciptakan semuanya. Pada masa itu, ilmu pengetahuan memang belum menemukan hubungan antara makhluk dan
fenomena alami serta berbagai kejadian. Sebagai akibatnya, orang-orang itu mengkhayalkan bahwa semua mahluk dan berbagai fenomena alami berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada kaitan satu sama lain. Karena itu, mereka menganggap bahwa untuk setiap fenomena seperti hujan dan salju, gempa bumi dan kematian, paceklik dan kesukaran, perdamaian dan ketentraman, kekejaman dan pertumpahan darah, dan
sebagainya, ada tuhannya masing-masing. Mereka tak menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah suatu kesatuan, di mana bagiannya saling terkait dan masing-masingnya mempunyai efek timbal balik.
Pikiran bersahaja manusia masa itu belum mengetahui rahasia penyembahan kepada Allah Yang Esa dan tidak menyadari bahwa Allah yang menguasai alam semesta adalah Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahatahu, Pencipta yang bebas dari segala kelemahan dan cacat. Kekuasaan, kesempurnaan, pengetahuan, dan kebijaksanaanNya tiada berbatas. Ia di atas segala sesuatu yang dianggapkan kepada-Nya. Tak ada kesempurnaan yang tidak Ia miliki. Tak ada kemungkinan yang tak dapat diciptakan-Nya. Ia adalah Allah Yang Esa yang mampu menciptakan segala makhluk dan fenomena tanpa bantuan dan dukungan siapa pun. Ia dapat menciptakan makhluk lain dengan cara yang sama sebagaimana Ia menciptakan makhluk-makhluk yang ada sekarang.
Karena itu, secara nalar, adanya perantaraan dari suatu wewenang yang dapat mengurangi kemandirian kehendak Allah yang tidak bersekutu, tidak dapat diterima. Kepercayaan bahwa alam semesta mempunyai dua pencipta, yang satu merupakan sumber kebaikan dan cahaya sedang yang satu lagi merupakan sumber kejahatan dan kegelapan, juga tak dapat diterima. Kepercayaan bahwa ada perantaraan oleh seseorang, seperti Maryam dan 'Isa, dalam hal penciptaan alam semesta, atau bahwa pengaturan tatanan dunia fisik telah dikuasakan pada seorang manusia, merupakan manifestasi syirik dan kelebih-lebihan. Penganut tauhid, dengan rasa hormat yang sewajarnya kepada para nabi dan orang suci,
memelihara keyakinan pada Pencipta Alam Semesta, dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Metode yang digunakan para nabi untuk memberi pelajaran dan tuntutan kepada manusia ialah metode logika dan penalaran, karena mereka berurusan dengan pikiran manusia. Mereka berhasrat mendirikan pemerintahan yang didasarkan pada keimanan, pengetahuan, dan keadilan,
dan pemerintahan semacam itu tak dapat didirikan melalui kekerasan, peperangan, dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, kita harus membedakan pemerintahan para nabi dengan pemerintahan Fir'aun dan Namrud. Tujuan dari kelompok yang kedua ini ialah amannya kekuasaan dan pemerintahan mereka dengan segala cara yang mungkin, sekalipun negara akan runtuh setelah mereka mati. Sebaliknya, orang-orang suci bermaksud mendirikan pemerintahan yang membawa maslahat pada individu maupun masyarakat, baik penguasa itu kuat atau lemah pada suatu waktu tertentu, sementara ia hidup maupun sesudah ia mati. Tujuan semacam itu tentu saja tak dapat dicapai dengan kekerasan dan tekanan.
Ibrahim pertama-tama berjuang melawan kepercayaan kaum erabatnya yang menyembah berhala, di mana Azar merupakan pentolannya. Sebelum mencapai keberhasilan penuh dalam bidang ini, ia sudah harus berjuang pada bidang operasi lainnya. Taraf pemikiran kelompok yang kedua ini agak lebih tinggi dan lebih jelas dari yang pertama. Berlawanan dengan agama para famili Ibrahim, mereka ini telah membuang makhluk-makhluk duniawi yang hina dan tak berharga, lalu memuja bintang di langit.
Ketika melawan pemujaan bintang, Ibrahim menyatakan dengan kata-kata sederhana sejumlah kebenaran filosofis dan ilmiah yang belum dipahami oleh manusia di zaman itu, bahkan sekarang pun argumennya menimbulkan
kekaguman para sarjana yang sangat mengenal seni logika dan perdebatan. Di atas semua ini, Al-Qur'an juga telah mengutip argumen-argumen Ibrahim, dan kami mendapat kehormatan untuk mengutipnya dengan penjelasan singkat.
Untuk dapat menuntun masyarakatnya, suatu malam Ibrahim menatap ke langit di saat terbenamnya matahari dan terus terjaga hingga ia terbenam lagi di hari berikutnya. Selama 24 jam ini ia berdebat dan berdiskusi dengan tiga kelompok, dan menyalahkan kepercayaan mereka dengan argumen-argumennya yang kuat.
Kegelapan malam mendekat dan menyembunyikan segala tanda kehidupan. Bintang Venus yang cemerlang muncul dari suatu sudut cakrawala. Untuk merebut hati para pemuja Venus, Ibrahim menyesuaikan diri dengan mereka dan mengikuti garis pikiran mereka seraya mengatakan, Itu adalah pemeliharaku." Namun, ketika bintang itu tenggelam dan menghilang di suatu sudut, ia berkata, "Saya tak dapat menerima tuhan yang tenggelam." Dengan penalarannya yang alami, ia menolak kepercayaan para pemuja Venus dan membuktikan kebatilannya.
Pada tahap berikutnya, matanya tertuju pada bundaran bulan yang bercahaya terang dengan keindahannya yang memukau. Dengan maksud merebut hati pemuja bulan, secara lahiriah ia bersikap seakan bulan itu tuhan, tapi kemudian ia merontokkan kepercayaan itu dengan logikanya yang kuat. Demikianlah, ketika Yang Mahakuasamembenamkan bulan itu di balik cakrawala, dan cahaya serta keindahannya lenyap dari muka bumi, maka tanpamenyinggung perasaan para pemuja bulan itu, Ibrahimberkata, "Apabila Tuhanku yang sesungguhnya tidak membimbing aku, tentulah aku tersesat, karena tuhan ini terbenam seperti bintang dan tunduk pada suatu tatanan dan sistem yang pasti yang dibentuk oleh sesuatu yang lain."
Kegelapan malam berakhir dan matahari pun muncul, membuka cakrawala, dan menyebarkan sinar keemasannya ke muka bumi. Para pemuja matahari memalingkan wajah mereka kepada tuhannya. Untuk menaati aturan perdebatan, Ibrahim juga bersikap seolah mengakui ketuhanan matahari. Namun, terbenamnya matahari mengukuhkan bahwa ia tunduk pada suatu sistem alam semesta yang umum, dan Ibrahim secara terbuka menolaknya sebagai yang patut disembah.(lihat QS, al-An'am, 6:75-79)
Tak diragukan bahwa saat tinggal di gua, melalui anugerah Ilahi yang luar biasa, Ibrahim mendapatkan dari sumber yang gaib pengetahuan batin tentang tauhid, yang merupakan kekhususan para nabi. Namun, setelah memperhatikan dan mengkaji benda-benda langit, ia juga memberikan bentuk argumentasi pada pengetahuan itu. Dengan demikian, di samping menunjukkan jalan yang benar kepada manusia dan memberikan kepada mereka sarana bimbingan, Ibrahim telah meninggalkan pengetahuan yang tak ternilai untuk digunakan oleh orang-orang yang mencan kebenaran dan realitas.
paman tat- SERSAN MAYOR
-
Posts : 369
Kepercayaan : Islam
Location : hongkong
Join date : 05.07.13
Reputation : 15
Re: pelajaran dari riwayat abraham
di alkitab
kisah abraham sangat lengkap, sangat urut, dan sangat detail
tidak loncat-loncat tanpa juntrungan kek gitu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: pelajaran dari riwayat abraham
itu kitab suci,apa otobiografi...
wk wk wk
wk wk wk
Mutiaraa- LETNAN DUA
-
Posts : 1445
Kepercayaan : Islam
Location : DKI
Join date : 20.01.14
Reputation : 29
Re: pelajaran dari riwayat abraham
kalau kitab suci berisi biografi, tentu kisahnya jelas, lengkap dan teratur
bukan loncat-loncat kek kutu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Similar topics
» Dari Abraham sampai Yesus
» pelajaran dari umat terdahulu
» Pelajaran dari mualaf Mantan Misionaris: Kalo Yesus Tuhan, Kok Tidak Disembah Para Nabi?
» Riwayat Nabi Muhammad Shollalloohu ''alayhi wa Sallam (seputar kelahiran Rasululloh)
» [bisa dijual][tidak harus dari kardus, bisa dari triplek] Kreasi kerajinan tangan rak dinding unik minimalis dari kardus bekas
» pelajaran dari umat terdahulu
» Pelajaran dari mualaf Mantan Misionaris: Kalo Yesus Tuhan, Kok Tidak Disembah Para Nabi?
» Riwayat Nabi Muhammad Shollalloohu ''alayhi wa Sallam (seputar kelahiran Rasululloh)
» [bisa dijual][tidak harus dari kardus, bisa dari triplek] Kreasi kerajinan tangan rak dinding unik minimalis dari kardus bekas
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik