Orang-Orang yang Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing)
Halaman 1 dari 1 • Share
Orang-Orang yang Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing)
Tahukah engkau siapakah orang-orang bangkrut itu?, mereka adalah umatku yang datang pada hari kiamat dengan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi mereka telah mencaci maki, menuduh seseorang tanpa bukti, sehingga semua perbuatannya itu telah menghilangkan perbuatannya. Kemudian ia ditenggelamkan keneraka jahanam
(HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
Seseorang bisa bangkrut karena mulut/lisannya, yakni mereka yang sibuk mencari-cari kelemahan orang dan kemudian menceritakannya kembali kepada orang lain. Jika yang diceritakan berita bohong maka termasuk ”Fitnah”, tetapi jika yang disampaikan benar maka termasuk ”Ghibah” (gunjing). Fitnah dan ghibah diharamkan dalam Islam.
Batasan Ghibah adalah menceritakan aib seseorang yang tidak patut diceritakan (Ar-Raghibi), atau orang yang di ghibah benci jika mendengarnya (Al-Ghazali, Imam Nawawi dan Ibnu At-Tin), atau menceritakan kejelekan seseorang ketika ia tidak ada sekalipun yang diceritakan benar adanya (Ibnu Katsir).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ghibah adalah menceritakan kejelekan (aib) seseorang, jika ia tahu aibnya terungkap membuatnya benci (marah), meskipun aib itu benar adanya.
Pada suatu ketika menghadaplah seorang wanita yang sangat pendek badannya, menghadap kepada Nabi dalam suatu kepentingan, ketika wanita itu sudah keluar, maka Aisyah r.a berkata : “Betapa pendek wanita itu”. Mendengar perkataan Aisyah r.a, maka Rasul bersabda : “Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya tentang kelemahan fisik wanita itu sehingga termasuk menyebarkan fitnah.
Dikisahkan dari Amr bin Dinar, bahwa sesungguhnya di kota Madinah ada seorang lelaki yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota Madinah. Pada suatu hari saudaranya itu menderita sakit, ia datang untuk menjenguknya dan menemukan ia sudah meninggal dunia, ia pun mengusungnya sampai ke pemakaman sampai mayit dikebumikan telah selesai, kemudian ia pun segera pulang kembali kepada keluarganya ke rumahnya, namun setelah sampai di rumahnya ia
teringat bahwa kantong punya sahabatnya telah jatuh ke liang kubur dan tertanam bersama mayat saudaranya itu.
Karena mengingat isi kantong itu sangat penting, maka ia bermaksud akan membongkar kuburan saudaranya itu. Setelah mendapatkan izin dari ibunya dan saudaranya ia segera membongkar kuburan, lalu ia mengangkat sebagian tutup liang lahat dengan sangat hati-hati.
“Celaka, aduh celaka ………!” Kata orang itu setelah melihat keadaan liang lahat, maka yg mengikutinya segera berkata : “Ada apakah gerangan, sehingga engkau kelihatan kaget dan bilang
celaka, ceritakanlah kepadaku apa yang terjadi dengan saudaramu itu?”
Maka berceritalah ia, bahwa di dalam liang kubur tampak kobaran api yang sedang menyala-nyala, lalu ia segera menemui ibunya untuk menanyakan perbuatan apa yang telah diperbuat oleh saudara perempuannya itu,
ibunya berkata : “Saudarimu itu selalu mendatangi pintu tetangganya dan mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh tetangganya itu (ngerumpi), kemudian ia menyebarkan fitnah kepada para
tetangganya yang lain".
Setelah mendengarkan penjelasan sang ibu, maka lelaki itu segera mengetahui bahwa saudarinya itu suka ngerumpi, sehingga menyebabkan ia mendapatkan siksa kubur. Itulah akibat orang yang suka menggunjing dan ngerumpi dan menyebarkan fitnah yang kelihatannya sepele, tetapi sangat mengasyikkan dan menyenangkan.
Alangkah ruginya apabila waktu kita habis untuk sekedar ngobrol hal-hal yang tidak penting. Terkadang kita tidak bisa memastikan apakah pembicaraan yang kita lakukan itu bermanfaat atau tidak. Bahkan, sering kita tidak berdaya untuk menghindar dari pembicaraan yang berisi fitnah, gunjingan dan permusuhan. Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjaga lisan agar selalu berbicara yang bermanfaat.
Berdasarkan Al-Qur’an dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan menggunjing berbunyi sebagai berikut :
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolokolokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolokolokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 15 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu
yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 23 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang
besar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Israa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah.
Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai mengutuk
mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah
sejahat-jahat tempat kembali”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “……………Dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi
kaum yang binasa”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Qaaf ayat 18 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Qalam ayat 10 - 11 yang berbunyi sebagai
berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Humazah ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Muthaffifin ayat 29 - 31 yang berbunyi sebagai
berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang menertawakan orang-orang
yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan mata. Dan apabila Orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira”.
Berdasarkan Al-Hadits yang berkaitan dengan ghibah yaitu :
Artinya : “Berhati-hatilah terhadap purbasangka. Sesungguhnya purbasangka adalah ucapan paling
bodoh”. (H.R. Al-Bukhari)
Artinya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintaiintai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan
mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah)
rumahnya”. (H.R. Ahmad)
Artinya : “Sesungguhnya bila kamu mengintai-intai keburukan orang, maka kamu telah merusak
mereka atau hampir merusak mereka”. (H.R. Ahmad)
Rasulullah melarang umatnya meneliti dan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebab yang demikian hanya akan menghancurkan kerukunan dan kebersamaan kaum muslimin. Di sisi lain ditegaskan bahwa seburuk-buruk suatu kaum adalah kaum yang di antara mereka ada seorang mukmin yang berjalan di kalangan mereka dengan cara sembunyi-sembunyi dan senantiasa meneliti serta mencari-cari kesalahan orang lain.
Artinya : “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak
mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain”. (H.R. Adailami)
Artinya : “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud
agar mereka tertawa, Celakalah dia …… celaka dia”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau
diam”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Artinya : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya”. (H.R. Athbrani dan Al-Baihaqi)
Artinya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih
mengetahui”. Beliau bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang
dia tidak sukai”. (H.R. Muslim)
Artinya : “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (H.R. AlBukhari dan Al-Hakim)
Artinya : “Rasulullah saw pernah ditanya : “Ya Rasulullah, apakah tebusan mengumpat?” Jawab
Rasulullah : “Hendaklah engkau beristighfar (memohonkan ampunan) kepada Allah bagi
orang yang engkau umpat”. (H.R. Thahawi)
Artinya : Dari Hudzaifah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Tidak akan pernah
masuk surga orang yang suka mengumpat”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah memberikan solusi kepada umatnya yang terlanjur mengumpat orang lain. Yakni
dengan memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang diumpatnya. Dengan cara demikian,
maka orang yang mengumpat akan mendapatkan maghfirah dari Allah SWT. Sebab bila tidak
mendapat maghfirah, orang yang suka mengumpat atau menyebar fitnah pasti masuk neraka.
Artinya : “Barangsiapa di sisinya diumpat saudaranya sesama muslim kemudian dia tidak
menolongnya padahal dia dapat menolongnya, maka Allah akan merendahkan dirinya di
dunia dan di akhirat”. (H.R. Baghawi dan Ibnu Babawaih)
Artinya : “Barangsiapa mengembalikan kehormatan saudaranya lantaran diumpat, maka Allah berhak
untuk memerdekakan dirinya dari neraka”. (H.R. Baihaqi)
Bila ada seorang muslim mengumpat orang lain, maka orang yang berada di sisinya wajib untuk mencegahnya. Yang demikian berarti dia telah memberikan pertolongan kepada saudaranya sesama muslim. Namun bila tidak mencegahnya, berarti dia rela direndahkan martabatnya oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, bila dia memberikan pertolongan dengan cara mencegah,
maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di dunia dan di akhirat. Bahkan berhak dimasukkan ke dalam surga. Sedang bila yang diumpat orang fasik, maka tidak perlu membelanya. Rasulullah sangat membenci orang yangmengumpat, hingga beliau menegaskan bahwa katakata umpatan itu apabila dicampur dengan air laut akanmencemarkannya.
Ini adalah gambaran tentang betapa bahaya dan besarnya dosa mengumpat. Sebab mengumpat dapat membatalkan pahala amal kebajikan seseorang. Di sisi lain, setan masih merasa mampu dan besar harapan untuk menghancurkan umat manusia sepanjang masih ada kesempatan untuk membuat mereka bersedia mengumpat sesamanya. Padahal ketika melihat Allah disembah oleh umat manusia dengan pelaksanaan shalat, setan sudah merasa putus asa. Itulah bahaya mengumpat, menggunjing, berprasangka buruk dan meneliti kesalahan orang lain.
Artinya : “Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Orang yang beriman sempurna akan selalu menjaga ucapan dan perbuatannya jangan sampai merugikan dan menyakitkan orang lain. Bila tidak bisa berbicara baik, dia akan lebih memilih berdiam diri. Sebab suka mencela, mengutuk, berlaku keji dan berkata kotor bukanlah kebiasaan orang yang beriman.
Orang yang menutup ‘aib orang lain di dunia, niscaya Allah menutup ‘aibnya pula kelak di hari
kiamat. Hindarilah menggunjing, karena menggunjing itu lebih berat (siksaannya) dari berzina”.
Parasahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa alasannya menggunjing itu lebih berat dari berzina? Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina, lalu dia mau bertobat, maka Allah tidak akan mengampuninya sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya”.
“Menggunjing itu memang lezat rasanya di dunia, tetapi dapat mengantarkannya ke neraka di
akhirat kelak”.
Rasulullah saw ketika ditanya tentang kebanyakan hal-hal yang memasukkan manusia ke
dalam surga, beliau menjawab : “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik!” Dan ketika beliau ditanya
lagi tentang kebanyakan hal-hal yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab
: “Mulut dan kemaluan!”. (H.R. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda :
“Takutlah kamu terhadap prasangka. Sebab sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kamu mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling belakang membelakangi . Jadilah kamu hambahamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah telah memerintahkan kepadamu. Orang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak saling menzhalimi, tidak saling merendahkan dan tidak saling menghina. Takwa adalah di sini, takwa adalah di sini”, sambil Rasulullah menunjuk ke arah dada.
Kemudian melanjutkan sabdanya : “Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim adalah haram atas muslim yang lain akan darah, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu dan rupamu, tetapi Allah melihat kepada hatimu”. (H.R. Muslim)
Rasulullah secara tegas memerintahkan kepada umatnya agar menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara dan melarang mereka saling mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, saling berlomba-lomba kemewahan, saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, saling menzhalimi, saling merendahkan, saling menghina, saling menjerumuskan, saling mendiamkan dan membeli belian orang lain. Sebab semua itu merupakan akhlak tercela yang tidak pantas dimiliki oleh seorang muslim.
Rasulullah mengingatkan pula bahwa antar sesama muslim berkewajiban untuk saling menjaga darah, kehormatan dan harta di antara mereka. Dengan cara demikian, mereka tidak akan pernah saling menghina maupun menzhalimi. Yang perlu dicatat, bahwa Allah sama sekali tidak akan pernah melihat penampilan seseorang, baik bodi tubuh maupun paras muka, tetapi Allah akan selalu memperhatikan hati seseorang. Sebab di sanalah ketakwaan kepada Allah berada.
Dari Watsilah bin Al Asqa’ r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan terhadap saudaramu yang mendapat cobaan. Sebab boleh jadi Allah menyayanginya, kemudian memberi cobaan kepadamu”. (H.R. Tirmidzi)
Ketika orang lain mendapatkan musibah, kita tidak diperbolehkan menunjukkan kegembiraan. Karena yang demikian adalah termasuk akhlak tercela dan penghinaan. Sebab, boleh jadi Allah menguji orang tersebut hanya karena akan diberi kasih sayang yang lebih besar lagi, sementara dalam kesempatan lain boleh jadi Allah memberikan ujian yang lebih berat kepada kita.
Dari Ibnu Abbas r.a dari Nabi saw, beliau telah bersabda : “Barangsiapa mengaku bermimpi dengan suatu mimpi yang tidak pernah dilihatnya, maka dia akan dituntut untuk mengikat antara dua butir gandum dan pasti dia tidak akan pernah dapat mengerjakannya. Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka merasa benci terhadap perilaku tersebut, maka pada hari kiamat nanti akan ditumpahkan cairan timah pada kedua telinganya. Dan barangsiapa menggambar suatu gambar, maka dia akan disiksa dan dibebani untuk meniupkan ruh padanya, padahal dia tidak
akan pernah dapat meniupkannya”. (H.R. Bukhari)
Orang yang berdusta, orang yang mengintai pembicaraan orang lain dan orang yang menggambar berhala sesembahan, maka akan mendapatkan siksaan yang berat dari sisi Allah. Dia akan dituntut untuk melakukan sesuatu yang mustahil bisa dilakukan, lubang telinganya disiram dengan cairan timah dan disuruh untuk menghidupkan berhala atau gambar yang digambarnya sebagai sesembahan. Yang demikian adalah merupakan siksaan yang sangat pedih lagi berat.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda : “Adakah kalian mengetahui, apakah mengumpat itu?” Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Rasulullah kemudian bersabda : “Engkau menuturkan sesuatu tentang saudaramu yang tidak menyenangkan”. Lalu ditanyakan : “Bagaimanakah pendapatmu jika apa yang aku katakan itu adalah terdapat pada saudaraku?” Jawab Rasulullah : “Jika apa yang engkau katakan terdapat pada saudaramu, berarti engkau telah mengumpatnya. Dan jika apa yang engkau katakan tidak terdapat pada saudaramu, berarti engkau telah membuat kedustaan terhadapnya”. (H.R. Muslim)
Mengumpat adalah bagian dari akhlak tercela. Pengertian mengumpat adalah mengatakan sesuatu tentang orang lain yang apabila dia mendengar merasa tidak senang, sekalipun apa yang dikatakan itu benar adanya. Sebab kalau apa yang dikatakan tidak benar adanya, maka yang demikian adalah termasuk perbuatan dusta, bukan mengumpat.
Dari Anas r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Ketika aku dimi’rajkan, aku melewati sekelompok kaum yang yang mempunyai kuku dari tembaga yang untuk melukai wajah dan dada mereka. Kemudian aku bertanya kepada Jibril : “Siapakah mereka itu, wahai Jibril?” Jawab Jibril :
“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan menjatuhkan kehormatan mereka”.
(H.R. Abu Dawud)
Orang yang senantiasa mengumpat orang lain dan mencari-cari kesalahannya akan disiksa
oleh Allah dengan siksaan yang berat. Yakni mencakar-cakar muka dan dada sendiri dengan kuku
yang terbuat dari tembaga.
Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw pernah berjalan melewati 2 (dua) kuburan, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya 2 (dua) orang ahli kubur itu disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Ya, benar. Sesungguhnya dosa itu adalah besar. Salah seorang di antara keduanya adalah berjalan di muka bumi dengan menyebarkan fitnah (mengumpat). Sedang salah seorang yang lain tidak bertirai ketika kencing”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Orang yang senantiasa menyebarkan fitnah atau mengumpat sesama muslim kelak dikubur akan mendapatkan siksa yang berat. Demikian pula halnya orang yang tidak hati-hati ketika kencing, sehingga percikan air kencingnya mengenakan tubuh atau pakaian.
Dari Sahl bin Sa’ad r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Barangsiapa memberikan jaminan kepadaku terhadap apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang berada di antara dua pahanya, maka aku memberi jaminan surga baginya”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Seseorang yang mampu menjaga lisannya dari perkataan bohong, menghina dan memfitnah serta menjaga kemaluan dari perbuatan zina, maka Rasulullah memberi jaminan surga baginya. Itulah kemuliaan dan ketinggian derajat memelihara lisan dan kemaluan.
Dari Aisyah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Janganlah kamu memakimaki orang-orang yang sudah meninggal. Sebab mereka telah sampai kepada apa yang mereka
lakukan”. (H.R. Bukhari)
Kesimpulan:
Ada 4 (empat) sebab mengapa orang menggunjing (ghibah) orang lain :
1. Karena alasan meredakan amarah diri. Maksudnya, ketika ada seseorang yang membuat marah,
maka ia lantas menggunjing orang tersebut hanya karena ingin meredakan amarah dirinya.
2. Hanya karena ingin menyesuaikan diri dengan teman-temannya atau dengan alasan menjaga
keharmonisan.
3. Ingin mengangkat diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang lain.
4. Menggunjing untuk canda dan lelucon. Dia menggunjing seseorang dengan maksud membuat
orang-orang tertawa.
Maka ketahuilah obatnya dengan memahami bahwa menggunjing orang lain akan memancing
kemurkaan Allah, menyebabkan pindahnya kebaikan-kebaikan diri kepada orang yang digunjingkan.
Dan jika yang menggunjing tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang yang digunjingkan
akan dipindahkan kepada orang yang menggunjing. (Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul
Qasidin)
Ada 6 (enam) perkara yang tidak mengharamkan bergunjing yaitu :
1. Dalam rangka kezaliman agar supaya dapat dibela oleh seseorang yang mampu menghilangkan
kezaliman itu.
2. Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan
seseorang kepada Penguasa yang mampu mengadakan tindakan perbaikan.
3. Di dalam Mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada Mufti atau
Hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang Penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan
tindakan perbaikan.
4. Memberi peringatan kepada kaum muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin
akan mengenai seseorang, misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan
seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang
yang mempunyai cacat budi pekertinya atau mempunyai penyakit yang menular.
5. Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum.
6. Mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, seperti a’war (orang yang matanya
buta sebelah) jika tidak mungkin memperkenalkannya kecuali dengan nama itu.
Orang yang membicarakan yang tidak berguna (batil) akan dimasukkan dalam neraka Saqor dan
orang yang suka mencela dan mengumpat akan dimasukkan dalam neraka Huthomah.
Sumber :
1. Agenda Muslimah Menuju Pribadi Muslimah Ideal;
2. Bahan Renungan Kalbu Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa karangan : Ir. Permadi Alibasyah;
3. Kumpulan Khutbah Jum’at Para Kiai;
4. Mengungkap Kisah Nyata dari Zaman ke Zaman karangan : Abdul Hadi AR
5. Muslim Best of the Best karangan : Abdullah Gymnastiar;
6. Tawakal Yayasan Pendidikan Islam “Raudhatul Muttaqin” karangan : Farida Hanum
7. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad karangan : Dr. Muhammad Faiz Almath.
8. Bencana Lisan, Said Al-Qahthani, Penerbit Islam Tadabbur, cetakan
pertama, Oktober 2002
9. Stop ghibah, Husain Al-Awayisyah, Penerbit An-Nadwah, cetakan pertama,
Agustus 2002
10. Sakaratul Maut bersama Rasulullah saw, Abu Syari’ Muhammad Abdul Hadi,
Peberbit Cendekia Sentra Muslim, cetakan pertama, Juli 2004
(HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
Seseorang bisa bangkrut karena mulut/lisannya, yakni mereka yang sibuk mencari-cari kelemahan orang dan kemudian menceritakannya kembali kepada orang lain. Jika yang diceritakan berita bohong maka termasuk ”Fitnah”, tetapi jika yang disampaikan benar maka termasuk ”Ghibah” (gunjing). Fitnah dan ghibah diharamkan dalam Islam.
Batasan Ghibah adalah menceritakan aib seseorang yang tidak patut diceritakan (Ar-Raghibi), atau orang yang di ghibah benci jika mendengarnya (Al-Ghazali, Imam Nawawi dan Ibnu At-Tin), atau menceritakan kejelekan seseorang ketika ia tidak ada sekalipun yang diceritakan benar adanya (Ibnu Katsir).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ghibah adalah menceritakan kejelekan (aib) seseorang, jika ia tahu aibnya terungkap membuatnya benci (marah), meskipun aib itu benar adanya.
Pada suatu ketika menghadaplah seorang wanita yang sangat pendek badannya, menghadap kepada Nabi dalam suatu kepentingan, ketika wanita itu sudah keluar, maka Aisyah r.a berkata : “Betapa pendek wanita itu”. Mendengar perkataan Aisyah r.a, maka Rasul bersabda : “Wahai Aisyah, kamu telah menggunjingnya tentang kelemahan fisik wanita itu sehingga termasuk menyebarkan fitnah.
Dikisahkan dari Amr bin Dinar, bahwa sesungguhnya di kota Madinah ada seorang lelaki yang memiliki saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota Madinah. Pada suatu hari saudaranya itu menderita sakit, ia datang untuk menjenguknya dan menemukan ia sudah meninggal dunia, ia pun mengusungnya sampai ke pemakaman sampai mayit dikebumikan telah selesai, kemudian ia pun segera pulang kembali kepada keluarganya ke rumahnya, namun setelah sampai di rumahnya ia
teringat bahwa kantong punya sahabatnya telah jatuh ke liang kubur dan tertanam bersama mayat saudaranya itu.
Karena mengingat isi kantong itu sangat penting, maka ia bermaksud akan membongkar kuburan saudaranya itu. Setelah mendapatkan izin dari ibunya dan saudaranya ia segera membongkar kuburan, lalu ia mengangkat sebagian tutup liang lahat dengan sangat hati-hati.
“Celaka, aduh celaka ………!” Kata orang itu setelah melihat keadaan liang lahat, maka yg mengikutinya segera berkata : “Ada apakah gerangan, sehingga engkau kelihatan kaget dan bilang
celaka, ceritakanlah kepadaku apa yang terjadi dengan saudaramu itu?”
Maka berceritalah ia, bahwa di dalam liang kubur tampak kobaran api yang sedang menyala-nyala, lalu ia segera menemui ibunya untuk menanyakan perbuatan apa yang telah diperbuat oleh saudara perempuannya itu,
ibunya berkata : “Saudarimu itu selalu mendatangi pintu tetangganya dan mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh tetangganya itu (ngerumpi), kemudian ia menyebarkan fitnah kepada para
tetangganya yang lain".
Setelah mendengarkan penjelasan sang ibu, maka lelaki itu segera mengetahui bahwa saudarinya itu suka ngerumpi, sehingga menyebabkan ia mendapatkan siksa kubur. Itulah akibat orang yang suka menggunjing dan ngerumpi dan menyebarkan fitnah yang kelihatannya sepele, tetapi sangat mengasyikkan dan menyenangkan.
Alangkah ruginya apabila waktu kita habis untuk sekedar ngobrol hal-hal yang tidak penting. Terkadang kita tidak bisa memastikan apakah pembicaraan yang kita lakukan itu bermanfaat atau tidak. Bahkan, sering kita tidak berdaya untuk menghindar dari pembicaraan yang berisi fitnah, gunjingan dan permusuhan. Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjaga lisan agar selalu berbicara yang bermanfaat.
Berdasarkan Al-Qur’an dalam surat Al-Hujuraat ayat 6 yang berkaitan dengan larangan berburuk sangka dan menggunjing berbunyi sebagai berikut :
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 11 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolokolokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolokolokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Hujuraat ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 15 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan
dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu
yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah benar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat An-Nuur ayat 23 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat dan bagi mereka azab yang
besar”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Israa ayat 36 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Dan supaya Dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah.
Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai mengutuk
mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahanam. Dan (neraka Jahanam) itulah
sejahat-jahat tempat kembali”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Fath ayat 12 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “……………Dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi
kaum yang binasa”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Qaaf ayat 18 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Qalam ayat 10 - 11 yang berbunyi sebagai
berikut :
Artinya : “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Humazah ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya : “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela”.
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an berdasarkan surat Al-Muthaffifin ayat 29 - 31 yang berbunyi sebagai
berikut :
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang menertawakan orang-orang
yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan mata. Dan apabila Orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira”.
Berdasarkan Al-Hadits yang berkaitan dengan ghibah yaitu :
Artinya : “Berhati-hatilah terhadap purbasangka. Sesungguhnya purbasangka adalah ucapan paling
bodoh”. (H.R. Al-Bukhari)
Artinya : “Barangsiapa mengintai-intai keburukan saudaranya semuslim, maka Allah akan mengintaiintai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah, maka Allah akan
mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam (tengah-tengah)
rumahnya”. (H.R. Ahmad)
Artinya : “Sesungguhnya bila kamu mengintai-intai keburukan orang, maka kamu telah merusak
mereka atau hampir merusak mereka”. (H.R. Ahmad)
Rasulullah melarang umatnya meneliti dan mencari-cari kesalahan orang lain. Sebab yang demikian hanya akan menghancurkan kerukunan dan kebersamaan kaum muslimin. Di sisi lain ditegaskan bahwa seburuk-buruk suatu kaum adalah kaum yang di antara mereka ada seorang mukmin yang berjalan di kalangan mereka dengan cara sembunyi-sembunyi dan senantiasa meneliti serta mencari-cari kesalahan orang lain.
Artinya : “Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak
mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain”. (H.R. Adailami)
Artinya : “Celaka bagi orang yang bercerita kepada satu kaum tentang kisah bohong dengan maksud
agar mereka tertawa, Celakalah dia …… celaka dia”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad)
Artinya : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau
diam”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Artinya : “Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya”. (H.R. Athbrani dan Al-Baihaqi)
Artinya : “Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih
mengetahui”. Beliau bersabda : “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang
dia tidak sukai”. (H.R. Muslim)
Artinya : “Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk”. (H.R. AlBukhari dan Al-Hakim)
Artinya : “Rasulullah saw pernah ditanya : “Ya Rasulullah, apakah tebusan mengumpat?” Jawab
Rasulullah : “Hendaklah engkau beristighfar (memohonkan ampunan) kepada Allah bagi
orang yang engkau umpat”. (H.R. Thahawi)
Artinya : Dari Hudzaifah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Tidak akan pernah
masuk surga orang yang suka mengumpat”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah memberikan solusi kepada umatnya yang terlanjur mengumpat orang lain. Yakni
dengan memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang yang diumpatnya. Dengan cara demikian,
maka orang yang mengumpat akan mendapatkan maghfirah dari Allah SWT. Sebab bila tidak
mendapat maghfirah, orang yang suka mengumpat atau menyebar fitnah pasti masuk neraka.
Artinya : “Barangsiapa di sisinya diumpat saudaranya sesama muslim kemudian dia tidak
menolongnya padahal dia dapat menolongnya, maka Allah akan merendahkan dirinya di
dunia dan di akhirat”. (H.R. Baghawi dan Ibnu Babawaih)
Artinya : “Barangsiapa mengembalikan kehormatan saudaranya lantaran diumpat, maka Allah berhak
untuk memerdekakan dirinya dari neraka”. (H.R. Baihaqi)
Bila ada seorang muslim mengumpat orang lain, maka orang yang berada di sisinya wajib untuk mencegahnya. Yang demikian berarti dia telah memberikan pertolongan kepada saudaranya sesama muslim. Namun bila tidak mencegahnya, berarti dia rela direndahkan martabatnya oleh Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, bila dia memberikan pertolongan dengan cara mencegah,
maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya di dunia dan di akhirat. Bahkan berhak dimasukkan ke dalam surga. Sedang bila yang diumpat orang fasik, maka tidak perlu membelanya. Rasulullah sangat membenci orang yangmengumpat, hingga beliau menegaskan bahwa katakata umpatan itu apabila dicampur dengan air laut akanmencemarkannya.
Ini adalah gambaran tentang betapa bahaya dan besarnya dosa mengumpat. Sebab mengumpat dapat membatalkan pahala amal kebajikan seseorang. Di sisi lain, setan masih merasa mampu dan besar harapan untuk menghancurkan umat manusia sepanjang masih ada kesempatan untuk membuat mereka bersedia mengumpat sesamanya. Padahal ketika melihat Allah disembah oleh umat manusia dengan pelaksanaan shalat, setan sudah merasa putus asa. Itulah bahaya mengumpat, menggunjing, berprasangka buruk dan meneliti kesalahan orang lain.
Artinya : “Dari Abi Musa r.a, dia telah berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah, muslim manakah yang lebih utama?” Jawab Rasulullah : “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Orang yang beriman sempurna akan selalu menjaga ucapan dan perbuatannya jangan sampai merugikan dan menyakitkan orang lain. Bila tidak bisa berbicara baik, dia akan lebih memilih berdiam diri. Sebab suka mencela, mengutuk, berlaku keji dan berkata kotor bukanlah kebiasaan orang yang beriman.
Orang yang menutup ‘aib orang lain di dunia, niscaya Allah menutup ‘aibnya pula kelak di hari
kiamat. Hindarilah menggunjing, karena menggunjing itu lebih berat (siksaannya) dari berzina”.
Parasahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa alasannya menggunjing itu lebih berat dari berzina? Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina, lalu dia mau bertobat, maka Allah tidak akan mengampuninya sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya”.
“Menggunjing itu memang lezat rasanya di dunia, tetapi dapat mengantarkannya ke neraka di
akhirat kelak”.
Rasulullah saw ketika ditanya tentang kebanyakan hal-hal yang memasukkan manusia ke
dalam surga, beliau menjawab : “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik!” Dan ketika beliau ditanya
lagi tentang kebanyakan hal-hal yang dapat memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab
: “Mulut dan kemaluan!”. (H.R. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda :
“Takutlah kamu terhadap prasangka. Sebab sesungguhnya prasangka adalah sedusta-dusta pembicaraan. Janganlah kamu mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, janganlah kamu saling mendengki, janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling belakang membelakangi . Jadilah kamu hambahamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah telah memerintahkan kepadamu. Orang muslim adalah saudara muslim yang lain, tidak saling menzhalimi, tidak saling merendahkan dan tidak saling menghina. Takwa adalah di sini, takwa adalah di sini”, sambil Rasulullah menunjuk ke arah dada.
Kemudian melanjutkan sabdanya : “Cukuplah keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim adalah haram atas muslim yang lain akan darah, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu dan rupamu, tetapi Allah melihat kepada hatimu”. (H.R. Muslim)
Rasulullah secara tegas memerintahkan kepada umatnya agar menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara dan melarang mereka saling mencari-cari dan meneliti kesalahan orang lain, saling berlomba-lomba kemewahan, saling mendengki, saling membenci, saling membelakangi, saling menzhalimi, saling merendahkan, saling menghina, saling menjerumuskan, saling mendiamkan dan membeli belian orang lain. Sebab semua itu merupakan akhlak tercela yang tidak pantas dimiliki oleh seorang muslim.
Rasulullah mengingatkan pula bahwa antar sesama muslim berkewajiban untuk saling menjaga darah, kehormatan dan harta di antara mereka. Dengan cara demikian, mereka tidak akan pernah saling menghina maupun menzhalimi. Yang perlu dicatat, bahwa Allah sama sekali tidak akan pernah melihat penampilan seseorang, baik bodi tubuh maupun paras muka, tetapi Allah akan selalu memperhatikan hati seseorang. Sebab di sanalah ketakwaan kepada Allah berada.
Dari Watsilah bin Al Asqa’ r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Janganlah engkau menampakkan kegembiraan terhadap saudaramu yang mendapat cobaan. Sebab boleh jadi Allah menyayanginya, kemudian memberi cobaan kepadamu”. (H.R. Tirmidzi)
Ketika orang lain mendapatkan musibah, kita tidak diperbolehkan menunjukkan kegembiraan. Karena yang demikian adalah termasuk akhlak tercela dan penghinaan. Sebab, boleh jadi Allah menguji orang tersebut hanya karena akan diberi kasih sayang yang lebih besar lagi, sementara dalam kesempatan lain boleh jadi Allah memberikan ujian yang lebih berat kepada kita.
Dari Ibnu Abbas r.a dari Nabi saw, beliau telah bersabda : “Barangsiapa mengaku bermimpi dengan suatu mimpi yang tidak pernah dilihatnya, maka dia akan dituntut untuk mengikat antara dua butir gandum dan pasti dia tidak akan pernah dapat mengerjakannya. Barangsiapa mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedang mereka merasa benci terhadap perilaku tersebut, maka pada hari kiamat nanti akan ditumpahkan cairan timah pada kedua telinganya. Dan barangsiapa menggambar suatu gambar, maka dia akan disiksa dan dibebani untuk meniupkan ruh padanya, padahal dia tidak
akan pernah dapat meniupkannya”. (H.R. Bukhari)
Orang yang berdusta, orang yang mengintai pembicaraan orang lain dan orang yang menggambar berhala sesembahan, maka akan mendapatkan siksaan yang berat dari sisi Allah. Dia akan dituntut untuk melakukan sesuatu yang mustahil bisa dilakukan, lubang telinganya disiram dengan cairan timah dan disuruh untuk menghidupkan berhala atau gambar yang digambarnya sebagai sesembahan. Yang demikian adalah merupakan siksaan yang sangat pedih lagi berat.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda : “Adakah kalian mengetahui, apakah mengumpat itu?” Para sahabat menjawab : “Allah dan RasulNya lebih mengetahui”. Rasulullah kemudian bersabda : “Engkau menuturkan sesuatu tentang saudaramu yang tidak menyenangkan”. Lalu ditanyakan : “Bagaimanakah pendapatmu jika apa yang aku katakan itu adalah terdapat pada saudaraku?” Jawab Rasulullah : “Jika apa yang engkau katakan terdapat pada saudaramu, berarti engkau telah mengumpatnya. Dan jika apa yang engkau katakan tidak terdapat pada saudaramu, berarti engkau telah membuat kedustaan terhadapnya”. (H.R. Muslim)
Mengumpat adalah bagian dari akhlak tercela. Pengertian mengumpat adalah mengatakan sesuatu tentang orang lain yang apabila dia mendengar merasa tidak senang, sekalipun apa yang dikatakan itu benar adanya. Sebab kalau apa yang dikatakan tidak benar adanya, maka yang demikian adalah termasuk perbuatan dusta, bukan mengumpat.
Dari Anas r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Ketika aku dimi’rajkan, aku melewati sekelompok kaum yang yang mempunyai kuku dari tembaga yang untuk melukai wajah dan dada mereka. Kemudian aku bertanya kepada Jibril : “Siapakah mereka itu, wahai Jibril?” Jawab Jibril :
“Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan menjatuhkan kehormatan mereka”.
(H.R. Abu Dawud)
Orang yang senantiasa mengumpat orang lain dan mencari-cari kesalahannya akan disiksa
oleh Allah dengan siksaan yang berat. Yakni mencakar-cakar muka dan dada sendiri dengan kuku
yang terbuat dari tembaga.
Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa sesungguhnya Rasulullah saw pernah berjalan melewati 2 (dua) kuburan, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya 2 (dua) orang ahli kubur itu disiksa dan keduanya tidak disiksa karena dosa besar. Ya, benar. Sesungguhnya dosa itu adalah besar. Salah seorang di antara keduanya adalah berjalan di muka bumi dengan menyebarkan fitnah (mengumpat). Sedang salah seorang yang lain tidak bertirai ketika kencing”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Orang yang senantiasa menyebarkan fitnah atau mengumpat sesama muslim kelak dikubur akan mendapatkan siksa yang berat. Demikian pula halnya orang yang tidak hati-hati ketika kencing, sehingga percikan air kencingnya mengenakan tubuh atau pakaian.
Dari Sahl bin Sa’ad r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Barangsiapa memberikan jaminan kepadaku terhadap apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang berada di antara dua pahanya, maka aku memberi jaminan surga baginya”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Seseorang yang mampu menjaga lisannya dari perkataan bohong, menghina dan memfitnah serta menjaga kemaluan dari perbuatan zina, maka Rasulullah memberi jaminan surga baginya. Itulah kemuliaan dan ketinggian derajat memelihara lisan dan kemaluan.
Dari Aisyah r.a, dia telah berkata : Rasulullah saw telah bersabda : “Janganlah kamu memakimaki orang-orang yang sudah meninggal. Sebab mereka telah sampai kepada apa yang mereka
lakukan”. (H.R. Bukhari)
Kesimpulan:
Ada 4 (empat) sebab mengapa orang menggunjing (ghibah) orang lain :
1. Karena alasan meredakan amarah diri. Maksudnya, ketika ada seseorang yang membuat marah,
maka ia lantas menggunjing orang tersebut hanya karena ingin meredakan amarah dirinya.
2. Hanya karena ingin menyesuaikan diri dengan teman-temannya atau dengan alasan menjaga
keharmonisan.
3. Ingin mengangkat diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang lain.
4. Menggunjing untuk canda dan lelucon. Dia menggunjing seseorang dengan maksud membuat
orang-orang tertawa.
Maka ketahuilah obatnya dengan memahami bahwa menggunjing orang lain akan memancing
kemurkaan Allah, menyebabkan pindahnya kebaikan-kebaikan diri kepada orang yang digunjingkan.
Dan jika yang menggunjing tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang yang digunjingkan
akan dipindahkan kepada orang yang menggunjing. (Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul
Qasidin)
Ada 6 (enam) perkara yang tidak mengharamkan bergunjing yaitu :
1. Dalam rangka kezaliman agar supaya dapat dibela oleh seseorang yang mampu menghilangkan
kezaliman itu.
2. Jika dijadikan bahan untuk merubah sesuatu kemungkaran dengan menyebut-nyebut kejelekan
seseorang kepada Penguasa yang mampu mengadakan tindakan perbaikan.
3. Di dalam Mahkamah, seorang yang mengajukan perkara boleh melaporkan kepada Mufti atau
Hakim bahwa ia telah dianiaya oleh seorang Penguasa yang (sebenarnya) mampu mengadakan
tindakan perbaikan.
4. Memberi peringatan kepada kaum muslimin tentang suatu kejahatan atau bahaya yang mungkin
akan mengenai seseorang, misalnya menuduh saksi-saksi tidak adil, atau memperingatkan
seseorang yang akan melangsungkan pernikahan bahwa calon pengantinnya adalah seorang
yang mempunyai cacat budi pekertinya atau mempunyai penyakit yang menular.
5. Bila orang yang diumpat itu terang-terangan melakukan dosa di muka umum.
6. Mengenalkan seseorang dengan sebutan yang kurang baik, seperti a’war (orang yang matanya
buta sebelah) jika tidak mungkin memperkenalkannya kecuali dengan nama itu.
Orang yang membicarakan yang tidak berguna (batil) akan dimasukkan dalam neraka Saqor dan
orang yang suka mencela dan mengumpat akan dimasukkan dalam neraka Huthomah.
Sumber :
1. Agenda Muslimah Menuju Pribadi Muslimah Ideal;
2. Bahan Renungan Kalbu Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa karangan : Ir. Permadi Alibasyah;
3. Kumpulan Khutbah Jum’at Para Kiai;
4. Mengungkap Kisah Nyata dari Zaman ke Zaman karangan : Abdul Hadi AR
5. Muslim Best of the Best karangan : Abdullah Gymnastiar;
6. Tawakal Yayasan Pendidikan Islam “Raudhatul Muttaqin” karangan : Farida Hanum
7. 1100 Hadits Terpilih Sinar Ajaran Muhammad karangan : Dr. Muhammad Faiz Almath.
8. Bencana Lisan, Said Al-Qahthani, Penerbit Islam Tadabbur, cetakan
pertama, Oktober 2002
9. Stop ghibah, Husain Al-Awayisyah, Penerbit An-Nadwah, cetakan pertama,
Agustus 2002
10. Sakaratul Maut bersama Rasulullah saw, Abu Syari’ Muhammad Abdul Hadi,
Peberbit Cendekia Sentra Muslim, cetakan pertama, Juli 2004
Re: Orang-Orang yang Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing)
Orang-Orang yang Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing).
*tanggap saya: saya setuju itu,
bahwa orang-orang yang bisa Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing), bukan hanya orang islam tapi juga bisa termasuk yang nonislam, namun bukan berarti semua islam dan nonislam seperti itu
*tanggap saya: saya setuju itu,
bahwa orang-orang yang bisa Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing), bukan hanya orang islam tapi juga bisa termasuk yang nonislam, namun bukan berarti semua islam dan nonislam seperti itu
Terakhir diubah oleh njlajahweb tanggal Sat Sep 02, 2017 11:48 am, total 1 kali diubah
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Re: Orang-Orang yang Bangkrut di Akherat karena Dosa Fitnah & Ghibah (gunjing)
sekilas info,
tentang penebusan dosa oleh Kristus
*penebusan dosa oleh Kristus adalah penebusan dosa atas ikatan dosa kutuk terbesar.
*penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa diperoleh jika manusia telah bisa mempertanggungjawakan akhlak mereka kelak dihari penghakiman, agar mereka yang sudah pantas masuk surga, mereka tidak harus mencicipi neraka dulu.
*penebusan dosa oleh Kristus bukanlah sertifikat untuk kebal dosa atau bukanlah perizinan pada manusia untuk berbuat dosa dengan seenaknya.
*penebusan dosa oleh Kristus berlaku tidak hanya untuk orang Kristen dan tidak harus menjadi Kristen,
*penebusan dosa oleh Kristus juga untuk semua manusia tanpa terkecuali, untuk semua agama termasuk umat Islam, aliran kepercayaan, bahkan atheis, asalkan mereka telah memantaskan diri dengan aklhak mereka yang juga berdasar hati nurani
NB: saya percaya, ketika mereka(nonkristen) mengingat statment bahwa Kristus mampu menyelamatkan seluruh dunia dari dosa kutuk hukum taurat, dan hati mereka diam(tidak membantah)maka hal itu secara otomatis sudah diperhitungkan Kristus sebagai pengakuan, walaupun tidak secara langsung, dan Kristus akan memasukan mereka yang pantas masuk kesurga(yaitu mereka nonkristen yang bisa mempertanggungjawabkan aklaknya terhadap agama,kitabsuci ataupun nurani) tanpa harus mencicipi neraka dulu.(disinilah fungsi penebusan Kristus atas kutuk hukum taurat)
tentang penebusan dosa oleh Kristus
*penebusan dosa oleh Kristus adalah penebusan dosa atas ikatan dosa kutuk terbesar.
*penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa diperoleh jika manusia telah bisa mempertanggungjawakan akhlak mereka kelak dihari penghakiman, agar mereka yang sudah pantas masuk surga, mereka tidak harus mencicipi neraka dulu.
*penebusan dosa oleh Kristus bukanlah sertifikat untuk kebal dosa atau bukanlah perizinan pada manusia untuk berbuat dosa dengan seenaknya.
*penebusan dosa oleh Kristus berlaku tidak hanya untuk orang Kristen dan tidak harus menjadi Kristen,
*penebusan dosa oleh Kristus juga untuk semua manusia tanpa terkecuali, untuk semua agama termasuk umat Islam, aliran kepercayaan, bahkan atheis, asalkan mereka telah memantaskan diri dengan aklhak mereka yang juga berdasar hati nurani
NB: saya percaya, ketika mereka(nonkristen) mengingat statment bahwa Kristus mampu menyelamatkan seluruh dunia dari dosa kutuk hukum taurat, dan hati mereka diam(tidak membantah)maka hal itu secara otomatis sudah diperhitungkan Kristus sebagai pengakuan, walaupun tidak secara langsung, dan Kristus akan memasukan mereka yang pantas masuk kesurga(yaitu mereka nonkristen yang bisa mempertanggungjawabkan aklaknya terhadap agama,kitabsuci ataupun nurani) tanpa harus mencicipi neraka dulu.(disinilah fungsi penebusan Kristus atas kutuk hukum taurat)
njlajahweb- BANNED
-
Posts : 39612
Kepercayaan : Protestan
Location : banyuwangi
Join date : 30.04.13
Reputation : 119
Similar topics
» terkait orang-orang yang serumpun dengan orang-orang negara Indonesia
» tentang orang-orang yang sedang dalam keadaan miskin atau yang dalam keadaan yang tergolong kurang mampu dan hal-hal yang terkait dengan itu
» Untuk Muslim : Apakah Orang Mati Mengetahui Orang yang Memandikan dan Mengkafaninya ?
» keringanan bagi orang tua yang sudah uzur dan orang sakit di bulan puasa
» kenapa orang kristen kaya, dan orang islam banyak yang miskin? inilah rahasianya
» tentang orang-orang yang sedang dalam keadaan miskin atau yang dalam keadaan yang tergolong kurang mampu dan hal-hal yang terkait dengan itu
» Untuk Muslim : Apakah Orang Mati Mengetahui Orang yang Memandikan dan Mengkafaninya ?
» keringanan bagi orang tua yang sudah uzur dan orang sakit di bulan puasa
» kenapa orang kristen kaya, dan orang islam banyak yang miskin? inilah rahasianya
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik