ibnu roesd vs imam ghazali
Halaman 1 dari 1 • Share
ibnu roesd vs imam ghazali
Lengkap sudah fasilitas pengkhianatan duta istimewa Tuhan itu. Sudahlah
berpecah dan saling hantam yang dimulai sejak tumbuhnya cikal bakal peradaban
Islam, yaitu dimulai oleh perselisihan mertua dengan menantu (Aisyah dengan Ali
bin Abi Thalib) yang kemudian ini membidani lahirnya perseteruan abadi antara
Mahzab Sunni dengan Mahzab Syi’ah. Kemudian ditambah lagi munculnya
pengkristalan kutub RASIONALIS dan FATALIS di zaman RUSYDI dan GHAZALI. Dimana
RUSYDI boleh dikatakan sebagai bidan yang melahirkan kutub RASIONALIS,
sedangkan GHAZALI membidani lahirnya kutub FATALIS. Dimana antar mahzab besar,
dan antar kutub di atas terjadi pertentangan dan penyesatan antara para pihak
yang terkristal itu.
Padahal melalui otak kedua orang inilah (RUSYDI dan GHAZALI) Tuhan berkreasi
untuk menempatkan tonggak pergerakan peradaban dunia, terutama pasca pencerahan
agung yang misterinya berhasil dikuak oleh Muhammad SAW. Pada awalnya keduanya
adalah pribadi-pribadi yang lengkap. Keduanya adalah manusia rasionalis dan
sekaligus juga fatalis. Keduanya berkembang sedemikian rupa sehingga pada suatu
waktu dimana keduanya mulai dilanda oleh problema keakuan masing-masing. Sampai
suatu saat Ghazali menghujat Rusydi melalui bukunya yang terkenal Tahafut al
Falasifah (kerancuan atas logika berfikir). Kemudian Rusydi pun membalasnya
dengan tak kalah sengitnya dalam Tahafut al Tahafut (kerancuan atas kerancuan).
Dan daya perseteruan kedua orang ini memancar sampai ke zaman sekarang ini,
yang kemudian bermuara dengan pengharaman ijtihad (kebebasan berfikir rasional
atas setiap problematika kehidupan manusia) di wilayah Islam (timur). Sejak
itulah mulai zaman kejumudan pemikiran (fatalis) dalam
perjalanan Islam mulai ditanamkan.
Akibatnya, bangunan Islam yang kokoh yang pernah dibangun dengan susah payah
oleh Nabi Muhammad SAW, kemudian berubah menjadi sebuah bangunan yang di
dalamnya menyimpan bara api yang siap menyambar dan membakar orang-orang yang
ada di dalamnya, orang-orang yang kelihatannya saja sama tapi pada kenyataannya
adalah berbeda. Bangunan Islam jadinya seperti sebuah aliran air sungai yang
kelihatannya saja tenang, tapi ketenangan itu sanggup menyapu bersih apa-apa
yang ada di atasnya tanpa sisa.
Dalam perjalanannya, karakter Ghazalian (fatalis) ini kemudian menyebar ke
belahan bumi bagian timur. Dengan memanfaatkan DOKTRIN yang ketat terhadap
pengikutnya, maka ciri-ciri fatalis ini kemudian diadopsi dan dipakai oleh
kedua mahzab besar (Sunni dan Syiah) dalam mengembangkan sayap mereka. Jadi
pada hakekatnya, Islam yang diwakili oleh peradaban TIMUR itu, tidak lain dan
tidak bukan adalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran fatalis Al Ghazali yang
kemudian disesuaikan dengan karakter dari sub-usungan yang akan dipasarkan oleh
penganutnya. Dalam hal ini penyebaran agama Kristen juga sangat terpengaruh
dengan karakter Ghazalian ini. Hal ini disebabkan karena wilayah Timur memang
sangat dekat keberadaannya dengan peradaban yang lebih tua, yaitu peradaban
Hindu, Budha dan Persia. Peradaban tua ini kemudian ikut mewarnai penyebaran
kebudayaan Islam ke arah timur. Walaupun usungannya berbeda, tetap saja ada
benang merah yang bisa ditarik dengan karakter yang sama untuk masing-masing
sub usungan itu, yaitu TAKLID BUTA, TERIKAT KUAT DENGAN DOKTRIN, dan
manfaatnya untuk membangun peradaban dunia pada zamannya nyaris tidak ada.
Di lain pihak, karakter RUSYDIAN (rasionalis) berjaya memunculkan berbagai ilmu
pengetahuan dan filsafat di kota Cordoba, yang saat itu merupakan wilayah yang
begitu mencorong dengan peradaban Islam dan perkembangan teknologinya. Sampai
saatnya, kemudian peradaban Islam di Cordoba ini dihancurkan oleh umat Kristen
dalam peperangan demi peperangan. Buku-buku pengetahuan yang sangat berharga,
waktu itu diboyong habis ke pelosok-pelosok Eropa dari Cordoba oleh pasukan
Kristen sebagai pemenang perang. Cordoba lalu tinggal menjadi sejarah.
Hebatnya, untuk umat Islam, yang disisakan hanyalah kitab-kitab sastra Arab,
seperti kitab ilmu balaghah, ilmu fiqih, ilmu nahu sharaf, ilmu tasawuf, ilmu
hadits, ilmu tafsir Al Qur’an, dan sebagainya. Umat Islam lalu sibuk atau
disibukkan dengan sastra Arab itu yang kemudian hanya pengetahuan sastra Arab
inilah yang dianggap sebagai Islam, bahkan sampai saat ini sekali pun masih
seperti ini. Hasilnya adalah sebuah bangunan Islam yang cenderung
berkarakter FATALIS.
Masyarakat Eropa kemudian mengadopsi kejayaan kaum Rasionalis ini yang
ujung-ujungnya adalah terbukanya kunci-kunci pintu ilmu pengetahuan. Lalu
bermunculanlah penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, kedokteran, fisika,
kimia, biologi, kedokteran, ekonomi, dan tak terkecuali kebudayaan. Kunci-kunci
ilmu inilah kemudian yang merupakan cikal bakal yang melahirkan dan membawa
peradaban Barat sampai seperti saat sekarang ini. Sebuah peradaban yang
berkarakter RASIONALIS. Tentang kunci-kunci ilmu ini akan saya uraikan lebih
dalam pada artikel "Rekonstruksi Berfikir" sub bab "Al Qur'an Adalah Teropong
Kauniah".
Yang menarik adalah, bahwa kunci-kunci ilmu itu juga ternyata bersinggungan
dengan keyakinan gereja yang kalau dilihat karakter pengajarannya juga bersifat
FATALIS. Gereja pada umumnya juga memelihara doktrin-doktrin yang lebih sering
bertentangan dengan rasionalitas berfikir. Saat itu pernah terjadi
"pengharaman" ilmu pengetahuan. Bahkan terjadi juga pembunuhan terhadap ilmuan
yang mempunyai pendapat yang bertentangan dengan gereja. Persinggungan itu
mencapai puncaknya tatkala kaum rasionalis memproklamirkan posisi untuk
memisahkan diri dari gereja. Pemisahan posisi gereja (agama Kristen) dari ilmu
pengetahuan dan teknologi (rasionalitas) itulah yang sekarang disebut sebagai
gerakan SEKULERISASI. Jadi kaum sekuler itu adalah sekelompok orang yang keluar
dari karakter ajaran gereja yang FATALIS dan DOKTRINASI menuju kepada sebuah
gerakan yang mengutamakan karakter RASIONAL dan KEBEBASAN BERFIKIR dalam
menyikapi peradaban. Dan ternyata gerakan sekuler ini berhasil menancapkan
peradaban modern sampai kepada kita saat ini.
Kalau dilihat dengan hati yang jernih, gerakan sekuler ini adalah sebuah
pergerakan orang untuk meninggalkan gereja menuju satu sisi karakter Islam yang
dimotori oleh RUSYDI, yaitu Rasional. Jadi Sekuler itu adalah sebuah gerakan
keluar dari gereja untuk kembali kepada Islam….!!!. Any comments..??.
berpecah dan saling hantam yang dimulai sejak tumbuhnya cikal bakal peradaban
Islam, yaitu dimulai oleh perselisihan mertua dengan menantu (Aisyah dengan Ali
bin Abi Thalib) yang kemudian ini membidani lahirnya perseteruan abadi antara
Mahzab Sunni dengan Mahzab Syi’ah. Kemudian ditambah lagi munculnya
pengkristalan kutub RASIONALIS dan FATALIS di zaman RUSYDI dan GHAZALI. Dimana
RUSYDI boleh dikatakan sebagai bidan yang melahirkan kutub RASIONALIS,
sedangkan GHAZALI membidani lahirnya kutub FATALIS. Dimana antar mahzab besar,
dan antar kutub di atas terjadi pertentangan dan penyesatan antara para pihak
yang terkristal itu.
Padahal melalui otak kedua orang inilah (RUSYDI dan GHAZALI) Tuhan berkreasi
untuk menempatkan tonggak pergerakan peradaban dunia, terutama pasca pencerahan
agung yang misterinya berhasil dikuak oleh Muhammad SAW. Pada awalnya keduanya
adalah pribadi-pribadi yang lengkap. Keduanya adalah manusia rasionalis dan
sekaligus juga fatalis. Keduanya berkembang sedemikian rupa sehingga pada suatu
waktu dimana keduanya mulai dilanda oleh problema keakuan masing-masing. Sampai
suatu saat Ghazali menghujat Rusydi melalui bukunya yang terkenal Tahafut al
Falasifah (kerancuan atas logika berfikir). Kemudian Rusydi pun membalasnya
dengan tak kalah sengitnya dalam Tahafut al Tahafut (kerancuan atas kerancuan).
Dan daya perseteruan kedua orang ini memancar sampai ke zaman sekarang ini,
yang kemudian bermuara dengan pengharaman ijtihad (kebebasan berfikir rasional
atas setiap problematika kehidupan manusia) di wilayah Islam (timur). Sejak
itulah mulai zaman kejumudan pemikiran (fatalis) dalam
perjalanan Islam mulai ditanamkan.
Akibatnya, bangunan Islam yang kokoh yang pernah dibangun dengan susah payah
oleh Nabi Muhammad SAW, kemudian berubah menjadi sebuah bangunan yang di
dalamnya menyimpan bara api yang siap menyambar dan membakar orang-orang yang
ada di dalamnya, orang-orang yang kelihatannya saja sama tapi pada kenyataannya
adalah berbeda. Bangunan Islam jadinya seperti sebuah aliran air sungai yang
kelihatannya saja tenang, tapi ketenangan itu sanggup menyapu bersih apa-apa
yang ada di atasnya tanpa sisa.
Dalam perjalanannya, karakter Ghazalian (fatalis) ini kemudian menyebar ke
belahan bumi bagian timur. Dengan memanfaatkan DOKTRIN yang ketat terhadap
pengikutnya, maka ciri-ciri fatalis ini kemudian diadopsi dan dipakai oleh
kedua mahzab besar (Sunni dan Syiah) dalam mengembangkan sayap mereka. Jadi
pada hakekatnya, Islam yang diwakili oleh peradaban TIMUR itu, tidak lain dan
tidak bukan adalah kelanjutan dari pemikiran-pemikiran fatalis Al Ghazali yang
kemudian disesuaikan dengan karakter dari sub-usungan yang akan dipasarkan oleh
penganutnya. Dalam hal ini penyebaran agama Kristen juga sangat terpengaruh
dengan karakter Ghazalian ini. Hal ini disebabkan karena wilayah Timur memang
sangat dekat keberadaannya dengan peradaban yang lebih tua, yaitu peradaban
Hindu, Budha dan Persia. Peradaban tua ini kemudian ikut mewarnai penyebaran
kebudayaan Islam ke arah timur. Walaupun usungannya berbeda, tetap saja ada
benang merah yang bisa ditarik dengan karakter yang sama untuk masing-masing
sub usungan itu, yaitu TAKLID BUTA, TERIKAT KUAT DENGAN DOKTRIN, dan
manfaatnya untuk membangun peradaban dunia pada zamannya nyaris tidak ada.
Di lain pihak, karakter RUSYDIAN (rasionalis) berjaya memunculkan berbagai ilmu
pengetahuan dan filsafat di kota Cordoba, yang saat itu merupakan wilayah yang
begitu mencorong dengan peradaban Islam dan perkembangan teknologinya. Sampai
saatnya, kemudian peradaban Islam di Cordoba ini dihancurkan oleh umat Kristen
dalam peperangan demi peperangan. Buku-buku pengetahuan yang sangat berharga,
waktu itu diboyong habis ke pelosok-pelosok Eropa dari Cordoba oleh pasukan
Kristen sebagai pemenang perang. Cordoba lalu tinggal menjadi sejarah.
Hebatnya, untuk umat Islam, yang disisakan hanyalah kitab-kitab sastra Arab,
seperti kitab ilmu balaghah, ilmu fiqih, ilmu nahu sharaf, ilmu tasawuf, ilmu
hadits, ilmu tafsir Al Qur’an, dan sebagainya. Umat Islam lalu sibuk atau
disibukkan dengan sastra Arab itu yang kemudian hanya pengetahuan sastra Arab
inilah yang dianggap sebagai Islam, bahkan sampai saat ini sekali pun masih
seperti ini. Hasilnya adalah sebuah bangunan Islam yang cenderung
berkarakter FATALIS.
Masyarakat Eropa kemudian mengadopsi kejayaan kaum Rasionalis ini yang
ujung-ujungnya adalah terbukanya kunci-kunci pintu ilmu pengetahuan. Lalu
bermunculanlah penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, kedokteran, fisika,
kimia, biologi, kedokteran, ekonomi, dan tak terkecuali kebudayaan. Kunci-kunci
ilmu inilah kemudian yang merupakan cikal bakal yang melahirkan dan membawa
peradaban Barat sampai seperti saat sekarang ini. Sebuah peradaban yang
berkarakter RASIONALIS. Tentang kunci-kunci ilmu ini akan saya uraikan lebih
dalam pada artikel "Rekonstruksi Berfikir" sub bab "Al Qur'an Adalah Teropong
Kauniah".
Yang menarik adalah, bahwa kunci-kunci ilmu itu juga ternyata bersinggungan
dengan keyakinan gereja yang kalau dilihat karakter pengajarannya juga bersifat
FATALIS. Gereja pada umumnya juga memelihara doktrin-doktrin yang lebih sering
bertentangan dengan rasionalitas berfikir. Saat itu pernah terjadi
"pengharaman" ilmu pengetahuan. Bahkan terjadi juga pembunuhan terhadap ilmuan
yang mempunyai pendapat yang bertentangan dengan gereja. Persinggungan itu
mencapai puncaknya tatkala kaum rasionalis memproklamirkan posisi untuk
memisahkan diri dari gereja. Pemisahan posisi gereja (agama Kristen) dari ilmu
pengetahuan dan teknologi (rasionalitas) itulah yang sekarang disebut sebagai
gerakan SEKULERISASI. Jadi kaum sekuler itu adalah sekelompok orang yang keluar
dari karakter ajaran gereja yang FATALIS dan DOKTRINASI menuju kepada sebuah
gerakan yang mengutamakan karakter RASIONAL dan KEBEBASAN BERFIKIR dalam
menyikapi peradaban. Dan ternyata gerakan sekuler ini berhasil menancapkan
peradaban modern sampai kepada kita saat ini.
Kalau dilihat dengan hati yang jernih, gerakan sekuler ini adalah sebuah
pergerakan orang untuk meninggalkan gereja menuju satu sisi karakter Islam yang
dimotori oleh RUSYDI, yaitu Rasional. Jadi Sekuler itu adalah sebuah gerakan
keluar dari gereja untuk kembali kepada Islam….!!!. Any comments..??.
paman tat- SERSAN MAYOR
-
Posts : 369
Kepercayaan : Islam
Location : hongkong
Join date : 05.07.13
Reputation : 15
Similar topics
» tentang ibnu roesd
» mengenal imam Al Ghazali
» YESUS MENURUT IMAM AL- GHAZALI
» Ghazali dari persia
» abdullah ibnu rawahhah
» mengenal imam Al Ghazali
» YESUS MENURUT IMAM AL- GHAZALI
» Ghazali dari persia
» abdullah ibnu rawahhah
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik