Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Halaman 1 dari 1 • Share
Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Sebelum muhammad menjadi nabi, terdapat cukup banyak suku yahudi di tanah arab. Tapi kenapa setelah muhammad menjadi nabi tiba2 saja mereka spt "lenyap" ditelan bumi ???
Dan akhirnya di jaman kalifah umar, suku2 yahudi tsb DIUSIR dari tanah yg telah mereka diami selama berabad2.
Muhammad menyerang & mengancam suku2 yahudi di arab. Krn takut mereka akhirnya menyerah. Tanah yg mereka miliki turun-temurun selama berabad2 akhirnya menjadi milik muhammad.http://en.wikipedia.org/wiki/Conquest_of_Fadak
During the time of negotiation with the Khaybar Jews, Muhammad sent Mahsia bin Masood, to send a message to the Jews of Fadak, asking them to surrender their properties and wealth(accepting his terms) or be attacked.[10]
When the people of Fadak had heard of what happened to the Khaybar Jews,[11] they were panic stricken. To spare their lives, they pleaded for a peace treaty, and in exchange requested Muhammad to take over one half of their wealth and property and banish them.[12][13]
After the Khaybar Jews surrendered to Muhammad and, having lost their only source of livelihood, they requested him to employ them back on their properties for half the share of the crop. Muhammad found it much more convenient to re-employ them, as the Jews were already very experienced with their land, whereas the Muslims (the new occupiers of their land) had no experience with agriculture and cultivation. So Muhammad made some conciliation to the Khaybar Jews by re-engaging them in their lost land, but on condition that he reserved the right to banish them any time he wished. The Jews had very little choice but to agree. The same terms were applied to the Fadak Jews.[14]
Later, when Umar became the Caliph of Islam, he expelled all the Jews from Kahybar and Fadak. He sent Abul Haitham Malik ibn al Taiyihan to justly work out the value of the land they own (they owned half the land), and gave back half of the value of the soil.
Dan akhirnya di jaman kalifah umar, suku2 yahudi tsb DIUSIR dari tanah yg telah mereka diami selama berabad2.
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Sejarah Hubungan Islam dan Yahudi di Madinah
Seputar Terminologi Yahudi Dan Bani Isra’il
Yahudi dan Bani Isra’il merupakan kata yang selalu digunakan pada periode Sirah untuk menyebut para pengikut ajaran Taurat. Meskipun tampak menonjolkan aspek keagamaan, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara keduanya. Bahkan, pemaknaan Yahudi sendiri tidak bersifat baku, melainkan mengalami perkembangan yang cukup radikal mengikuti fase-fase sejarah yang dilalui oleh salah satu rumpun bangsa Semit ini.
Pada dasarnya, kata Yahudi merupakan penisbatan yang memiliki sifat hubungan darah, yakni keturunan Yahuda (Yahudza) bin Ya`qub. Dari garis keturunan inilah lahir Dawud as dan Sulaiman as yang merupakan simbol kebesaran bangsa ini sepanjang masa. Kebanggaan Yahudi adalah kata yang dinisbatkan kepada Yahuda, salah seorang putera Nabi Ya`qub as.
Masyarakat Yahudi di Hijaz Sebelum Islam
Tidak banyak sumber sejarah yang menjelaskan asal-usul keberadaan Yahudi di wilayah Hijaz yang meliputi Mekah, Madinah, Thaif, Khaibar, Fadak, Taima dan sekitarnya. Sumber sejarah yang ada, terbatas pada beberapa catatan sejarawan muslim, yang berarti penulisannya dilakukan setelah kedatangan Islam. Sementara catatan sejarah sebelum Islam, bisa dikatakan sangat langka. Itupun terbatas pada ungkapan para penyair dalam puisi-puisi mereka. Alhasil, permulaan kedatangan masyarakat Yahudi ke Hijaz tidak dapat dipastikan, karena tidak didukung data dan fakta yang memadai.
Namun berbagai indikator menunjukkan, keberadaan masyarakat Yahudi di tanah Hijaz sudah berlangsung sejak lama. Kondisi politik yang tidak stabil di Palestina sejak penyerangan Babilonia hingga Romawi, mendesak masyarakat Yahudi mencari perlindungan bahkan pemukiman baru di pelbagai daerah, terutama daerah-daerah yang memiliki hubungan langsung dengan Palestina, seperti Hijaz. Selain faktor politik di Palestina kesuburan tanah di beberapa wilayah Hijaz, seperti Yatsrib (Madinah), Khaibar, Taima, Wadi alQura dan Fadak, mendorong masyarakat Yahudi untuk menjadikannya sebagai alternatif pemukiman baru bagi mereka (Jawad Ali : 3675).
a. Aspek Sosial Politik
Di pemukiman baru tersebut, masyarakat Yahudi hidup berdampingan dengan pribumi yang telah lebih dulu tinggal di tempat itu. Kondisi ini memaksa mereka melakukan penyesuaian dengan budaya dan tradisi lokal. Meskipun di Madinah, Khaibar dan Wadi alQuran, mereka berhasil mendominasi berbagai aspek kehidupan tapi mereka tetap tidak dapat menghindari tuntutan-tuntutan pragmatis di tempat baru. Cara berpakaian dan nama mengikuti tradisi Arab. Samuel bin Yazid, Zubair bin Batha, Sallam bin Misykam, Huyay bin Akhthab, adalah nama-nama tokoh Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir. Komunikasi sehari-hari pun menggunakan bahasa Arab, meskipun masih ada pengaruh aksen Ibrani. Bahkan sebagian dari kalangan Yahudi dikenal pandai berpuisi dalam bahasa Arab, diantaranya adalah Ka`b bin Sa`d alQurazhi, Sarah al Qurazhiyah, Rabi` bin Abi alHuqaiq dan Ka`b bin Asyraf (Jawad Ali: 3738).
Tidak hanya bahasa dan budaya, pernikahan antara etnik Bani Israil dan Arab juga tidak dapat dihindari. Ka`b bin Asyraf adalah contohnya. Menurut salah satu riwayat, ayahnya adalah keturunan Arab Thai’ sedangkan ibunya berdarah asli Bani Israil. Jawad Ali memberi alasan, perkawinan silang antar etnik ini dapat terjadi karena –antara lain— sejumlah orang Arab memeluk agama Yahudi.
Ketika masyarakat Yahudi tiba di Madinah, sejumlah kabilah Arab kecil telah mendiami kota tersebut. Namun demikian, klan-klan besar Yahudi, seperti Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan Bani Qainuqa` berhasil menempati tempat-tempat strategis. Daerah `Awali (Wadi Mudzainib), Wadi Mahzur dan Wadi Buthhan yang merupakan sumber air di Madinah, berhasil dikuasai. Selain tanah, mereka juga menguasai perdagangan. Pasar Bani Qainuqa` menjadi pasar paling ramai dan lengkap, sekaligus jantung perekonomian Madinah.
Sejak kedatangan Aus dan Khazraj, dua klan Arab berasal dari Azd (Yaman), dominasi Yahudi di Madinah mulai pudar. Aus dan Khazraj berhasil menggeser posisi Yahudi meskipun tidak dapat menguasai daerahdaerah subur yang menjadi pemukiman dan kebun mereka.
Kehadiran Aus dan Khazraj yang mengancam hegemoni dan stabilitas masyarakat Yahudi tidak disikapi secara konfrontatif. Masyarakat Yahudi lebih mengutamakan perlindungan internal dengan membangun bangunan-bangunan kokoh di daerah pemukimannya dalam bentuk benteng, atham (semi benteng) dan ratij (rumah berdinding tanah liat). As Samhudi –dalam kitab Wafa’ alWafa— menyatakan terdapat lebih dari 59 atham dan ratij milik Yahudi di Madinah.
Di dalam batas lingkungan eksklusif itulah, masyarakat Yahudi melakukan segala aktivitas yang terkait antara sesama meraka, sehingga kondisinya mirip dengan komunitas Ghetto yang identik dengan budaya masyarakat Yahudi di seluruh penjuru dunia semasa diaspora.
Dalam berhubungan dengan komunitas lain di Madinah, masyarakat Yahudi tampaknya lebih bersikap pragmatis. Perpecahan di kalangan internal Yahudi mendorong mereka untuk membangun aliansi dengan masyarakat Arab guna memperkuat posisinya. Bani Qainuqa` beraliansi dengan Khazraj, sedangkan Bani Nadhir dan Bani Quraizhah beraliansi dengan Aus (alSyarif: 267).
Perpecahan internal Yahudi bukan semata-mata strategi jitu mereka untuk memecah belah kekuatan Aus dan Khazraj yang menjadi rival mereka. Sekalipun secara tidak langsung, tujuan tersebut tercapai. Pada kenyataannya, klanklan Yahudi itu memang pecah, terutama setelah menapaki puncak kekuasaan di Madinah. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah memandang status mereka lebih terhormat daripada Bani Qainuqa`. Kedua klan Yahudi tersebut berasal dari garis keturunan alKahin (Cohen), keturunan Nabi Harun as yang dikenal relijius dan sangat terhormat (Ibn Hisyam: 2/202).
b. Aspek Ekonomi
Sejak sebelum kedatangan Aus dan Khazraj hingga masa Islam. Yahudi Madinah tetap menguasai perekonomian kota tersebut. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menguasai tanah-tanah tersubur, sedangkan Bani Qainuqa` mengusai pasar terbesar. Kemahiran masyarakat Yahudi dalam bercocok tanam yang diwarisi dari Palestina juga mereka terapkan. Begitu juga kelihaian membuat perhiasan, pakaian, baju perang, senjata, alat-alat pertanian dan profesi lainnya semakin mengokohkan dominasi mereka atas perekonomian Madinah.
Perdagangan valuta dan praktik riba juga dikenal luas di Madinah. Dalam hal ini, tokoh-tokoh Yahudi dan Arab memainkan peran yang sama. Bunga riba yang dibebankan kepada peminjam kadang-kadang lebih besar dari jumlah utang, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan memicu banyak konflik (alSyarif: 301302).
Hubungan dagang para saudagar Yahudi Madinah dan Khaibar terjalin dengan baik. Letak Madinah sebagai transit kafilah-kafilah dagang Quraisy yang bertolak menuju pasar-pasar besar di Gaza dan Syam tentu dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang domestik Madinah. Begitu juga Khaibar yang terletak di persimpangan jalan dagang kafilah-kafilah Ghathafan dan beberapa kabilah Najed lainnya.
c. Aspek Pendidikan dan Keagamaan
Lingkungan eksklusif masyarakat Yahudi di Madinah menjadi tempat ideal untuk mengembangkan pendidikan dan tradisi keagamaan. Lembaga pendidikan Yahudi di Madinah dikenal dengan nama Bait alMidras yang berasal dari bahasa Ibrani, Midrash, yang berarti kajian dan penjelasan teks-teks keagamaan. Tampaknya, Midras juga berfungsi sebagai tempat ibadah dan pertemuan penting untuk membahas masalah-masalah agama (Jawad Ali: 4876).
Meskipun orang-orang Yahudi tidak tertarik menyebarkan agama, tapi bukan berarti tidak ada orang Arab yang memeluk Yahudi. Kondisi sosial yang majemuk, kebutuhan pragmatis yang berkaitan dengan ekonomi dan keamanan, serta faktor-faktor lainnya, membuat orang-orang Yahudi berkepentingan dengan adanya orang-orang Arab yang memeluk agama mereka. Namun perlu dicatat, pilihan memeluk agama Yahudi ini dilakukan oleh individu-individu dan tidak ada fakta yang menyebutkan perpindahan agama secara masif yang dilakukan oleh satu kabilah Arab secara bersama-sama (al Syarif: 248).
Hubungan Yahudi dengan Masyarakat Muslim
a. Apakah Rasulullah Berhubungan dengan Penganut Yahudi di Mekah?
Banyak ayat Al Quran yang menyinggung Bani Isra’il dan agama Yahudi. Kedudukan mereka sebagai Ahl alKitab menjadi sorotan tersendiri, karena sepatutnya merekalah orang yang lebih cepat menerima ajaran Al Quran yang merupakan penerus dan membenarkan ajaran asli Taurat. Persinggungan wacana yang dikembangkan dalam Al Quran mendahului kontak fisik antara Rasulullah dan kaum muslimin dengan masyarakat Yahudi. Meskipun sulit dipungkiri adanya sejumlah saudagar Yahudi yang berdagang ke Mekah dan tinggal disana untuk urusan berbisnis, namun tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah berhubungan dengan mereka, terlebih lagi dalam masalah agama.
Kabar tentang masayarakat Yahudi tentu diketahui, bahkan dikuasai dengan baik oleh Rasulullah. Selain cepat atau lambat, pasti akan berhubungan dengan penganut Taurat tersebut, harapan Rasulullah untuk menemukan alternatif pusat dakwah Islam selain Mekah, mendesak beliau untuk mengetahui lebih detail kondisi masyarakat masyarakat di sekitarnya, termasuk Madinah.
Karena itu, saat menemui sekelompok pemuda Khazraj di Mina, pertanyaan pertama yang beliau sampaikan adalah, “Apakah kalian orang-orang yang beraliansi dengan Yahudi?”. (Ibn Hisyam: 428). Tampaknya beliau sudah sangat menguasai seluk beluk karakter sosial Madinah, termasuk hubungan Aus dan Khazraj dengan klanklan Yahudi yang tinggal berdampingan dengan mereka itu.
b. Dakwah Rasulullah kepada Masyarakat Yahudi
Hubungan dakwah Rasulullah dengan Yahudi Madinah terjalin sejak dini. Riwayat Bukhari dan Ibn Ishaq mengisyaratkan kedatangan Abdullah bin Salam, seorang ulama Yahudi Bani Qainuqa`, dan keputusannya memeluk Islam terjadi hanya beberapa saat setelah beliau menetap di Madinah. Peristiwa ini pula yang memicu undangan Rasulullah kepada masyarakat Yahudi untuk mengajak mereka memeluk Islam dan menjadikan Abdullah bin Salam sebagai bukti pembenarannya (al Mubarakfuri: 140).
c. Piagam Madinah; Konsepsi Konstitusi Islam untuk Masyarakat Plural
Kedatangan Rasulullah ke Madinah secara langsung menjadi penguasa baru di kota tersebut, karena Aus dan Khazraj, dua klan Arab yang mendominasi Madinah, adalah pihak yang mengundang sekaligus mengangkat beliau sebagai pemimpin. Latar belakang masyarakat Madinah yang sangat majemuk, karena terdiri dari beberapa etnik Arab dan Yahudi mendesak adanya peraturan umum yang mengatur kehidupan bersama dengan baik. Disinilah letak pentingnya Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah berdasarkan kaedah dan prinsip Islam. Hal ini juga membuktikan, ajaran Islam dapat mengatur kepentingan bersama masyarakat muslim dan non muslim, tanpa harus menghilangkan karakter khas masing-masing, terutama agama.
Al Mubarakfuri merangkum beberapa bagian pasal Piagam Madinah yang mengatur hubungan masyarakat Muslim dengan Yahudi seperti berikut:
1.Yahudi Bani `Auf merupakan satu komunitas bersama masyarakat Mu’min. Orang-orang Yahudi berhak menjalankan agama mereka dan orang-orang muslim berhak menjalankan agama mereka, begitu juga klan-klan Yahudi lainnya diluar Bani `Auf.
2.Masyarakat Yahudi harus menanggung biaya hidupnya sendiri dan orang-orang muslim juga harus menanggung biaya hidupnya sendiri.
3.Masyarakat Yahudi dan Muslim harus saling bahu membahu melawan musuh yang menyerang pihak yang menandatangani Piagam ini.
4.Mereka juga harus saling memberi saran dan nasihat dalam kebaikan, tapi tidak demikian dalam kejahatan.
5.Siapa pun yang dizalami maka wajib ditolong.
6.Masyarakat Yahudi dan Mu’min harus bersatu padu ketika diserang musuh.
7.Jika terjadi perselisihan atau pertikaian antara pihakpihak yang menyepakati Piagam ini, sehingga khawatir akan merusak hubungan, maka keputusannya harus dikembalikan kepada hukum Allah azza wa jalla dan Muhammad, utusan Allah.
8.Siapa pun tidak boleh memberi suaka (perlindungan) kepada Quraisy dan pendukungnya (alMubarakfuri: 182).
Pengkhianatan dan Konspirasi Yahudi
Dipandang dari sudut mana pun, bagi masyarakat Yahudi, kedatangan Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah tidak menguntungkan. Keharmonisan Aus dan Khazraj adalah ancaman terbesar sejak lama, apalagi ditambah pihak ketiga yang menjadi kekuatan baru yang semakin merekatkan hubungan mereka. Masyarakat Yahudi tidak pernah dapat menghapus trauma kehadiran pihak asing yang bertentangan dengan kepentingan mereka. Eksistensi Yahudi di Madinah benar-benar diambang kehancuran.
Terlebih lagi, masyarakat Muhajirin Mekah adalah pedagang-pedagang handal. Sejak hari-hari pertama kedatangannya, Abdurrahman bin `Auf telah menunjukkan kepiawaian dalam meraih keuntungan di pasar Bani Qainuqa` (Bukhari: no. 1908). Seiring dengan perjalanan waktu, Usman bin `Affan, Zubair bin `Awwam dan nama-nama populer lainnya dalam kancah perdagangan Arab masa itu menjadi pesaing-pesaing baru bagi pedagang Yahudi.
Persaingan di pasar diperparah dengan kehadiran aturan-aturan baru dalam segala transaksi ekonomi yang dibuat oleh Rasulullah. Larangan menipu, menimbun, menjual khamr dan praktik riba, adalah diantara yang semakin mengekang sistem ‘pasar bebas’ yang berkembang sebelumnya. Khamr (arak) merupakan komoditi yang sangat potensial bagi masyarakat Yahudi. Selain menjajakan arak lokal, mereka biasa mengimpornya dari Syam.
Semua faktor di atas, selain tentu saja keyakinan dan agama, meningkatkan ketegangan antara Yahudi dan kaum muslimin. Beberapa fakta membuktikan adanya usaha individu ataupun kolektif kelompok Yahudi untuk memicu perselisihan hingga perang besar-besaran.
a. Benih-benih Pengkhianatan
Ibn Ishaq meriwayatkan, Syas bin Qais, seorang sesepuh Yahudi melewati sekelompok pemuda Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul. Mereka terlibat perbincangan yang hangat dan akrab. Pemandangan ini membakar hati Syas, maka segera ia suruh seorang pemuda Yahudi untuk ikut dalam pembicaraan tersebut dengan mengingatkan mereka kepada peristiwa kelam di masa lalu, perang Bu`ats yang telah menelan korban tokoh-tokoh besar Aus dan Khazraj.
Kehangatan segera berubah menjadi ketegangan. Kedua kelompok Anshar tersebut nyaris saja baku hantam, bahkan terlibat pertumpahan darah, jika saja Rasulullah tidak segera datang dan melerai. (Ibn Hisyam: 553554).
Kasus Ka`b bin Asyraf, tokoh terkemuka Bani Nadhir, merupakan model paling krusial penaburan benih pengkhiantan dalam skala individu. Kelihaian menggubah puisi, media propaganda paling efektif masa itu, menempatkan Ka`b dalam posisi yang sangat membahayakan. Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar, Ka`b menunjukkan permusuhannya secara terbuka. Ia segera pergi ke Mekah untuk mengucapkan simpati dan bela sungkawa atas terbunuhnya pembesar-pembesar Quraisy di Badar dalam rangakaian puisi yang menyayat hati. Tidak cukup disitu, ia juga mengobarkan semangat Quraisy untuk segera melupakan kekalahan dan menyiapkan pembalasan yang jauh lebih hebat (alShallabi: 2/5658).
b. Konspirasi Yahudi
Bani Qainuqa` adalah klan Yahudi yang lebih dulu menunjukkan aksi pengkhianatan kolektif terhadap kesepakatan Piagam Madinah. Kemenangan kaum muslimin di Badar membuka mata mereka, bahwa kekuatan dan dominasi kaum muslimin di Madinah menjadi kenyataan. Bagi Bani Qainuqa`, ketergantungan ekonomi kepada mekanisme pasar yang mereka kuasai tidak lagi menggairahkan seperti dahulu.
Tampaknya benih pengkhiantan kolektif Bani Qainuqa` telah tercium oleh Rasulullah. Menurut Abu Dawud, beberapa saat setelah kembali dari Badar, Rasulullah mengumpulkan Bani Qainuqa` di pasar mereka untuk memberi peringatan. Namun juru bicara Bani Qainuqa` malah menjawab, “Hai Muhammad! Jangan pernah merasa bangga hanya karena berhasil membunuh segelintir orang-orang Quraisy yang tidak pandai berperang itu. Seandainya kami yang menjadi lawanmu, engkau baru akan tahu, kamilah tandinganmu yang sebenarnya. Dan, engkau tidak akan banyak berkutik melawan kami”. (alMubarakfuri: 226)
Sebatas perlawanan verbal, Rasulullah saw. hanya melihatnya sebagai indikator pengkhianatan. Tapi setelah terjadi kasus pelecehan wanita muslim di pasar Bani Qainuqa` yang disusul dengan pembunuhan lelaki muslim yang membelanya, Rasulullah saw. mengepung Bani Qainuqa` lalu mengusir mereka dari Madinah. Pembunuhan Ka`b bin Asyraf dan pengusiran Bani Qainuqa` dari Madinah cukup meredam gejolak pengkhianatan klan Yahudi lainnya. Tapi kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud dan tragedi Bi’r Ma`unah menumbuhkan kepercayaan diri Yahudi. Bani Nadhir, klan yang paling kuat saat itu, berkhianat. Diawali dengan memberi perlindungan kepada Abu Sufyan saat melakukan oprasi militer (Perang Sawiq) ke Madinah (Ibn Ishaq: 108).
Pelanggaran terhadap salah satu pasal Piagam Madinah tersebut disusul dengan pelanggaran lain. Bani Nadhir tidak bersedia menanggung biaya diyat (denda pembunuhan) yang seharusnya dipikul bersama. Bahkan lebih jauh lagi, mereka menyusun rencana pembunuhan Nabi saw. (al`Umari: 146). Rencana busuk itupun terbongkar, sehingga Rasulullah saw. segera mengumumkan ultimatum pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.
Mulanya Bani Nadhir berusaha bertahan karena Abdullah bin Ubay, pemimpin kelompok Munafik menjanjikan bantuan (alMubarakfuri: 280), tapi kemudian menyerah dan terpaksa meninggalkan Madinah setelah dikepung selama 15 hari. Pada dasarnya, mereka diusir ke Syam, tapi sejumlah tokoh penting Bani Nadhir seperti Huyay bin Akhthab, Salam bin Abi alHuqaiq dan Kinanah bin Rabi` memutar haluan menuju Khaibar, koloni Yahudi terkuat di Hijaz. (alUmari: 149).
c. Kelihaian Lobi Yahudi; Kasus Perang Ahzab
Ahzab adalah aliansi sejumlah klan Arab besar yang meliputi Quraisy, Ahbasy, Ghathafan bersama sekutunya. Mereka melakukan kesepakatan dengan Yahudi untuk menyerang Madinah. Perang Ahzab yang mencatat rekor fantastik dalam sejarah peperangan Arab saat itu, sebenarnya bisa dikatakan sebagai bukti kelihaian lobi Yahudi. Para sejarawan mengungkapkan, provokator perang Ahzab adalah sebuah tim kecil yang dibentuk di Khaibar dan dipimpin oleh kalangan elit Bani Nadhir, yaitu Sallam bin Abi alHuqaiq, Huyay bin Akhthab, Kinanah bin Rabi`, Haudzah bin Qais dan Abu `Ammar (alShallabi: 2/256). Pembentukan tim ini tentu disetujui oleh tokohtokoh Yahudi Khaibar sendiri dengan target yang sangat besar, menggalang kekuatan Arab dalam satu pasukan terpadu untuk menyerang Madinah.
Sasaran tim yang paling realistis adalah dua kabilah Arab, Quraisy dan Ghathafan. Selain merupakan kabilah besar dan memiliki sekutu yang loyal, keduanya memiliki kepentingan langsung dengan Madinah. Menggalang dukungan Quraisy tentu lebih mudah, karena permusuhan mereka dengan Madinah sudah cukup menjadi pemicu utama. Tapi para provokator ini menambahkan dukungan moral yang tidak kecil, yakni memberi pengakuan bahwa agama Quraisy lebih baik daripada agama Muhammad saw.
Allah swt. mengecam pragmatisme murahan Yahudi ini dalam surah alNisa’: 5152: “Apakah kamu tidak memperhatikan orangorang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orangorang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orangorang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekalikali tidak akan memperoleh penolong baginya”.
Sedangkan untuk meraih dukungan Ghathafan, tim Yahudi melakukan kontrak kesepakatan dengan kabilah besar Najed tersebut dalam dua pasal yang saling menguntungkan; 1). Ghthafan harus menghimpun pasukan sebanyak 6000 orang; 2). Yahudi akan membayar klanklan Ghathafan yang bergabung dalam pasukan tersebut dengan seluruh hasil panen kurma Khaibar dalam setahun (alShallabi: 2/257).
Lobi Yahudi ini berhasil dengan gemilang. Kabilahkabilah Arab yang telah melakukan kesepakatan itu berdatangan ke Madinah dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki. Tidak tanggungtanggung, jumlah mereka mencapai 10.000 pasukan. Jumlah yang disebut alMubarakfuri sebagai catatan rekor fantastis dalam sejarah kemiliteran Arab pada masa itu.
Merasa tidak cukup dengan menggalang kekuatan Arab. Huyay bin Akhthab berusaha keras membujuk klan Yahudi terakhir yang masih berada di Madinah dan mentaati kesepakatan Piagam Madinah, Bani Quraizhah, untuk mendukung logistik Ahzab dan menggerogoti kekuatan Madinah dari dalam. Lobi inipun akhirnya berhasil. Quraizhah berkhianat, sehingga Madinah semakin terjepit (alMubarakfuri: 293). Namun dengan strategi yang jitu dan pertolongan Allah swt., akhirnya kaum muslimin berhasil keluar dari medan perang sebagai pemenang.
Dengan pengkhianatan Bani Quraizhah, habislah kekuatan Yahudi di Madinah. Rasulullah saw. menghukum meraka sebagai pengkhianat perang, semua lakilaki Bani Quraizhah yang terlibat perang dipancung, anakanak dan wanita ditawan, dan harta benda mereka dirampas (alMubarakfuri: 301).
Setelah itu, kekuatan Yahudi yang signifikan hanya tersisa di Khaibar. Di tempat inilah tersimpan potensi ancaman yang tidak dapat diremehkan. Selain menjdai rahim yang melahirkan provokasi Ahzab, Khaibar memiliki bentengbenteng yang kuat dan letaknya sangat strategis karena berada di persimpangan jalan yang menghubungkan daerah timur dan selatan Jazirah Arab.
Rasulullah saw. harus konsentrasi penuh guna melumpuhkan kekuatan Khaibar. Gencatan senjata yang disepakati dengan Quraisy dalam Perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6H menjadi momentum yang sangat tepat. Beberapa saat setelah itu Rasulullah saw. langsung melancarkan serangan besarbesaran ke Khaibar dan menang. Masyarakat Yahudi Khaibar yang kebanyakannya petani tidak diusir dari daerah tersebut, melainkan diizinkan tinggal untuk mengelola kebunkebun Khaibar dan berbagi hasil dengan para pemilik barunya, kaum muslimin.
* * *
Demikianlah sekelumit gambaran kehidupan masyarakat Yahudi, terutama di Madinah, dan persentuhan mereka dengan kaum muslimin pada permulaan sejarah Islam. Penyimpangan dari ajaran Taurat yang mengkristal dalam nilai dan sistem yang mendasari kehidupan sosial, ekonomi dan politik, berakibat pada penolakan mereka terhadap ajaran Islam.
Namun demikian, bukan berarti seluruh masyarakat Yahudi menolak Islam. Sejarah mencatat bebarapa individu Yahudi memeluk Islam saat itu. Diantaranya Abdullah bin Salam dan keluarganya dari Bani Qainuqa`(Ibn Hisyam: 516) 1 ; Yamin bin `Amr dan Abu Sa`d bin Wahb dari Bani Nadhir (al`Umari: 149); dan `Athiyyah alQurazhi, Abdurrahman bin Zubair bin Batha, Rifa`ah bin Samuel dan beberapa orang lagi dari Bani Quraizhah (alMubarakfuri: 302).
Rujukan
1.Al Quran alKarim
2.Shahih alBukhari [alMaktabah alSyamilah]
3.Ibn Hisyam, alSirah alNabawiyyah [alMaktabah alSyamilah]
4.Ali, Jawad, alMufashshal fi Tarikh alArab Qabl alIslam [alMaktabah alSyamilah]
5.AlSyarif, Ahmad Ibrahim, Makkah wa alMadinah fi alJahiliyyah wa `Ahd alRasul saw. [alMaktabah alSyamilah]
6.Al`Umari, Akram Dhiya’, alMujtama` alMadani fi `Ahd alNubuwwah [alMaktabah alSyamilah]
7.AlMubarakfuri, Shafiy alRahman, alRahiq alMakhtum, Dar alSalamRiyadh, 1418
8.AlShallabi, Ali Muhammad, alSirah alNabawiyyah; `Ardh Waqa’i` wa Tahlil Ahdats, Dar Ibn KatsirBeirut, 1425H/2004
Oleh: Asep Sobari
(Peneliti INSISTS Jakarta Bidang Sejarah/ Alumnus Universitas Madinah)
http://www.fimadani.com/sejarah-hubungan-islam-dan-yahudi-di-madinah/
Yahudi dan Bani Isra’il merupakan kata yang selalu digunakan pada periode Sirah untuk menyebut para pengikut ajaran Taurat. Meskipun tampak menonjolkan aspek keagamaan, tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara keduanya. Bahkan, pemaknaan Yahudi sendiri tidak bersifat baku, melainkan mengalami perkembangan yang cukup radikal mengikuti fase-fase sejarah yang dilalui oleh salah satu rumpun bangsa Semit ini.
Pada dasarnya, kata Yahudi merupakan penisbatan yang memiliki sifat hubungan darah, yakni keturunan Yahuda (Yahudza) bin Ya`qub. Dari garis keturunan inilah lahir Dawud as dan Sulaiman as yang merupakan simbol kebesaran bangsa ini sepanjang masa. Kebanggaan Yahudi adalah kata yang dinisbatkan kepada Yahuda, salah seorang putera Nabi Ya`qub as.
Masyarakat Yahudi di Hijaz Sebelum Islam
Tidak banyak sumber sejarah yang menjelaskan asal-usul keberadaan Yahudi di wilayah Hijaz yang meliputi Mekah, Madinah, Thaif, Khaibar, Fadak, Taima dan sekitarnya. Sumber sejarah yang ada, terbatas pada beberapa catatan sejarawan muslim, yang berarti penulisannya dilakukan setelah kedatangan Islam. Sementara catatan sejarah sebelum Islam, bisa dikatakan sangat langka. Itupun terbatas pada ungkapan para penyair dalam puisi-puisi mereka. Alhasil, permulaan kedatangan masyarakat Yahudi ke Hijaz tidak dapat dipastikan, karena tidak didukung data dan fakta yang memadai.
Namun berbagai indikator menunjukkan, keberadaan masyarakat Yahudi di tanah Hijaz sudah berlangsung sejak lama. Kondisi politik yang tidak stabil di Palestina sejak penyerangan Babilonia hingga Romawi, mendesak masyarakat Yahudi mencari perlindungan bahkan pemukiman baru di pelbagai daerah, terutama daerah-daerah yang memiliki hubungan langsung dengan Palestina, seperti Hijaz. Selain faktor politik di Palestina kesuburan tanah di beberapa wilayah Hijaz, seperti Yatsrib (Madinah), Khaibar, Taima, Wadi alQura dan Fadak, mendorong masyarakat Yahudi untuk menjadikannya sebagai alternatif pemukiman baru bagi mereka (Jawad Ali : 3675).
a. Aspek Sosial Politik
Di pemukiman baru tersebut, masyarakat Yahudi hidup berdampingan dengan pribumi yang telah lebih dulu tinggal di tempat itu. Kondisi ini memaksa mereka melakukan penyesuaian dengan budaya dan tradisi lokal. Meskipun di Madinah, Khaibar dan Wadi alQuran, mereka berhasil mendominasi berbagai aspek kehidupan tapi mereka tetap tidak dapat menghindari tuntutan-tuntutan pragmatis di tempat baru. Cara berpakaian dan nama mengikuti tradisi Arab. Samuel bin Yazid, Zubair bin Batha, Sallam bin Misykam, Huyay bin Akhthab, adalah nama-nama tokoh Bani Qainuqa’ dan Bani Nadhir. Komunikasi sehari-hari pun menggunakan bahasa Arab, meskipun masih ada pengaruh aksen Ibrani. Bahkan sebagian dari kalangan Yahudi dikenal pandai berpuisi dalam bahasa Arab, diantaranya adalah Ka`b bin Sa`d alQurazhi, Sarah al Qurazhiyah, Rabi` bin Abi alHuqaiq dan Ka`b bin Asyraf (Jawad Ali: 3738).
Tidak hanya bahasa dan budaya, pernikahan antara etnik Bani Israil dan Arab juga tidak dapat dihindari. Ka`b bin Asyraf adalah contohnya. Menurut salah satu riwayat, ayahnya adalah keturunan Arab Thai’ sedangkan ibunya berdarah asli Bani Israil. Jawad Ali memberi alasan, perkawinan silang antar etnik ini dapat terjadi karena –antara lain— sejumlah orang Arab memeluk agama Yahudi.
Ketika masyarakat Yahudi tiba di Madinah, sejumlah kabilah Arab kecil telah mendiami kota tersebut. Namun demikian, klan-klan besar Yahudi, seperti Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan Bani Qainuqa` berhasil menempati tempat-tempat strategis. Daerah `Awali (Wadi Mudzainib), Wadi Mahzur dan Wadi Buthhan yang merupakan sumber air di Madinah, berhasil dikuasai. Selain tanah, mereka juga menguasai perdagangan. Pasar Bani Qainuqa` menjadi pasar paling ramai dan lengkap, sekaligus jantung perekonomian Madinah.
Sejak kedatangan Aus dan Khazraj, dua klan Arab berasal dari Azd (Yaman), dominasi Yahudi di Madinah mulai pudar. Aus dan Khazraj berhasil menggeser posisi Yahudi meskipun tidak dapat menguasai daerahdaerah subur yang menjadi pemukiman dan kebun mereka.
Kehadiran Aus dan Khazraj yang mengancam hegemoni dan stabilitas masyarakat Yahudi tidak disikapi secara konfrontatif. Masyarakat Yahudi lebih mengutamakan perlindungan internal dengan membangun bangunan-bangunan kokoh di daerah pemukimannya dalam bentuk benteng, atham (semi benteng) dan ratij (rumah berdinding tanah liat). As Samhudi –dalam kitab Wafa’ alWafa— menyatakan terdapat lebih dari 59 atham dan ratij milik Yahudi di Madinah.
Di dalam batas lingkungan eksklusif itulah, masyarakat Yahudi melakukan segala aktivitas yang terkait antara sesama meraka, sehingga kondisinya mirip dengan komunitas Ghetto yang identik dengan budaya masyarakat Yahudi di seluruh penjuru dunia semasa diaspora.
Dalam berhubungan dengan komunitas lain di Madinah, masyarakat Yahudi tampaknya lebih bersikap pragmatis. Perpecahan di kalangan internal Yahudi mendorong mereka untuk membangun aliansi dengan masyarakat Arab guna memperkuat posisinya. Bani Qainuqa` beraliansi dengan Khazraj, sedangkan Bani Nadhir dan Bani Quraizhah beraliansi dengan Aus (alSyarif: 267).
Perpecahan internal Yahudi bukan semata-mata strategi jitu mereka untuk memecah belah kekuatan Aus dan Khazraj yang menjadi rival mereka. Sekalipun secara tidak langsung, tujuan tersebut tercapai. Pada kenyataannya, klanklan Yahudi itu memang pecah, terutama setelah menapaki puncak kekuasaan di Madinah. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah memandang status mereka lebih terhormat daripada Bani Qainuqa`. Kedua klan Yahudi tersebut berasal dari garis keturunan alKahin (Cohen), keturunan Nabi Harun as yang dikenal relijius dan sangat terhormat (Ibn Hisyam: 2/202).
b. Aspek Ekonomi
Sejak sebelum kedatangan Aus dan Khazraj hingga masa Islam. Yahudi Madinah tetap menguasai perekonomian kota tersebut. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menguasai tanah-tanah tersubur, sedangkan Bani Qainuqa` mengusai pasar terbesar. Kemahiran masyarakat Yahudi dalam bercocok tanam yang diwarisi dari Palestina juga mereka terapkan. Begitu juga kelihaian membuat perhiasan, pakaian, baju perang, senjata, alat-alat pertanian dan profesi lainnya semakin mengokohkan dominasi mereka atas perekonomian Madinah.
Perdagangan valuta dan praktik riba juga dikenal luas di Madinah. Dalam hal ini, tokoh-tokoh Yahudi dan Arab memainkan peran yang sama. Bunga riba yang dibebankan kepada peminjam kadang-kadang lebih besar dari jumlah utang, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan memicu banyak konflik (alSyarif: 301302).
Hubungan dagang para saudagar Yahudi Madinah dan Khaibar terjalin dengan baik. Letak Madinah sebagai transit kafilah-kafilah dagang Quraisy yang bertolak menuju pasar-pasar besar di Gaza dan Syam tentu dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang domestik Madinah. Begitu juga Khaibar yang terletak di persimpangan jalan dagang kafilah-kafilah Ghathafan dan beberapa kabilah Najed lainnya.
c. Aspek Pendidikan dan Keagamaan
Lingkungan eksklusif masyarakat Yahudi di Madinah menjadi tempat ideal untuk mengembangkan pendidikan dan tradisi keagamaan. Lembaga pendidikan Yahudi di Madinah dikenal dengan nama Bait alMidras yang berasal dari bahasa Ibrani, Midrash, yang berarti kajian dan penjelasan teks-teks keagamaan. Tampaknya, Midras juga berfungsi sebagai tempat ibadah dan pertemuan penting untuk membahas masalah-masalah agama (Jawad Ali: 4876).
Meskipun orang-orang Yahudi tidak tertarik menyebarkan agama, tapi bukan berarti tidak ada orang Arab yang memeluk Yahudi. Kondisi sosial yang majemuk, kebutuhan pragmatis yang berkaitan dengan ekonomi dan keamanan, serta faktor-faktor lainnya, membuat orang-orang Yahudi berkepentingan dengan adanya orang-orang Arab yang memeluk agama mereka. Namun perlu dicatat, pilihan memeluk agama Yahudi ini dilakukan oleh individu-individu dan tidak ada fakta yang menyebutkan perpindahan agama secara masif yang dilakukan oleh satu kabilah Arab secara bersama-sama (al Syarif: 248).
Hubungan Yahudi dengan Masyarakat Muslim
a. Apakah Rasulullah Berhubungan dengan Penganut Yahudi di Mekah?
Banyak ayat Al Quran yang menyinggung Bani Isra’il dan agama Yahudi. Kedudukan mereka sebagai Ahl alKitab menjadi sorotan tersendiri, karena sepatutnya merekalah orang yang lebih cepat menerima ajaran Al Quran yang merupakan penerus dan membenarkan ajaran asli Taurat. Persinggungan wacana yang dikembangkan dalam Al Quran mendahului kontak fisik antara Rasulullah dan kaum muslimin dengan masyarakat Yahudi. Meskipun sulit dipungkiri adanya sejumlah saudagar Yahudi yang berdagang ke Mekah dan tinggal disana untuk urusan berbisnis, namun tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah berhubungan dengan mereka, terlebih lagi dalam masalah agama.
Kabar tentang masayarakat Yahudi tentu diketahui, bahkan dikuasai dengan baik oleh Rasulullah. Selain cepat atau lambat, pasti akan berhubungan dengan penganut Taurat tersebut, harapan Rasulullah untuk menemukan alternatif pusat dakwah Islam selain Mekah, mendesak beliau untuk mengetahui lebih detail kondisi masyarakat masyarakat di sekitarnya, termasuk Madinah.
Karena itu, saat menemui sekelompok pemuda Khazraj di Mina, pertanyaan pertama yang beliau sampaikan adalah, “Apakah kalian orang-orang yang beraliansi dengan Yahudi?”. (Ibn Hisyam: 428). Tampaknya beliau sudah sangat menguasai seluk beluk karakter sosial Madinah, termasuk hubungan Aus dan Khazraj dengan klanklan Yahudi yang tinggal berdampingan dengan mereka itu.
b. Dakwah Rasulullah kepada Masyarakat Yahudi
Hubungan dakwah Rasulullah dengan Yahudi Madinah terjalin sejak dini. Riwayat Bukhari dan Ibn Ishaq mengisyaratkan kedatangan Abdullah bin Salam, seorang ulama Yahudi Bani Qainuqa`, dan keputusannya memeluk Islam terjadi hanya beberapa saat setelah beliau menetap di Madinah. Peristiwa ini pula yang memicu undangan Rasulullah kepada masyarakat Yahudi untuk mengajak mereka memeluk Islam dan menjadikan Abdullah bin Salam sebagai bukti pembenarannya (al Mubarakfuri: 140).
c. Piagam Madinah; Konsepsi Konstitusi Islam untuk Masyarakat Plural
Kedatangan Rasulullah ke Madinah secara langsung menjadi penguasa baru di kota tersebut, karena Aus dan Khazraj, dua klan Arab yang mendominasi Madinah, adalah pihak yang mengundang sekaligus mengangkat beliau sebagai pemimpin. Latar belakang masyarakat Madinah yang sangat majemuk, karena terdiri dari beberapa etnik Arab dan Yahudi mendesak adanya peraturan umum yang mengatur kehidupan bersama dengan baik. Disinilah letak pentingnya Piagam Madinah yang ditetapkan oleh Rasulullah berdasarkan kaedah dan prinsip Islam. Hal ini juga membuktikan, ajaran Islam dapat mengatur kepentingan bersama masyarakat muslim dan non muslim, tanpa harus menghilangkan karakter khas masing-masing, terutama agama.
Al Mubarakfuri merangkum beberapa bagian pasal Piagam Madinah yang mengatur hubungan masyarakat Muslim dengan Yahudi seperti berikut:
1.Yahudi Bani `Auf merupakan satu komunitas bersama masyarakat Mu’min. Orang-orang Yahudi berhak menjalankan agama mereka dan orang-orang muslim berhak menjalankan agama mereka, begitu juga klan-klan Yahudi lainnya diluar Bani `Auf.
2.Masyarakat Yahudi harus menanggung biaya hidupnya sendiri dan orang-orang muslim juga harus menanggung biaya hidupnya sendiri.
3.Masyarakat Yahudi dan Muslim harus saling bahu membahu melawan musuh yang menyerang pihak yang menandatangani Piagam ini.
4.Mereka juga harus saling memberi saran dan nasihat dalam kebaikan, tapi tidak demikian dalam kejahatan.
5.Siapa pun yang dizalami maka wajib ditolong.
6.Masyarakat Yahudi dan Mu’min harus bersatu padu ketika diserang musuh.
7.Jika terjadi perselisihan atau pertikaian antara pihakpihak yang menyepakati Piagam ini, sehingga khawatir akan merusak hubungan, maka keputusannya harus dikembalikan kepada hukum Allah azza wa jalla dan Muhammad, utusan Allah.
8.Siapa pun tidak boleh memberi suaka (perlindungan) kepada Quraisy dan pendukungnya (alMubarakfuri: 182).
Pengkhianatan dan Konspirasi Yahudi
Dipandang dari sudut mana pun, bagi masyarakat Yahudi, kedatangan Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah tidak menguntungkan. Keharmonisan Aus dan Khazraj adalah ancaman terbesar sejak lama, apalagi ditambah pihak ketiga yang menjadi kekuatan baru yang semakin merekatkan hubungan mereka. Masyarakat Yahudi tidak pernah dapat menghapus trauma kehadiran pihak asing yang bertentangan dengan kepentingan mereka. Eksistensi Yahudi di Madinah benar-benar diambang kehancuran.
Terlebih lagi, masyarakat Muhajirin Mekah adalah pedagang-pedagang handal. Sejak hari-hari pertama kedatangannya, Abdurrahman bin `Auf telah menunjukkan kepiawaian dalam meraih keuntungan di pasar Bani Qainuqa` (Bukhari: no. 1908). Seiring dengan perjalanan waktu, Usman bin `Affan, Zubair bin `Awwam dan nama-nama populer lainnya dalam kancah perdagangan Arab masa itu menjadi pesaing-pesaing baru bagi pedagang Yahudi.
Persaingan di pasar diperparah dengan kehadiran aturan-aturan baru dalam segala transaksi ekonomi yang dibuat oleh Rasulullah. Larangan menipu, menimbun, menjual khamr dan praktik riba, adalah diantara yang semakin mengekang sistem ‘pasar bebas’ yang berkembang sebelumnya. Khamr (arak) merupakan komoditi yang sangat potensial bagi masyarakat Yahudi. Selain menjajakan arak lokal, mereka biasa mengimpornya dari Syam.
Semua faktor di atas, selain tentu saja keyakinan dan agama, meningkatkan ketegangan antara Yahudi dan kaum muslimin. Beberapa fakta membuktikan adanya usaha individu ataupun kolektif kelompok Yahudi untuk memicu perselisihan hingga perang besar-besaran.
a. Benih-benih Pengkhianatan
Ibn Ishaq meriwayatkan, Syas bin Qais, seorang sesepuh Yahudi melewati sekelompok pemuda Aus dan Khazraj yang sedang berkumpul. Mereka terlibat perbincangan yang hangat dan akrab. Pemandangan ini membakar hati Syas, maka segera ia suruh seorang pemuda Yahudi untuk ikut dalam pembicaraan tersebut dengan mengingatkan mereka kepada peristiwa kelam di masa lalu, perang Bu`ats yang telah menelan korban tokoh-tokoh besar Aus dan Khazraj.
Kehangatan segera berubah menjadi ketegangan. Kedua kelompok Anshar tersebut nyaris saja baku hantam, bahkan terlibat pertumpahan darah, jika saja Rasulullah tidak segera datang dan melerai. (Ibn Hisyam: 553554).
Kasus Ka`b bin Asyraf, tokoh terkemuka Bani Nadhir, merupakan model paling krusial penaburan benih pengkhiantan dalam skala individu. Kelihaian menggubah puisi, media propaganda paling efektif masa itu, menempatkan Ka`b dalam posisi yang sangat membahayakan. Setelah kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar, Ka`b menunjukkan permusuhannya secara terbuka. Ia segera pergi ke Mekah untuk mengucapkan simpati dan bela sungkawa atas terbunuhnya pembesar-pembesar Quraisy di Badar dalam rangakaian puisi yang menyayat hati. Tidak cukup disitu, ia juga mengobarkan semangat Quraisy untuk segera melupakan kekalahan dan menyiapkan pembalasan yang jauh lebih hebat (alShallabi: 2/5658).
b. Konspirasi Yahudi
Bani Qainuqa` adalah klan Yahudi yang lebih dulu menunjukkan aksi pengkhianatan kolektif terhadap kesepakatan Piagam Madinah. Kemenangan kaum muslimin di Badar membuka mata mereka, bahwa kekuatan dan dominasi kaum muslimin di Madinah menjadi kenyataan. Bagi Bani Qainuqa`, ketergantungan ekonomi kepada mekanisme pasar yang mereka kuasai tidak lagi menggairahkan seperti dahulu.
Tampaknya benih pengkhiantan kolektif Bani Qainuqa` telah tercium oleh Rasulullah. Menurut Abu Dawud, beberapa saat setelah kembali dari Badar, Rasulullah mengumpulkan Bani Qainuqa` di pasar mereka untuk memberi peringatan. Namun juru bicara Bani Qainuqa` malah menjawab, “Hai Muhammad! Jangan pernah merasa bangga hanya karena berhasil membunuh segelintir orang-orang Quraisy yang tidak pandai berperang itu. Seandainya kami yang menjadi lawanmu, engkau baru akan tahu, kamilah tandinganmu yang sebenarnya. Dan, engkau tidak akan banyak berkutik melawan kami”. (alMubarakfuri: 226)
Sebatas perlawanan verbal, Rasulullah saw. hanya melihatnya sebagai indikator pengkhianatan. Tapi setelah terjadi kasus pelecehan wanita muslim di pasar Bani Qainuqa` yang disusul dengan pembunuhan lelaki muslim yang membelanya, Rasulullah saw. mengepung Bani Qainuqa` lalu mengusir mereka dari Madinah. Pembunuhan Ka`b bin Asyraf dan pengusiran Bani Qainuqa` dari Madinah cukup meredam gejolak pengkhianatan klan Yahudi lainnya. Tapi kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud dan tragedi Bi’r Ma`unah menumbuhkan kepercayaan diri Yahudi. Bani Nadhir, klan yang paling kuat saat itu, berkhianat. Diawali dengan memberi perlindungan kepada Abu Sufyan saat melakukan oprasi militer (Perang Sawiq) ke Madinah (Ibn Ishaq: 108).
Pelanggaran terhadap salah satu pasal Piagam Madinah tersebut disusul dengan pelanggaran lain. Bani Nadhir tidak bersedia menanggung biaya diyat (denda pembunuhan) yang seharusnya dipikul bersama. Bahkan lebih jauh lagi, mereka menyusun rencana pembunuhan Nabi saw. (al`Umari: 146). Rencana busuk itupun terbongkar, sehingga Rasulullah saw. segera mengumumkan ultimatum pengusiran Bani Nadhir dari Madinah.
Mulanya Bani Nadhir berusaha bertahan karena Abdullah bin Ubay, pemimpin kelompok Munafik menjanjikan bantuan (alMubarakfuri: 280), tapi kemudian menyerah dan terpaksa meninggalkan Madinah setelah dikepung selama 15 hari. Pada dasarnya, mereka diusir ke Syam, tapi sejumlah tokoh penting Bani Nadhir seperti Huyay bin Akhthab, Salam bin Abi alHuqaiq dan Kinanah bin Rabi` memutar haluan menuju Khaibar, koloni Yahudi terkuat di Hijaz. (alUmari: 149).
c. Kelihaian Lobi Yahudi; Kasus Perang Ahzab
Ahzab adalah aliansi sejumlah klan Arab besar yang meliputi Quraisy, Ahbasy, Ghathafan bersama sekutunya. Mereka melakukan kesepakatan dengan Yahudi untuk menyerang Madinah. Perang Ahzab yang mencatat rekor fantastik dalam sejarah peperangan Arab saat itu, sebenarnya bisa dikatakan sebagai bukti kelihaian lobi Yahudi. Para sejarawan mengungkapkan, provokator perang Ahzab adalah sebuah tim kecil yang dibentuk di Khaibar dan dipimpin oleh kalangan elit Bani Nadhir, yaitu Sallam bin Abi alHuqaiq, Huyay bin Akhthab, Kinanah bin Rabi`, Haudzah bin Qais dan Abu `Ammar (alShallabi: 2/256). Pembentukan tim ini tentu disetujui oleh tokohtokoh Yahudi Khaibar sendiri dengan target yang sangat besar, menggalang kekuatan Arab dalam satu pasukan terpadu untuk menyerang Madinah.
Sasaran tim yang paling realistis adalah dua kabilah Arab, Quraisy dan Ghathafan. Selain merupakan kabilah besar dan memiliki sekutu yang loyal, keduanya memiliki kepentingan langsung dengan Madinah. Menggalang dukungan Quraisy tentu lebih mudah, karena permusuhan mereka dengan Madinah sudah cukup menjadi pemicu utama. Tapi para provokator ini menambahkan dukungan moral yang tidak kecil, yakni memberi pengakuan bahwa agama Quraisy lebih baik daripada agama Muhammad saw.
Allah swt. mengecam pragmatisme murahan Yahudi ini dalam surah alNisa’: 5152: “Apakah kamu tidak memperhatikan orangorang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orangorang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orangorang yang beriman. Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekalikali tidak akan memperoleh penolong baginya”.
Sedangkan untuk meraih dukungan Ghathafan, tim Yahudi melakukan kontrak kesepakatan dengan kabilah besar Najed tersebut dalam dua pasal yang saling menguntungkan; 1). Ghthafan harus menghimpun pasukan sebanyak 6000 orang; 2). Yahudi akan membayar klanklan Ghathafan yang bergabung dalam pasukan tersebut dengan seluruh hasil panen kurma Khaibar dalam setahun (alShallabi: 2/257).
Lobi Yahudi ini berhasil dengan gemilang. Kabilahkabilah Arab yang telah melakukan kesepakatan itu berdatangan ke Madinah dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki. Tidak tanggungtanggung, jumlah mereka mencapai 10.000 pasukan. Jumlah yang disebut alMubarakfuri sebagai catatan rekor fantastis dalam sejarah kemiliteran Arab pada masa itu.
Merasa tidak cukup dengan menggalang kekuatan Arab. Huyay bin Akhthab berusaha keras membujuk klan Yahudi terakhir yang masih berada di Madinah dan mentaati kesepakatan Piagam Madinah, Bani Quraizhah, untuk mendukung logistik Ahzab dan menggerogoti kekuatan Madinah dari dalam. Lobi inipun akhirnya berhasil. Quraizhah berkhianat, sehingga Madinah semakin terjepit (alMubarakfuri: 293). Namun dengan strategi yang jitu dan pertolongan Allah swt., akhirnya kaum muslimin berhasil keluar dari medan perang sebagai pemenang.
Dengan pengkhianatan Bani Quraizhah, habislah kekuatan Yahudi di Madinah. Rasulullah saw. menghukum meraka sebagai pengkhianat perang, semua lakilaki Bani Quraizhah yang terlibat perang dipancung, anakanak dan wanita ditawan, dan harta benda mereka dirampas (alMubarakfuri: 301).
Setelah itu, kekuatan Yahudi yang signifikan hanya tersisa di Khaibar. Di tempat inilah tersimpan potensi ancaman yang tidak dapat diremehkan. Selain menjdai rahim yang melahirkan provokasi Ahzab, Khaibar memiliki bentengbenteng yang kuat dan letaknya sangat strategis karena berada di persimpangan jalan yang menghubungkan daerah timur dan selatan Jazirah Arab.
Rasulullah saw. harus konsentrasi penuh guna melumpuhkan kekuatan Khaibar. Gencatan senjata yang disepakati dengan Quraisy dalam Perjanjian Hudaibiyah pada tahun 6H menjadi momentum yang sangat tepat. Beberapa saat setelah itu Rasulullah saw. langsung melancarkan serangan besarbesaran ke Khaibar dan menang. Masyarakat Yahudi Khaibar yang kebanyakannya petani tidak diusir dari daerah tersebut, melainkan diizinkan tinggal untuk mengelola kebunkebun Khaibar dan berbagi hasil dengan para pemilik barunya, kaum muslimin.
* * *
Demikianlah sekelumit gambaran kehidupan masyarakat Yahudi, terutama di Madinah, dan persentuhan mereka dengan kaum muslimin pada permulaan sejarah Islam. Penyimpangan dari ajaran Taurat yang mengkristal dalam nilai dan sistem yang mendasari kehidupan sosial, ekonomi dan politik, berakibat pada penolakan mereka terhadap ajaran Islam.
Namun demikian, bukan berarti seluruh masyarakat Yahudi menolak Islam. Sejarah mencatat bebarapa individu Yahudi memeluk Islam saat itu. Diantaranya Abdullah bin Salam dan keluarganya dari Bani Qainuqa`(Ibn Hisyam: 516) 1 ; Yamin bin `Amr dan Abu Sa`d bin Wahb dari Bani Nadhir (al`Umari: 149); dan `Athiyyah alQurazhi, Abdurrahman bin Zubair bin Batha, Rifa`ah bin Samuel dan beberapa orang lagi dari Bani Quraizhah (alMubarakfuri: 302).
Rujukan
1.Al Quran alKarim
2.Shahih alBukhari [alMaktabah alSyamilah]
3.Ibn Hisyam, alSirah alNabawiyyah [alMaktabah alSyamilah]
4.Ali, Jawad, alMufashshal fi Tarikh alArab Qabl alIslam [alMaktabah alSyamilah]
5.AlSyarif, Ahmad Ibrahim, Makkah wa alMadinah fi alJahiliyyah wa `Ahd alRasul saw. [alMaktabah alSyamilah]
6.Al`Umari, Akram Dhiya’, alMujtama` alMadani fi `Ahd alNubuwwah [alMaktabah alSyamilah]
7.AlMubarakfuri, Shafiy alRahman, alRahiq alMakhtum, Dar alSalamRiyadh, 1418
8.AlShallabi, Ali Muhammad, alSirah alNabawiyyah; `Ardh Waqa’i` wa Tahlil Ahdats, Dar Ibn KatsirBeirut, 1425H/2004
Oleh: Asep Sobari
(Peneliti INSISTS Jakarta Bidang Sejarah/ Alumnus Universitas Madinah)
http://www.fimadani.com/sejarah-hubungan-islam-dan-yahudi-di-madinah/
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Sejarah Hidup Muhammad
oleh Muhammad Husain Haekal
Muhammad memperlakukan Yahudi Khaibar tidak sama seperti
terhadap Yahudi Banu Qainuqa dan Banu Nadzir tatkala mereka
dikosongkan dari kampung halaman itu; sebab dengan jatuhnya
Khaibar ini ia sudah merasa terjamin dari adanya bahaya Yahudi
dan yakin pula bahwa mereka samasekali tidak akan bisa lagi
mengadakan perlawanan. Di sainping itu di Khaibar terdapat
pula beberapa perkebunan, ladang dan kebun-kebun kurma. Semua
ini masih memerlukan tenaga-tenaga ahli yang cukup banyak
untuk mengolahnya dan yang akan dapat pula mengurus pengolahan
itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kendatipun
pengikut-pengikut Medinah terdiri dari penduduk yang bercocok
tanam, tanah mereka pun sangat pula memerlukan tenaga mereka,
namun mengingat, bahwa Nabi juga sangat memerlukan tentara
untuk angkatan perangnya, maka ia tidak suka membiarkan mereka
semua itu dalam bercocok tanam. Dalam pada itu orang-orang
Yahudi Khaibar tetap bekerja meskipun kekuasaan politik mereka
sudah runtuh demikian rupa yang juga mempengaruhi kegiatan
mereka, sehingga dari segi pertanian dan perkebunan pun cepat
sekali Khaibar mengalami kemunduran dan kehancuran; padahal
sudah begitu baik Nabi memperlakukan penduduk daerah itu, di
samping Abdullah b. Rawaha utusan Nabi kepada mereka yang
cukup adil, setiap tahun mengadakan pembagian hasil dengan
mereka. Demikian baiknya Nabi memperlakukan penduduk Yahudi
Khaibar itu sehingga tatkala kaum Muslimin menyerbu mereka,
dan diantara barang-barang rampasan perang itu terdapat juga
ada beberapa buah kitab Taurat, ketika oleh pihak Yahudi
diminta, maka oleh Nabi diperintahkan supaya kitab-kitab itu
diserahkan kembali kepada mereka. Ia tidak sampai berbuat
seperti yang pernah dilakukan oleh pihak Rumawi ketika
menaklukkan Yerusalem. Kitab-kitab suci itu oleh mereka
dibakar dan diinjak-injak dengan telapak kaki. Juga ia tidak
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh pihak Nasrani
dalam perang menindas kaum Yahudi Andalusia (Spanyol).
Kitab-kitab Taurat itu oleh mereka juga dibakar.
Setelah Yahudi Khaibar minta damai - selama Muslimin mengepung
mereka di perbentengan Watih dan Sulalim, Nabi telah mengutus
orang kepada penduduk Fadak3 dengan maksud supaya mereka mau
menerima ajakannya atau menyerahkan harta-benda mereka.
Mengetahui peristiwa yang sudah terjadi di Khaibar, penduduk
Fadak sudah merasa ketakutan sekali. Persetujuan diadakan
dengan menyerahkan separo harta mereka tanpa pertempuran.
Kalau daerah Khaibar menjadi milik Muslimin karena mereka yang
telah berjuang membebaskannya, maka Fadak untuk Muhammad
karena pihak Muslimin tidak memperolehnya dengan pertempuran.
Selesai semua itu Rasul pun berkemas-kemas hendak kembali ke
Medinah melalui Wadi'l-Qura.4 Akan tetapi pihak Yahudi daerah
ini sudah menyiapkan diri hendak menyerang Muslimin. Dan
pertempuran segera pecah. Tetapi mereka juga terpaksa menyerah
dan minta damai seperti halnya dengan pihak Khaibar.
Sebaliknya golongan Yahudi Taima, mereka bersedia membayar
jizya (pajak) tanpa terjadi peperangan atau pertempuran.
Dengan demikian semua orang Yahudi tunduk kepada kekuasaan
Nabi, dan berakhir pulalah semua kekuasaan mereka di seluruh
jazirah. Dari jurusan utara ke Syam sekarang Muhammad sudah
tidak kuatir lagi, sama halnya seperti dulu, dari jurusan
selatan juga ia sudah tidak kuatir lagi setelah adanya
Perjanjian Hudaibiya.
Dengan habisnya kekuasaan Yahudi itu, maka kebencian pihak
Muslimin - terutama kaum Anshar - terhadap kepada mereka jadi
berkurang sekali. Bahkan mereka menutup mata terhadap beberapa
orang Yahudi yang kembali ke Yathrib. Dan Nabi berdiri
bersama-sama dengan orang-orang Yahudi yang sedang berkabung
terhadap kematian Abdullah b. Ubayy dan menyatakan turut
berdukacita pula kepada anaknya. Kepada Mu'adh b. Jabal pun
dipesannya untuk tidak membujuk orang-orang Yahudi itu dari
agama Yahudinya. Juga pajak jizya tidak dikenakan kepada
orang-orang Yahudi Bahrain meskipun mereka tetap berpegang
pada keyakinan agama mereka. Dengan Yahudi Banu Ghazia dan
Banu 'Aridz dibuat pula persetujuan bahwa mereka akan
memperoleh dhimma (perlindungan) dan kepada mereka dikenakan
pula pajak.
Ringkasnya, pihak Yahudi itu sekarang tunduk kepada kekuasaan
kaum Muslimin. Kedudukan mereka di negeri-negeri Arab sudah
berantakan dan mereka pun terpaksa meninggalkan daerah itu.
Tadinya mereka di tempat itu sebagai golongan yang dipertuan,
sampai selesai mereka itu dikeluarkan, yang menurut satu
pendapat sejak semasa hidup Rasul, pendapat lain mengatakan
setelah Rasul wafat.
Akan tetapi tunduknya penduduk Khaibar dan golongan Yahudi
lainnya di seluruh jazirah itu tidak terjadi sekaligus setelah
mereka jatuh. Bahkan akibat kejatuhan mereka itu hati mereka
masih penuh memikul kebencian dan dendam yang kotor sekali.
Zainab bint'l-Harith isteri Sallam b. Misykam pernah
menyampaikan hadiah daging domba kepada Muhammad - setelah ia
merasa aman dan setelah ada perjanjian perdamaian dengan pihak
Khaibar. Ketika ia dan sahabat-sahabat sedang duduk hendak
memakan daging itu, Nabi 'a.s. mengambil bagian kakinya dan
sudah akan mulai di kunyah, tapi tidak sampai ditelannya.
Dalam pada itu Bisyr bin'l-Bara' yang duduk makan bersama-sama
telah pula mengambil daging itu sekerat. Tapi Bisyr lalu
menelannya sekaligus. Sedang Rasul memuntahkannya kembali
seraya katanya.
"Ada tanda-tanda tulang ini beracun."
Kemudian Zainab dipanggil, dan ia pun mengaku. Lalu katanya:
"Tuan telah mengadakan tindakan terhadap golongan saya seperti
sudah tuan ketahui." Lalu kataku: "Kalau dia seorang raja, aku
sudah lega; kalau dia seorang nabi tentu dia akan diberi
tahu!"
Akibat makan daging itu Bisyr kemudian meninggal dunia.
Dalam hal ini ahli-ahli sejarah masih berbeda pendapat.
Tetapi sebahagian besar menyatakan, bahwa Nabi telah memaafkan
Zainab, dan sangat menghargai sekali alasannya mengingat
malapetaka yang telah menimpa ayah dan suaminya itu. Disamping
itu ada juga yang mengatakan bahwa dia pun dibunuh karena
Bisyr yang telah mati diracun itu.
Sebenarnya perbuatan Zainab itu telah menimbulkan kesan yang
dalam sekali di dalam hati kaum Muslimin. Peristiwa-peristiwa
yang timbul sesudah Khaibar membuat mereka tidak percaya lagi
kepada orang-orang Yahudi. Bahkan mereka kuatir akan segala
akibat tipu muslihat yang akan dilakukan secara perseorangan,
setelah secara massal mereka dapat dihancurkan. Shafia bt.
Huyayy b. Akhtab dari Banu Nadzir termasuk salah seorang
tawanan yang oleh kaum Muslimin diambil dari benteng Khaibar.
Dia isteri Kinana bin'l-Rabi'. Setahu pihak Muslimin, di
tangan Kinana inilah harta-benda Banu Nadzir itu disimpan.
Ketika Nabi menanyakan harta itu kepadanya, ia
bersumpah-sumpah bahwa dia tidak mengetahui tempatnya.
"Kalau kami dapati di tempatmu, mau kamu dibunuh?" tanya
Muhammad.
"Ya," jawab Kinana.
Salah seorang dari mereka ini pernah melihat Kinana sedang
mundar-mandir pada sebuah puing, dan hal ini disampaikan
kepada Nabi. Oleh Nabi diperintahkan supaya puing itu digali
dan dari dalam puing itulah harta simpanan itu dikeluarkan.
Kinana akhirnya dibunuh karena perbuatannya itu.
Sekarang Shafia berada ditangan Muslimin sebagai salah seorang
tawanan perang.
"Shafia adalah ibu Banu Quraidza dan Banu Nadzir. Dia hanya
pantas buat tuan," demikian dikatakan kepada Nabi.
Setelah wanita itu dimerdekakan kemudian ia diperisteri oleh
Nabi seperti biasanya dilakukan oleh orang-orang besar yang
menang perang. Mereka kawin dengan puteri-puteri orang-orang
besar guna mengurangi tekanan karena bencana yang dialaminya
dan memelihara pula kedudukannya yang terhormat.
Kuatir akan timbulnya dendam kepada Rasul dalam hati wanita -
yang baik ayahnya, suaminya atau pun golongannya sudah
terbunuh itu - maka semalaman itu dalam perjalanan pulang dari
Khaibar Abu Ayyub Khalid al-Anshari dengan membawa pedang
terhunus berjaga-jaga di sekitar kemah tempat perkawinan
Muhammad dengan Shafia itu dilangsungkan. Pagi harinya,
setelah Rasul melihatnya, ia ditanya: "Ada apa?"
"Saya kuatir akan keselamatan tuan dari perbuatan wanita itu,"
katanya, "karena ayahnya, suaminya dan golongannya sudah
dibunuh sedang belum selang lama dia masih kafir."
Akan tetapi sampai Muhammad wafat ternyata Shafia sangat setia
kepadanya. Ketika menderita sakit terakhir isteri-isterinya
sedang berada di sekelilingnya, Shafia berkata:
"Ya Nabiullah. Sekiranya saya saja yang menderita sakit ini."
Isteri-isteri Nabi saling mengedipkan mata kepadanya.
"Bersihkan mulutmu," kata Nabi kepada mereka.
"Dari apa ya Nabiullah?" kata mereka pula.
"Dari kedipan matamu kepada teman sejawatmu itu. Demi Allah,
dia sungguh jujur."
Setelah Nabi wafat, Shafia masih mengalami masa khilafat
Mu'awiyah. Pada masa itulah ia meninggal dan dimakamkan di
Baqi'.
***
Sekarang apa yang terjadi dengan para utusan yang telah diutus
oleh Muhammad kepada Heraklius, kepada Kisra, Najasyi dan
raja-raja sekeliling negeri Arab itu? Adakah keberangkatan
mereka itu sebelum perang Khaibar atau mereka turut
mengalaminya juga dan baru kemudian setelah kemenangan berada
di pihak Muslimin mereka berangkat masing-masing menuju
tujuannya? Dalam hal ini pendapat ahli-ahli sejarah masih jauh
sekali berbeda-beda, sehingga sukar sekali kita dapat
mengambil suatu kesimpulan yang lebih pasti. Tetapi menurut
dugaan kami mereka tidak semua berangkat dalam waktu yang
bersamaan; dan keberangkatan mereka ada yang sebelum dan ada
pula yang sesudah Khaibar
Tidak hanya sebuah sumber saja yang menyebutkan, bahwa Dihya
b. Khalifa al-Kalbi pernah mengalami perang Khaibar tetapi dia
juga yang telah pergi membawa surat kepada Heraklius, yang
ketika itu tengah kembali pulang membawa kemenangan setelah ia
berhasil mengalahkan Persia, dan berhasil pula menyelamatkan
Salib Besar yang mereka ambil dari Yerusalem. Dan sudah tiba
pula saatnya ia akan menunaikan nadarnya hendak berziarah ke
Yerusalem dengan berjalan kaki guna mengembalikan salib itu ke
tempatnya semula.
Ketika surat itu disampaikan baginda sudah sampai di kota
Himsh.5 Apakah orang-orangnya sendiri yang menyerahkan surat
itu kepada Heraklius setelah oleh Dihya diserahkan kepada
penguasanya di Bostra, ataukah Dihya yang memimpin rombongan
Arab badui itu - yang setelah di perkenalkan - dia sendiri
yang menyerahkan surat tersebut kepadanya? Juga dalam hal ini
sumber tersebut masih kacau.
Selanjutnya surat itu dibacakan dan diterjemahkan di hadapan
Maharaja. Baginda tidak murka atau geram, juga tidak lalu
merencanakan hendak mengirim angkatan perangnya menyerbu
negeri-negeri Arab. Sebaliknya malah surat itu dibalas dengan
baik sekali. Ini pula agaknya yang menyebabkan beberapa ahli
sejarah salah menduga, dikira baginda telah masuk Islam.
Dalam waktu bersamaan Harith al-Ghassani telah pula
menyampaikan berita kepada Heraklius, bahwa ada seorang utusan
Muhammad datang kepadanya membawa surat. Heraklius melihat isi
surat itu sama seperti yang dikirimkan kepadanya, mengajaknya
memeluk agama Islam. Harith meminta persetujuan baginda hendak
memimpin sendiri sebuah pasukan yang akan menghajar orang yang
mendakwakan diri nabi itu. Akan tetapi menurut Heraklius lebih
baik Harith berada di Yerusalem bila baginda nanti berziarah,
supaya perayaan mengembalikan salib lebih meriah adanya, dan
orang yang menyerukan agama baru itu tak usah dipedulikan.
Tidak terlintas dalam pikirannya, bahwa tidak akan selang
berapa tahun lagi Yerusalem dan Syam itu sudah akan berada
dibawah panji Islam pula, bahwa ibukota Islam akan pindah ke
Damsyik dan bahwa pertentangan antara negeri-negeri Islam
dengan kemaharajaan Rumawi baru menjadi reda setelah
Konstantinopel dalam tahun 1453 dikuasai oleh pihak Turki,
gerejanya yang besar diubah menjadi mesjid, sehingga itu Nabi
yang oleh Heraklius dicoba hendak ditaklukkannya dengan cara
tanpa menghiraukannya, namanya tertulis dalam bangunan itu,
dan selama berabad-abad gereja itu tetap menjadi mesjid,
sampai akhirnya oleh Muslimin Turki ia diubah lagi menjadi
sebuah museum kesenian Rumawi.
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Khaibar3.html
oleh Muhammad Husain Haekal
Muhammad memperlakukan Yahudi Khaibar tidak sama seperti
terhadap Yahudi Banu Qainuqa dan Banu Nadzir tatkala mereka
dikosongkan dari kampung halaman itu; sebab dengan jatuhnya
Khaibar ini ia sudah merasa terjamin dari adanya bahaya Yahudi
dan yakin pula bahwa mereka samasekali tidak akan bisa lagi
mengadakan perlawanan. Di sainping itu di Khaibar terdapat
pula beberapa perkebunan, ladang dan kebun-kebun kurma. Semua
ini masih memerlukan tenaga-tenaga ahli yang cukup banyak
untuk mengolahnya dan yang akan dapat pula mengurus pengolahan
itu dengan cara yang sebaik-baiknya. Kendatipun
pengikut-pengikut Medinah terdiri dari penduduk yang bercocok
tanam, tanah mereka pun sangat pula memerlukan tenaga mereka,
namun mengingat, bahwa Nabi juga sangat memerlukan tentara
untuk angkatan perangnya, maka ia tidak suka membiarkan mereka
semua itu dalam bercocok tanam. Dalam pada itu orang-orang
Yahudi Khaibar tetap bekerja meskipun kekuasaan politik mereka
sudah runtuh demikian rupa yang juga mempengaruhi kegiatan
mereka, sehingga dari segi pertanian dan perkebunan pun cepat
sekali Khaibar mengalami kemunduran dan kehancuran; padahal
sudah begitu baik Nabi memperlakukan penduduk daerah itu, di
samping Abdullah b. Rawaha utusan Nabi kepada mereka yang
cukup adil, setiap tahun mengadakan pembagian hasil dengan
mereka. Demikian baiknya Nabi memperlakukan penduduk Yahudi
Khaibar itu sehingga tatkala kaum Muslimin menyerbu mereka,
dan diantara barang-barang rampasan perang itu terdapat juga
ada beberapa buah kitab Taurat, ketika oleh pihak Yahudi
diminta, maka oleh Nabi diperintahkan supaya kitab-kitab itu
diserahkan kembali kepada mereka. Ia tidak sampai berbuat
seperti yang pernah dilakukan oleh pihak Rumawi ketika
menaklukkan Yerusalem. Kitab-kitab suci itu oleh mereka
dibakar dan diinjak-injak dengan telapak kaki. Juga ia tidak
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh pihak Nasrani
dalam perang menindas kaum Yahudi Andalusia (Spanyol).
Kitab-kitab Taurat itu oleh mereka juga dibakar.
Setelah Yahudi Khaibar minta damai - selama Muslimin mengepung
mereka di perbentengan Watih dan Sulalim, Nabi telah mengutus
orang kepada penduduk Fadak3 dengan maksud supaya mereka mau
menerima ajakannya atau menyerahkan harta-benda mereka.
Mengetahui peristiwa yang sudah terjadi di Khaibar, penduduk
Fadak sudah merasa ketakutan sekali. Persetujuan diadakan
dengan menyerahkan separo harta mereka tanpa pertempuran.
Kalau daerah Khaibar menjadi milik Muslimin karena mereka yang
telah berjuang membebaskannya, maka Fadak untuk Muhammad
karena pihak Muslimin tidak memperolehnya dengan pertempuran.
Selesai semua itu Rasul pun berkemas-kemas hendak kembali ke
Medinah melalui Wadi'l-Qura.4 Akan tetapi pihak Yahudi daerah
ini sudah menyiapkan diri hendak menyerang Muslimin. Dan
pertempuran segera pecah. Tetapi mereka juga terpaksa menyerah
dan minta damai seperti halnya dengan pihak Khaibar.
Sebaliknya golongan Yahudi Taima, mereka bersedia membayar
jizya (pajak) tanpa terjadi peperangan atau pertempuran.
Dengan demikian semua orang Yahudi tunduk kepada kekuasaan
Nabi, dan berakhir pulalah semua kekuasaan mereka di seluruh
jazirah. Dari jurusan utara ke Syam sekarang Muhammad sudah
tidak kuatir lagi, sama halnya seperti dulu, dari jurusan
selatan juga ia sudah tidak kuatir lagi setelah adanya
Perjanjian Hudaibiya.
Dengan habisnya kekuasaan Yahudi itu, maka kebencian pihak
Muslimin - terutama kaum Anshar - terhadap kepada mereka jadi
berkurang sekali. Bahkan mereka menutup mata terhadap beberapa
orang Yahudi yang kembali ke Yathrib. Dan Nabi berdiri
bersama-sama dengan orang-orang Yahudi yang sedang berkabung
terhadap kematian Abdullah b. Ubayy dan menyatakan turut
berdukacita pula kepada anaknya. Kepada Mu'adh b. Jabal pun
dipesannya untuk tidak membujuk orang-orang Yahudi itu dari
agama Yahudinya. Juga pajak jizya tidak dikenakan kepada
orang-orang Yahudi Bahrain meskipun mereka tetap berpegang
pada keyakinan agama mereka. Dengan Yahudi Banu Ghazia dan
Banu 'Aridz dibuat pula persetujuan bahwa mereka akan
memperoleh dhimma (perlindungan) dan kepada mereka dikenakan
pula pajak.
Ringkasnya, pihak Yahudi itu sekarang tunduk kepada kekuasaan
kaum Muslimin. Kedudukan mereka di negeri-negeri Arab sudah
berantakan dan mereka pun terpaksa meninggalkan daerah itu.
Tadinya mereka di tempat itu sebagai golongan yang dipertuan,
sampai selesai mereka itu dikeluarkan, yang menurut satu
pendapat sejak semasa hidup Rasul, pendapat lain mengatakan
setelah Rasul wafat.
Akan tetapi tunduknya penduduk Khaibar dan golongan Yahudi
lainnya di seluruh jazirah itu tidak terjadi sekaligus setelah
mereka jatuh. Bahkan akibat kejatuhan mereka itu hati mereka
masih penuh memikul kebencian dan dendam yang kotor sekali.
Zainab bint'l-Harith isteri Sallam b. Misykam pernah
menyampaikan hadiah daging domba kepada Muhammad - setelah ia
merasa aman dan setelah ada perjanjian perdamaian dengan pihak
Khaibar. Ketika ia dan sahabat-sahabat sedang duduk hendak
memakan daging itu, Nabi 'a.s. mengambil bagian kakinya dan
sudah akan mulai di kunyah, tapi tidak sampai ditelannya.
Dalam pada itu Bisyr bin'l-Bara' yang duduk makan bersama-sama
telah pula mengambil daging itu sekerat. Tapi Bisyr lalu
menelannya sekaligus. Sedang Rasul memuntahkannya kembali
seraya katanya.
"Ada tanda-tanda tulang ini beracun."
Kemudian Zainab dipanggil, dan ia pun mengaku. Lalu katanya:
"Tuan telah mengadakan tindakan terhadap golongan saya seperti
sudah tuan ketahui." Lalu kataku: "Kalau dia seorang raja, aku
sudah lega; kalau dia seorang nabi tentu dia akan diberi
tahu!"
Akibat makan daging itu Bisyr kemudian meninggal dunia.
Dalam hal ini ahli-ahli sejarah masih berbeda pendapat.
Tetapi sebahagian besar menyatakan, bahwa Nabi telah memaafkan
Zainab, dan sangat menghargai sekali alasannya mengingat
malapetaka yang telah menimpa ayah dan suaminya itu. Disamping
itu ada juga yang mengatakan bahwa dia pun dibunuh karena
Bisyr yang telah mati diracun itu.
Sebenarnya perbuatan Zainab itu telah menimbulkan kesan yang
dalam sekali di dalam hati kaum Muslimin. Peristiwa-peristiwa
yang timbul sesudah Khaibar membuat mereka tidak percaya lagi
kepada orang-orang Yahudi. Bahkan mereka kuatir akan segala
akibat tipu muslihat yang akan dilakukan secara perseorangan,
setelah secara massal mereka dapat dihancurkan. Shafia bt.
Huyayy b. Akhtab dari Banu Nadzir termasuk salah seorang
tawanan yang oleh kaum Muslimin diambil dari benteng Khaibar.
Dia isteri Kinana bin'l-Rabi'. Setahu pihak Muslimin, di
tangan Kinana inilah harta-benda Banu Nadzir itu disimpan.
Ketika Nabi menanyakan harta itu kepadanya, ia
bersumpah-sumpah bahwa dia tidak mengetahui tempatnya.
"Kalau kami dapati di tempatmu, mau kamu dibunuh?" tanya
Muhammad.
"Ya," jawab Kinana.
Salah seorang dari mereka ini pernah melihat Kinana sedang
mundar-mandir pada sebuah puing, dan hal ini disampaikan
kepada Nabi. Oleh Nabi diperintahkan supaya puing itu digali
dan dari dalam puing itulah harta simpanan itu dikeluarkan.
Kinana akhirnya dibunuh karena perbuatannya itu.
Sekarang Shafia berada ditangan Muslimin sebagai salah seorang
tawanan perang.
"Shafia adalah ibu Banu Quraidza dan Banu Nadzir. Dia hanya
pantas buat tuan," demikian dikatakan kepada Nabi.
Setelah wanita itu dimerdekakan kemudian ia diperisteri oleh
Nabi seperti biasanya dilakukan oleh orang-orang besar yang
menang perang. Mereka kawin dengan puteri-puteri orang-orang
besar guna mengurangi tekanan karena bencana yang dialaminya
dan memelihara pula kedudukannya yang terhormat.
Kuatir akan timbulnya dendam kepada Rasul dalam hati wanita -
yang baik ayahnya, suaminya atau pun golongannya sudah
terbunuh itu - maka semalaman itu dalam perjalanan pulang dari
Khaibar Abu Ayyub Khalid al-Anshari dengan membawa pedang
terhunus berjaga-jaga di sekitar kemah tempat perkawinan
Muhammad dengan Shafia itu dilangsungkan. Pagi harinya,
setelah Rasul melihatnya, ia ditanya: "Ada apa?"
"Saya kuatir akan keselamatan tuan dari perbuatan wanita itu,"
katanya, "karena ayahnya, suaminya dan golongannya sudah
dibunuh sedang belum selang lama dia masih kafir."
Akan tetapi sampai Muhammad wafat ternyata Shafia sangat setia
kepadanya. Ketika menderita sakit terakhir isteri-isterinya
sedang berada di sekelilingnya, Shafia berkata:
"Ya Nabiullah. Sekiranya saya saja yang menderita sakit ini."
Isteri-isteri Nabi saling mengedipkan mata kepadanya.
"Bersihkan mulutmu," kata Nabi kepada mereka.
"Dari apa ya Nabiullah?" kata mereka pula.
"Dari kedipan matamu kepada teman sejawatmu itu. Demi Allah,
dia sungguh jujur."
Setelah Nabi wafat, Shafia masih mengalami masa khilafat
Mu'awiyah. Pada masa itulah ia meninggal dan dimakamkan di
Baqi'.
***
Sekarang apa yang terjadi dengan para utusan yang telah diutus
oleh Muhammad kepada Heraklius, kepada Kisra, Najasyi dan
raja-raja sekeliling negeri Arab itu? Adakah keberangkatan
mereka itu sebelum perang Khaibar atau mereka turut
mengalaminya juga dan baru kemudian setelah kemenangan berada
di pihak Muslimin mereka berangkat masing-masing menuju
tujuannya? Dalam hal ini pendapat ahli-ahli sejarah masih jauh
sekali berbeda-beda, sehingga sukar sekali kita dapat
mengambil suatu kesimpulan yang lebih pasti. Tetapi menurut
dugaan kami mereka tidak semua berangkat dalam waktu yang
bersamaan; dan keberangkatan mereka ada yang sebelum dan ada
pula yang sesudah Khaibar
Tidak hanya sebuah sumber saja yang menyebutkan, bahwa Dihya
b. Khalifa al-Kalbi pernah mengalami perang Khaibar tetapi dia
juga yang telah pergi membawa surat kepada Heraklius, yang
ketika itu tengah kembali pulang membawa kemenangan setelah ia
berhasil mengalahkan Persia, dan berhasil pula menyelamatkan
Salib Besar yang mereka ambil dari Yerusalem. Dan sudah tiba
pula saatnya ia akan menunaikan nadarnya hendak berziarah ke
Yerusalem dengan berjalan kaki guna mengembalikan salib itu ke
tempatnya semula.
Ketika surat itu disampaikan baginda sudah sampai di kota
Himsh.5 Apakah orang-orangnya sendiri yang menyerahkan surat
itu kepada Heraklius setelah oleh Dihya diserahkan kepada
penguasanya di Bostra, ataukah Dihya yang memimpin rombongan
Arab badui itu - yang setelah di perkenalkan - dia sendiri
yang menyerahkan surat tersebut kepadanya? Juga dalam hal ini
sumber tersebut masih kacau.
Selanjutnya surat itu dibacakan dan diterjemahkan di hadapan
Maharaja. Baginda tidak murka atau geram, juga tidak lalu
merencanakan hendak mengirim angkatan perangnya menyerbu
negeri-negeri Arab. Sebaliknya malah surat itu dibalas dengan
baik sekali. Ini pula agaknya yang menyebabkan beberapa ahli
sejarah salah menduga, dikira baginda telah masuk Islam.
Dalam waktu bersamaan Harith al-Ghassani telah pula
menyampaikan berita kepada Heraklius, bahwa ada seorang utusan
Muhammad datang kepadanya membawa surat. Heraklius melihat isi
surat itu sama seperti yang dikirimkan kepadanya, mengajaknya
memeluk agama Islam. Harith meminta persetujuan baginda hendak
memimpin sendiri sebuah pasukan yang akan menghajar orang yang
mendakwakan diri nabi itu. Akan tetapi menurut Heraklius lebih
baik Harith berada di Yerusalem bila baginda nanti berziarah,
supaya perayaan mengembalikan salib lebih meriah adanya, dan
orang yang menyerukan agama baru itu tak usah dipedulikan.
Tidak terlintas dalam pikirannya, bahwa tidak akan selang
berapa tahun lagi Yerusalem dan Syam itu sudah akan berada
dibawah panji Islam pula, bahwa ibukota Islam akan pindah ke
Damsyik dan bahwa pertentangan antara negeri-negeri Islam
dengan kemaharajaan Rumawi baru menjadi reda setelah
Konstantinopel dalam tahun 1453 dikuasai oleh pihak Turki,
gerejanya yang besar diubah menjadi mesjid, sehingga itu Nabi
yang oleh Heraklius dicoba hendak ditaklukkannya dengan cara
tanpa menghiraukannya, namanya tertulis dalam bangunan itu,
dan selama berabad-abad gereja itu tetap menjadi mesjid,
sampai akhirnya oleh Muslimin Turki ia diubah lagi menjadi
sebuah museum kesenian Rumawi.
http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Khaibar3.html
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Kenapa muslim satu ini cuma bisa maen copas panjang lebar doank ??? Copas panjang lebar tanpa penjelasan apapun itu cuma menunjukkan ke*********** seseorang.
Copas itu cukup yg penting2 saja. Dan tunjukkan apa maksud copas tsb. Mendukung, membantah, menjelaskan atau apa ???
Atau kau sendiri ndak tahu apa tujuan dari copas mu itu disini ???
Copas itu cukup yg penting2 saja. Dan tunjukkan apa maksud copas tsb. Mendukung, membantah, menjelaskan atau apa ???
Atau kau sendiri ndak tahu apa tujuan dari copas mu itu disini ???
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
@F-22
Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang apakah sebenarnya yang ingin anda sampaikan?
Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang apakah sebenarnya yang ingin anda sampaikan?
Khalifah7- SERSAN DUA
-
Age : 44
Posts : 72
Kepercayaan : Islam
Location : Madinah
Join date : 30.10.14
Reputation : 1
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Tentu bisa donk ................. aku ingin menyampaikan kalo islam itu sebenarnya bukan spt yg dibayangkan oleh muslim2 disini.Khalifah7 wrote:@F-22
Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang apakah sebenarnya yang ingin anda sampaikan?
Islam yg diajarkan muhammad aslinya sangat kejam, sadis, brutal, tidak toleran dst. Cuma sejarah islam yg diajarkan disini adalah sejarah islam hasil sensoran. Kisah2 kebrutalan islam/muhammad spt maksa orang masuk islam, memperbudak anak2 & wanita dll tidak pernah diceritakan.
Makanya banyak muslim yg terkaget2 ketika disodorkan sejarah islam yg asli.
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
F-22 wrote:Tentu bisa donk ................. aku ingin menyampaikan kalo islam itu sebenarnya bukan spt yg dibayangkan oleh muslim2 disini.Khalifah7 wrote:@F-22
Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang apakah sebenarnya yang ingin anda sampaikan?
Islam yg diajarkan muhammad aslinya sangat kejam, sadis, brutal, tidak toleran dst. Cuma sejarah islam yg diajarkan disini adalah sejarah islam hasil sensoran. Kisah2 kebrutalan islam/muhammad spt maksa orang masuk islam, memperbudak anak2 & wanita dll tidak pernah diceritakan.
Makanya banyak muslim yg terkaget2 ketika disodorkan sejarah islam yg asli.
ic .... jadi point nya ...
TS ingin menyampaikan bagaimana pandangan TS tentang Islam ...
TS ingin meyakinkan pandangan pribadi dia tentang Islam
ya silahkan saja .... acara infotainment di tv pun boleh kok memberi pandangan pribadi tanpa dalil
dee-nee- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 8645
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 02.08.12
Reputation : 182
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
F-22 wrote:Tentu bisa donk ................. aku ingin menyampaikan kalo islam itu sebenarnya bukan spt yg dibayangkan oleh muslim2 disini.Khalifah7 wrote:@F-22
Bisakah anda menjelaskan lebih rinci tentang apakah sebenarnya yang ingin anda sampaikan?
Islam yg diajarkan muhammad aslinya sangat kejam, sadis, brutal, tidak toleran dst. Cuma sejarah islam yg diajarkan disini adalah sejarah islam hasil sensoran. Kisah2 kebrutalan islam/muhammad spt maksa orang masuk islam, memperbudak anak2 & wanita dll tidak pernah diceritakan.
Makanya banyak muslim yg terkaget2 ketika disodorkan sejarah islam yg asli.
Baiklah saya mengerti apa yang anda maksudkan tentang Islam, tapi yang ingin saya pastikan adalah, apa hubungan pernyataan anda diatas dengan pembahasan anda yang ini?
Khalifah7- SERSAN DUA
-
Age : 44
Posts : 72
Kepercayaan : Islam
Location : Madinah
Join date : 30.10.14
Reputation : 1
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Wah wah wah ........ ndak tau ini cuma perasaanku ajah atau memang kenyataannya spt ini. Rasanya aku koq spt menghadapi anak balita yah ????Khalifah7 wrote:Baiklah saya mengerti apa yang anda maksudkan tentang Islam, tapi yang ingin saya pastikan adalah, apa hubungan pernyataan anda diatas dengan pembahasan anda yang ini?
Trit ini dibuat sbg bukti/referensi kalo islam yg diajarkan muhammad adalah agama yg sadis, brutal, tidak toleran dst. Lha kalo aku cuma asal menuduh tanpa bukti/referensi apapun ya malu dunk, ya ndak ???
Gimana ........ otakmu sdh bisa nangkep belum maksud & tujuan dr trit ini ??? Kalo belum, coba kau ikut psikotest dulu, IQ mu berapa ???
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
F-22 wrote:Wah wah wah ........ ndak tau ini cuma perasaanku ajah atau memang kenyataannya spt ini. Rasanya aku koq spt menghadapi anak balita yah ????Khalifah7 wrote:Baiklah saya mengerti apa yang anda maksudkan tentang Islam, tapi yang ingin saya pastikan adalah, apa hubungan pernyataan anda diatas dengan pembahasan anda yang ini?
Trit ini dibuat sbg bukti/referensi kalo islam yg diajarkan muhammad adalah agama yg sadis, brutal, tidak toleran dst. Lha kalo aku cuma asal menuduh tanpa bukti/referensi apapun ya malu dunk, ya ndak ???
Gimana ........ otakmu sdh bisa nangkep belum maksud & tujuan dr trit ini ??? Kalo belum, coba kau ikut psikotest dulu, IQ mu berapa ???
Jadi, tidak ada hubungannya pernyataan anda yang di atas dengan thread ini ya?
Agar tidak OT, saya ganti pertanyaan deh, menurut anda, apa kah alasan sebenarnya pengusiran Yahudi di Khaibar?
Pembahasan yang saya lihat dari anda, dari atas hingga bawah, tidak satupun anda menyebutkan tentang alasan pengusiran tersebut. Silahkan anda berspeksi, keluarkan semua opini anda, keluar semua pemikiran kuat yang bisa anda pikirkan saat ini. Monggo...
Khalifah7- SERSAN DUA
-
Age : 44
Posts : 72
Kepercayaan : Islam
Location : Madinah
Join date : 30.10.14
Reputation : 1
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Sudah dibaca belum?F-22 wrote:Kenapa muslim satu ini cuma bisa maen copas panjang lebar doank ??? Copas panjang lebar tanpa penjelasan apapun itu cuma menunjukkan ke*********** seseorang.
Copas itu cukup yg penting2 saja. Dan tunjukkan apa maksud copas tsb. Mendukung, membantah, menjelaskan atau apa ???
Atau kau sendiri ndak tahu apa tujuan dari copas mu itu disini ???
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Ngapain harus dibaca ??? Memangnya kau yakin ada netter disini termasuk muslim ada yg membaca semua copas ndak jelas di atas ???isaku wrote:Sudah dibaca belum?F-22 wrote:Kenapa muslim satu ini cuma bisa maen copas panjang lebar doank ??? Copas panjang lebar tanpa penjelasan apapun itu cuma menunjukkan ke*********** seseorang.
Copas itu cukup yg penting2 saja. Dan tunjukkan apa maksud copas tsb. Mendukung, membantah, menjelaskan atau apa ???
Atau kau sendiri ndak tahu apa tujuan dari copas mu itu disini ???
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
ini klo maen bola namanya counter attack bung :lol:kaum muslimin diserang ya serang balikF22 wrote:Muhammad menyerang & mengancam suku2 yahudi di arab. Krn takut mereka akhirnya menyerah. Tanah yg mereka miliki turun-temurun selama berabad2 akhirnya menjadi milik muhammad.
f22 wrote:Dan akhirnya di jaman kalifah umar, suku2 yahudi tsb DIUSIR dari tanah yg telah mereka diami selama berabad2.
klo yahudi ga ikut2an ngepung madinah bareng kafir quraisy ga mungkin diusir lah
satria bergitar- LETNAN DUA
-
Age : 38
Posts : 1396
Location : Karawang
Join date : 08.12.11
Reputation : 59
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
membaca saja g mau coba, macam mana bias pahamF-22 wrote:Ngapain harus dibaca ??? Memangnya kau yakin ada netter disini termasuk muslim ada yg membaca semua copas ndak jelas di atas ???isaku wrote:Sudah dibaca belum?F-22 wrote:Kenapa muslim satu ini cuma bisa maen copas panjang lebar doank ??? Copas panjang lebar tanpa penjelasan apapun itu cuma menunjukkan ke*********** seseorang.
Copas itu cukup yg penting2 saja. Dan tunjukkan apa maksud copas tsb. Mendukung, membantah, menjelaskan atau apa ???
Atau kau sendiri ndak tahu apa tujuan dari copas mu itu disini ???
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
Trit ini berkisah ttg suku yahudi FADAK. Nah skrg tunjukkan kapan suku yahudi fadak pernah ikut2an ngepung madinah ???satria bergitar wrote:klo yahudi ga ikut2an ngepung madinah bareng kafir quraisy ga mungkin diusir lah
F-22- LETNAN SATU
-
Posts : 2414
Kepercayaan : Protestan
Location : Indonesia
Join date : 02.11.12
Reputation : 28
Re: Ingin tahu bagaimana caranya orang yahudi bisa "lenyap" dari tanah arab ???
@ F22
Selama kamu masih mempercayai Wikipedia Bahasa Inggris tentang Islam dan Nabi Muhammad saw, maka pikiran dan perasaanmu akan diliputi KEBENCIAN terhadap ISLAM dan NABI MUHAMMAD SAW. Sebaiknya hentikanlah KEBENCIAN itu, karena tidak diajarkan oleh Yesus.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Similar topics
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terka)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] AMPO Unik Banget Ngolahnya Dari Tanah | BOCAH PETUALANG (01/04/30)
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terka)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Membuat Ampo, Cemilan Siang Bolang Dari Babad Tanah Jawa | Bocah Petualang (06/12/18)
» Muslim tahu ndak bagaimana caranya muhammad & para kalifah meng-islam-kan kapir secara instan di semenanjung arab & sekitarnya ???
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terkait)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Ampo, Cemilan Berkhasiat dari Tanah Liat Khas Tuban
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terkait)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] AMPO, Makanan yang Terbuat dari Tanah Liat Saat Ini Masih Eksis
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terka)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Membuat Ampo, Cemilan Siang Bolang Dari Babad Tanah Jawa | Bocah Petualang (06/12/18)
» Muslim tahu ndak bagaimana caranya muhammad & para kalifah meng-islam-kan kapir secara instan di semenanjung arab & sekitarnya ???
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terkait)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Ampo, Cemilan Berkhasiat dari Tanah Liat Khas Tuban
» [ WAIJB tahu !!! ](yg bisa terkait)[ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] AMPO, Makanan yang Terbuat dari Tanah Liat Saat Ini Masih Eksis
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik