FLU UNTA / MERS masuk sumut

VIRUS MERS MASUK SUMUT
Korban Pernah Berada di Dekat Unta

SUMUTPOS.CO – Pasien suspect Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang meninggal di Medan ternyata pernah berada di dekat unta saat berada di Arab Saudi. Diduga binatang tersebut yang menularkan virus itu kepada korban.

Tim dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, Prof Luhur Soeroso yang yang ikut menangani pasien yang berinisial KHS (64) itu menyatakan, saat tiba di rumah sakit kondisinya sudah memburuk. Gejala yang ditunjukkan secara umum mengarah pada kemungkinan MERS.

“Diketahui ternyata dia memang pernah berada di dekat unta, bisa jadi unta itu yang menularkan kepadanya, atau dari orang lain yang sudah terinfeksi,” kata Luhur Soeroso kepada wartawan di RSUP Haji Adam Malik, Jalan Bunga Lau, Medan, Selasa (6/5).

Secara umum, gejala yang ditunjukkan pasien tersebut mengarah kepada MERS yang mirip dengan H5N1 atau flu burung. Trombosit turun, panas tinggi, dan ada pneumonia.

“Tetapi kita tidak bisa memastikan dia terkena MERS atau tidak karena keluarga tidak mengizinkan dilakukan swap. Tetapi berdasarkan gejalanya, mengarah ke sana,” kata Soeroso.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik pun bersiap menerima pasien-pasien MERS. Luhur Soeroso menyatakan, pihak rumah sakit sudah bersiap menghadapi kemungkinan situasi tersebut. Ruangan untuk perawatan para pasien yang diduga atau suspect MERS juga sudah disiapkan.

“Ruangan flu burung dulu, itu tempat ruang rawat mereka (nanti),” kata Soeroso.

Disebutkan Soeroso, peluang untuk terjangkit virus MERS sangat besar bagi orang yang datang ke Arab Saudi, negara yang menjadi sumber penyebaran virus MERS. Musim haji yang semakin dekat dan banyaknya jamaah umroh yang setiap minggu ke Arab Saudi, termasuk dari Sumut, memperbesar peluang menyebarnya virus itu Sumut.

RSUP Haji Adam Malik sudah berpengalaman menangani pasien pengidap virus H5N1 atau flu burung beberapa tahun silam. Bahkan ada pasien asal Kabupaten Karo yang berhasil disembuhkan. Pasien-pasien itu ditangani di ruangan khusus di rumah sakit tersebut. Ruangan itulah yang akan dipergunakan nanti, yakni Gedung Rawat Infeksius.

“Gejala MERS dan flu burung hampir sama, tapi nanti setelah diperiksa baru diketahui apakah MERS atau bukan,” kata Soeroso.

Dikatakannya, kebanyakan korban yang terkena MERS adalah orang yang berusia 50 tahun ke atas, namun ada juga kasus wanita hamil yang terinfeksi. Selain itu mereka yang menderita diabetes, atau penyakit paru kronis, semakin rentan terjangkit virus itu. (cr-2/ran/wan/rud/smg)

http://sumutpos.co/2014/05/78802/korban-pernah-berada-di-dekat-unta

Gue teringat akan berbagai alasan yang dikeluarin para slim OT selama ini akan haramnya Babi...FLU babi gituloh   

Heran si jin goa hir kagak ngeharamin unta, padahal TUHAN Yahudi ngeharamin unta  

yang mau dibahas disini apa sih ??

- mau bahas flu unta atau flu babi ...
atau mau bahas binatang2 yang diharamkan ??

ga jelas ...

  






- pasti abis ini ... bukannya dijelsin tapi malah ber-spamming2 ala warung infotaniment

 

DILARANG DEBAT DI RUANG BERITA oneng   

1/2 muslimin emang kagak ngerti2 juga   

Bertukar pikiran itu tidak selalu bernama DEBAT, SF berita bisa di jadikan wadah bertukar pikiran mengenai kondisi yang di beritakan

jika masalh virus, sejak ada berbagai virus2 aneh macam SARS, flu burung dsb saya berpendapat kepada teman saya.
"ini senjata biologi", yah saya di tertawain. wajar lah, saya ngomong juga tidaka ada bukti. hanya opini saja, karena saya merasa ko virus ini baru pada saat ini menulari manusia. sehingga menjadi wabah yang sangat berbahaya.

EHAN wrote:Bertukar pikiran itu tidak selalu bernama DEBAT, SF berita bisa di jadikan wadah bertukar pikiran mengenai kondisi yang di beritakan

jika masalh virus, sejak ada berbagai virus2 aneh macam SARS, flu burung dsb saya berpendapat kepada teman saya.
"ini senjata biologi", yah saya di tertawain. wajar lah, saya ngomong juga tidaka ada bukti. hanya opini saja, karena saya merasa ko virus ini baru pada saat ini menulari manusia. sehingga menjadi wabah yang sangat berbahaya.

  

mana nih si mod 5??   

komen:
kalau ratusan ribu bahkan jutaan manusia dari segala penjuru dunia ngumpul di satu tempat, maka yang terjadi adalah penyebaran penyakit yang tidak terkendali..

SEGOROWEDI wrote:
komen:
kalau ratusan ribu bahkan jutaan manusia dari segala penjuru dunia ngumpul di satu tempat, maka yang terjadi adalah penyebaran penyakit yang tidak terkendali..

masa gak ada standart kesehatan?

sering gak ada..
kalaupun ada jarang diterapkan sesuai SOP
risiko penyebaran tak terkendali tetep sangat besar

SEGOROWEDI wrote:
sering gak ada..
kalaupun ada jarang diterapkan sesuai SOP
risiko penyebaran tak terkendali tetep sangat besar

nah masalahnya kan yang digaris bawahi, bukan begitu bro?

prinsipnya ini:
kalau ratusan ribu bahkan jutaan manusia dari segala penjuru dunia ngumpul di satu tempat, maka yang terjadi adalah penyebaran penyakit yang tidak terkendali..

SOP hanya meminimalisir risiko

SEGOROWEDI wrote:prinsipnya ini:
kalau ratusan ribu bahkan jutaan manusia dari segala penjuru dunia ngumpul di satu tempat, maka yang terjadi adalah penyebaran penyakit yang tidak terkendali..

SOP hanya meminimalisir risiko

kalau pemeriksaan kesehatannya bener, ya masa masih ada orang yang menderita penyakit menular bisa lolos? tadi anda katakan sering gak ada malahan? pye sih?

SOP bener hanya meminimalisir risiko..
semakin gak bener, semakin besar risiko
apalagi kalau tanpa SOP