tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
Halaman 1 dari 1 • Share
tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
******** BAGIAN I/IV ********
Semoga menjadi bacaan yang berguna.
... Atas nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang
============================================================
halaman 191
TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Tak ada lagi nabi sesudah Muhammad, dan tidak ada rasul.
Baik nabi yang akan dinamai "pengiring" Muhammad, atau nabi
yang membawa syariat baru. Demikian kepercayaan Ummat sejak
Quran diturunkan.
Nabi Muhammad pun bersabda:
"Tidak ada nabi lagi sesudahku."
Tak ada nabi atau rasul lagi, sebab tidak ada SOAL lagi.
Soal apa lagi yang akan dibawa oleh nabi yang baru? Sedang
masyarakat manusia sudah lebih maju, dan ada jalan
kesanggupan buat mencari Kebenaran Tuhan Yang Maha Esa dan
Kuasa dengan sendirinya. Bukan saja Quran, bahkan kitab
Taurat dan Injil dan Zabur telah dicetak bermilliun
banyaknya. Meskipun menurut kepercayaan Islam, dalam Quran
telah terkumpul intisari dari kitab-kitab terdahulu itu.
Memang! Manusia senantiasa maju dalam mencari Ilmu
pengetahuan. Senantiasa maju didalam mencari rahasia isi
bumi, bahkan bulan dilangitpun telah diselidiki orang.
Tentang kemajuan disudut ini, tidaklah ada diantara kita
yang membantahnya. Tetapi bagaimanapun kemajuan Ilmu
pengetahuan, namun inti dari ilmu pengetahuan itu sudah ada
dalam ajaran Tauhid, yang sudah genap diajarkan oleh
Muhammad. Inti kepercayaan kepada Tuhan sudah cukup, tidak
perlu tambahan lagi dari orang yang mengatakan dirinya nabi
atau dikatakan oleh pengikutnya nabi.
halaman 191
PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Berkali-kali telah dicoba orang juga mendakwakan dirinya
Nabi pula, ada yang sengaja hendak menandingi Muhammad, dan
ada pula yang mengatakan syariat Muhammad telah putus, sebab
nabi baru telah datang membawa syariat baru. Dan ada pula
yang mengatakan bahwa dia, atau guru ikutannya, adalah nabi
pula sesudah Muhammad. Tetapi bukan membawa syariat baru.
Kedatangannya hanyalah hendak menyempurnakan syariat
Muhammad saja.
Berkali-kali orang seperti ini telah datang, tetapi kemudian
ternyata seruannya hilang saja, tidak hidup. Karena
kebesaran Tauhid ajaran Muhammad menelan habis satu
percobaan yang lain. Nabi-nabi dusta tumbang dengan
sendirinya, tidak dapat berurat di bumi ini. Mereka gagal,
karena dustanya, dan karena soal yang dibawanya itu tidak
cukup satu seperseratus dari soal Nubuwwat Muhammad.
halaman 191
AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Di Iran (Persia), sangatlah berpengaruh Mazhab Syiah.
Mazhab ini pada mulanya adalah satu faham politik yang
timbul karena membela hak Ali ibn Abi Thalib menjadi
kalifah. Kaum Syiah terbagi menjadi tiga golongan besar
yaitu Kisaniyah, Ismailiyah dan Itsna' Asyriyah.
Ketiganya mempunyai kepercayaan bahwa Imam mereka yang akhir
adalah ghaib dari dunia dan kelak akan datang lagi ke
dunia. Kaum Kisaniyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah
Muhammad Ali Hanafiah. Sekarang dia masih sembunyi di
salah satu gua di gunung Ridhwan.
Ismailiyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah Imam Ketujuh
yaitu Ismail sendiri. Diapun akan datang kembali. Aga Khan
yang terkenal adalah pemimpin mereka.
Ketiga adalah Itsna' Asyriyah. Inilah mazhab Syiah yang
paling besar pengikut dan pengaruhnya, terutama di tanah
Iran. Apalagi setelah Syah Ismail dapat mendirikan Kerajaan
Shafawi di Iran dan menetapkan mazhab Syiah sebagai mazhab
resmi kerajaan, maka bertambah tertanamlah pengaruh mazhab
ini.
Mazhab ini mempunyai dasar dan tiang kepercayaan bahwa imam
ke-12 yaitu Muhammad bin Hasan Al-'Askary adalah ghaib pula,
dan akan datang kembali di akhir jaman, dan dialah Mahdi.
Apabila dunia ini sudah sangat kacau, apabila kelaliman
sudah bersimaharajalela di dunia, waktu itulah dia akan
datang kembali ke dunia. Adapun sekarang beliau masih
ghaib. Segala raja yang memerintah adalah mewakili beliau.
Ketika Imam ke-12 itu ghaib, beliau meninggalkan empat orang
wakil. Dan setelah wakil-wakil itu wafat, beberapa masa
kemudian Imam yang ghaib akan datang. Lalu dihitung-hitung
tahunnya menurut ilmu huruf (abjad). Sudah berkali-kali
bahaya menimpa Islam; Imam belum juga datang. Sudah jatuh
Baghdad ketangan musuh. Sudah patut dia datang, tapi tak
juga datang. Bermacam-macam cobaan, Imam tidak juga datang.
Dihitung-hitung tahunnya, rupanya sudah berlebih, Imam tidak
juga datang.
Waktu itu timbulah satu firkah yang melepaskan diri dari
Syiah umum, bernama firkah "Syaichiyah." Mereka akhirnya
membulatkan kepercayaan bahwa Mahdi atau Imam Ghaib itu
telah membuat kontak dengan Alam, dengan perantaraan diri
Said Ali Muhammad, yang bergelar Al-Bab atau Bab-Allah.
Dia menyatakan bahwa mahdi yang ditunggu itu adalah dia.
Dan dia membawa syariat baru. Dengan datangnya syariatnya,
putuslah syariat Muhammad. Diapun mempunyai kitab baru.
Namanya "Al-Bayan." Dia lahir pada tahun 1235H.
Tetapi Al-Bab telah membuat pengakuan berlebih dari yang
diharapkan. Sebagian pengikutnya hanya mengakui bahwa dia
Al-Bab. Seba itu terbitlah pertentangannya dengan Haji
Muhammad Karim Chan Al-Karmani, yang mengakuinya hanya
sebagai Al-Bab (pintu) menghubungkan Imam yang ghaib dengan
mahluk. Sedang dia mengaku bahwa dia sendirilah Mahdi itu
dan dialah Imam yang ghaib.
Pengikutnya bernama Babiyah. Oleh Sultan Nasiruddin Syah,
kaum Babiyah ini disapu bersih. Bab itu sendiri dihukum
bunuh.
Bahai-yah. Setelah Al-Bab mati dibunuh, dipercayakanyalah
pimpinan sisa-sisa pengikutnya kepada Bahaullah, muridnya
yang terpandai. Setelah pimpinan jatuh ketangannya, tiba
pulalah bahwa dia adalah rasul dan nabi yang berdiri
sendiri, membawa syariat sendiri dan berkitab suci sendiri.
Adapun Al-Bab hanyalah nabi mendahului dia, serupa Yahya
mendahului Isa. Maka kalau Al-Bab sebagai Mahdi
"Al-Muntazar" (yang ditunggu), dia adalah Al-Masih,
"Al-Mau'ud" (yang dijanjikan akan turun), Al-Bab membawa
kitab bernama Al-Bayan. Diapun membawa kitab pula. Katanya
bernama Al-Aqdas. Dengan kedatangannya maka habis pulalah
--katanya-- tugas agama Bab Allah! Dia lahir tahun 1817 dan
meninggal 1892.
Bukan saja dia Bahaullah, tetapi diapun Jamamullah. Al-Bab
bergelar Al-Qaim. Dia bergelar Al-Qayyum. Wadjahnya
bersinar diantara langit dan bumi sebagai intanpermata yang
gilang-gemilang. Syariat Muhammad, terutama tentang jihad,
telah di-mansuch-kan, karena kedatangan syariatnya.
Oleh Sultan Nasiruddin Syah dia dibuang ke Baghdad, kemudian
dipindahkan oleh pemerintah Turki, mulanya ke Istambul,
kemudian ke Adrianopel, dan akhirnya ke Acre. Sebagaimana
pecahnya dengan Al-Bab dan pecahnya Al-Bab dengan Muhammad
Karim Chan, maka Bahaullah pun berpecah pula dengan saudara
kandungnya Mirza Yahya yang bergelar Shubhi Azal.
Agama Bahai ini dapat hidup di Eropa dan Amerika. Terutama
setelah puteranya Abdul Baha' datang ke Amerika di tahun
1912. Dia menarik hati beberapa orang Amerika, sebab dia
"menghapuskan syariat Muhammad," terutama jihad. Artinya,
kalau menurut syariat Bahaullah, apapun yang terjadi, kita
tidak boleh mempertahankan agama kita dengan kekerasan,
kecuali kalau sudah sangat terdesak. (Bukankah Agama Islam
pun memakai kekerasan kalau sudah sangat terdesak?).
******** BAGIAN II/IV ********
halaman 193
AHMADIYAH
^^^^^^^^^
Mirza Ghulam Ahmad di Qadiyan India-pun mendakwakan pula
dirinya Mahdi dan Isa. Jadi sekaligus keduanya, berbeda
dengan Al-Bab dan Bahaullah. Diapun menerima wahyu-wahyu
Illahi, menurut dakwanya. Tetapi ada perbedaan sedikit,
karena Mirza Ghulam Ahmad, katanya, bukanlah menghapuskan
syariat Muhammad dengan syariat yang baru. Dia adalah Nabi
Pengiring. Dialah Mahdi yang ditunggu dan Isa yang
dijanjikan, dan dia pulalah Mujaddid yang mesti datang tiap
seratus tahun sekali.
Pengikut Mirza Ghulam Ahmad pun pecah menjadi dua pula.
Keduanya sama-sama bernama Ahmadiyah. Pertama, Ahmadiyah
Qadiyan, mempunyai Kalifatul-Masih yaitu Kalifah dari Mirza
Ghulam Ahmad sendiri. Golongan Lahore memisahkan diri dan
mengakui Mirza Ghulam Ahmad hanyalah semata-mata guru dan
mujaddid. Terjadi pertentangan diantara keduanya, karena
golongan Qadiyan menuduh kafir golongan Lahore karena hanya
mengakui mujaddid saja. Golongan Lahore yang memisahkan
diri itu dikepalai oleh Maulana Mohammad Ali dan Kawaya
Kamaluddin.
Kedua golongan Ahmadiyah ini sama-sama berusaha menyiarkan
Islam, tetapi melalui dasar faham mereka lebih dahulu, yaitu
Mirza Ghulam Ahmad (Al-Masih al-Mau'ud) bagi Qadiyani, dan
Mirza Ghulam Ahmad (Mujaddid Abad ke-20) bagi kaum Lahore.
halaman 194
PENDAPAT KITA
^^^^^^^^^^^^^
Haruslah kita selidiki bagaimana besarnya pengaruh
kepercayaan kaum Syiah, terutama di Iran dan juga di
Hidustan. Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib, Imam Mahdi
akan datang kembali dan Nabi Isa akan turun, dan Isa dan
Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam di
kalangan Syiah, sehingga menjadi salah satu rukun
kepercayaan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari agama.
Kadang-kadang Ahli Sunnah-pun turut juga menerima
kepercayaan ini, walupun tidak menjadi dasar benar-benar.
Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan
kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi. Maka tidaklah kita heran,
kalu dari kedua negeri inilah timbul orang-orang yang
mendakwakan dirinya nabi, atau rasul, atau Mahdi, atau
Al-Bab (pintu), atau Imam yang Ghaib telah datang, atau
didakwakan oleh muridnya.
Kita tetap memegang pendirian Ahli Sunnah, bahwa sesudah
Muhammad tidak akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah
habis. kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah yang
akan kita tetapkan? Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza
Ali Muhammad (Al-Bab), atau Bahaullah? Atau kita akui
semuanya, padahal diantara satu sama lain berlawanan pula.
Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang lain yang
akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti.
Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka
dia membawa syariat baru, tidak bolehkah Mahatma Gandhi
dikatakan pula nabi? Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang
juga menyerukan perdamaian dunia.
Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan yang sama untuk
menolak pendirian umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala
Nabi," dengan ayat "Khataman Nabiyyin." Menurut qiraat
(bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim."
Tetapi artinya adalah "Khatim." Khatam artinya cincin, dan
Khatim artinya penutup.
Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi. Kalau
sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi Muhammad
itu tidak nabi lagi, hanyalah cincin perhiasan segala
nabi-nabi. Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin
itu sendiri.
Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa
tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata
dengan hambanya. Tidaklah akan putus sampai hari kiamat
orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya. Tidaklah
akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat.
Tentang itu Ahli Sunnah-pun mengakui juga. Di kalangan
sahabat Nabi, ketika Nabi masih hidup terdapatlah orang
istimewa yang demikian. Yaitu Umar bin Khattab. Sehingga
Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya jika ada nabi
sesudahku, niscaya Umarlah orang itu. Tetapi tidak ada lagi
nabi sesudahku.
Mengapa tidak? Nabi Muhammad sendiri menjelaskan bahwa
"Ulama-ulama umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi
Bani Israil." Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas,
maka seluruh ulama yang berjasa membangun Islam, patutlah
disebut nabi. Imam Al-Ghazali, Imam ul Haramain, Ibnu
Taimiyah, dan muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu
Abdil Wahhab, dan Said Jamaluddin Al-Afghani, dan Syeh
Muhammad Abduh dan Said Rasyid Ridha, patutlah disebut
sebagai nabi. Karena mereka dalam sifat keulamaannya
samalah jasanya dengan nabi-nabi Bani Israil. Dan orang
Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama patutlah menyebut
kyai besarnya Hasyim Ashari sebagai nabi, sebab jasanya
besar pula. Demikian pula Muhammadiyah dengan Kyai H.A.
Dahlannya.
Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan
wahyu Illahi. Karena mereka berfaham Ahli Sunnah, tidaklah
mereka berani mengatakan dirinya nabi. Dan kalau mereka
mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka.
Kalimat wahyu suci yang diberikan Tuhan, oleh faham Ahli
Sunnah telah ditentukan buat rasul dan nabi.
Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif
atau ilham, atau mimpi yang benar, atau mahaddas. Kalau
wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu
benar juga dari segi lain. Lebah menurut Sabda Tuhan
didalam Quran, mendapat wahyu untuk membuat sarangnya di
bukit dan di bubungan rumah. Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan
supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil. Dan
lebah bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus
dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di bukit
dan di bubungan rumah. Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi.
******** BAGIAN III/IV ********
halaman 195
HADIST MAHDI DAN ISA
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Al-Quran tidaklah memberikan tuntunan yang tegas tentang
akan turunnya Mahdi dan Isa di akhir jaman. Padahal tiga
orang yang mengaku dirinya Nabi atau Rasul di jaman ini
(Mirza Ghulam Ahmad, Miza Ahli Muhammad dan Bahaullah),
belum dapat menegakkan pendakwaan itu, kalau tidak berdasar
kepada hadis-hadis tentang turunnya Mahdi dan Isa itu.
Seratus tahun sesudah Nabi Muhammad wafat, barulah orang
mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan hadis. Yang lebih
dahulu dikumpulkan hanyalah Quran. Jadi dalam masa 100
tahun adalah masa "kosong" yang merupakan kesempatan untuk
membuat hadis bagi golongan-golongan yang bertentangan.
Terutama kaum Syiah. Payahlah ulama hadis menjaring hadis
mana yang masyhur, mana yang shahih, mana yang dhaif dan
mana yang maudhu. Pertentangan-pertentangan yang maha hebat
di waktu itu di antara beberapa firkah yang timbul karena
politik, menimbulkan golongan-golongan yang sampai hati
membuat hadis-hadis palsu, sehingga payah menjaringnya
setelah ilmu hadis muncul sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Ibnu Khuldun didalam "Muqaddamah" tarikhnya mengkaji
satu-persatu hadis Mahdi itu dan menyelidiki sanad serta
matannya sedalam-dalamnya, sehingga kemudian diambil
kesimpulan bahwasanya sebagian besar dari hadis ini tidak
dapat diterima. Oleh sebab itu maka kaum Ahli Sunnah
tidaklah menjadikan hadis-hadis Mahdi atau nuzul Isa itu
menjadi pokok kepercayaan prinsipiil.
Ulama tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya Nabi Isa.
Lebih-lebih telah tersebut pula dalam satu hadis, bahwa
"Mahdi itu tidak lain adalah Isa." Mereka perbincangkan
apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan kelangit,
ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan
manusia. Tuhan bersabda tentang Nabi Isa:
"Sesungguhnya Aku mewafatkan engkau
dan mengangkatkan engkau kepadaKu."
Orang yang memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa belum mati,
dan hanya menguatkan bahwa Nabi Isa diangkat ke langit
dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain dari
kata "wafat" itu. Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa
mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir
bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau
diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang
mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit,
melainkan ke hadirat Tuhan.
Baik orang Bahai dan orang Ahmadi memegang tafsir yang
menyatakan bahwa Nabi Isa telah wafat, telah mati. Dan
kemudian dari hal itu, merekapun menguatkan bahwa Nabi Isa
akan datang kembali. Yang datang itu bukan Isa Israili yang
dahulu, karena dia telah jelas meninggal. Yang ditunggu
kedatangannya sebagaimana tersebut dalam hadis adalah orang
lain yang membawa sifat-sifat Isa. Kata orang Bahai orang
itu adalah Bahaullah. Kata orang Ahmadi, orang itu adalah
Mirza Ghulam Ahmad.
Sebenarnya kepercayaan tentang akan datangnya Mahdi diakhir
zaman, atau Nabi Isa akan datang kembali, atau Messiah
menurut kepercayaan Yahudi, atau Buddha Gautama bagi orang
beragama Buddha, mendalam juga dalam kalangan kaum Syiah
yang selalu menunggu-nunggu kembalinya Imam mereka yang
ghaib. Ismailliyah menunggu Ismail. Istna Asyriyah menunggu
Muhammad bin Hasan Al-Askary, Imam Syiah ke-12. Kisaniyah
menunggu datangnya kembali Muhammad bin Ali Hanafiyah.
Semuanya itu sekarang tengah ghaib dan akan datang kembali!
Kepercayaan seperti inipun mendalam pula pada setengah
penganut tasawuf, yang mempercayai bahwa alam diatur oleh
wali-wali Allah yang bernama "Watad," dan "Badal," dan
"Quthub." "Quthub" itu adalah ghaib pula. Di Indonesia
kepercayaan ini sangat mendalam dalam filsafat kejawen yang
menunggu kedatangan Ratu Adil.
Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dialah yang
ditunggu-tunggu itu. Dialah Isa Al-Masih yang dijanjikan,
dia pula Mahdi yang ditunggu-tunggu. Dan karena ada pula
sebuah hadis menyatakan bahwa setiap 100 tahun akan datang
seorang mujaddid (pembaharu keagamaan), maka dia pulalah
mujaddid itu. Pendeknya segala yang ditunggu-tunggu itu,
tidak ada orang lain, melainkan dirinya sendirilah.
Oleh karena dialah Al-Masih, tentu dialah nabi.
Kadang-kadang Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dia
bukanlah membawa syariat baru. Dia dengan Nabi Muhammad saw
adalah bagaikan Harun terhadap Musa belaka. Penguat syariat
Muhammad, bukan pengubahnya. Tetapi satu hal dia menyatakan
memang berubah yaitu jihad. Jihad tidaklah dengan senjata,
cukup dengan mengemukakan alasan-alasan belaka. Adapun
Bahaullah menyatakan dirinya terang-terang nabi lain sesudah
Muhammad. Dengan kedatangannya habislah tugas agama Al-Bab
dengan kitabnya Al-Bayan. Dan dengan kedatangan Al-Bab
dahulu, habis pulalah tugas syariat Muhammad.
******** BAGIAN IV/IV ********
Adapun dasar kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat
yang tertulis di atas tadi nyatalah bahwa Nabi Isa telah
wafat. Nabi Isa telah wafat, dengan berdasarkan kepada
"mutawaffika" tadi. Dan dia telah diangkat ke hadirat
Allah, (wa rafi'uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang
suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.
Adapun tentang turunnya kembali beliau ke dunia, sebelum
hari kiamat datang, adalah hadis yang bernama "Al-Uhad."
Tidak termasuk kedalam hadis yang mutawatir. Maka menurut
pertimbangan ahli-ahli hadis, kalau sekiranya tidak kita
jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok
kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita
keluar dari Agama Islam.
Meskipun demikian tidaklah boleh kita menolak kekuasaan
Tuhan. Turunnya Nabi Isa kembali ke dunia, tidaklah hal
yang mustahil, walaupun tulangnya telah hancur. Bukanlah
didalam Al-Quran ada tersebut cerita burung-burung yang
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan.
Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak
empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya
empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat
burung itu, dengan izin Allah!
Dipandang dari segi kepercayaan ini, datangnya Nabi Isa
kembali ke dunia setelah beribu tahun beliau wafat, hanyalah
permulaan saja dari kebangkitan mahluk Tuhan yang lain.
Seluruh insan dihari kemudian akan dibangkitkan. Hanya Isa
Al-Masih didahulukan. Hal ini biasa saja bagi Tuhan.
Oleh sebab itu, maka pendakwaan orang-orang seperti Mirza
Ghulam Ahmad dan Bahaullah, bahwa merekalah Isa Al-Masih
yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai. Kita memandang
mereka itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang
lain juga. Sebelum merekapun telah ada juga pendakwa
kenabian itu. Menggelegak menggejala setahun dua tahun,
taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi. Dan
kelak akan begitu pula. Bukan saja yang seperti ini ada
dalam Islam, juga ada dalam agama Kristen. Bahkan kaum
theosofi pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih
yang ditunggu-tunggu itu.
Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan atas kebenaran
seruan mereka, ialah karena kian lama faham mereka kian
tersiar, terutama di benua Eropa dan Amerika. Ini bukan
alasan! Sebab kehausan manusia di kedua benua itu akan
tuntunan rohani, setelah terlalu tenggelam dalam hidup
kebendaan, menyebabkan ada diantara mereka yang lekas saja
menerima suatu propaganda baru. Bukan faham Bahai dan
Ahmadi saja yang mereka terima, gerakan yang lainpun
mendapat pasaran subur juga disana. Di Jerman telah ada
pula penganut faham Buddha dan mempunyai biara sendiri.
Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat penganut juga.
Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai
gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA, telah
mendapat pengikut pula. Demikian pula seorang kulit hitam
di Pennsylvania (Philadelphia) mengaku dirinya Tuhan dan
memakai nama Father Divine, tidak pula kurang penganut dan
pengikutnya.
Di Amerika muncul tidak kurang 200 sekte Kristen.
Masing-masing mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian
besar dan melebihi yang lain.
Terutama kaum Bahai! Mereka timbul di negeri Iran yaitu
pada jaman pemerintahan Sultan Nasiruddin Syah. Seorang
syah yang terkenal kejam pemerintahannya dan berkuasa tanpa
batas. Dibantu oleh mullah-mullah mazhab Syiah, yang bukan
saja menentang satu pendapat baru, bahkan mazhab Ahli
Sunnah-pun mereka tentang. Bahaullah pada mulanya
mengajarkan pembelaan hak kaum wanita, menganjurkan
penghentian poligami, mengatakan bahwa dalam ajarannya tidak
ada kekuasaan kaum mullah. Tentu saja ajaran "baru" dari
Bahaullah ini menggoncangkan politik dan susunan masyarakat
kerajaan, persekutuan kaum mullah dengan Syah. Kaum ini
dikafirkan dan diperangi. Al-Bab sampai dibunuh dan
Bahaullah dibuang keluar negeri. Padahal setelah kecerdasan
beragama maju kembali, orang telah merasa bahwa tidak perlu
ada nabi baru membawa ajaran baru. Seruan-seruan yang
diserukan Bhaullah itu memang telah ada dalam tubuh Islam
ajaran Muhammad sendiri, dengan tidak usah keluar dahulu
dari Islam, dan membuat agama baru.
Adapun kaum Ahmadi dan usahanya melebarkan Islam ke benua
Eropa dan Amerika, dengan dasar ajaran mereka, faedahnya
bagi Islam ada juga. Mereka menafsirkan Quran kedalam
bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Padahal di jaman 100 tahun
yang lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan
Quran. Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah itu
membangkitkan minat bagi golongan yang menginginkan
kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk memperdalam
selidiknya tentang Islam. Orang sekarang telah pandai
menimbang. Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga. Yang
baik mereka terima dan kepercayaan tetang kenabian,
kerasulan, kemahdian, ke-Al-Masih-an Mirza Ghulam Ahmad
mereka singkirkan ketepi. Dan tafsir-tafsir karangan ulama
Islam sendiripun telah muncul, yang isinya jauh melebihi
tafsir Ahmadi. Kelebihan tafsir Ahmadi hanyalah karena
ditulis dalam bahasa Barat, menarik hati kaum terpelajar
cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab.
Di Indonesia sendiri, ketika gerakan-gerakan ini mulai
masuk, agak ribut juga orang menerimanya. Apalagi mereka
suka berdebat-debat sebagai alat propaganda untuk menarik
perhatian. Dalam pada itu maka pengertian kaum Islam
tentang agama bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah
timbul lebih banyak daripada dahulu. Kian lama kian sepi
gerakan mereka. Yang dapat tertarik hanyalah orang-orang
yang belum ada pengertiannya tentang Islam. Setinggi-tinggi
usaha mereka adalah memelihara pengikut-pengikutnya. Di
Tempat yang kuat Islamnya, seperti di Padang Panjang,
terpaksa pengikut-pengikutnya itu meninggalkan kampung
halaman, dan pindah ke kota Jakarta, sebab "bebas"
mengerjakan kepercayaannya. Sikap merekapun telah berubah!
Jika semula pada waktu pertama kali mereka suka mengajak
berdebat, diakhir-akhir ini mereka mengambil sikap hanya
mempertahankan diri jika datang serangan. Tandanya bahwa
pasaran mereka telah mulai sepi.
Adapun kalau ada tambahan pengikut mereka, tidaklah hal
demikian mengherankan kita di Indonesia ini. Buka saja
Ahmadiyah, Bahai-pun telah ada pengikutnya disini. Bukan
saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun ada
juga tambahan penganutnya disini. Bahkan orang yang masuk
komunis-pun ada. Sebabnya adalah karena Islam di Indonesia
pada jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan.
Baik politik, atau ekonomi atau kejahilan tentang ajaran
agama Islam sebenarnya.
Semuanya ini adalah cemeti untuk membangkitkan beransang
kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya
bangkit dan berusaha menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih
giat daripada yang sudah-sudah.
Alhasil, Muhammad adalah penutup dari segala rasul, dan
bukanlah dia mata-cincin dari segala rasul. Sesudah dia
tidak ada nabi lagi, baik nabi yang menasikhkan syariat
Muhammad, ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad.
Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam
yang telah dibawa berturut-turut oleh nabi-nabi dan
rasul-rasul sebelum dia. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi yang
sebelum aku, adalah seumpama seseorang yang membangun
bangunan-bangunan. Diperindahnya dan diperbagusnya binaan
itu, kecuali (ketinggalan) suatu batu tembok pada sudut
daripada sudut-sudutnya itu. Maka manusiapun berkelilinglah
dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah
baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang ini.' Maka
akulah batu tembok itu, dan akulah penutup segala
nabi-nabi."
Maka kalau ada orang mendakwakan dirinya nabi sesudah
Muhammad, niscaya bohonglah pendakwaannya itu. Dan barang
siapa yang mempercayai akan dakwaan orang itu,
mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad. Sebab itu maka
tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad).
Sesungguhnya demikian, sebagai Ummat Islam yang mengaku
adanya keluasan dada (tasamuh), kita akan bergaul juga
dengan mereka sebaik-baiknya, sebagaimana kita bergaul
dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi.
Apalagi Nabi Muhammad saw. telah pula memeberi peringatan
bagi kita bahwa sesuadh beliau wafat akan datang orang
mendakwakan dirinya nabi atau rasul. Padahal mereka adalah
pembohong. Nabi bersabda:
"Akan ada pada akhir kemudian ummatku orang-orang dajjal
pembohong. Membicarakan kepada kamu perkara-perkara yang
belum pernah kamu dengar, dan tidak pula pernah didengar
oleh nenek-moyangmu. Maka berawas-Allah kamu dan
berawas-Allah mereka. Janganlah sampai mereka menyesatkan
kamu dan jangan memfitnahi kamu."
Dan sabda beliau pula:
"Sesungguhnya akan ada pada ummatku tigapuluh orang
pembohong! Semuanya mengaku bahwa dirinya Nabi. Akulah
penutup segala nabi. Tidak ada nabi sesudah aku. Dan akan
senantiasalah segolongan dari ummatku tegak diatas
kebenaran. Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun
yang menentang mereka, sehingga datanglah ketentuan Allah,
dan mereka tetap saja demikian."
Cukuplah wahyu dengan turunnya penutup segala kitab suci,
yaitu Al-Quran. Bereslah risalat dan nubuwwat dengan
datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw.
Dengan kepercayaan yang demikianlah hidup kita dan mati
kita.
* * *
Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu pengetahuan
yang didapat oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia
yang masih tersembunyi masih lebih banyak. Rahasia yang
menjadi rahasia dari segala rahasia adalah lingkungan
"ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi tak dapat
dicapai oleh pancaindera atau oleh akal sekalipun dimana
letaknya.
Kita akui, memang kadang-kadang kecerdasan berfikir dan
berakal mendapat kesimpulan tentang adanya, tetapi hanya
sebagian kecil dari rahasianya. Sebagaimana Aristoteles dan
beberapa filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan
filsafat, akhirnya bertemu dengan keyakinan akan adanya
Tuhan. Tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Lebih banyak
yang tidak dapat kita ketahui. Maka datanglah nabi-nabi dan
rasul-rasul, dan penutup dari segala nabi dan rasul,
bercakap dengan wahyu, menerima "kalimat" dari Allah
sendiri. Maka dengan tuntunan beliau hilanglah keraguan
kita dan teranglah bagi kita jalan kesana, sesudah payah
meraba-raba dan mencari-cari. Maka pikiran yang beliau
berikan dan cita yang beliau tanamkan dihati kita adalah
pikiran dan cita yang sempurna, yang diwaktu hidup dapat
kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang.
Maka percayalah kita kepadanya dan kita turutlah garis
langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk
keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ...
Semoga menjadi bacaan yang berguna.
... Atas nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang
============================================================
halaman 191
TAK ADA NABI SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Tak ada lagi nabi sesudah Muhammad, dan tidak ada rasul.
Baik nabi yang akan dinamai "pengiring" Muhammad, atau nabi
yang membawa syariat baru. Demikian kepercayaan Ummat sejak
Quran diturunkan.
Nabi Muhammad pun bersabda:
"Tidak ada nabi lagi sesudahku."
Tak ada nabi atau rasul lagi, sebab tidak ada SOAL lagi.
Soal apa lagi yang akan dibawa oleh nabi yang baru? Sedang
masyarakat manusia sudah lebih maju, dan ada jalan
kesanggupan buat mencari Kebenaran Tuhan Yang Maha Esa dan
Kuasa dengan sendirinya. Bukan saja Quran, bahkan kitab
Taurat dan Injil dan Zabur telah dicetak bermilliun
banyaknya. Meskipun menurut kepercayaan Islam, dalam Quran
telah terkumpul intisari dari kitab-kitab terdahulu itu.
Memang! Manusia senantiasa maju dalam mencari Ilmu
pengetahuan. Senantiasa maju didalam mencari rahasia isi
bumi, bahkan bulan dilangitpun telah diselidiki orang.
Tentang kemajuan disudut ini, tidaklah ada diantara kita
yang membantahnya. Tetapi bagaimanapun kemajuan Ilmu
pengetahuan, namun inti dari ilmu pengetahuan itu sudah ada
dalam ajaran Tauhid, yang sudah genap diajarkan oleh
Muhammad. Inti kepercayaan kepada Tuhan sudah cukup, tidak
perlu tambahan lagi dari orang yang mengatakan dirinya nabi
atau dikatakan oleh pengikutnya nabi.
halaman 191
PERCOBAAN MENGAKU NABI LAIN SESUDAH MUHAMMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Berkali-kali telah dicoba orang juga mendakwakan dirinya
Nabi pula, ada yang sengaja hendak menandingi Muhammad, dan
ada pula yang mengatakan syariat Muhammad telah putus, sebab
nabi baru telah datang membawa syariat baru. Dan ada pula
yang mengatakan bahwa dia, atau guru ikutannya, adalah nabi
pula sesudah Muhammad. Tetapi bukan membawa syariat baru.
Kedatangannya hanyalah hendak menyempurnakan syariat
Muhammad saja.
Berkali-kali orang seperti ini telah datang, tetapi kemudian
ternyata seruannya hilang saja, tidak hidup. Karena
kebesaran Tauhid ajaran Muhammad menelan habis satu
percobaan yang lain. Nabi-nabi dusta tumbang dengan
sendirinya, tidak dapat berurat di bumi ini. Mereka gagal,
karena dustanya, dan karena soal yang dibawanya itu tidak
cukup satu seperseratus dari soal Nubuwwat Muhammad.
halaman 191
AL-BAB, BAHAULLAH DAN GHULAM AHMAD
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Di Iran (Persia), sangatlah berpengaruh Mazhab Syiah.
Mazhab ini pada mulanya adalah satu faham politik yang
timbul karena membela hak Ali ibn Abi Thalib menjadi
kalifah. Kaum Syiah terbagi menjadi tiga golongan besar
yaitu Kisaniyah, Ismailiyah dan Itsna' Asyriyah.
Ketiganya mempunyai kepercayaan bahwa Imam mereka yang akhir
adalah ghaib dari dunia dan kelak akan datang lagi ke
dunia. Kaum Kisaniyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah
Muhammad Ali Hanafiah. Sekarang dia masih sembunyi di
salah satu gua di gunung Ridhwan.
Ismailiyah percaya bahwa yang ghaib itu adalah Imam Ketujuh
yaitu Ismail sendiri. Diapun akan datang kembali. Aga Khan
yang terkenal adalah pemimpin mereka.
Ketiga adalah Itsna' Asyriyah. Inilah mazhab Syiah yang
paling besar pengikut dan pengaruhnya, terutama di tanah
Iran. Apalagi setelah Syah Ismail dapat mendirikan Kerajaan
Shafawi di Iran dan menetapkan mazhab Syiah sebagai mazhab
resmi kerajaan, maka bertambah tertanamlah pengaruh mazhab
ini.
Mazhab ini mempunyai dasar dan tiang kepercayaan bahwa imam
ke-12 yaitu Muhammad bin Hasan Al-'Askary adalah ghaib pula,
dan akan datang kembali di akhir jaman, dan dialah Mahdi.
Apabila dunia ini sudah sangat kacau, apabila kelaliman
sudah bersimaharajalela di dunia, waktu itulah dia akan
datang kembali ke dunia. Adapun sekarang beliau masih
ghaib. Segala raja yang memerintah adalah mewakili beliau.
Ketika Imam ke-12 itu ghaib, beliau meninggalkan empat orang
wakil. Dan setelah wakil-wakil itu wafat, beberapa masa
kemudian Imam yang ghaib akan datang. Lalu dihitung-hitung
tahunnya menurut ilmu huruf (abjad). Sudah berkali-kali
bahaya menimpa Islam; Imam belum juga datang. Sudah jatuh
Baghdad ketangan musuh. Sudah patut dia datang, tapi tak
juga datang. Bermacam-macam cobaan, Imam tidak juga datang.
Dihitung-hitung tahunnya, rupanya sudah berlebih, Imam tidak
juga datang.
Waktu itu timbulah satu firkah yang melepaskan diri dari
Syiah umum, bernama firkah "Syaichiyah." Mereka akhirnya
membulatkan kepercayaan bahwa Mahdi atau Imam Ghaib itu
telah membuat kontak dengan Alam, dengan perantaraan diri
Said Ali Muhammad, yang bergelar Al-Bab atau Bab-Allah.
Dia menyatakan bahwa mahdi yang ditunggu itu adalah dia.
Dan dia membawa syariat baru. Dengan datangnya syariatnya,
putuslah syariat Muhammad. Diapun mempunyai kitab baru.
Namanya "Al-Bayan." Dia lahir pada tahun 1235H.
Tetapi Al-Bab telah membuat pengakuan berlebih dari yang
diharapkan. Sebagian pengikutnya hanya mengakui bahwa dia
Al-Bab. Seba itu terbitlah pertentangannya dengan Haji
Muhammad Karim Chan Al-Karmani, yang mengakuinya hanya
sebagai Al-Bab (pintu) menghubungkan Imam yang ghaib dengan
mahluk. Sedang dia mengaku bahwa dia sendirilah Mahdi itu
dan dialah Imam yang ghaib.
Pengikutnya bernama Babiyah. Oleh Sultan Nasiruddin Syah,
kaum Babiyah ini disapu bersih. Bab itu sendiri dihukum
bunuh.
Bahai-yah. Setelah Al-Bab mati dibunuh, dipercayakanyalah
pimpinan sisa-sisa pengikutnya kepada Bahaullah, muridnya
yang terpandai. Setelah pimpinan jatuh ketangannya, tiba
pulalah bahwa dia adalah rasul dan nabi yang berdiri
sendiri, membawa syariat sendiri dan berkitab suci sendiri.
Adapun Al-Bab hanyalah nabi mendahului dia, serupa Yahya
mendahului Isa. Maka kalau Al-Bab sebagai Mahdi
"Al-Muntazar" (yang ditunggu), dia adalah Al-Masih,
"Al-Mau'ud" (yang dijanjikan akan turun), Al-Bab membawa
kitab bernama Al-Bayan. Diapun membawa kitab pula. Katanya
bernama Al-Aqdas. Dengan kedatangannya maka habis pulalah
--katanya-- tugas agama Bab Allah! Dia lahir tahun 1817 dan
meninggal 1892.
Bukan saja dia Bahaullah, tetapi diapun Jamamullah. Al-Bab
bergelar Al-Qaim. Dia bergelar Al-Qayyum. Wadjahnya
bersinar diantara langit dan bumi sebagai intanpermata yang
gilang-gemilang. Syariat Muhammad, terutama tentang jihad,
telah di-mansuch-kan, karena kedatangan syariatnya.
Oleh Sultan Nasiruddin Syah dia dibuang ke Baghdad, kemudian
dipindahkan oleh pemerintah Turki, mulanya ke Istambul,
kemudian ke Adrianopel, dan akhirnya ke Acre. Sebagaimana
pecahnya dengan Al-Bab dan pecahnya Al-Bab dengan Muhammad
Karim Chan, maka Bahaullah pun berpecah pula dengan saudara
kandungnya Mirza Yahya yang bergelar Shubhi Azal.
Agama Bahai ini dapat hidup di Eropa dan Amerika. Terutama
setelah puteranya Abdul Baha' datang ke Amerika di tahun
1912. Dia menarik hati beberapa orang Amerika, sebab dia
"menghapuskan syariat Muhammad," terutama jihad. Artinya,
kalau menurut syariat Bahaullah, apapun yang terjadi, kita
tidak boleh mempertahankan agama kita dengan kekerasan,
kecuali kalau sudah sangat terdesak. (Bukankah Agama Islam
pun memakai kekerasan kalau sudah sangat terdesak?).
******** BAGIAN II/IV ********
halaman 193
AHMADIYAH
^^^^^^^^^
Mirza Ghulam Ahmad di Qadiyan India-pun mendakwakan pula
dirinya Mahdi dan Isa. Jadi sekaligus keduanya, berbeda
dengan Al-Bab dan Bahaullah. Diapun menerima wahyu-wahyu
Illahi, menurut dakwanya. Tetapi ada perbedaan sedikit,
karena Mirza Ghulam Ahmad, katanya, bukanlah menghapuskan
syariat Muhammad dengan syariat yang baru. Dia adalah Nabi
Pengiring. Dialah Mahdi yang ditunggu dan Isa yang
dijanjikan, dan dia pulalah Mujaddid yang mesti datang tiap
seratus tahun sekali.
Pengikut Mirza Ghulam Ahmad pun pecah menjadi dua pula.
Keduanya sama-sama bernama Ahmadiyah. Pertama, Ahmadiyah
Qadiyan, mempunyai Kalifatul-Masih yaitu Kalifah dari Mirza
Ghulam Ahmad sendiri. Golongan Lahore memisahkan diri dan
mengakui Mirza Ghulam Ahmad hanyalah semata-mata guru dan
mujaddid. Terjadi pertentangan diantara keduanya, karena
golongan Qadiyan menuduh kafir golongan Lahore karena hanya
mengakui mujaddid saja. Golongan Lahore yang memisahkan
diri itu dikepalai oleh Maulana Mohammad Ali dan Kawaya
Kamaluddin.
Kedua golongan Ahmadiyah ini sama-sama berusaha menyiarkan
Islam, tetapi melalui dasar faham mereka lebih dahulu, yaitu
Mirza Ghulam Ahmad (Al-Masih al-Mau'ud) bagi Qadiyani, dan
Mirza Ghulam Ahmad (Mujaddid Abad ke-20) bagi kaum Lahore.
halaman 194
PENDAPAT KITA
^^^^^^^^^^^^^
Haruslah kita selidiki bagaimana besarnya pengaruh
kepercayaan kaum Syiah, terutama di Iran dan juga di
Hidustan. Menunggu kedatangan Imam yang Ghaib, Imam Mahdi
akan datang kembali dan Nabi Isa akan turun, dan Isa dan
Mahdi itu ialah yang seorang itu juga, demikian mendalam di
kalangan Syiah, sehingga menjadi salah satu rukun
kepercayaan yang tidak dapat dipisahkan lagi dari agama.
Kadang-kadang Ahli Sunnah-pun turut juga menerima
kepercayaan ini, walupun tidak menjadi dasar benar-benar.
Dan inipun kadang-kadang bertemu didalam sebagian kepercayaan
kaum Sufi, seperti Ibnu 'Arabi. Maka tidaklah kita heran,
kalu dari kedua negeri inilah timbul orang-orang yang
mendakwakan dirinya nabi, atau rasul, atau Mahdi, atau
Al-Bab (pintu), atau Imam yang Ghaib telah datang, atau
didakwakan oleh muridnya.
Kita tetap memegang pendirian Ahli Sunnah, bahwa sesudah
Muhammad tidak akan datang nabi lagi. Karena soalnya sudah
habis. kalau akan kita terima kedatangan itu, manakah yang
akan kita tetapkan? Apakah Mirza Ghulam Ahmad, atau Mirza
Ali Muhammad (Al-Bab), atau Bahaullah? Atau kita akui
semuanya, padahal diantara satu sama lain berlawanan pula.
Atau kita akui semuanya, dan kita akui pula yang lain yang
akan mendakwakan dirinya menjadi nabi pula nanti.
Kalau dikatakan karena dia menyerukan perdamaian Dunia, maka
dia membawa syariat baru, tidak bolehkah Mahatma Gandhi
dikatakan pula nabi? Atau Krisna Vedanta di Colorado? yang
juga menyerukan perdamaian dunia.
Kaum Ahmadi dan Bahai mengemukakan alasan yang sama untuk
menolak pendirian umum bahwa Nabi Muhammad "Penutup Segala
Nabi," dengan ayat "Khataman Nabiyyin." Menurut qiraat
(bacaan) yang umum ayat itu dibaca "Khatam," bukan "Khatim."
Tetapi artinya adalah "Khatim." Khatam artinya cincin, dan
Khatim artinya penutup.
Khataman Nabiyyin artinya cincin permata segala nabi. Kalau
sekiranya kita perturutkan rasa bahasa, tentu Nabi Muhammad
itu tidak nabi lagi, hanyalah cincin perhiasan segala
nabi-nabi. Yang mempunyai cincinlah yang nabi, bukan cincin
itu sendiri.
Didalam keterangan yang biasa mereka kemukakan, adalah bahwa
tidaklah perkara yang mustahil bahwa Allah akan berkata-kata
dengan hambanya. Tidaklah akan putus sampai hari kiamat
orang yang dipilih Allah buat menumpahkan katanya. Tidaklah
akan hilang begitu saja wahyu sampai kiamat.
Tentang itu Ahli Sunnah-pun mengakui juga. Di kalangan
sahabat Nabi, ketika Nabi masih hidup terdapatlah orang
istimewa yang demikian. Yaitu Umar bin Khattab. Sehingga
Nabi Muhammad pernah mengatakan, bahwasanya jika ada nabi
sesudahku, niscaya Umarlah orang itu. Tetapi tidak ada lagi
nabi sesudahku.
Mengapa tidak? Nabi Muhammad sendiri menjelaskan bahwa
"Ulama-ulama umatku adalah sama derajatnya dengan nabi-nabi
Bani Israil." Kalau kata nabi yang demikian akan diperluas,
maka seluruh ulama yang berjasa membangun Islam, patutlah
disebut nabi. Imam Al-Ghazali, Imam ul Haramain, Ibnu
Taimiyah, dan muridnya Ibnu Qayyim, dan Syeh Muhammad ibnu
Abdil Wahhab, dan Said Jamaluddin Al-Afghani, dan Syeh
Muhammad Abduh dan Said Rasyid Ridha, patutlah disebut
sebagai nabi. Karena mereka dalam sifat keulamaannya
samalah jasanya dengan nabi-nabi Bani Israil. Dan orang
Indonesia dalam kalangan Nahdhatul Ulama patutlah menyebut
kyai besarnya Hasyim Ashari sebagai nabi, sebab jasanya
besar pula. Demikian pula Muhammadiyah dengan Kyai H.A.
Dahlannya.
Banyak diantara ulama mendapat ilham dari Tuhan, seakan-akan
wahyu Illahi. Karena mereka berfaham Ahli Sunnah, tidaklah
mereka berani mengatakan dirinya nabi. Dan kalau mereka
mendakwakan dirinya nabi, akan musnahlah mereka.
Kalimat wahyu suci yang diberikan Tuhan, oleh faham Ahli
Sunnah telah ditentukan buat rasul dan nabi.
Setinggi-tinggi martabat manusia ini hanyalah mendapat hatif
atau ilham, atau mimpi yang benar, atau mahaddas. Kalau
wahyu itu dikatakan akan putus selama-lamanya, perkataan itu
benar juga dari segi lain. Lebah menurut Sabda Tuhan
didalam Quran, mendapat wahyu untuk membuat sarangnya di
bukit dan di bubungan rumah. Ibu Musa mendapat wahyu Tuhan
supaya melemparkan puteranya dalam peti di sungai Nil. Dan
lebah bukanlah nabi, padahal sampai sekarang tidaklah putus
dia mendapat wahyu itu, selama dia masih bersarang di bukit
dan di bubungan rumah. Dan ibu Nabi Musa bukanlah nabi.
******** BAGIAN III/IV ********
halaman 195
HADIST MAHDI DAN ISA
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Al-Quran tidaklah memberikan tuntunan yang tegas tentang
akan turunnya Mahdi dan Isa di akhir jaman. Padahal tiga
orang yang mengaku dirinya Nabi atau Rasul di jaman ini
(Mirza Ghulam Ahmad, Miza Ahli Muhammad dan Bahaullah),
belum dapat menegakkan pendakwaan itu, kalau tidak berdasar
kepada hadis-hadis tentang turunnya Mahdi dan Isa itu.
Seratus tahun sesudah Nabi Muhammad wafat, barulah orang
mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan hadis. Yang lebih
dahulu dikumpulkan hanyalah Quran. Jadi dalam masa 100
tahun adalah masa "kosong" yang merupakan kesempatan untuk
membuat hadis bagi golongan-golongan yang bertentangan.
Terutama kaum Syiah. Payahlah ulama hadis menjaring hadis
mana yang masyhur, mana yang shahih, mana yang dhaif dan
mana yang maudhu. Pertentangan-pertentangan yang maha hebat
di waktu itu di antara beberapa firkah yang timbul karena
politik, menimbulkan golongan-golongan yang sampai hati
membuat hadis-hadis palsu, sehingga payah menjaringnya
setelah ilmu hadis muncul sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Ibnu Khuldun didalam "Muqaddamah" tarikhnya mengkaji
satu-persatu hadis Mahdi itu dan menyelidiki sanad serta
matannya sedalam-dalamnya, sehingga kemudian diambil
kesimpulan bahwasanya sebagian besar dari hadis ini tidak
dapat diterima. Oleh sebab itu maka kaum Ahli Sunnah
tidaklah menjadikan hadis-hadis Mahdi atau nuzul Isa itu
menjadi pokok kepercayaan prinsipiil.
Ulama tafsirpun berbincang hebat tentang turunnya Nabi Isa.
Lebih-lebih telah tersebut pula dalam satu hadis, bahwa
"Mahdi itu tidak lain adalah Isa." Mereka perbincangkan
apakah Isa itu masih hidup, lalu diangkat Tuhan kelangit,
ataukah dia telah meninggal dunia sebagaimana kebanyakan
manusia. Tuhan bersabda tentang Nabi Isa:
"Sesungguhnya Aku mewafatkan engkau
dan mengangkatkan engkau kepadaKu."
Orang yang memegang kepercayaan bahwa Nabi Isa belum mati,
dan hanya menguatkan bahwa Nabi Isa diangkat ke langit
dengan tubuhnya, terpaksa mesti mencari arti yang lain dari
kata "wafat" itu. Tetapi yang berpendapat bahwa Nabi Isa
mati, langsung saja mengartikan ayat itu menurut zahir
bunyinya. Mula-mula beliau wafat, setelah itu beliau
diangkat ke hadirat Tuhan, sebagaimana setiap insan yang
mulia. Sebab itu ke-angkat-an itu tidak mesti ke langit,
melainkan ke hadirat Tuhan.
Baik orang Bahai dan orang Ahmadi memegang tafsir yang
menyatakan bahwa Nabi Isa telah wafat, telah mati. Dan
kemudian dari hal itu, merekapun menguatkan bahwa Nabi Isa
akan datang kembali. Yang datang itu bukan Isa Israili yang
dahulu, karena dia telah jelas meninggal. Yang ditunggu
kedatangannya sebagaimana tersebut dalam hadis adalah orang
lain yang membawa sifat-sifat Isa. Kata orang Bahai orang
itu adalah Bahaullah. Kata orang Ahmadi, orang itu adalah
Mirza Ghulam Ahmad.
Sebenarnya kepercayaan tentang akan datangnya Mahdi diakhir
zaman, atau Nabi Isa akan datang kembali, atau Messiah
menurut kepercayaan Yahudi, atau Buddha Gautama bagi orang
beragama Buddha, mendalam juga dalam kalangan kaum Syiah
yang selalu menunggu-nunggu kembalinya Imam mereka yang
ghaib. Ismailliyah menunggu Ismail. Istna Asyriyah menunggu
Muhammad bin Hasan Al-Askary, Imam Syiah ke-12. Kisaniyah
menunggu datangnya kembali Muhammad bin Ali Hanafiyah.
Semuanya itu sekarang tengah ghaib dan akan datang kembali!
Kepercayaan seperti inipun mendalam pula pada setengah
penganut tasawuf, yang mempercayai bahwa alam diatur oleh
wali-wali Allah yang bernama "Watad," dan "Badal," dan
"Quthub." "Quthub" itu adalah ghaib pula. Di Indonesia
kepercayaan ini sangat mendalam dalam filsafat kejawen yang
menunggu kedatangan Ratu Adil.
Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dialah yang
ditunggu-tunggu itu. Dialah Isa Al-Masih yang dijanjikan,
dia pula Mahdi yang ditunggu-tunggu. Dan karena ada pula
sebuah hadis menyatakan bahwa setiap 100 tahun akan datang
seorang mujaddid (pembaharu keagamaan), maka dia pulalah
mujaddid itu. Pendeknya segala yang ditunggu-tunggu itu,
tidak ada orang lain, melainkan dirinya sendirilah.
Oleh karena dialah Al-Masih, tentu dialah nabi.
Kadang-kadang Mirza Ghulam Ahmad menyatakan bahwa dia
bukanlah membawa syariat baru. Dia dengan Nabi Muhammad saw
adalah bagaikan Harun terhadap Musa belaka. Penguat syariat
Muhammad, bukan pengubahnya. Tetapi satu hal dia menyatakan
memang berubah yaitu jihad. Jihad tidaklah dengan senjata,
cukup dengan mengemukakan alasan-alasan belaka. Adapun
Bahaullah menyatakan dirinya terang-terang nabi lain sesudah
Muhammad. Dengan kedatangannya habislah tugas agama Al-Bab
dengan kitabnya Al-Bayan. Dan dengan kedatangan Al-Bab
dahulu, habis pulalah tugas syariat Muhammad.
******** BAGIAN IV/IV ********
Adapun dasar kepercayaan kita dengan berpegang kepada ayat
yang tertulis di atas tadi nyatalah bahwa Nabi Isa telah
wafat. Nabi Isa telah wafat, dengan berdasarkan kepada
"mutawaffika" tadi. Dan dia telah diangkat ke hadirat
Allah, (wa rafi'uka ilayya), sebagaimana setiap roh yang
suci senantiasa diangkat menghadap ke hadirat Allah.
Adapun tentang turunnya kembali beliau ke dunia, sebelum
hari kiamat datang, adalah hadis yang bernama "Al-Uhad."
Tidak termasuk kedalam hadis yang mutawatir. Maka menurut
pertimbangan ahli-ahli hadis, kalau sekiranya tidak kita
jadikan menjadi pokok kepercayaan, sebagaimana pokok
kepercayaan yang enam perkara (rukun iman), tidaklah kita
keluar dari Agama Islam.
Meskipun demikian tidaklah boleh kita menolak kekuasaan
Tuhan. Turunnya Nabi Isa kembali ke dunia, tidaklah hal
yang mustahil, walaupun tulangnya telah hancur. Bukanlah
didalam Al-Quran ada tersebut cerita burung-burung yang
telah dicincang lumat oleh Nabi Ibrahim atas perintah Tuhan.
Burung itu empat ekor banyaknya. Lalu dihantarkan ke puncak
empat buah bukit. Tuhan memerintahkan kepada Ibrahim supaya
empat burung itu dipanggil kembali. Maka datanglah keempat
burung itu, dengan izin Allah!
Dipandang dari segi kepercayaan ini, datangnya Nabi Isa
kembali ke dunia setelah beribu tahun beliau wafat, hanyalah
permulaan saja dari kebangkitan mahluk Tuhan yang lain.
Seluruh insan dihari kemudian akan dibangkitkan. Hanya Isa
Al-Masih didahulukan. Hal ini biasa saja bagi Tuhan.
Oleh sebab itu, maka pendakwaan orang-orang seperti Mirza
Ghulam Ahmad dan Bahaullah, bahwa merekalah Isa Al-Masih
yang dijanjikan itu, tidaklah kita percayai. Kita memandang
mereka itu hanyalah sebagai pendakwa-pendakwa kenabian yang
lain juga. Sebelum merekapun telah ada juga pendakwa
kenabian itu. Menggelegak menggejala setahun dua tahun,
taruhlah sepuluh-duapuluh tahun, kemudian padam lagi. Dan
kelak akan begitu pula. Bukan saja yang seperti ini ada
dalam Islam, juga ada dalam agama Kristen. Bahkan kaum
theosofi pernah mengemukakan Khrisna Murti sebagai Al-Masih
yang ditunggu-tunggu itu.
Kaum Bahai dan kaum Ahmadi mengambil alasan atas kebenaran
seruan mereka, ialah karena kian lama faham mereka kian
tersiar, terutama di benua Eropa dan Amerika. Ini bukan
alasan! Sebab kehausan manusia di kedua benua itu akan
tuntunan rohani, setelah terlalu tenggelam dalam hidup
kebendaan, menyebabkan ada diantara mereka yang lekas saja
menerima suatu propaganda baru. Bukan faham Bahai dan
Ahmadi saja yang mereka terima, gerakan yang lainpun
mendapat pasaran subur juga disana. Di Jerman telah ada
pula penganut faham Buddha dan mempunyai biara sendiri.
Pelajaran tasawuf dari Inayat Khan mendapat penganut juga.
Bahkan seorang yang mendakwakan dirinya Al-Masih dan memakai
gelar Khrisna Vedanta di negara bagian Colorado, USA, telah
mendapat pengikut pula. Demikian pula seorang kulit hitam
di Pennsylvania (Philadelphia) mengaku dirinya Tuhan dan
memakai nama Father Divine, tidak pula kurang penganut dan
pengikutnya.
Di Amerika muncul tidak kurang 200 sekte Kristen.
Masing-masing mengatakan bahwa mazhab mereka kian lama kian
besar dan melebihi yang lain.
Terutama kaum Bahai! Mereka timbul di negeri Iran yaitu
pada jaman pemerintahan Sultan Nasiruddin Syah. Seorang
syah yang terkenal kejam pemerintahannya dan berkuasa tanpa
batas. Dibantu oleh mullah-mullah mazhab Syiah, yang bukan
saja menentang satu pendapat baru, bahkan mazhab Ahli
Sunnah-pun mereka tentang. Bahaullah pada mulanya
mengajarkan pembelaan hak kaum wanita, menganjurkan
penghentian poligami, mengatakan bahwa dalam ajarannya tidak
ada kekuasaan kaum mullah. Tentu saja ajaran "baru" dari
Bahaullah ini menggoncangkan politik dan susunan masyarakat
kerajaan, persekutuan kaum mullah dengan Syah. Kaum ini
dikafirkan dan diperangi. Al-Bab sampai dibunuh dan
Bahaullah dibuang keluar negeri. Padahal setelah kecerdasan
beragama maju kembali, orang telah merasa bahwa tidak perlu
ada nabi baru membawa ajaran baru. Seruan-seruan yang
diserukan Bhaullah itu memang telah ada dalam tubuh Islam
ajaran Muhammad sendiri, dengan tidak usah keluar dahulu
dari Islam, dan membuat agama baru.
Adapun kaum Ahmadi dan usahanya melebarkan Islam ke benua
Eropa dan Amerika, dengan dasar ajaran mereka, faedahnya
bagi Islam ada juga. Mereka menafsirkan Quran kedalam
bahasa-bahasa yang ada di Eropa. Padahal di jaman 100 tahun
yang lalu masih merata kepercayaan tidak boleh mentafsirkan
Quran. Pentafsiran Quran dari kedua golongan Ahmadiyah itu
membangkitkan minat bagi golongan yang menginginkan
kebangkitan Islam ajaran Muhammad kembali untuk memperdalam
selidiknya tentang Islam. Orang sekarang telah pandai
menimbang. Tafsir kaum Ahmadi itu mereka baca juga. Yang
baik mereka terima dan kepercayaan tetang kenabian,
kerasulan, kemahdian, ke-Al-Masih-an Mirza Ghulam Ahmad
mereka singkirkan ketepi. Dan tafsir-tafsir karangan ulama
Islam sendiripun telah muncul, yang isinya jauh melebihi
tafsir Ahmadi. Kelebihan tafsir Ahmadi hanyalah karena
ditulis dalam bahasa Barat, menarik hati kaum terpelajar
cara Barat, tapi kosong ilmunya tentang bahasa Arab.
Di Indonesia sendiri, ketika gerakan-gerakan ini mulai
masuk, agak ribut juga orang menerimanya. Apalagi mereka
suka berdebat-debat sebagai alat propaganda untuk menarik
perhatian. Dalam pada itu maka pengertian kaum Islam
tentang agama bertambah mendalam, ahli-ahli Islampun telah
timbul lebih banyak daripada dahulu. Kian lama kian sepi
gerakan mereka. Yang dapat tertarik hanyalah orang-orang
yang belum ada pengertiannya tentang Islam. Setinggi-tinggi
usaha mereka adalah memelihara pengikut-pengikutnya. Di
Tempat yang kuat Islamnya, seperti di Padang Panjang,
terpaksa pengikut-pengikutnya itu meninggalkan kampung
halaman, dan pindah ke kota Jakarta, sebab "bebas"
mengerjakan kepercayaannya. Sikap merekapun telah berubah!
Jika semula pada waktu pertama kali mereka suka mengajak
berdebat, diakhir-akhir ini mereka mengambil sikap hanya
mempertahankan diri jika datang serangan. Tandanya bahwa
pasaran mereka telah mulai sepi.
Adapun kalau ada tambahan pengikut mereka, tidaklah hal
demikian mengherankan kita di Indonesia ini. Buka saja
Ahmadiyah, Bahai-pun telah ada pengikutnya disini. Bukan
saja Bahai dan Ahmadi, bahkan Katolik dan Protestan-pun ada
juga tambahan penganutnya disini. Bahkan orang yang masuk
komunis-pun ada. Sebabnya adalah karena Islam di Indonesia
pada jaman yang sudah-sudah terdesak oleh beberapa desakan.
Baik politik, atau ekonomi atau kejahilan tentang ajaran
agama Islam sebenarnya.
Semuanya ini adalah cemeti untuk membangkitkan beransang
kaum Muslimin, dibawah pimpinan ulama dan pimpinanNya supaya
bangkit dan berusaha menegakkan "Dakwah Islamiyah," lebih
giat daripada yang sudah-sudah.
Alhasil, Muhammad adalah penutup dari segala rasul, dan
bukanlah dia mata-cincin dari segala rasul. Sesudah dia
tidak ada nabi lagi, baik nabi yang menasikhkan syariat
Muhammad, ataupun nabi yang dikatakan "pengiring" Muhammad.
Dengan kedatangannya sempurnalah binaan kepercayaan isi alam
yang telah dibawa berturut-turut oleh nabi-nabi dan
rasul-rasul sebelum dia. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi yang
sebelum aku, adalah seumpama seseorang yang membangun
bangunan-bangunan. Diperindahnya dan diperbagusnya binaan
itu, kecuali (ketinggalan) suatu batu tembok pada sudut
daripada sudut-sudutnya itu. Maka manusiapun berkelilinglah
dan takjub melihat binaan itu, dan mereka berkata: 'Alangkah
baiknya ditutupi sebuah batu tembok yang kurang ini.' Maka
akulah batu tembok itu, dan akulah penutup segala
nabi-nabi."
Maka kalau ada orang mendakwakan dirinya nabi sesudah
Muhammad, niscaya bohonglah pendakwaannya itu. Dan barang
siapa yang mempercayai akan dakwaan orang itu,
mendustakanlah dia akan pernyataan Muhammad. Sebab itu maka
tidaklah dia golongan Ummat Islam (Ummat Muhammad).
Sesungguhnya demikian, sebagai Ummat Islam yang mengaku
adanya keluasan dada (tasamuh), kita akan bergaul juga
dengan mereka sebaik-baiknya, sebagaimana kita bergaul
dengan Ummat Buddha, Kristen dan Yahudi.
Apalagi Nabi Muhammad saw. telah pula memeberi peringatan
bagi kita bahwa sesuadh beliau wafat akan datang orang
mendakwakan dirinya nabi atau rasul. Padahal mereka adalah
pembohong. Nabi bersabda:
"Akan ada pada akhir kemudian ummatku orang-orang dajjal
pembohong. Membicarakan kepada kamu perkara-perkara yang
belum pernah kamu dengar, dan tidak pula pernah didengar
oleh nenek-moyangmu. Maka berawas-Allah kamu dan
berawas-Allah mereka. Janganlah sampai mereka menyesatkan
kamu dan jangan memfitnahi kamu."
Dan sabda beliau pula:
"Sesungguhnya akan ada pada ummatku tigapuluh orang
pembohong! Semuanya mengaku bahwa dirinya Nabi. Akulah
penutup segala nabi. Tidak ada nabi sesudah aku. Dan akan
senantiasalah segolongan dari ummatku tegak diatas
kebenaran. Tidak akan memberi bencana atas mereka siapapun
yang menentang mereka, sehingga datanglah ketentuan Allah,
dan mereka tetap saja demikian."
Cukuplah wahyu dengan turunnya penutup segala kitab suci,
yaitu Al-Quran. Bereslah risalat dan nubuwwat dengan
datangnya penutup segala rasul dan nabi yaitu Muhammad saw.
Dengan kepercayaan yang demikianlah hidup kita dan mati
kita.
* * *
Bagaimanapun kepintaran kita dan betapapun ilmu pengetahuan
yang didapat oleh manusia di dalam alam ini, namun rahasia
yang masih tersembunyi masih lebih banyak. Rahasia yang
menjadi rahasia dari segala rahasia adalah lingkungan
"ghaib," yang hanya dapat dirasai adanya, tetapi tak dapat
dicapai oleh pancaindera atau oleh akal sekalipun dimana
letaknya.
Kita akui, memang kadang-kadang kecerdasan berfikir dan
berakal mendapat kesimpulan tentang adanya, tetapi hanya
sebagian kecil dari rahasianya. Sebagaimana Aristoteles dan
beberapa filsuf yang lain yang menghitung "yang Ada" dengan
filsafat, akhirnya bertemu dengan keyakinan akan adanya
Tuhan. Tetapi itu hanya sebagian kecil saja. Lebih banyak
yang tidak dapat kita ketahui. Maka datanglah nabi-nabi dan
rasul-rasul, dan penutup dari segala nabi dan rasul,
bercakap dengan wahyu, menerima "kalimat" dari Allah
sendiri. Maka dengan tuntunan beliau hilanglah keraguan
kita dan teranglah bagi kita jalan kesana, sesudah payah
meraba-raba dan mencari-cari. Maka pikiran yang beliau
berikan dan cita yang beliau tanamkan dihati kita adalah
pikiran dan cita yang sempurna, yang diwaktu hidup dapat
kita pakai dan diwaktu mati dapat kita tumpang.
Maka percayalah kita kepadanya dan kita turutlah garis
langkah yang beliau tinggalkan, yang patut kita lalui, untuk
keselamatan kita pada hidup ini dan hidup setelah ini ...
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
@ Keroncong
Berdasarkan Al Quran dan Hadits, kenabian/kerasulan masih terbuka bagi Umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw dengan izin Allah (An-Nisa 4:70). Jika anda menemukan kalimat Khaataman-Nabiyiin atau Laa Nabiya Ba'di, maka yang dimaksud adalah Nabi Pembawa Syariat Baru yang akan menghapuskan syariat Islam tidak akan datang. Jika anda bingung, saya bersedia menjelaskan kepada anda.
Berdasarkan Al Quran dan Hadits, kenabian/kerasulan masih terbuka bagi Umat Islam yang taat sempurna kepada Allah dan Rasul-Nya saw dengan izin Allah (An-Nisa 4:70). Jika anda menemukan kalimat Khaataman-Nabiyiin atau Laa Nabiya Ba'di, maka yang dimaksud adalah Nabi Pembawa Syariat Baru yang akan menghapuskan syariat Islam tidak akan datang. Jika anda bingung, saya bersedia menjelaskan kepada anda.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
@Atas...
Maksa...!!
Maksa...!!
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp?chapter=78&verse=1
http://corpus.quran.com/qurandictionary.jsp?q=nbA#(78:2:2)
http://translate.google.com/#ar/en/%D9%86%D8%A8%D8%A3
nabi itu berasal dari kata dasar kabar/berita, jadi nabi itu artinya/intinya orang yang mendapatkan wahyu dari Allah, maksud saya nabi itu tidaklah harus bawa syariat baru!
http://corpus.quran.com/qurandictionary.jsp?q=nbA#(78:2:2)
http://translate.google.com/#ar/en/%D9%86%D8%A8%D8%A3
nabi itu berasal dari kata dasar kabar/berita, jadi nabi itu artinya/intinya orang yang mendapatkan wahyu dari Allah, maksud saya nabi itu tidaklah harus bawa syariat baru!
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
Betul Mas De, Nabi Tidak harus membawa Syariat baru, akan tetapi risalah dan kenabian telah terputus setelah di utusnya Rosulullah SAW, dan sekelumit referensi untuk kita sebagai mana Ayat Al Qur'an dan Hadist Rosulullah SAW sebagai berikut:frontline defender wrote:http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp?chapter=78&verse=1
http://corpus.quran.com/qurandictionary.jsp?q=nbA#(78:2:2)
http://translate.google.com/#ar/en/%D9%86%D8%A8%D8%A3
nabi itu berasal dari kata dasar kabar/berita, jadi nabi itu artinya/intinya orang yang mendapatkan wahyu dari Allah, maksud saya nabi itu tidaklah harus bawa syariat baru!
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu ...” [Al-Maa-idah: 3]
“Sesungguhnya Risalah dan kenabian telah terputus. Maka tak ada lagi rasul, dan nabi setelahku”. [HR. At-Tirmidziy (2272), Ahmad (13851), Al-Hakim (8178), Abu Ya’laa (3947), dan Ibnu Abi Syaibah (30457). Hadits ini dishohihkan oleh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ (1627), dan Al-Irwa’ (8/128)
ngayarana- LETNAN DUA
-
Posts : 1148
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 30.01.14
Reputation : 27
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
lha ya itu, argumennya Ahmadiyah kan, asal tidak bawa syariat baru kenabian boleh jalan terus, padahal kenabian kan tidak selalu bawa syariat baru, nah dengan begitu kalau yang ditutup itu kenabiannya, berarti kan yang ditutup termasuk juga kenabian yang tidak bawa syariat baru itu!
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:lha ya itu, argumennya Ahmadiyah kan, asal tidak bawa syariat baru kenabian boleh jalan terus, padahal kenabian kan tidak selalu bawa syariat baru, nah dengan begitu kalau yang ditutup itu kenabiannya, berarti kan yang ditutup termasuk juga kenabian yang tidak bawa syariat baru itu!
Kenabian yang tertutup itu adalah kenabian pembawa syari'at baru yang akan menghapuskan syari'at Islam, sedangkan menurut Al Qur'an, kenabian yang cara mentaati Allah dan Nabi Muhammad saw itu masih terbuka (An-Nisa 4:69/70).
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
bersama para nabi, kok bisa sama dengan/menjadi nabi? macem, bersama dengan Allah = Allah!
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:bersama para nabi, kok bisa sama dengan/menjadi nabi? macem, bersama dengan Allah = Allah!
Ibnu Sabil- LETNAN SATU
-
Age : 84
Posts : 1795
Kepercayaan : Islam
Location : JAYA - RAYA
Join date : 28.07.13
Reputation : 36
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
[quote="Ibnu Sabil"]
Kata ma'a bisa berarti "bersama" dan bisa juga berarti "termasuk di antara", dan yang tepat untuk An-Nisa 4:69-70 adalah "termasuk di antara". Doa mana yang sering anda panjatkan kepada Allah:
1. Ya Allah, jadikanlah anakku termasuk di antara orang-orang yang shaleh.
2. Ya Allah, jadikanlah anakku bersama orang-orang yang shaleh.
frontline defender wrote:bersama para nabi, kok bisa sama dengan/menjadi nabi? macem, bersama dengan Allah = Allah!
Kata ma'a bisa berarti "bersama" dan bisa juga berarti "termasuk di antara", dan yang tepat untuk An-Nisa 4:69-70 adalah "termasuk di antara". Doa mana yang sering anda panjatkan kepada Allah:
1. Ya Allah, jadikanlah anakku termasuk di antara orang-orang yang shaleh.
2. Ya Allah, jadikanlah anakku bersama orang-orang yang shaleh.
Terakhir diubah oleh Kedunghalang tanggal Tue May 06, 2014 6:50 am, total 1 kali diubah
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
mana bisa begitu? lha emangnya frase "Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" nggak kepake, apa?
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:mana bisa begitu? lha emangnya frase "Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" nggak kepake, apa?
Kata "rafiiqa" dalam An-Nisa 4:69/70 memiliki arti yang sama dengan Aulia Allah (teman-teman Allah yang sejati/sebaik-baiknya). Menurut Al Qur'an, Aulia Allah itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa (Yunus 10:62/63-64/65), yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Jika kata ma'a diartikan bersama, maka umat Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya hanya bisa bersama nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin atau tidak termasuk nabiyyin, tidak termasuk shiddiqin, tidak termasuk syuhada dan tidak termasuk shalihin.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
teman sebaik2nya Allah? kok seakan2 Allah bisa dapet/punya teman yang kurang baik? kenapa nggak ditulis teman (Allah) saja?Kedunghalang wrote:Kata "rafiiqa" dalam An-Nisa 4:69/70 memiliki arti yang sama dengan Aulia Allah (teman-teman Allah yang sejati/sebaik-baiknya). Menurut Al Qur'an, Aulia Allah itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa (Yunus 10:62/63-64/65), yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
bersama disitu memang bisa berarti menjadi salah satunya, tapi tidaklah lantas berarti pasti menjadi kesemuanya, untuk menjadi Nabi haruslah kenabiannya masih terbuka/belum tertutup, untuk menjadi syuhada haruslah via mati syahid! bagaimana seseorang dapat menjadi nabi jika kenabiannya sudah tertutup, bagaimana seseorang dapat menjadi syuhada jika dalam hidupnya tidak pernah terjadi kejadian yang dapat membuatnya mati syahid?Kedunghalang wrote:Jika kata ma'a diartikan bersama, maka umat Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya hanya bisa bersama nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin atau tidak termasuk nabiyyin, tidak termasuk shiddiqin, tidak termasuk syuhada dan tidak termasuk shalihin.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:Kata "rafiiqa" dalam An-Nisa 4:69/70 memiliki arti yang sama dengan Aulia Allah (teman-teman Allah yang sejati/sebaik-baiknya). Menurut Al Qur'an, Aulia Allah itu adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa (Yunus 10:62/63-64/65), yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
teman sebaik2nya Allah? kok seakan2 Allah bisa dapet/punya teman yang kurang baik? kenapa nggak ditulis teman (Allah) saja?
Secara spesifik, Al Qur'an menyatakan bahwa rafiiqa atau Aulia Allah itu adalah nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:Jika kata ma'a diartikan bersama, maka umat Islam yang mentaati Allah dan Rasul-Nya hanya bisa bersama nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin atau tidak termasuk nabiyyin, tidak termasuk shiddiqin, tidak termasuk syuhada dan tidak termasuk shalihin.
bersama disitu memang bisa berarti menjadi salah satunya, tapi tidaklah lantas berarti pasti menjadi kesemuanya, untuk menjadi Nabi haruslah kenabiannya masih terbuka/belum tertutup, untuk menjadi syuhada haruslah via mati syahid! bagaimana seseorang dapat menjadi nabi jika kenabiannya sudah tertutup, bagaimana seseorang dapat menjadi syuhada jika dalam hidupnya tidak pernah terjadi kejadian yang dapat membuatnya mati syahid?
Penganugerahan Nikmat Allah sebagaimana dimaksud dalam An-Nisa 4:69/70 sepenuhnya berada dalam wewenang Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana. Selain Allah, tidak ada seorang manusia pun yang berwenang untuk menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada manusia lain apakah sebagai Nabi, Shiddiq, Shahid atau pun Shaleh. Sebaliknya, tidak ada seorang manusia pun yang dapat membendung kehendak Allah, ketika Dia telah menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada seseorang dari antara umat Islam, termasuk kepada HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang telah diutus Allah dan dianugerahi Nikmat-Nya yang tertinggi itu.
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
yang dipermasalahin itu khasuna rafiiqa nya, jangan dipotong2!Kedunghalang wrote:Secara spesifik, Al Qur'an menyatakan bahwa rafiiqa atau Aulia Allah itu adalah nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
yang perlu dibuktikan itu apakah Allah berkehendak begitu atau tidak, jadi jangan dibantah dengan argumen mampu atau tidaknya Allah berkehendak begitu! kenapa? karena nggak nyambung!Kedunghalang wrote:Penganugerahan Nikmat Allah sebagaimana dimaksud dalam An-Nisa 4:69/70 sepenuhnya berada dalam wewenang Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana. Selain Allah, tidak ada seorang manusia pun yang berwenang untuk menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada manusia lain apakah sebagai Nabi, Shiddiq, Shahid atau pun Shaleh. Sebaliknya, tidak ada seorang manusia pun yang dapat membendung kehendak Allah, ketika Dia telah menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada seseorang dari antara umat Islam, termasuk kepada HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang telah diutus Allah dan dianugerahi Nikmat-Nya yang tertinggi itu.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:Secara spesifik, Al Qur'an menyatakan bahwa rafiiqa atau Aulia Allah itu adalah nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
yang dipermasalahin itu khasuna rafiiqa nya, jangan dipotong2!
hasuna rafiiqaa itu artinya "teman atau pendamping yang baik". Karena hal ini adalah firman Allah, maka maknanya adalah teman atau pendamping Allah yang baik atau Aulia (wali-wali) Allah. Siapa mereka itu? Menurut An-Nisa 4:69/70, mereka itu adalah orang-orang yang telah Dia anugerahi Nikmat Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
Apakah umat Islam berpeluang untuk Dia anugerahi Nikmat Allah tersebut? Jawabannya terdapat dalam An-Nisa 4:69/70 bahwa Nikmat Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin, itu terbuka bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan Rasulullah saw.
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:Penganugerahan Nikmat Allah sebagaimana dimaksud dalam An-Nisa 4:69/70 sepenuhnya berada dalam wewenang Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Bijaksana. Selain Allah, tidak ada seorang manusia pun yang berwenang untuk menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada manusia lain apakah sebagai Nabi, Shiddiq, Shahid atau pun Shaleh. Sebaliknya, tidak ada seorang manusia pun yang dapat membendung kehendak Allah, ketika Dia telah menganugerahkan Nikmat-Nya itu kepada seseorang dari antara umat Islam, termasuk kepada HMG Ahmad (Khalifatullah, Imam Mahdi & Masih Mau'ud) as yang telah diutus Allah dan dianugerahi Nikmat-Nya yang tertinggi itu.
yang perlu dibuktikan itu apakah Allah berkehendak begitu atau tidak, jadi jangan dibantah dengan argumen mampu atau tidaknya Allah berkehendak begitu! kenapa? karena nggak nyambung!
Untuk menjawab pertanyaan anda, maka saya mengajukan satu pertanyaan yang jika anda menjawabnya, maka akan sekaligus menjawab pertanyaan anda itu:
Apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad saw sebagai Nabi?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
teman baik bagi Allah? coba jawab dulu pertanyaan post #13!Kedunghalang wrote:hasuna rafiiqaa itu artinya "teman atau pendamping yang baik". Karena hal ini adalah firman Allah, maka maknanya adalah teman atau pendamping Allah yang baik atau Aulia (wali-wali) Allah. Siapa mereka itu? Menurut An-Nisa 4:69/70, mereka itu adalah orang-orang yang telah Dia anugerahi Nikmat Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
dalam konteks bahasan ini, buktinya ya seperti yang tertulis di Al-Quran :Kedunghalang wrote:Untuk menjawab pertanyaan anda, maka saya mengajukan satu pertanyaan yang jika anda menjawabnya, maka akan sekaligus menjawab pertanyaan anda itu:
Apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad saw sebagai Nabi?
QS. 33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:hasuna rafiiqaa itu artinya "teman atau pendamping yang baik". Karena hal ini adalah firman Allah, maka maknanya adalah teman atau pendamping Allah yang baik atau Aulia (wali-wali) Allah. Siapa mereka itu? Menurut An-Nisa 4:69/70, mereka itu adalah orang-orang yang telah Dia anugerahi Nikmat Allah, yakni nabiyyin, shiddiqin, syuhada dan shalihin.
teman baik bagi Allah? coba jawab dulu pertanyaan post #13!
Aulia Allah atau wali-wali Allah.
frontline defender wrote:dalam konteks bahasan ini, buktinya ya seperti yang tertulis di Al-Quran :Kedunghalang wrote:Untuk menjawab pertanyaan anda, maka saya mengajukan satu pertanyaan yang jika anda menjawabnya, maka akan sekaligus menjawab pertanyaan anda itu:
Apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad saw sebagai Nabi?
QS. 33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Jika anda hidup pada zaman Muhammad ketika belum menjadi nabi, dan pada saat itu Al Qur'an belum ada, lalu Muhammad datang kepada anda dan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Menurut anda, apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad sebagai Nabi?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
ini lho pertanyaannya :Kedunghalang wrote:Aulia Allah atau wali-wali Allah.
teman sebaik2nya Allah? kok seakan2 Allah bisa dapet/punya teman yang kurang baik? kenapa nggak ditulis teman (Allah) saja?
TSnya kan berargumen yang kalau dicari dalil Al-Quran nya akan ketemu : QS. 33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. yang kemudian anda coba bantah dengan dalil QS. 4:69-70, maksud saya apa relevansi pertanyaan anda dengan thread dalil vs. dalil?Kedunghalang wrote:Jika anda hidup pada zaman Muhammad ketika belum menjadi nabi, dan pada saat itu Al Qur'an belum ada, lalu Muhammad datang kepada anda dan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Menurut anda, apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad sebagai Nabi?
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Re: tulisan HAMKA soal Ahmadiyah
frontline defender wrote:ini lho pertanyaannya :Kedunghalang wrote:Aulia Allah atau wali-wali Allah.teman sebaik2nya Allah? kok seakan2 Allah bisa dapet/punya teman yang kurang baik? kenapa nggak ditulis teman (Allah) saja?
hasuna rafiiqaa itu identik dengan Aulia (wali-wali) Allah. Tidak usah berpikir seakan-akan.
frontline defender wrote:Kedunghalang wrote:Jika anda hidup pada zaman Muhammad ketika belum menjadi nabi, dan pada saat itu Al Qur'an belum ada, lalu Muhammad datang kepada anda dan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Menurut anda, apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad sebagai Nabi?
TSnya kan berargumen yang kalau dicari dalil Al-Quran nya akan ketemu : QS. 33:40. Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. yang kemudian anda coba bantah dengan dalil QS. 4:69-70, maksud saya apa relevansi pertanyaan anda dengan thread dalil vs. dalil?
Jawablah pertanyaan berikut ini, sehingga anda akan menemukan buktinya jika Allah berkehendak menjadikan seseorang sebagai nabi:
Jika anda hidup pada zaman Muhammad ketika belum menjadi nabi, dan pada saat itu Al Qur'an belum ada, lalu Muhammad datang kepada anda dan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Menurut anda, apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad sebagai Nabi?
Jika anda hidup pada zaman Muhammad ketika belum menjadi nabi, dan pada saat itu Al Qur'an belum ada, lalu Muhammad datang kepada anda dan mendakwakan dirinya sebagai Nabi. Menurut anda, apakah bukti bahwa Allah berkehendak menjadikan Muhammad sebagai Nabi?
Kedunghalang- LETNAN KOLONEL
-
Posts : 9081
Kepercayaan : Islam
Location : Bogor
Join date : 12.03.12
Reputation : 0
Similar topics
» [bisa dijual][tdk hrs dg ukiran tulisan yg seperti ini] Cara Cepat Membuat Ukiran Tulisan Dyartorin Pada Media Kayu Bekas
» tauhid, hamka & Qur'an
» mengunjungi museum hamka
» Wafatnya Nabi Isa, menurut Buya HAMKA
» Buya Hamka, Ketika Air Tuba Dibalas Air Susu
» tauhid, hamka & Qur'an
» mengunjungi museum hamka
» Wafatnya Nabi Isa, menurut Buya HAMKA
» Buya Hamka, Ketika Air Tuba Dibalas Air Susu
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik