Serangan Turki terhadap DIIS dan Perubahan Kebijakan Anti-Suriah

http://indonesian.irib.ir/hidden-1/-/asset_publisher/m7UK/content/serangan-turki-terhadap-diis-dan-perubahan-kebijakan-anti-suriah?redirect=http%3A%2F%2Findonesian.irib.ir%2Fhidden-1%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_m7UK%26p_p_lifecycle%3D0%26p_p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-2%26p_p_col_count%3D1

Kamis, 2014 Januari 30 17:35

Militer Turki baru-baru ini dilaporkan menyerang posisi kelompok teroris yang disebut sebagai Negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL)atau dikenal juga dengan Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam (DIIS)di utara Suriah setelah sebuah mortir yang ditembakkan darinegara Arab itu mendarat di wilayah Turki.

Menurut reporter NTV, mortir telah ditembakkan ke wilayah Turki selama bentrokan antara ISIL dan Free Syrian Army (FSA).Ia menambahkan bahwa sebuah mobilpick-up, truk, dan bus hancur dalam serangan balasan militer Turki. Sementara itu, militer Turki dalam sebuah pernyataan telah mengkonfirmasi serangan tersebut



Sebelumnya insiden tersebut, sumber pemberitaan yang dekat dengan kelompok-kelompok bersenjata di Suriah melaporkan rencana DIIS untuk melakukan operasi pemboman di wilayah Turki khususnya di provinsi-provinsi perbatasan dengan Suriah seperi Gaziantep, Hatay dan Sanlıurfa.



Banyak pengamat politik menilai bahwa dua kemungkinan; yaitu serangan pre-emtive Turki terhadap DIIS atau serangan balasan terhadap kelompok teroris tersebut, telah dapat diperkirakan sebelumnya.



Serangan jet-jet tempur Turki terhadap posisi DIIS di Suriah dilakukan ketika sebelumnya pemerintah Ankara selalu dikecam karena mendukung kelompok-kelompok teroris di negara Arab itu, di mana sebagian kebijakan itu disebut sebagai "kebijakan pintu-pintu terbuka untuk teroris dan oposisi bersenjata Suriah".



Oleh karena itu, sebagian pakar politik menilai serangan terbaru militer Turki terhadap DIIS sebagai sebuah tanda perubahan dalam kebijakan Ankara terhadap Damaskus. Sementara sejumlah lainnya menilai langkah baru tersebut sebagai tanda perubahan taktik atau fleksibilitas pemerintah Turki terhadap Suriah.



Tampaknya banyak alasan yang menyebabkan pemerintah Turki terpaksa mempertimbangkan kembali dan mengubah kebijakan permusuhannya terhadap Suriah. Mungkin salah satunya adalah gelombang penentangan opini publik di negara itu dan kecaman partai-partai oposisi terhadap kebijakan anti-Suriah. Mereka selama ini menilai dukungan pemerintah Turki terhadap kelompok-kelompok teroris di Suriah sebagai langkah yang akan mengancam keamanan dalam negeri dan kawasan.



Setelah ancaman tersebut dirasa akan menjadi kenyataan, maka pemerintah Ankara segera memandang perlu untuk merevisi kembali kebijakan anti-Damaskus. Selain itu, kebijakan anti-Damaskus telah melemahkan posisi Turki dalam perimbangan regional dan menyebabkan penurunan pengaruhnya, bahkan kebijakan intervensif Ankara di Suriah, Irak dan Mesir telah menuai kecaman dari berbagai kalangan.



Menurut pandangan opini publik di Turki, langkah terbaru dalam kebijakan luar negeri negara itu dianggap sebagai sebuah tanda dari gagalnya prinsip "ketegangan minimum dengan negara-negara tetangga."Sebuah prinsip dalam kebijakan luar negeri partai berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan yang awalnya disambut opini publik internal dan kawasan, namun telah berubah menjadi prinsip "ketegangan maksimum dengan negara-negara tetangga."



Kegagalan prinsip penting tersebut dalam kebijakan luar negeri pemerintah Turki tentunya harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Sejumlah jajak pendapat di Turki menunjukkan bahwa popularitas partai berkuasa telah menurun. Kebijakan regional, terutama intervensi terhadap urusan internal negara-negara di kawasan, dianggap sebagai salah satu alasan menurunnya popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan.



Sebagian pakar politik menilai upaya negarawan Turki untuk memperbaiki kebijakan luar negerinya, termasuk di Suriah, sebagai salah satu opsi yang tidak dapat dihindari untuk keluar dari masalah sulit yang sedang dihadapi oleh pemerintah Ankara saat ini, khususnya menjelang pemilu lokal di Turki.



Meski demikian, berlalunya waktu akan menunjukkan dengan jelas apakah Turki benar-benar mengubah kebijakannya terhadap Suriah atau hanya untuk mereduksi masalah yang ia hadapi sekarang. (IRIB Indonesia/RA/NA)