FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Wed Aug 14, 2013 11:49 pm

Tret ini saya persembahkan buat para pecinta KRISTOLOGI dimanapun anda berada dan masih bisa menerima sinyal Radio Odoy FM ini....

usil 

Kali ini saya akan lebih mengupas KRISTEN lebih dalam lagi dan bukan sekedar di Permukaan. Kita akan buktisan dengan seksama, bahwasannya Kristen ini tidak lebih dari potongan potongan KUEH PAGANISME yang berceceran dan disatukan kembali menjadi kue yang utuh.

Okeh...untuk bahan dasar pertama..saya coba menerjemahkan artikel dari link berikut...

1. Mithra: The Pagan Christ

http://www.truthbeknown.com/mithra.htm

2. Early Church Fathers on Mithraism: The Devil Got There First


http://www.truthbeknown.com/mithraism.html



Untuk selanjutnya.....akan ada banyak buku buku yang akan saya terjemahkan demi melengkapi uraian tentang KEPAGANAN KRISTEN ini...diantaranya :


• Timothy_Freke_-_The_Jesus_Mysteries_Was_the_Original_Jesus_a_Pagan_God
• Abram_Herbert_Lewis_-_Paganism_Surviving_in_Christianity_Ver.1
• Abram_Herbert_Lewis_-_Paganism_Surviving_in_Christianity_Ver.2
• Acharya.S- Christ-in-Egypt-the-Horus-Jesus-connection
• Adolph_von_Menzel_- Historical_And_Literary_Studies_Pagan_Jewish_And_Christian
• Helen Ellerbe – The Dark Side of Christian History
• Frank_Viola_-_Pagan_Christianity_Exploring_The_Roots_Of_Our_Church_Practices
• John_Arnott_Macculloch_-_The_Religion_Of_The_Ancient_Celts
• Robert_Leo_Odom_-_Sunday_Sacredness_In_Roman_Paganism
• Rodolfo_Amadeo_Lanciani_-_Pagan_and_Christian_Rome
• Samuel_Sharpe_-_Egyptian_Mythology_And_Egyptian_Christianity
• William_Mansfield_Groton_-_The_Christian_Eucharist_and_The_Pagan_Cults
• Zeitgeistsourcebook
* The Origins of Christianity and the Quest for the Historical Jesus Christ
By Acharya S/D.M. Murdock


Tentunya hanya point point penting yang akan saya terjemahkan dari sejumlah buku buku diatas. Insya Allah....selama saya masih BERNYAWA..maka tret ini akan terus saya update. Yang TIDAK SENANG dengan kerjaan saya ini, sudah pasti akan mendoakan saya cepet mati, tapi jika kerjaan saya ini adalah benar maka Insya Allah saya akan panjang umur dan bisa menyelesaikan proyek SEUMUR HIDUP 'mang odoy" ini. Dan tentunya ini akan menjadi BAROMETER tersendiri, sejauh mana kebenaran yang sedang saya tempuh. PANJANG UMUR..... atow CEPET MATI....???

Wasalam,


Dan kepada Pak Moderator yang terhormat....saya mohon bantuannya untuk mengamankan tret ini dari komen netter lain, dikarenakan tret ini hanyalah RC dan READ ONLY. Untuk perdebatan..Insya Allah saya akan bikin tret khusus sebagai lahan debat dari materi di tret ini.


Wasalam,


Terakhir diubah oleh mang odoy tanggal Sun Aug 18, 2013 11:09 pm, total 1 kali diubah
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Wed Aug 14, 2013 11:59 pm

http://www.truthbeknown.com/mithra.htm


Mithra: The Pagan Christ
by Acharya S/D.M. Murdock


Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Mithrasunmoon

(The following article is adapted from a chapter in Suns of God: Krishna, Buddha and Christ Unveiled, as well as excerpts from other articles, such as "The Origins of Christianity" and "The ZEITGEIST Sourcebook.")

"Both Mithras and Christ were described variously as 'the Way,' 'the Truth,' 'the Light,' 'the Life,' 'the Word,' 'the Son of God,' 'the Good Shepherd.' The Christian litany to Jesus could easily be an allegorical litany to the sun-god. Mithras is often represented as carrying a lamb on his shoulders, just as Jesus is. Midnight services were found in both religions. The virgin mother...was easily merged with the virgin mother Mary. Petra, the sacred rock of Mithraism, became Peter, the foundation of the Christian Church."
Mithra dan Yesus Kristus, keduanya digambarkan dengan berbagai macam sosok yaitu “The Way/ Sang Jalan” “ The Truth/Kebenaran” “ The Light/Cahaya” “The Life/Hidup” The Word/Firman” The Son of God/Anak Tuhan” “The Good Shepred/Penggembala yang Baik”.  Doa doa dalam Kekristenan yang ditujukan kepada Yesus dengan mudah dapat dijadikan sebuah doa alegori untuk Dewa Matahari. Mithras seringkali direpresentasikan  sebagai seorang yang membawa kambing di pundaknya, sebagaimana halnya Yesus. Upacara keagamaan di tengah malam (Midnight Service) ditemukan dalam kedua agama tersebut (Kristen dan Mitraisme). Ibu Perawan…dengan mudah digabungkan  dengan Bunda Maria. Petra, batu suci dari Mitraisme, menjadi PETER, fondasi dari Gereja Kristen.

Gerald Berry, Religions of the World



"Mithra or Mitra is...worshipped as Itu (Mitra-Mitu-Itu) in every house of the Hindus in India. Itu (derivative of Mitu or Mitra) is considered as the Vegetation-deity. This Mithra or Mitra (Sun-God) is believed to be a Mediator between God and man, between the Sky and the Earth. It is said that Mithra or [the] Sun took birth in the Cave on December 25th. It is also the belief of the Christian world that Mithra or the Sun-God was born of [a] Virgin. He travelled far and wide. He has twelve satellites, which are taken as the Sun's disciples.... [The Sun's] great festivals are observed in the Winter Solstice and the Vernal Equinox—Christmas and Easter. His symbol is the Lamb...."
Mithra atow Mitra ….. disembah sebagai ITU (Mitra-Mitu-Itu) di setiap rumah orang Hindu di India. ITU ( kata turunan dari Mitu atow Mitra) dianggap sebagai  Dewa Kesuburan. Mithra atow Mitra (Dewa Matahari) dipercaya sebagai MEDIATOR (Perantara) antara  Tuhan dan Manusia, antara Langit dan Bumi. Dikatakan bahwa Mithra atow Sang Dewa Matahari lahir disebuah Goa pada tanggal 25 Desember. Juga dipercaya dalam dunia Kristen bahwa Mithra sang Dewa Matahari lahir dari seoarang perawan, Dia bepergian jauh dan luas. Dia punya PENGIRING 12 orang, sebagai murid muridnya. Festival Agung dari sang dewa Matahari adalah pada waktu Winter Soltice dan Vernal Equinox – Christmas dan Easter/Paskah. Simbol sang dewa Matahari adalah KAMBING.

Swami Prajnanananda, Christ the Saviour and Christ Myth


Because of its evident relationship to Christianity, special attention needs to be paid to the Persian/Roman religion of Mithraism. The worship of the Indo-Persian god Mithra dates back centuries to millennia preceding the common era. The god is found as "Mitra" in the Indian Vedic religion, which is over 3,500 years old, by conservative estimates. When the Iranians separated from their Indian brethren, Mitra became known as "Mithra" or "Mihr," as he is also called in Persian.
Dikarenakan bukti bukti keterkaitan dengan Kristen tersebut , perhatian khusus perlu ditujukan kepada agama Persian/Roman yaitu Mitraisme. Pemujaan dari Indo-Persia Dewa Mitra berlangsung selama berabad abad sebelum Comon Era (Masehi – setelah adanya Yesus Kristus).  Dewa tersebut disebut dengan nama “Mitra” dalam agama Vedic India, yang mana berusia lebih dari 3500 tahun, berdasarkan perkiraan konservatif. Ketika bangsa Iran memisahkan diri dari India, Mitra menjadi terkenal dengan nama “MITHRA” atow “MIHR” sebagaimana disebut juga dalam bahasa Persia.


Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Hittite-mitanni

By around 1500 BCE, Mitra worship had made it to the Near East, in the Indian kingdom of the Mitanni, who at that time occupied Assyria. Mitra worship, however, was known also by that time as far west as the Hittite kingdom, only a few hundred miles east of the Mediterranean, as is evidenced by the Hittite-Mitanni tablets found at Bogaz-Köy in what is now Turkey. The gods of the Mitanni included Mitra, Varuna and Indra, all found in the Vedic texts.
Sekitar taun 1500 sebelum Masehi, pemujaan terhadap Dewa Mitra telah tersebar di sampe ke Timur Dekat, di kerajaan India yaitu Kerajaan Mitanni, yang mana pada saat itu menduduki/menjajah bangsa Asiria. Tetapi, pemujaan terhadap Dewa Mitra, juga dikenal di kerajaan HITTITE, yang berjarak hanya ratusan mil timur Mediterania, sebagaimana dibuktikan oleh prasasti di Hittite-Mittani yang ditemukan di Bogaz-Koy yang sekarang ini dikenal sebagai negara TURKI. Dewa dewa kerajaan Mitanni termasuk Dewa Mitra, Varuna dan Indra, semuanya ditemukan dalam tulisan tulisan Vedic/Weda.


...tubi kontinyu....
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Fri Aug 16, 2013 10:13 pm

Mithra as Sun God (Mithra sebagai Dewa Matahari)



The Indian Mitra was essentially a solar deity, representing the "friendly" aspect of the sun. So too was the Persian derivative Mithra, who was a "benevolent god" and the bestower of health, wealth and food.
Dewa Mitra dari India pada dasarnyua adalah Dewa Matahari, mewakili aspek “ramah” dari Matahari. Begitu juga Dewa Mithra Persia, yang mana disebut sebagai “Dewa Yang Murah Hati” dan sebagai “Pemberi Kesehatan, kekayaan dan makanan”.

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Mithrasunrays2


Like so many gods, Mithra was the light and power behind the sun. In Babylon, Mithra was identified with Shamash, the sun god, and he is also Bel, the Mesopotamian and Canaanite/ Phoenician solar deity, who is likewise Marduk, the Babylonian god who represented both the planet Jupiter and the sun. According to Pseudo-Clement of Rome's debate with Appion (Homily VI, ch. X), Mithra is also Apollo.
Sebagaimana dewa dewa yang lain, Dewa Mithra adalah cahaya dan kekuatan dibelakang Matahari. Di Babilonia, Dewa Mithra diidentifikasikan dengan SHAMASH, sang Dewa Matahari, dan juga BEL sang Dewa Matahari di daerah Canaanite /Phoenic, pun demikian MARDUK sang dewa dari Babilonia yang merepresentasikan planet Jupiter dan Matahari. Berdasarkan Pseudo-Clement of Rome's debate with Appion (Homily VI, ch. X), Dewa Mithra ini juga sebenernya adalah dewa APOLLO.

In time, the Persian Mithraism became infused with the more detailed astrotheology of the Babylonians and Chaldeans, and was notable for its astrology and magic; indeed, its priests or magi lent their very name to the word "magic." Included in this astrotheological development was the re-emphasis on Mithra's early Indian role as a sun god. As Francis Legge says in Forerunners and Rivals in Christianity:
The Vedic Mitra was originally the material sun itself, and the many hundreds of votive inscriptions left by the worshippers of Mithras to "the unconquered Sun Mithras," to the unconquered solar divinity (numen) Mithras, to the unconquered Sun-God (deus) Mithra, and allusions in them to priests (sacerdotes), worshippers (cultores), and temples (templum) of the same deity leave no doubt open that he was in Roman times a sun-god. (Legge, II, 240)

Pada saat, agama Mitraisme Persia menjadi terinfus oleh astroteologi yang lebih detail dari bangsa Babilonia dan Kaldea, yang mana terkenal dengan ilmu Astrologi dan Magis/sihir nya, sesungguhnya, rabi rabi mereka atow MAGI meminjamkan nama mereka untuk kata MAGIC dalam bahasa inggris. Termasuk dalam hal ini adalah perkembangan Astroteological yaitu Penekanan kembali pada peranan dewa dari India yaitu Mithra sebagai Dewa Matahari. Sebagaimana Francis Legge katakan dalam Forerunners and Rivals in Christianity (Pelopor dan Saingan dalam Kekristenan):
Dewa Mitra yang berasal dari Vedic/Weda pada asalnya adalah material matahari itu sendiri, dan banyak sekali persembahan persembahan nazar yang ditinggalkan oleh para penyembah dari Dewa Mithras kepada "the unconquered Sun Mithras,", kepada sang dewa Matahari Mithras yang tak tertandingi (NUMEN), kepada ‘the unconquered Sun-God (deus) Mithra’, dan kiasan kiasan tentang hal itu ke para Pendeta/Rabbi (SACERDOTES), para penyembah (CULTORES), dan Biara (TEMPLUM) dari dewa yang sama mangkanya tidak diragukan lagi bahwa Dewa tersebut adalah dewa Matahari di jaman Kekaisaran Romawi . (Legge, II, 240)



By the Roman legionnaires, Mithra—or Mithras, as he began to be known in the Greco-Roman world—was called "the divine Sun, the Unconquered Sun." He was said to be "Mighty in strength, mighty ruler, greatest king of gods! O Sun, lord of heaven and earth, God of Gods!" Mithra was also deemed "the mediator" between heaven and earth, a role often ascribed to the god of the sun.
Oleh pasukan Romawi, Mithra atow Mithras, sebagai mana dia mulai dikenal di jaman Greco-Romawi, Mithra ini disebebut sebagtai “the Divine Sun/Tuhan dewa Matahari, The Unconquered Sun/ Matahari yang tak tertandingi” . Dia disebut sebagai “Mighty in Strenght/ Kuasa dalam Kekuatan, Mighty Ruler/Pengatur Yang Maha Kuasa, Gretest King of Gods/ Raja para Dewa dewa yang Agung,, O Sun, lord of Heaven and Earth God of Gods/ O matahari tuannya Bumi dan Sorga Dewa dari segala dewa”. Mithra juga dianggap sebagai “THE MEDIATOR/PERANTARA” antara sorga dan bumi, sebuah peranan yang sering disematkan ke sang Dewa Matahari.

As concerns Mithra's identity, Mithraic scholar Dr. Roger Beck says:
Mithras...is the prime traveller, the principal actor...on the celestial stage which the tauctony [bull-slaying] defines.... He is who the monuments proclaim him—the Unconquered Sun. (Beck (2004), 274)
In an early image, Mithra is depicted as a sun disc in a chariot drawn by white horses, another solar motif that made it into the Jesus myth, in which Christ is to return on a white horse. (Rev 6:2; 19:11)
Sebagai perhatian dari Identitas Mithra, seorang Sarjana/Cendikiawan Mitraisme yaitu Dr. Roger Beck, mengatakan :
Mithras…. Adalah seorang pengembara terbaik, Aktor utama…..dalam pentas tokoh surgawi yang terkenal sebagai seorang pembantai banteng……dialah yang mana monumentnya memproklamasikannya sebagai The Unconquered Sun/Matahari yang tak tertandingi. (Beck (2004), 274)
Dalam sebuah gambar/patung/relief jaman awal, Mithra digambarkan sebagai seorang dengan pancaran sinar matahari dikepalanya dengan mengendari kereta kencana dan menendarai Kuda Putih, hal ini adalah sebuah motif pendewaan dewa matahari yang disematkan kedalam Mitos Yesus, dimana Yesus pun digambarkan akan kembali lagi ke planet bumi ini dengan mengendarai Kuda Putih ( Kitab Wahyu 6 : 2 … 19 : 11)
(2) Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. (Wahyu 6 : 2)
(11) Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. (Wahyu 19 : 11)


avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Fri Aug 16, 2013 10:33 pm

Mithra in the Roman Empire (Mitra di jaman Kekaisaran Romawi)



Subsequent to the military campaign of Alexander the Great in the fourth century BCE, Mithra became the "favorite deity" of Asia Minor. Christian writers Dr. Samuel Jackson and George W. Gilmore, editors of The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge (VII, 420), remark:
It was probably at this period, 250-100 b.c., that the Mithraic system of ritual and doctrine took the form which it afterward retained.
Menyusul dengan adanya kampanye militer dari Alexander Agung di abad ke empat sebelum Masehi, Mithra menjadi “DEWA FAVORITE” di Asia Kecil. Penulis Kristen  Dr. Samuel Jackson dan George W. Gilmore, editor dari The New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge (VII, 420), menyatakan :
Besar kemungkinan pada periode ini, yaitu pada taun 250-100 sebelum Masehi…bahwa sistem Mitraisme dengan Ritual dan Doktrin nya terbentuk yang walo pada akhirnya setelah itu bertahan.


Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Mithrasolinvicto

According to the Roman historian Plutarch (c. 46-120 AD/CE), Mithraism began to be absorbed by the Romans during Pompey's military campaign against Cilician pirates around 70 BCE. The religion eventually migrated from Asia Minor through the soldiers, many of whom had been citizens of the region, into Rome and the far reaches of the Empire. Syrian merchants brought Mithraism to the major cities, such as Alexandria, Rome and Carthage, while captives carried it to the countryside. By the third century AD/CE Mithraism and its mysteries permeated the Roman Empire and extended from India to Scotland, with abundant monuments in numerous countries amounting to over 420 Mithraic sites so far discovered.
Menurut Ahli Sejarah Rowami yaitu PLUTARCH (c. 46-120 AD/CE), Mitraisme mulai diserap oleh bangsa Romawi semasa  Pergerakan Militer Pompey melawan pembajak pembajak Cilician sekitar taun 70 Sebelum Masehi. Agama ini pada akhirnya berimigrasi dari Asia Kecil melalaui bala tentara., yang mana banyak dari mereka menjadi penduduk setempat, kedalam kota Roma dan menjangkau jauh ke seantero kekaisaran. Para pedagang Syria menyebarkan agama Mitraisme ini ke kota kota utama seperti Alexandria, Roma dan Carthage, sementara itu para tahanan membawanya ke daerah pedalaman.. Menjelang abad ke-3 Masehi Mitraisme dan segala bentuk misterinya menerobos jauh ke daerah India sampe Skotlandia, dengan begitu banyak monument monumentnya di berbagai negara sampe mencapai lebih  dari 420 situs Mitraisme yang sejauh ini diketahui/ditemukan.



From a number of discoveries, including pottery, inscriptions and temples, we know that Roman Mithraism gained a significant boost and much of its shape between 80 and 120 AD/CE, when the first artifacts of this particular cultus begin to be found at Rome. It reached a peak during the second and third centuries, before largely expiring at the end of the fourth/beginning of fifth centuries. Among its members during this period were emperors, politicians and businessmen. Indeed, before its usurpation by Christianity Mithraism enjoyed the patronage of some of the most important individuals in the Roman Empire. In the fifth century, the emperor Julian, having rejected his birth-religion of Christianity, adopted Mithraism and "introduced the practise of the worship at Constantinople."  (Schaff-Herzog, VII, 423)
Dari sejumlah penemuan penemuan, termasuk keramik, tulisan tulisan dalam bentuk relief dan kuil kuil pemujaan, kita mengetahui bahwa Mitraisme Romawi mencapai kemajuan yang pesat antara taun 80 dan 120 Masehi Masehi, ketika artifak/peninggalan sejarah dari pengkultusan khusus ini  mulai ditemukan di Roma. Hal tersebut mencapai puncaknya selama abad ke-2 dan ke-3 Masehi, sebelum akhirnya mulai menyurut pada akhir abad ke-4/awal abad ke-5 Masehi. Diantara para penganut Mitraism pada jaman ini adalah para Kaisar, Politisi, dan Saudagar. Memang, sebelum kudeta yang dilakukanoleh Kekristenan, agama Mitraisme menikmati patronase dari beberapa individu penting di kekaisaran Romawi. Pada abad ke-5 Masehi, Kaisar JULIAN, menolak kelahiran agama Kristen, mengadopsi agama Mitraisme dan “memperkenalkan  praktek penyembahan di Konstantinopel “(Schaff-Herzog, VII, 423)


Modern scholarship has gone back and forth as to how much of the original Indo-Persian Mitra-Mithra cultus affected Roman Mithraism, which demonstrates a distinct development but which nonetheless follows a pattern of this earlier solar mythos and ritual. The theory of "continuity" from the Iranian to Roman Mithraism developed famously by scholar Dr. Franz Cumont in the 20th century has been largely rejected by many scholars. Yet, Plutarch himself (Life of Pompey, 24) related that followers of Mithras "continue to the present time" the "secret rites" of the Cilician pirates, "having been first instituted by them." So too does the ancient writer Porphyry (234-c. 305 AD/CE) state that the Roman Mithraists themselves believed their religion had been founded by the Persian savior Zoroaster.
Para sarjana Modern sudah bolak balik mengkaji bagaimana  Pengkultusan terhadap Dewa Mitra-Mithra yang berasal dari Indo-Persia ini  mempengaruhi Mitraisme Romawi, yang menunjukkan perkembangan yang secara jelas tapi walowpun begitu mengikuti pola dari ritual dan pennyembahan kepada Dewa Matahai pada jaman awal tersebut. Teori “Kontinuitas” dari Mitraisme  Iran ke Mitraisme Romawi yang dikembangkan oleh sarjana Dr. Franz Cumont pada abad ke-20 telah banyak ditolak oleh banyak sarjana sarjana lainnya. Pun begitu danan PLUTARCH sendiri (Life of Pompey, 24) dia mengaitkan bahwa para pengkikut Dewa Mitra berlanjut sampe saat ini. Upacara keagamaan rahasia dari para pembajak pembajak Cilician, telah pertama kali di institusikan oleh  mereka. Jadi, begitu pula seorang penulis kuno PORPHYRY (234-c. 305 Masehi) menyatakan bahwa Mitraisme Romawi sendiri percaya bahwa agama mereka ini ditemukan oleh sang Juru Selamat bangsa Persia yaitu ZOROASTER.


In discussing what may have been recounted by ancient writers asserted to have written many volumes about Mithraism, such as Eubulus of Palestine and "a certain Pallas," Gordon (Journal Mithraic Studies, v. 2, 150) remarks: "Certainly Zoroaster would have figured largely; and so would the Persians and the magi." It seems that the ancients themselves did not divorce the eastern roots of Mithraism, as exemplified also by the remarks of Dio Cassius, who related that in 66 AD/CE the king of Armenia, Tiridates, visited Rome. Cassius states that the dignitary worshipped Mithra; yet, he does not indicate any distinction between the Armenian's religion and Roman Mithraism.
Dalam diskusi tentang apa yang telah diceritakan kembali oleh para penulis jaman dulu yang mana telah banyak menulis tentang Mitraisme, seperti ‘Eubulus of Palestine’ dan “ a certain Pallas”, Gordon (Journal Mithraic Studies, v.2, 150) menyatakan : “ Sudah barang tentu Zoroaster  telah difigurkan secara luas, pun begitu  bangsa Persia dan sang Magi”. Nampaknya Orang orang jaman dulu sendiri tidak memisahkan  asal muasal Mitraisme dari kawasan timur, sebagaimana dicontohkan  juga oleh catatan Dio Cassius, yang mengkorelasikan bahwa pada taun 66 Masehi Raja Armenia, Tiridates, mengunjungi kota Roma.  Dio Cassius menyatakan bahwa para pejabat dan orang yang berkedudukan tinggi melakukan penyembahan terhadap Dewa Mithra, sekalipun begitu  dia tidak mengindikasikan adanya perbedaan antara Agama Armenia dan Mitraisme Romawi.


It is apparent from their testimony that ancient sources perceived Mithraism as having a Persian origin; hence, it would seem that any true picture of the development of Roman Mithraism must include the latter's relationship to the earlier Persian cultus, as well as its Asia Minor and Armenian offshoots. Current scholarship is summarized thus by Dr. Beck (2004; 28)
Nyata dan jelas dari testimoni mereka bahwa sumber sumber kuno mempersepsikan Mitraisme mempunyai hubungan yang kuat dengan Mitraisme asli dari Persia. Oleh karena itu, nampaknya beberapa gambaran nyata  dari perkembangan Mitraisme Romawi harus mencakup hubungan yang terakhir sampai dengan pengkultusan oleh Bangsa Persia jaman awal, juga cabang cabang di Asia Kecil dan Armenia. Hal tersebut di ihktisarkan oleh sarjana sarjana jaman sekarang, demikian juga oleh Dr. Beck (2004 ; 28)


In his massive anthology, Armenian and Iranian Studies, Dr. James R. Russell, professor of Armenian Studies at Harvard University, essentially proves that Roman Mithraism had its origins in not only Persian or Iranian Mithraism and Zoroastrianism but also in Armenian religion, dating back centuries before the common era.
Dalam karya sastra yang cukup besar, “Armenian and Iranian Studies”, Dr James R. Russell, seorang Profesor dari Armenian Studies di Harvard University, pada dasarnya membuktikan bahwa Mitraisme Romawi mempunyai asal usul yang kuat tidak hanya dari Mitraiseme Persia atow Mitraisme Iran dan Zoroaster tetapi juga dari agama Armenia, semenjak dari abad sebelum Masehi (CE/C ommon Era).
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Fri Aug 16, 2013 10:54 pm

The Many Faces of Mithra (Banyak Rupa dari Dewa Mithra)



Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Armenia


Mainstream scholarship speaks of at least three Mithras: Mitra, the Vedic god; Mithra, the Persian deity; and Mithras, the Greco-Roman mysteries icon. However, the Persian Mithra apparently developed differently in various places, such as in Armenia, where there appeared to be emphasis on characteristics not overtly present in Roman Mithraism but found as motifs within Christianity, including the Virgin Mother Goddess. This Armenian Mithraism is evidently a continuity of the Mithraism of Asia Minor and the Near East. This development of gods taking on different forms, shapes, colors, ethnicities and other attributes according to location, era and so on. It is not only quite common but also the norm. Thus, we have hundreds of gods and goddesses who are in many ways interchangeable but who have adopted various differences based on geographical and environmental factors.
Sarjana sarjana Mainstream mengungkapkan setidaknya ada 3 Mitras :
1. Dewa Mithra dalam Kitab Weda.
2. Dewa Mithra dalam ketuhanan agama Persia.
3. Dewa Mithra sebagai Icon dalam agama misteri Greko Romawi,
Akan tetapi, Dewa Mithra versi Persia ternyata dikembangkan  secara berbeda di banyak tempat, seperti di Armenia, dimana di daerah Armenia, Dewa Mithra nampak seperti adanya penekanan  pada karakteristik tidak secara terbuka nampak dalam faham Mitraisme Romawi tetapi bisa ditemukan sebagai motif di dalam ke Kristen an, termasuk masalah Dewa Ibu Perawan. Mitraisme Armenia ini  dengan jelas adalah sebuah kelanjutan  dari Mitraisme di Asia Kecil dan Timur Dekat.  Pengembangan dari dewa dewa ini  mengambil sosok yang berbeda, bentuk yang berbeda , warna, ke etnik an dan atribut atribut lain  sesuai dengan lokasi, jaman dan sebagainya, Hal ini tidak hanya terlalu umum tetapi juga menyangkut masalah Norma. Maka dari itu, kita bukan saja mendapatkan ratusan Dewa/Dewi yang mana dalam banyak hal bisa berubah ubah tetapi dewa dewi tersebut telah mengadopsi beragam perbedaan sesuai dengan letak geografi dan faktor faktor lingkungan.





Mithra and Christ (Dewa Mithra dan Kristus)



Over the centuries—in fact, from the earliest Christian times—Mithraism has been compared to Christianity, revealing numerous similarities between the two faiths' doctrines and traditions, including as concerns stories of their respective godmen. In developing this analysis, it should be kept in mind that elements from Roman, Armenian and Persian Mithraism are utilized, not as a whole ideology but as separate items that may have affected the creation of Christianity, whether directly through the mechanism of Mithraism or through another Pagan source within the Roman Empire and beyond. The evidence points to these motifs and elements being adopted into Christianity not as a whole from one source but singularly from many sources, including Mithraism.

Selama berabad abad-tepatnya, dari mulai jaman Kristen paling awal, Mitraisme telah diperbandingkan dengan KeKristenan, menyingkapkan banyak kesamaan kesamaan antara kedua ‘keyakinan/iman’ , doktrin doktrin dan tradisi tradisi, termasuk salah satunya yang menjadi kisah yang jadi perhatian utama yaitu menyangkut masalah “godmen/Tuhan yang jadi Manusia”. Dalam mengembangkan analisis ini, harus diingat bahwa elemen element dari Mitraisme Romawi, Armenia dan Persia digunakan, tidak sebagai sebuah keseluruhan ideologi tapi sebagai hal yang terpisah yang mungkin telah mempengaruhi  penciptaan dari ke Kristen an, apakah itu langsung melalaui mekanisme Mitraisme atoau melalui sumber Paganisme yang lain didalam Ke kaisaran Romawi dan diluar kekaisaran Romawi. Titik penting dari bukti akan motif motif dan elemen elemen yang telah diadopsi kedalam keKristenan tidak secara keseluruhan dari satu sumber tapi secara luar biasa diambil dari banyak sumber, termasuk Mitraisme.
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Fri Aug 16, 2013 10:58 pm

Mithra the 'Rock-Born'


Mithra's genesis out of a rock, analogous to the birth in caves of a number of gods—including Jesus in the apocryphal, non-canonical texts— was followed by his adoration by shepherds, another motif that found its way into the later Christianity. Regarding the birth in caves likewise common to pre-Christian gods, and present in the early legends of Jesus, Weigall relates (50):
...the cave shown at Bethlehem as the birthplace of Jesus was actually a rock shrine in which the god Tammuz or Adonis was worshipped, as the early Christian father Jerome tells us; and its adoption as the scene of the birth of our Lord was one of those frequent instances of the taking over by Christians of a pagan sacred site. The propriety of this appropriation was increased by the fact that the worship of a god in a cave was commonplace in paganism: Apollo, Cybele, Demeter, Herakles, Hermes, Mithra and Poseidon were all adored in caves; Hermes, the Greek Logos, being actually born of Maia in a cave, and Mithra being "rock-born."

Asal usul Dewa Mithra yang keluar dari sebuah batu, dianalogikan dengan kelahiran sejumlah dewa dewa yang lahir di dalam goa termasuk Yesus dalam kitab apokrip, non-kanonik. Yang mana diikuti oleh pemuja pemuja nya, para penggembala domba, motif yang lain yang ditemukan kemudian di dalam ke kristen an. Terkait masalah kelahiran di goa yang mana hal tersebut sudah sangat umum terjadi pada dewa dewa sebelum kelahiran Ke Kristen an, dan muncul kembali dalam legenda awal tentang Yesus, Weigell (50) menuturkan :

…. Goa yang ada di Betlehem sebagai tempat lahir Yesus sebenernya adalah sebuah tempat suci tempat pemujaan Dewa Thamuz atow Adonis, sebagaimana Bapak Gereja awal yaitu Jerome mengatakan pada kita : dan adopsi adopsinya sebagaimana tempat lahir tuhan kita adalah salah satu contoh dari pengambil alihan oleh kaum Kristen dari situs suci kaum Pagan. Kelayakan dari warisan/derma/pemberian ini ditambah pula oleh fakta bahwa pemujaan dewa di sebuah goa adalah sebuah hal yang umum dalam Paganisme : Apollo, Cybele, Demeter, Herakles, Hermes, Mithra and Poseidon semuanya dipuja didalam sebuah Goa; Hermes, sang “Logos” Yunani, dilahirkan dalam sebuah goa oleh seorang wanita bernama Maia, dan Mithra menjadi “rock-born”.


As the "rock-born," Mithras was called "Theos ek Petras," or the "God from the Rock." As Weigall also relates:
Indeed, it may be that the reason of the Vatican hill at Rome being regarded as sacred to Peter, the Christian "Rock," was that it was already sacred to Mithra, for Mithraic remains have been found there.
Sebagai seorang “the rock-born” , Dewa Mithra dijuluki “Theos ek Petras” atow “God from the Rock/ Tuhan yang keluar dari Batu”. Sebagai mana Weiggel juga menyatakan :
Sungguh, mungkin karena alasan ini Vatikan Hill di Roma dianggap sebagai penghormatan kepada “Peter sang Batu Kristen”, yang mana tempat tersebut sudah lebih dulu disakralkan untuk Dewa Mithra, dikarenakan sisa sisa peninggalan agama Mitraisme telah ditemukan ditempat ini.


Mithras was "the rock," or Peter, and was also "double-faced," like Janus the keyholder, likewise a prototype for the "apostle" Peter. Hence, when Jesus is made to say (in the apparent interpolation at Matthew 16:12) that the keys of the kingdom of heaven are given to "Peter" and that the Church is to be built upon "Peter," as a representative of Rome, he is usurping the authority of Mithraism, which was precisely headquartered on what became Vatican Hill.
"Mithraic remains on Vatican Hill are found underneath the later Christian edifices, which proves the Mithra cult was there first."
Dewa Mithra dijuluki “the rock/ sang batu” atow Peter dan juga dia diuluki sebagai “double-face/berwajah ganda” seperti halnya “ Janus the Keyholder/Janus sang jurukunci” demikian juga julukan tersebut (sang juru kunci) adalah sebuah prototype untuk “apostle/rasul Peter”. Karenanya, ketika Yesus mengatakan (dalam interpolasi yang jelas seperti dinyatakna dalam Matius 16:12) bahwasannya kunci Kerajaan Surga diberikan kepada “Peter” dan bahwasannya Gereja dibangun diatas “Peter” , sebagai sebuah representatif/perwakilan dari Roma, dia juga telah mengambil otoritas dari agama Mitraisme, yang mana telah dengan tepat dipusatkan di sebuah bukit yang sekarang disebut “Vatican Hill”.
“Sisa sisa peninggalan/reruntuhan agama Mitraisme di Vatican Hill ditemukan dibawah bangunan besar kekristenan, yang membuktika bahwa pengkultusan Mitraise sudah ada disana sebagai yang pertama


By the time the Christian hierarchy prevailed in Rome, Mithra had already been a popular cult, with pope, bishops, etc., and its doctrines were well established and widespread, reflecting a certain antiquity. Mithraic remains on Vatican Hill are found underneath the later Christian edifices, a fact that proves the Mithra cult was there first. In fact, while Mithraic ruins are abundant throughout the Roman Empire, beginning in the late first century AD/CE, "The earliest church remains, found in Dura-Europos, date only from around 230 CE."
Pada saat hirarki keKristenan berkuasa/menang di Roma, Dewa Mithra telah sudah menjadi sebuah pengkultusan yang populer, dengan kepangkatan POPE,BISHOP dan lain lain, dan doktrin doktrinnya sudah terlebih dulu ditegakkan dan tersebar luas, merefleksikan sebuah antikuitas tersendiri. Sisa sisa peninggalan agama Mitraisme di Vatican Hill ditemukan dibawah bangunan besar keKristenan, adalah sebuah fakta/bukti yang membuktikan bahwa pengkultusan dewa Mithra telah lebih dulu ada. Sebenernya, sementara reruntuhan peninggalan agama Mitraisme berlimpah ruah di seantero Kekaisaran Romawi, dimulai pada akhir abad kesatu Masehi, “ Reruntuhan Gereja Paling Awal, ditemukan di Dura-Europos, dan itu sekitar taun 230 Masehi”
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Sun Aug 18, 2013 11:31 pm

Priority: Mithraism or Christianity? (Prioritas : Mitraisme atow Kristen?)



It is obvious from the remarks of the Church fathers and from the literary and archaeological record that Mithraism in some form preceded Christianity by centuries. The fact is that there is no Christian archaeological evidence earlier than the earliest Roman Mithraic archaeological evidence and that the preponderance of evidence points to Christianity being formulated during the second century, not based on a "historical" personage of the early first century. As one important example, the canonical gospels as we have them do not show up clearly in the literary record until the end of the second century.
Sudah jelas dan nyata dari catatan para Bapa Bapa Gereja dan dari kesusastraan dan bukti arkeologi, mencatan bahwa Mitraisme dalam beberapa bentuk telah mendahului keKristenan selama berabad abad. Pada kenyataannya tidak ada satupuan bukti dari ke Kristenan sendiri yang mana lebih awal dari bukti bukti arkeologi agama Mitraisme Romawi dan juga bukti bukti dalam jumlah besar dalam keKristenan baru diformulasikan selama abad kedua, dan itupun tidak berdasarkan pendapat tokoh terkemuka di awal abad kesatu. Sebagai satu contoh penting, Gospel Kanonik sebagaimana yang kita punya tidak muncul dengan jelas dalam catatan literatur sampai AKHIR ABAD KEDUA.


Mithra's pre-Christian roots are attested in the Vedic and Avestan texts, as well as by historians such as Herodotus (1.131) and Xenophon (Cyrop. viii. 5, 53 and c. iv. 24), among others. Nor is it likely that the Roman Mithras is not essentially the same as the Indian sun god Mitra and the Persian, Armenian and Phrygian Mithra in his major attributes, as well as some of his most pertinent rites.
Akar agama Mitraisme pra-Kristen dibuktikan/disahkan dalam Vedic (kesusateraan dalam bahasa Sangsakerta Kuno) dan Avestan (kesusasteraan dalam bahasa Persia Kuno), juga oleh para ahli sejarah diantara sekian banyak seperti Herodotus (1.131) dan Xenophon (Cyrop. viii. 5, 53 and c. iv. 24).


Moreover, it is erroneously asserted that because Mithraism was a "mystery cult" it did not leave any written record. In reality, much evidence of Mithra worship has been destroyed, including not only monuments, iconography and other artifacts, but also numerous books by ancient authors. The existence of written evidence is indicated by the Egyptian cloth "manuscript" from the first century BCE called, "Mummy Funerary Inscription of the Priest of Mithras, Ornouphios, Son fo Artemis" or MS 247.
Selain itu, ditegaskan secara salah bahwa dikarenakan agama Mitraisme ini adalah sebuah “mistery cult/pengkultusan yang misteri”, Mitraisme tidak meninggalkan catatan tertulis. Dalam kenyataannya, banyak dari bukti dari penyembahan dewa Mithra telah diruksak, termasuk tidak hanya monument monument, iconography (ilmu cara membuat arca-patung) dan artifak lainnya, tapi juga sejumlah buku buku yang dikarang oleh para pengarang di jaman kuno. Bukti tertulis yang masih eksis diindikasikan oleh Manuskrip Mesir yang terbuat dari kain yang berasal dari abad ke-1 sebelum Masehi dan dinamakan "Mummy Funerary Inscription of the Priest of Mithras, Ornouphios,” Son of Artemis or MS 247.

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Egyptianmithrainscription


As previously noted, two of the ancient writers on Mithraism are Pallas, and Eubulus, the latter of whom, according to Jerome (Against Jovinianus, 2.14; Schaff 397), "wrote the history of Mithras in many volumes." Discussing Eubulus and Pallas, Porphyry too related that there were "several elaborate treatises setting forth the religion of Mithra." The writings of the early Church fathers themselves provide much evidence as to what Mithraism was all about, as do the archaeological artifacts stretching from India to Scotland.
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dua orang dari para penulis kuno tentang agama Mitraisme yaitu Pallas dan Eubulus yang mana belakangan ini menurut Jerome (Against Jovinianus, 2.14; Schaff 397), “telah menulis tentang sejarah agama Mitraisme dalam banyak volume/buku”. Membahas masalah Eubulus dan Pallas, juga Porphyry, menceritakan/menghubungkan bahwa ada “beberapa risalah yang lebih terperenci telah memaparkan/mengetengahkan tentang agama Mitraisme”. Tulisan tulisan dari bapak Gereja awal sendiri membuktikan banyak bukti tentang bagaimana itu agama Mitraisme, pun begitu artifak arkeologi yang membentang dari mulai India sampai dengan Skotlandia.


These many written volumes doubtlessly contained much interesting information that was damaging to Christianity, such as the important correspondences between the "lives" of Mithra and Jesus, as well as identical symbols such as the cross, and rites such as baptism and the eucharist. In fact, Mithraism was so similar to Christianity that it gave fits to the early Church fathers, as it does to this day to apologists, who attempt both to deny the similarities and yet to claim that these (non-existent) correspondences were plagiarized by Mithraism from Christianity.
"Regardless of attempts to make Mithraism the plagiarist of Christianity, the fact will remain that Mithraism was first."

Jumlah tulisan tulisan mengenai Mitraisme yang sebanyak ini telah dengan yakin mengandung banyak informasi menarik yang tentu saja meruksak citra keKristenan itu sendiri, seperti hal penting tentang kesesuaian antara “sejarah kehidupan dari dewa Mithra dan Yesus, pun juga simbol identik seperti “Tiang Palang, dan tata upacara keagamaan seperti Pembatisan dan Ekaristi. Pada kenyataanya, agama Mitraisme begitu mirip dengan Kristen, yang mana hal ini membuat gusar/marah para bapak bapak Gereja di jaman awal, dan juga para Apologist (pembela keimanan Kristen) di jaman sekarang, yang mana keduanya berusaha untuk MENGINGKARI kesamaan kesamaan tersebut dan mengklaim bahwa kesesuaian antara Mitraisme dan Kristen adalah sebuah PEJIPLAKAN yang dilakukan oleh agama Mitraisme DARI ke Kristen an.
“Bagaimanpun juga usaha usaha untuk membuat kesan bahwa Mitraisme sebagai PENJIPLAK dari keKrisenan, kenyataan dan bukti akan tetap sama bahwa agama Mitraisme tetap yang PERTAMA ada”




Nevertheless, the god Mithra was revered for centuries prior to the Christian era, and the germane elements of Mithraism are known to have preceded Christianity by hundreds to thousands of years. Thus, regardless of attempts to make Mithraism the plagiarist of Christianity, the fact will remain that Mithraism was first, well established in the West decades before Christianity had any significant influence.
Meskipun demikian, Dewa Mithra dipuja selama berabad abad sebelum era keKristenan, dan element element yang berhubungan erat dengan agama Mitraisme telah diketahui mendahului keKristenan selama ratusan bahkan ribuan taun sebelumnya. Namun demikan, “Bagaimanpun juga usaha usaha untuk membuat kesan bahwa Mitraisme sebagai PENJIPLAK dari keKrisenan, kenyataan dan bukti akan tetap sama bahwa agama Mitraisme tetap yang PERTAMA ada”

avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Sun Aug 18, 2013 11:34 pm

Untuk selajutnya...saya akan menterjemahkan link yang ini..

2. Early Church Fathers on Mithraism: The Devil Got There First

http://www.truthbeknown.com/mithraism.html

...tubi kontinyu...
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by mang odoy Sat Dec 28, 2013 11:53 pm

http://www.truthbeknown.com/mithraism.html

Early Church Fathers on Mithraism: The Devil Got There First
by D.M. Murdock/Acharya S


Why did the religion of Mithraism so bother the early Christians that they were compelled to write against it?

Mengapakah agama Mitraisme begitu mengganggu kaum Kristen jaman awal sehingga memaksa mereka untuk menulis dalam rangka melawan faham tersebut?

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Mithrasrelief-Neuenheim


The early fathers of the Christian church discussed Mithraism's similarities to Christianity, unfavorably and with the intent to make it appear as if the prescient devil "aped" the coming Christ, based on interpretations of so-called "messianic prophecies" in the Old Testament. In other words, they essentially admitted that these similarities, parallels and correspondences between the religion and biography of the Perso-Roman god Mithra and the Jewish messiah Jesus existed before Christ supposedly lived, and that the Christian savior and religion were therefore unoriginal and not unique.

Bapa bapa Gereja Krisen jaman awal mendiskusikan persamaan persamaan agama Mitraisme dengan Kristen,  dengan cara yang tidak baik dan dengan dengan maksud  bahwa agama Mitraisme ini nampak seolah olah Sang Devil/Setan/Iblis mengetahui akan kedatangan sang Kristus dan sang Iblis ini menirunya, berdasarkan interpretasi yang disebut “messianic prophecies/Nubuat sang Mesiah” yang terkandung dalam Perjanjian Lama.  Dengan kata lain, sebenernya mereka ini mengakui persamaan persamaan antara Mitraisme dan Kristen, keterkaitan dan korespondensi antara agama dan biografi dari Perso-Romawi Dewa Mithra dan Messiah Judaisme Yesus  TELAH ADA SEBELUM Kristus hidup/terlahir ke dunia. Dan karenanya, sang Jurus Selamat Kristen dan agamanya tersebut tidak asli lagi dan tidak unik.


'Distorted from Prophecies' (Disimpangkan/diselewengkan dari Nubuat)


Mithraism was so popular in the Roman Empire and so similar in important aspects to Christianity that several Church fathers were compelled to address it, disparagingly of course. For example, in his Dialogue with Trypho, patristic writer Justin Martyr (100-c. 165) acknowledged the mysteries of Mithra and claimed in chapter 70 that they were "distorted from the prophecies of Daniel and Isaiah":
And when those who record the mysteries of Mithras say that he was begotten of a rock, and call the place where those who believe in him are initiated a cave, do I not perceive here that the utterance of Daniel, that a stone without hands was cut out of a great mountain, has been imitated by them, and that they have attempted likewise to imitate the whole of Isaiah's words? (Roberts (1870), 2.186)

Agama Mitraisme begitu terkenal di  Kekaisaran Romawi dan begitu serupa dalam aspek aspek penting Kristen sehingga memaksa  para Bapak Gereja untuk melakukan perlawanan terhadap hal tersebut,  tentu saja dengan cara menghina/meremehkan akan keberadaan agama Mitraisme ini. Seperti contoh, dalam bukunya yang berjudul “Dialogue with Trypho, penulis Patriak JUSTIN MARTYR ( 100-165 Masehi) menyatakan tentang “misteri Dewa Mithra dan mengklaimnya dalam Bab-70 bahwa mereka telah “disimpangkan dari nubuaat Nabi Daniel dan Nabi Yesaya “ :
Dan ketika mereka mencatat tentang misteri Dewa Mithra dan mengatakan bahwa dewa Mithra dilahirkan dari sebuah batu, dan menamakan  tempat tersebut dimana mereka percaya bahwa dewa Mithra dilahirkan dalam sebuah Goa, apakah  saya tidak merasa bahwa ungkapan Nabi Daniel, bahwa “a stone without hands was cut out of a great mountain” (Daniel 2 : 45),  telah ditiru oleh mereka, dan bahwasannya mereka telah berusaha berbuat demikian  untuk meniru secara keseluruhan dari ucapan Nabi Yessaya? (Roberts (1870), 2.186)


Justin does not maintain that the Mithraic mysteries were copied from Christianity; his appeal to "prophecies" purportedly written centuries before is a tacit admission that Roman Mithraism, with rites already developed and known by his time, preceded Christianity. Martyr's suggestion also implies that the Mithraists knew the Jewish scriptures, which is improbable, unless those who created Mithraic rituals were Jews.

Justin tidak menegaskan bahwa Misteri Agama Mithra disalin dari keKristenan; Tuntutan dia terhadap masalah “Nubuat Nubuat” menurut dugaan ditulis  berabad abad sebelum adanya pengakuan secara diam diam bahwa Mitraisme Romawi, dengan segala tata cara  yang sudah berkembang dan diketahui secara luas pada saat Justin hidup,telah mendahului ke Kristenan. Saran saran yang disampaikan Justin Martyr juga menyatakan secara tidak langsung  bahwa para pemeluk Mitraisme Romawi mengetahui Kitab Suci Judaisme, yang mana hal tersebut adalah sebuah hal yang mustahil (tidak mungkin), kecuali kalau ternyata yang menciptakan ritual ritual keagamaan dalam Mitraise adalah para kaum Judaisme itu sendiri.


Even in the time of the emperor Vespasian, it was difficult, if not impossible, for a non-Jew (goy) to get his hands on the scriptures. In fact, it is alleged that one of the reasons for the befriending of the Jewish general and historian Josephus, as well as for the destruction of Jerusalem, was the emperor's desire to procure copies of the Jewish holy books or Torah. In the Talmud (Sanhedrin 59a), it is debated whether or not a goy who reads the Torah should be put to death. In any event, Martyr is clearly indicating that various Mithraic rituals preceded Christianity, in his attempted explanation that their existence was the result of "prophecies."

Bahkan pada jaman KeKaisaran Vespasian, hal tersebut sangat sulit, bisa dikatakan tidak mungkin, untuk seorang non Judaisme (goy), mencampuri urusan Kitab Suci Judaisme. Nyatanya, hal tersebut dituduhkan  bahwa salah satu alasan untuk mengadakan persahabatan bagi seorang Jenderal dan Ahli Sejarah Jewish (Yahudi) yaitu Josephus, juga untuk penghancuran Jerusalem, adalah sebuah hasrat Kaisar sendiri untuk memperoleh  salinan dari Kitab Suci Torah nya Judaisme. Didalam Kitab Talmud (Sanhedrin 59a), hal ini diperdebatkan YA atau TIDAK seorang Non Jewish (goy) yang membaca KItab Suci Torah haruskah dihukum mati. Dalam beberapa kesempatan, Justin Martyr dengan jelas mengindikasikan bahwa berbagai macam ritual Mitraisme telah mendahului ke Kristenan, dalam sebuah upaya uraian/paparan Justin memaparkan bahwa keberadaan Mitraisme adalah sebagai hasil dari “Nubuat Nubuat”.



The Mithraic Eucharist (Ekaristi Mithraisme)


As regards the Eucharist in specific, Justin says in his First Apology (66):
And this food is called among us Eucharistia, of which no one is allowed to partake but the man who believes that the things which we teach are true, and who has been washed with the washing that is for the remission of sins, and unto regeneration, and who is so living as Christ has enjoined. For not as common bread and common drink do we receive these; but in like manner as Jesus Christ our Saviour, having been made flesh by the Word of God, had both flesh and blood for our salvation, so likewise have we been taught that the food which is blessed by the prayer of His word, and from which our blood and flesh by transmutation are nourished, is the flesh and blood of that Jesus who was made flesh. For the apostles, in the memoirs composed by them, which are called Gospels, have thus delivered unto us what was enjoined upon them; that Jesus took bread, and when He had given thanks, said, "This do ye in remembrance of Me, this is My body"; and that, after the same manner, having taken the cup and given thanks, He said, "This is My blood"; and gave it to them alone. Which the wicked devils have imitated in the mysteries of Mithras, commanding the same thing to be done. For, that bread and a cup of water are placed with certain incantations in the mystic rites of one who is being initiated, you either know or can learn. (Roberts (1885), 1.185)

Adapun mengenai Ekaristi secara spesifik, Justin Martyr mengungkapkan dalam “First Apology” nya :
Dan makanan ini dinamakan Eucharistia, yang mana tak seorang pun tidak diijinkan untuk ikut serta kecuali dia yang percaya hal hal yang kita ajarkan adalah benar, dan dia yang telah dibasuh dengan air baptis yang mana hal tersebut adalah untuk pengampunan dosa, dan kedalam regenarasi, dan dia yang hidup sebagaimana Kristus telah memerintahkan demikian. Dikarenakan roti dan minuman yang kita terima ini bukan roti dan minuman biasa, tetapi sebagaimana Yesus Kristus Sang Juru Selamat kita, telah dijadikan dengan dengan Firman Tuhan, mempunyai Darah dan Daging untuk Keselamatan kita, jadi demikian juga telah diajarkan bahwa makanan yang telah diberkahi oleh doa nya Yesus, dan dari mana darah dan daging kita dengan perantaraan trasmutasi (perubahan bentuk) telah dipelihara, adalah darah dan daging Yesus yang telah dijadikan daging. Dikarenakan para Apostel (Rasul/Utusan Tuhan), didalam otobiografi (sejarah hidup) yang disusun oleh mereka, yang dinamakan Gospels, telah disampaikan kepada kita apa yang dilarang atas mereka; baha Yesus mengambil mengambil Roti, dan ketika Dia telah mengucap Syukur, dia berkata “ Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.(Lukas 22:19-20)"

Yang mana IBLIS JAHAT telah meniru didalam Agama Misteri Mitraisme, memerintahkan hal yang sama untuk dilakukan seperti halnya Perintah Yesus dalam Lukas 22:19. Karena, Roti dan secangkir air tersebut telah ditempatkan dengan mantera mantera tertentu dalam ritual mistik dari orang yang telah diinisiasikan, kalian juga sudah mengetahui atau kalian juga bisa mempelajari. (Roberts (1885), 1.185)



In any case, Martyr implies here that this Mithraic sacrament preceded Christianity and was not copied from the latter, since the "devil did it" argument is generally, if not always, used to explain away the similarities between Christianity and pre-Christian Paganism. If human beings had merely copied Christian rites and myths, why would Martyr not say so but instead irrationally ascribe the deed to a supernatural agency, thus putting himself at risk for incredulity and ridicule for what is now nearly two thousand years?

Dalam berbagai kasus, Justin Martyr sebenernya menyiratkan bahwa sakramen Mitraisme TELAH MENDAHULUI KeKristen an dan bukanlah disalin dari yang kemudian, dikarenakan argumen pada umumnya bahwa “IBLIS MELAKUKAN ITU”, jika tidak selalu, sudah biasa dipakai untuk menerangkan persamaan persamaan antara keKristen an dan Paganisme pra-Kristen. Jika manusia semata mata telah mennyalin atow meniru ritual dan mitos dalam ke Kristen an, kenapa Justin Martyr tidak mengatakan begitu tetapi malah dengan secara tidak rasional telah menganggap tindakan/perbuatan tersebut berasal dari sebuah Lembaga Supernatural, dengan begitu malah membahayakan dirinya sendiri dikarenakan Keraguan dan menjadi bahan tertawaan atow ejekan setelah sekarang hamper duaribu tahun..???



....bersambung....
avatar
mang odoy
KAPTEN
KAPTEN

Posts : 4233
Kepercayaan : Islam
Join date : 11.10.11
Reputation : 86

Kembali Ke Atas Go down

Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI Empty Re: Nabi Isa/Nabi Yesus dalam KEIMANAN KRISTIANI

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik