Film Kristen Rating R, MPAA Dinilai Tak Konsisten

WEDNESDAY, 25 SEPTEMBER 2013

Baru saja dirilis, film "My Son" garapan Rhetta Baptist Church di Burleson, Texas ini mendapat rating R dari Motion Picture Association of America (MPAA). Peringkat ini diberikan karena film mengandung unsur kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang.

Hal tersebut sontak mengejutkan penggarapnya pendeta Chuck Kitchen. "Saya sangat shock. Itu membuat saya jadi sakit perut," ungkapnya kepada Foxnews.

Kitchens menyatakan bahwa "My Son" tak memuat kekerasan, tidak berdarah atau serampangan. Film itu juga tidak mengandung bahasa kotor dan senonoh. Ia juga memperbandingkan filmnya dengan "World War Z" dan "Bully" yang mengandung kekerasan namun mendapat rating PG-13. Demikian juga dengan film "Jobs", jelas mengandung unsur LSD dan adegan narkoba, namun tetap mendapat rating PG-13.

"Ketika Anda melihat fakta bahwa film lain mendapatkan rating PG-13 yang jelas lebih keras dan lebih banyak adegan narkoba, kamu harus mengatakan bahwa ada inkonsistensi didalamnya," tandas Kitchens.

Kitchens menduga adanya basis agama ketimbang unsur kekerasan. "Orang diluar sana belum tentu sekuat penginjilan Kristen. Orang-orang tidak suka mendengar bahwa ini adalah satu-satunya jalan (ke surga) dan tidak ada lagi yang lain. Namun bila kamu seorang Kristen, itulah pesannya. Itu yang dikatakan oleh Yesus. Orang-orang menganggap kami sok suci dan kemudian menyerang," imbuhnya.

Sementara itu, juru bicara MPAA Kate Bedingfield menyatakan bahwa penentuan peringkat tersebut hanyalah sebuah informasi kepada orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anak saat menyaksikan film tersebut.

Atas hal ini, pihak gereja membatalkan penayangan "My Son" yang telah direncanakan tayang pada Jumat (27/9) mendatang. Namun gereja tetap mengajukan petisi kepada MPAA agar mengubah peringkatnya ke PG-13.

http://www.jawaban.com/index.php/news/detail/id/90/news/130924163016/limit/0/Film-Kristen-Rating-R-MPAA-Dinilai-Tak-Konsisten.html

Kidung Agung pun masuk katagori porno rate XXX