Nabi Isa berbadan cahaya?
Halaman 1 dari 1 • Share
Nabi Isa berbadan cahaya?
Sangat menarik ketika membaca ;
http://www.laskarislam.com/t7527p25-obrolan-santai-dengan-agaroh-ha-tsadiqim#95695
http://www.laskarislam.com/t7527p25-obrolan-santai-dengan-agaroh-ha-tsadiqim#95695
Semestinya pandangan agan tidak menyimpang dari informasi Al Quran.Silahkan agan berbagi pandangan dari segi ayat maupun hadits untuk kemudian mari bicara tentang science.Agaroh wrote:Alias, jika Isa diangkat Tuhan ke langit, taruhlah, dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka Isa akan merasakan waktu yang ia alami selama pengangkatan menuju Tuhan bisa jadi hanya beberapa saat, namun, bagi pengamat di bumi, dia menempuh waktu pengangkatan ke langit tersebut beribu-ribu tahun.Namun saya memiliki pandangan tersendiri, bagaimana jika ternyata beliau mengalami superluminal alias bergerak di atas kecepatan cahaya?
bla bla Alias, cahaya di atas cahaya, yang berakibat pula, semesta di atas semesta. Yang sampai di sini, saya berpendapat bisa jadi nabi Isa tidak hanya naik ke langit dalam artian harfiah, tapi bisa jadi, beliau naik ke atas semesta-semesta yang lain.
Demikian salah satu pandangan saya mengenai alasan mengapa Isa masih hidup.
drunken master- SERSAN DUA
-
Posts : 52
Kepercayaan : Islam
Location : yupiter 2a + x - y
Join date : 04.07.13
Reputation : 2
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Waduh, ada trit khusus yang membahas nabi Isa berbadan cahaya. Haha.
Hi agan Drunken Master, salam kenal.
Kalau saya boleh sedikit berpendapat, konklusi saya tentang semesta-semesta lain merupakan pandangan pribadi saya tentang alam di luar kita, dalam hal ini, bangsa Jin. Dan saya pribadi menganggap, ini bakal kerat kaitannya dengan pemahaman tentang definisi cahaya itu sendiri. Namun saya tidak berkata nabi Isa berbadan cahaya lho. Dari saduran agan, sebetulnya saya sedikit kebingungan, bagian mana yang agan Drunken Master ingin didiskusikan. Bagi saya pribadi, ada 2 ide pokok yang saya kemukakan dalam saduran tersebut, teknik dan medium. Teknik dalam hal ini, saya kaitkan dengan kasus cahaya di atas cahaya. Sedangkan medium, saya kaitkan dengan kasus semesta di atas semesta. Saya akan mencoba berbagi pemahaman yang menurut saya paling mudah dijelaskan teknisnya, semesta di atas semesta.
Saya termasuk orang yang berpendapat, ada kalanya Tuhan menampakkan mukjizat-Nya dengan menunjukkan sunnatullah yang hanya bisa dipahami di masa lain kepada orang-orang yang belum pada masanya memahami sunnatullah tersebut. Pandangan ini murni pendapat, sehingga saya masih bisa merubah pandangan saya sewaktu-waktu.
Problem Jarak dan Waktu
Pandangan pribadi saya mengapa umur Isa terlihat dipanjangkan bisa diamati dalam link berikut.
http://www.laskarislam.com/t7527p25-obrolan-santai-dengan-agaroh-ha-tsadiqim#95695
Memang, dari sisi teori relativitas dasar, jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya, waktu yang dialami oleh kita akan menjadi lebih singkat dibanding pengamat. Namun ada satu masalah. Taruhlah Isa benar-benar diangkat keluar dari alam semesta ini menuju, sebutlah, sekitar Sidratul Muntaha (sejujurnya, ini asumsi yang saya buat sendiri untuk mempermudah analisis). Problemnya, alam semesta yang bisa dilihat manusia itu terlalu besar. Dari ujung ke ujung, walaupun kita bergerak menggunakan kecepatan cahaya, manusia tidak akan pernah bisa menempuhnya dalam hitungan ribuan tahun cahaya. Satuannya sudah terlalu besar, karena alam semesta yang sampai sekarang diketahui manusia butuh waktu 92 miliar tahun cahaya dari ujung ke ujungnya.
Namun ada satu hal yang menarik yang bisa kita dapat dari al-Qur'an; yaitu peristiwa angkat mengangkat ini setidaknya disebutkan 3 kali dengan jelas dalam al-Qur'an. Mereka adalah, para Malaikat, nabi Isa, dan terakhir, nabi Muhammad. Mari kita simak ayat berikut ini.
Mari kita amati hukum dasar berikut.
Sampai di sini kita bisa menyimpulkan dua kemungkinan,
Sampai di sini saya paham, ini masalah yang terlihat, "ghaib", walau mungkin bukan "ghaib-ghaib" amat. Tapi, jika saya keburu menyerah dan berkata, "Allahu 'alam", maka klaim al-Qur'an akan susah untuk dianalisis kebenarannya. Saya percaya, ada pelajaran yang bisa diambil dari al-Qur'an, bahkan dari kisah-kisah yang bersifat "ghaib" ini.
Sehingga, apabila kita urai benang merahnya satu per satu, kita akan mendapatkan premis-premis sebagai berikut.
Jika premis-premis di atas adalah kebenaran, sejujurnya, ada yang kurang dari premis-premis ini. Untuk menjawab kekurangan premis ini, mari kita kembali kepada hukum fisika dasar. Jika kita kembali ke hukum-hukum dasar, ada teori-teori yang sudah hampir pasti mendekati kenyataan.
Di titik ini, saya sadar saya sudah menggunakan asumsi-asumsi dan teori-teori cukup banyak untuk membahas semesta di atas semesta ini. Untuk memastikan argumen ini masih berada di koridor yang benar, kita bisa merujuk ayat al-Qur'an berikut ini.
Jika ada semesta lain, mengapa kita tidak merasakan interaksi dengannya? Di dalam dunia fisika, ada teori yang berkata bahwa jarak antara semesta kita dan semesta lain terpisahkan karena adanya jarak dimensi. Pertanyaannya, seberapa besar jarak tersebut, terlalu besarkah atau terlalu dekatkah, sehingga interaksi partikel antar semesta sulit terjadi. Teori yang cukup populer muncul adalah, jarak antar semesta adalah terlalu dekat. Bahkan bisa jadi lebih dekat dari diri kita sendiri. Sehingga interaksi yang kita rasakan dari semesta lain terasa begitu lemah. Ada alam lain tepat di samping kita.
Simpulan Logika
Dengan ini, bagi saya pribadi, komplit sudahlah logika penjelasan untuk 5 premis di atas. Silahkan merujuk gambar berikut untuk menjelaskan 5 premis di atas.
Pertama, jarak Sidratul Muntaha dan bumi pada dasarnya dekat, atau kalau tidak mau dibilang, sangat dekat sekali, walau dalam waktu bersamaan pula lokasi Sidratul Muntaha ada di ujung semesta dan sangat jauh dari bumi. Namun berhubung semesta itu melengkung, maka selalu ada jalan pintas menuju ke sana. Kasus ini adalah kasus yang dialami nabi Muhammad, di mana jarak bukanlah masalah lagi.
Kedua, nabi Isa memiliki keperluan lain untuk diangkat ke langit. Beliau diangkat untuk disampaikan ajalnya menjelang akhir zaman. Alias, dalam kaca mata saya, nabi Isa haruslah memutari rute menuju Sidratul Muntaha untuk mengulur waktu, tidak seperti nabi Muhammad dengan jalan pintasnya.
Ketiga, para Malaikat adalah makhluk-makhluk yang ditugaskan Allah dan mereka ini memang memiliki keperluan dan pekerjaan di alam semesta kita berada. Alias, jika mereka ingin menyelesaikan pekerjaan mereka, hal paling logis adalah mereka melakukan pekerjaan mereka secara tuntas di alam semesta kita. Maka dari itu rute semi normal via jalan pintas antar semesta bisa jadi pilihan para Malaikat ini untuk naik ke Sidratul Muntaha.
Sekian pandangan dari saya. Dengan ini saya bisa simpulkan, Tuhan bisa jadi jauh dari kita, namun Tuhan pun bisa jadi dekat dengan kita. Senang saya bisa berbagi pandangan kepada agan Drunken Master. Jika agan Drunken Master memiliki pandangan lain tentang hal ini, dengan senang hati akan saya coba elaborasikan.
Hi agan Drunken Master, salam kenal.
Kalau saya boleh sedikit berpendapat, konklusi saya tentang semesta-semesta lain merupakan pandangan pribadi saya tentang alam di luar kita, dalam hal ini, bangsa Jin. Dan saya pribadi menganggap, ini bakal kerat kaitannya dengan pemahaman tentang definisi cahaya itu sendiri. Namun saya tidak berkata nabi Isa berbadan cahaya lho. Dari saduran agan, sebetulnya saya sedikit kebingungan, bagian mana yang agan Drunken Master ingin didiskusikan. Bagi saya pribadi, ada 2 ide pokok yang saya kemukakan dalam saduran tersebut, teknik dan medium. Teknik dalam hal ini, saya kaitkan dengan kasus cahaya di atas cahaya. Sedangkan medium, saya kaitkan dengan kasus semesta di atas semesta. Saya akan mencoba berbagi pemahaman yang menurut saya paling mudah dijelaskan teknisnya, semesta di atas semesta.
Saya termasuk orang yang berpendapat, ada kalanya Tuhan menampakkan mukjizat-Nya dengan menunjukkan sunnatullah yang hanya bisa dipahami di masa lain kepada orang-orang yang belum pada masanya memahami sunnatullah tersebut. Pandangan ini murni pendapat, sehingga saya masih bisa merubah pandangan saya sewaktu-waktu.
Problem Jarak dan Waktu
Pandangan pribadi saya mengapa umur Isa terlihat dipanjangkan bisa diamati dalam link berikut.
http://www.laskarislam.com/t7527p25-obrolan-santai-dengan-agaroh-ha-tsadiqim#95695
Memang, dari sisi teori relativitas dasar, jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya, waktu yang dialami oleh kita akan menjadi lebih singkat dibanding pengamat. Namun ada satu masalah. Taruhlah Isa benar-benar diangkat keluar dari alam semesta ini menuju, sebutlah, sekitar Sidratul Muntaha (sejujurnya, ini asumsi yang saya buat sendiri untuk mempermudah analisis). Problemnya, alam semesta yang bisa dilihat manusia itu terlalu besar. Dari ujung ke ujung, walaupun kita bergerak menggunakan kecepatan cahaya, manusia tidak akan pernah bisa menempuhnya dalam hitungan ribuan tahun cahaya. Satuannya sudah terlalu besar, karena alam semesta yang sampai sekarang diketahui manusia butuh waktu 92 miliar tahun cahaya dari ujung ke ujungnya.
Namun ada satu hal yang menarik yang bisa kita dapat dari al-Qur'an; yaitu peristiwa angkat mengangkat ini setidaknya disebutkan 3 kali dengan jelas dalam al-Qur'an. Mereka adalah, para Malaikat, nabi Isa, dan terakhir, nabi Muhammad. Mari kita simak ayat berikut ini.
Hukum dasarDalil wrote:
al-Qur'an 70:40تعرج الملائكة والروح إليه في يوم كان مقداره خمسين ألف سنة
al-Qur'an 53:13-14ولقد رآه نزلة أخرى
عند سدرة المنتهى
Di ayat pertama, bagi saya pribadi, ayat tersebut adalah ayat yang paling jelas menyatakan kerelativitasan waktu yang dialami oleh para Malaikat. Namun, hal menjadi berbeda 180 derajat untuk kasus Isra' Mi'raj. Karena nabi Muhammad, bagi saya, tidak mengalami relativitas waktu seperti halnya para Malaikat dan nabi Isa. Karena para sahabat masih bisa bertemu Rasulullah di kemudian hari, bukan beribu-ribu tahun setelah perjalanan beliau. Seakan, peristiwa Isra' Mi'raj mengisyaratkan bahwa Sidratul Muntaha bisa jadi jauh dari kita, namun bisa jadi pula dekat dengan kita. Maka dari itu, untuk membahas hal ini, ada baiknya kita mengamati perilaku dari alam semesta ini.
Mari kita amati hukum dasar berikut.
Kita tahu pembuat bahan utama Malaikat dan Manusia adalah bahan-bahan yang bisa kita amati perilaku fisiknya, cahaya dan tanah. Tapi terdapat perbedaan mendasar dari kedua bahan ini. Karena, partikel cahaya, yang biasa disebut sebagai photon, tidak memiliki massa, sedangkan tanah, partikel-partikel penyusunnya jelas memiliki massa. Semua benda-benda yang kita bisa pegang saat ini, semuanya, semua partikel ini, memiliki massa. Jika Malaikat masih dalam bentukan asal, cahaya, yang notabene tidak memiliki massa, maka seharusnya hukum relativitas waktu tidak berlaku untuk malaikat.Syarat Postulat wrote:Relativitas waktu hanya berlaku kepada setiap benda yang memiliki massa.
Sampai di sini kita bisa menyimpulkan dua kemungkinan,
Dari sisi keilmuan, kemungkinan a, jujur, susah untuk dibuktikan. Walau memang ada teori yang menyatakan bahwa photon itu bermassa, tapi teori ini sangat bisa diperdebatkan. Satu-satunya kemungkinan logis adalah kasus b, di mana bisa jadi Malaikat zatnya sudah tidak sama persis dengan zat asal mereka cahaya, sama halnya seperti manusia yang zatnya sudah tidak sama persis lagi seperti zat asalnya. Kemungkinan lain adalah, hukum dasar relativitas adalah salah. Namun ini susah dibuktikan, karena pengamatan dan hitung-hitungan berkata demikian halnya, kecuali untuk satu fenomena anomali di alam yang akan dibahas sehabis ini.a. Jika kondisi fisik Malaikat sekarang tersusun dari photon, maka photon pastilah memiliki massa.
b. Jika kondisi fisik Malaikat sekarang bukan lagi murni photon yang tanpa massa, maka relativitas waktu berlaku juga untuk mereka.
Sampai di sini saya paham, ini masalah yang terlihat, "ghaib", walau mungkin bukan "ghaib-ghaib" amat. Tapi, jika saya keburu menyerah dan berkata, "Allahu 'alam", maka klaim al-Qur'an akan susah untuk dianalisis kebenarannya. Saya percaya, ada pelajaran yang bisa diambil dari al-Qur'an, bahkan dari kisah-kisah yang bersifat "ghaib" ini.
Sehingga, apabila kita urai benang merahnya satu per satu, kita akan mendapatkan premis-premis sebagai berikut.
Melengkungnya Ruang dan Waktu1. Alam semesta terlalu luas
2. Kecepatan tertinggi sementara yang diketahui di alam ini adalah kecepatan cahaya
3. Malaikat terbuat dari cahaya
4. Nabi Isa mengalami relativitas waktu selama pengangkatan
5. Nabi Muhammad tidak mengalami relativitas waktu untuk sampai ke Sidratul Muntaha
Jika premis-premis di atas adalah kebenaran, sejujurnya, ada yang kurang dari premis-premis ini. Untuk menjawab kekurangan premis ini, mari kita kembali kepada hukum fisika dasar. Jika kita kembali ke hukum-hukum dasar, ada teori-teori yang sudah hampir pasti mendekati kenyataan.
Dengan menggunakan 2 premis di atas, maka kita akan mendapatkan hukum turunan dari hukum tersebut bahwa, rute tercepat untuk pergi ke suatu lokasi di alam semesta ini bukanlah jalur lurus, akan tetapi jalur melengkung. Namun, untuk menempuh jalur melengkung ini kita memerlukan perpindahan semesta untuk menempuhnya. Karena, alam semesta memiliki sifat dasar sebagai berikut; jika dari sudut pandang 3 dimensi kita melihat kertas sebagai benda yang bisa ditekuk-tekuk dan dilipat-lipat, maka dari sudut pandang 4 dimensi kita melihat alam semesta sebagai benda yang bisa ditekuk-tekuk dan dilipat-lipat.A. Ruang dan waktu itu melengkung.
B. Dimensi di atas 3 itu ada.
Di titik ini, saya sadar saya sudah menggunakan asumsi-asumsi dan teori-teori cukup banyak untuk membahas semesta di atas semesta ini. Untuk memastikan argumen ini masih berada di koridor yang benar, kita bisa merujuk ayat al-Qur'an berikut ini.
Sampai di sini, kita mungkin sering mendengar keluhan tentang kata-kata "langit digulung". Bagi saya pribadi, ini adalah ekspresi paling kuat yang menyatakan bahwa ada dimensi di atas dimensi 3 yang kita ketahui. Alias, asumsi-asumsi dan teori-teori di atas masih berada dalam hal-hal yang dibenarkan al-Qur'an, karena Tuhan tidak memandang alam semesta ini sebagai barang 3 dimensi mutlak, tapi sebagai barang berdimensi rendah.al-Qur'an 39:67 wrote:وما قدروا الله حق قدره والأرض جميعا قبضته يوم القيامة والسماوات مطويات بيمينه سبحانه وتعالى عما يشركون
Ayat di atas bercerita tentang langit yang akan digulung oleh Allah di hari kiamat.
Jika ada semesta lain, mengapa kita tidak merasakan interaksi dengannya? Di dalam dunia fisika, ada teori yang berkata bahwa jarak antara semesta kita dan semesta lain terpisahkan karena adanya jarak dimensi. Pertanyaannya, seberapa besar jarak tersebut, terlalu besarkah atau terlalu dekatkah, sehingga interaksi partikel antar semesta sulit terjadi. Teori yang cukup populer muncul adalah, jarak antar semesta adalah terlalu dekat. Bahkan bisa jadi lebih dekat dari diri kita sendiri. Sehingga interaksi yang kita rasakan dari semesta lain terasa begitu lemah. Ada alam lain tepat di samping kita.
Simpulan Logika
Dengan ini, bagi saya pribadi, komplit sudahlah logika penjelasan untuk 5 premis di atas. Silahkan merujuk gambar berikut untuk menjelaskan 5 premis di atas.
Pertama, jarak Sidratul Muntaha dan bumi pada dasarnya dekat, atau kalau tidak mau dibilang, sangat dekat sekali, walau dalam waktu bersamaan pula lokasi Sidratul Muntaha ada di ujung semesta dan sangat jauh dari bumi. Namun berhubung semesta itu melengkung, maka selalu ada jalan pintas menuju ke sana. Kasus ini adalah kasus yang dialami nabi Muhammad, di mana jarak bukanlah masalah lagi.
Kedua, nabi Isa memiliki keperluan lain untuk diangkat ke langit. Beliau diangkat untuk disampaikan ajalnya menjelang akhir zaman. Alias, dalam kaca mata saya, nabi Isa haruslah memutari rute menuju Sidratul Muntaha untuk mengulur waktu, tidak seperti nabi Muhammad dengan jalan pintasnya.
Ketiga, para Malaikat adalah makhluk-makhluk yang ditugaskan Allah dan mereka ini memang memiliki keperluan dan pekerjaan di alam semesta kita berada. Alias, jika mereka ingin menyelesaikan pekerjaan mereka, hal paling logis adalah mereka melakukan pekerjaan mereka secara tuntas di alam semesta kita. Maka dari itu rute semi normal via jalan pintas antar semesta bisa jadi pilihan para Malaikat ini untuk naik ke Sidratul Muntaha.
Sekian pandangan dari saya. Dengan ini saya bisa simpulkan, Tuhan bisa jadi jauh dari kita, namun Tuhan pun bisa jadi dekat dengan kita. Senang saya bisa berbagi pandangan kepada agan Drunken Master. Jika agan Drunken Master memiliki pandangan lain tentang hal ini, dengan senang hati akan saya coba elaborasikan.
Agaroh ha'Tsadiqim- SERSAN SATU
-
Posts : 107
Kepercayaan : Islam
Location : Bumi Tuhan di Timur
Join date : 12.08.13
Reputation : 18
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Nyimak saja deh, ini kejadian ghaib yg disatukan dengan pembahasan ilmiah...cmiiw
orang batak- KOPRAL
-
Posts : 43
Join date : 06.04.12
Reputation : 7
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Salam balik kenal gan
Berarti umur diperpanjang adalah sebuah perkiraan berdasarkan dasar penggunaan satuan cahaya di dalam Al Quran.mengapa umur Isa terlihat dipanjangkan
ayat ini tidak relevan untuk dijadikan dasar perpanjangan umur dan pengubahan jasad Isa menjadi unsur cahaya.
al-Qur'an 53:13-14
ولقد رآه نزلة أخرى
عند سدرة المنتهى
Malaikat memiliki massa,hal itu tersirat dari kiasan 2 sayap atau memukulkan sayap.Karena, partikel cahaya, yang biasa disebut sebagai photon, tidak memiliki massa,
drunken master- SERSAN DUA
-
Posts : 52
Kepercayaan : Islam
Location : yupiter 2a + x - y
Join date : 04.07.13
Reputation : 2
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Umur terlihat panjang adalah pandangan pribadi saya tentang kenaikan beliau ke langit yang, bagi saya, mau tidak mau, berhubungan dengan kasus relativitas waktu. Relativitas waktu sendiri dibangun di atas asumsi-asumsi manusia akan cahaya.drunken master wrote:Salam balik kenal ganBerarti umur diperpanjang adalah sebuah perkiraan berdasarkan dasar penggunaan satuan cahaya di dalam Al Quran.mengapa umur Isa terlihat dipanjangkan
Haha. Anda benar agan Drunken Master. Ayat-ayat tadi hanya sebagai pembanding tentang kenaikan Isa dan konsekuensi-konsekuensi lain atas kenaikan Isa jika dibandingkan dengan kenaikan nabi Muhammad. Saya pribadi tidak memandang jasad Isa menjadi cahaya.drunken master wrote:ayat ini tidak relevan untuk dijadikan dasar perpanjangan umur dan pengubahan jasad Isa menjadi unsur cahaya.
al-Qur'an 53:13-14
ولقد رآه نزلة أخرى
عند سدرة المنتهى
Anda benar, jika diamati dari al-Qur'an, malaikat terlihat memiliki kekuatan seperti sayap dan bisa memukul. Adapun photon, setidaknya sampai saat ini, disepakati merupakan entitas tak bermassa. Namun, walaupun photon tidak bermassa, photon memiliki momentum. Alias, photon memiliki energi, atau bahasa umumnya, 'kekuatan'. Bisa jadi malaikat seperti itu, mereka tidak bermassa, namun mereka memiliki kekuatan.drunken master wrote:Malaikat memiliki massa,hal itu tersirat dari kiasan 2 sayap atau memukulkan sayap.Karena, partikel cahaya, yang biasa disebut sebagai photon, tidak memiliki massa,
Namun sekali lagi, jika malaikat tidak bermassa, tentu akan melanggar hukum relativitas waktu dan ayat-ayat yang saya sebutkan sebelumnya. Maka dari itu, bagi saya pribadi, besar kemungkinan zat malaikat sudah tidak sama persis lagi seperti zat asal dia, sama seperti zat manusia sudah tidak sama persis lagi seperti zat asalnya.
Agaroh ha'Tsadiqim- SERSAN SATU
-
Posts : 107
Kepercayaan : Islam
Location : Bumi Tuhan di Timur
Join date : 12.08.13
Reputation : 18
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
boleh jg teorinya Pak Agaroh.
Tapi ceritanya Nabi melewati 7 langit (terlepas dr penilaian periwayatan hadits), untuk sampai Sidratul Muntaha.
Bagaimana tuh kira2 :)
isaku- KAPTEN
-
Posts : 3590
Kepercayaan : Islam
Location : Jakarta
Join date : 17.09.12
Reputation : 141
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Jika seperti itu maka umur panjang nabi Isa adalah berdasarkan hukum fisika yang berlaku di bumi tetapi tidak berlaku di tempat nabi Isa bermukim saat ini.Hal itu adalah sebuah ilusi yang dibangun berdasarkan teori cahaya sedangkan tempat bermukim nabi Isa sekarang ini uda barang tentu terikat dengan hukum fisika yang berbeda.Agaroh wrote:berhubungan dengan kasus relativitas waktu.
Meskipun malaikat tidak bermassa namun keadaan malaikat terikat dengan berbagai fenomena,dalam hal ini saya berkata terkait dengan gelombang.Dan bila hal itu terjadi tentu akan menjadi menarik karena benda yang bergerak memiliki energi kinetik, semakin tinggi kecepatannya semakin besar energinya.Agaroh wrote:
Alias, photon memiliki energi, atau bahasa umumnya, 'kekuatan'. Bisa jadi malaikat seperti itu, mereka tidak bermassa, namun mereka memiliki kekuatan.
Namun sekali lagi, jika malaikat tidak bermassa, tentu akan melanggar hukum relativitas waktu dan ayat-ayat yang saya sebutkan sebelumnya.
Saat kita paksa partikel muon mencapai kecepatan 99,9ecepatan cahaya, muon memiliki energi yang besar. Karena konservasi energi-massa, energi tadi meningkatkan massa muon 22 kali lebih massif daripada massa-diamnya (0.11 MeV).
Tentu saja semakin masif (pejal) benda, semakin susah untuk bergerak cepat. Ketika kecepatannya dinaikkan menjadi 99,999ecepatan cahaya, massanya bertambah 70.000 kali! Muon semakin masif dan semakin cenderung untuk tidak bergerak. Sehingga dibutuhkan energi yang tak berhingga untuk melewati kecepatan cahaya – jumlah energi yang tidak mungkin.
Dan teori diatas adalah berlawanan dengan konsep malaikat menurut Islam dengan berbagai wawasan keilmuan.
drunken master- SERSAN DUA
-
Posts : 52
Kepercayaan : Islam
Location : yupiter 2a + x - y
Join date : 04.07.13
Reputation : 2
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
masih aja ngomongin isa..
ujungnya cakar-cakaran antar seukuwah
dasar kitab membingungkan
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
ya itulah uniknya di dalam islam bro wedi, iman itu dibangun berdasarkan realita di sekitar kita dengan ilmu pengetahuan, jadi jangan heran jika sedikit sekali doktrin di dalam alquran, karena banyaknya perintah Tuhan mengulik logika kita dan menyuruh manusia untuk mengobservasi semua ciptaanNya, dan mengambil pelajaran dari peristiwa2 yang terjadi.
iam root- KOPRAL
-
Posts : 23
Kepercayaan : Islam
Location : Sipiongot
Join date : 04.10.13
Reputation : 1
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
itu bukan unik
tetapi menunjukkan muhammad hanya asal nyontek/nyomot
apa yang sudah jelas terkisahkan di Injil malah dibuatnya jadi membingungkan
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
wah ogut gak punya pengetahuan sama sekali tentang injil, boleh di share bro yang mana yang jelas di injil dan membingungkan di alquran.. kita bahas pake logika aja.
iam root- KOPRAL
-
Posts : 23
Kepercayaan : Islam
Location : Sipiongot
Join date : 04.10.13
Reputation : 1
Re: Nabi Isa berbadan cahaya?
Wajib menulis kitab suci dengan benar - Mod 3
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
drunken master- SERSAN DUA
-
Posts : 52
Kepercayaan : Islam
Location : yupiter 2a + x - y
Join date : 04.07.13
Reputation : 2
Similar topics
» Nabi Muhammad satu-satunya manusia yang terbuat dari cahaya
» Mukjizat tipe Nabi Muhammad dengan mukjizat2 Nabi-nabi yg lain
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Pembela Kristen:debat tentang dosa Nabi-Nabi dalam Alkitab
» Mukjizat tipe Nabi Muhammad dengan mukjizat2 Nabi-nabi yg lain
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa disempurnakan oleh Nabi Muhammad
» Pembela Kristen:debat tentang dosa Nabi-Nabi dalam Alkitab
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik