menerima dan mengamalkan kebenaran
Halaman 1 dari 1 • Share
menerima dan mengamalkan kebenaran
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَبِتَقْوَاهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا {وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا}.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini, kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan menjaga diri-diri kita dari murka Allah Subhanahu wa Ta’ala serta adzab-Nya. Dan hal ini tentu saja tidak akan terwujud kecuali dengan kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu untuk melaksanakan perintah bertakwa ini, kita harus memulainya dengan menuntut ilmu. Yaitu dengan bersemangat dalam mempelajari ajaran Islam, agar kita mengetahui perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian berusaha sekuat kemampuan kita untuk mengamalkannya. Begitu pula agar kita mengetahui larangan-larangan-Nya untuk kemudian kita menjauhi semuanya. Sesungguhnya dengan bertakwa kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan pertolongan pada musibah yang menimpa kita dan akan memberikan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang ada di hadapan kita.
Hadirin rahimakumullah,
Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala paling besar yang telah dikaruniakan kepada kita adalah nikmat Islam. Maka sudah semestinya bagi kita untuk mensyukuri nikmat ini. Yaitu dengan senantiasa berpegang teguh dengan ajaran yang ada di dalam agama ini. Tidaklah bermanfaat pengakuan seseorang yang mengaku dirinya sebagai muslim sementara aqidahnya adalah akidah jahiliyah. Begitu pula tidak semestinya bagi seorang yang mengaku dirinya muslim, namun dia mengada-adakan amalan ibadah baru atau menambah-nambahi tata cara ibadah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk benar-benar mengenal agamanya. Yaitu dengan mempelajarinya dari ahlinya, dan tidak menjadikan mayoritas orang, terlebih mereka adalah orang-orang awam, sebagai tolok ukur untuk menilai benar dan tidaknya Islam seseorang. Akan tetapi kita harus memahami agama Islam sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bukan memahami Islam dengan pemahaman-pemahaman baru yang menyimpang dari pemahaman para sahabat.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Telah begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita. Baik dengan kita membacanya maupun mendengarkan dari bacaan saudara kita. Ini berarti telah banyak perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan larangan-larangan-Nya yang telah sampai kepada kita. Namun sudahkah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita itu berpengaruh pada kepribadian kita? Sudahkah hal itu mengubah dan memperbaiki diri-diri kita?
Hadirin rahimakumullah,
Sudah semestinya kita membaca dan mempelajari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits-hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena agama Islam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disampaikan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Maka tidak mungkin kita akan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan mempelajari wahyu tersebut. Dan wahyu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan tersebut adalah berupa Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu tidak boleh bagi kita untuk berpaling dari keduanya dan tidak mempelajarinya. Karena kalau demikian, sungguh di akhirat kelak dia akan menjadi orang yang menyesal. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan tentang penyesalan orang-orang kafir kelak di akhirat di dalam firman-Nya:
وََقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيْرِ
“Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka Sa’ir.” (Al-Mulk: 10)
Begitu pula sudah seharusnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita dan telah kita pelajari tersebut bisa mengubah keadaan kita. Sehingga menjadikan kita menjadi orang yang senantiasa ikhlas dan mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjadikan kita sebagai orang yang menjalankan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan rukun Islam lainnya.Juga menjadikan kita sebagai orang yang berakhlak mulia seperti berbakti kepada orangtua, menghormati tetangga, dan yang lainnya. Begitu pula mengubah diri kita sehingga menjadi orang yang menjauhi riba, judi, dan perbuatan maksiat lainnya. Karena kalau tidak demikian, maka justru ayat dan hadits yang kita dengar dan pelajari akan menjadi hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengadzab kita –wal ‘iyadzubilllah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُوْنَ
"Bukankah telah dibacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat-Ku, akan tetapi kalian selalu mendustakannya?" (Al-Mukminun: 105)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Dan Al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk (mengadzab) kamu.” (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Sebagaimana bumi ini akan tandus dan tidak bisa ditanami jika tidak tersirami air, maka begitu pula hati kita akan sakit atau bahkan mati -wal ’iyadzubillah (kita berlindung kepada allah)- apabila tidak ditundukkan untuk menerima dan menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu semestinya kita harus berusaha untuk memenuhi setiap panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita melalui ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena yang demikian itu akan menjadikan hidupnya hati kita sehingga akan senantiasa mendapat petunjuk dan kemudahan dalam mengamalkan syariat-Nya. Dan yang demikian ini akan mengantarkan kita pada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اسْتَجِيْبُوا لِلهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (Al-Anfal: 24)
Dan sebaliknya, janganlah kita menyerupai orang-orang kafir yang tidak mau mendengarkan panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyerupai orang-orang munafik yang mendengarkan dengan telinganya namun hatinya tidak mau menerima. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan mereka adalah sejelek-jelek orang di muka bumi ini, dalam firman-Nya:
وَلاَ تَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُوْنَ. إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لاَ يَعْقِلُوْنَ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk di sisi Allah ialah orang-orang yang memiliki pendengaran namun seperti orang yang tuli, yang memiliki lisan namun seperti orang yang bisu, yang tidak mengerti apa-apa.” (Al-Anfal: 21-22)
Saudara-saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah,
Di hadapan kita ada ajaran yang sempurna dan mulia. Yaitu ajaran Islam yang berisi aturan-aturan yang akan mengantarkan kita pada kehidupan yang penuh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka karena alasan apa seseorang berpaling darinya?
Sungguh barangsiapa ingin mencari aturan lainnya maka dia tidak akan dapatkan kecuali aturan yang hina dan penuh kekurangan. Oleh karena itu marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa menerima dan mengamalkan setiap kebenaran yang sampai kepada kita. Karena orang yang menolak kebenaran yang telah sampai kepadanya akan terkena ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu akan dipalingkan hatinya dari menerima kebenaran berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (Ash-Shaf: 5)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي وَعَدَ الْمُطِيْعِيْنَ لَهُ وَلِرَسُوْلِهِ أَجْرًا عَظِيْمًا وَأَعَدَّ لِلْمُعْرِضِيْنَ عَنْهُ وَعَنْ رَسُوْلِهِ عَذَابًا أَلِيْمًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَهَدَاهُ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada khutbah yang kedua ini kembali kami mengingatkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan marilah kita berusaha menghindari hal-hal yang akan menjauhkan dan mencegah kita dari menerima ajaran-ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa hal yang bisa mencegah seseorang dari mendapatkan hidayah serta petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah kesombongan. Hal ini sebagaimana terjadi pada iblis ketika diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk sujud kepada nabi Adam ‘alaihissalam, namun karena kesombongannya dia menolak seraya mengatakan: “aku lebih baik dari Adam”. Oleh karena itu semestinya kita berusaha menghilangkan sifat ini, yaitu dengan berupaya melembutkan hati agar tunduk kepada kebenaran. Sungguh terkadang seseorang sangat lembut sikapnya ketika bergaul dengan orang lain namun sangat keras hatinya untuk menerima kebenaran.
Hadirin rahimakumullah,
Di antara perkara yang akan mencegah seseorang dari menerima ajaran Islam adalah mengikuti hawa nafsu. Yaitu lebih mendahulukan hawa nafsu dari mengikuti perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Al-Qashash: 50)
Hadirin rahimakumullah …..
Di antara perkara yang juga menghalangi seseorang dari menerima kebenaran adalah taklid atau fanatik buta terhadap pendapat seseorang ataupun madzhab tertentu meskipun dia tahu bahwa pendapat tersebut bertentangan dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Begitu pula fanatik buta terhadap kebiasaan nenek moyangnya, sehingga dia tidak mau menerima petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya karena menyelisihi kebiasaan masyarakatnya. Yang demikian ini sesungguhnya merupakan sifat dan perbuatan orang-orang musyirikin dahulu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَّلاَ يَهْتَدُوْنَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatupun dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqarah: 170)
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِميْنَ في كُلِّ مَكانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْلَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ ... اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ فَبِتَقْوَاهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا {وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا}.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini, kami berwasiat kepada diri kami pribadi dan seluruh hadirin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu dengan menjaga diri-diri kita dari murka Allah Subhanahu wa Ta’ala serta adzab-Nya. Dan hal ini tentu saja tidak akan terwujud kecuali dengan kita menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu untuk melaksanakan perintah bertakwa ini, kita harus memulainya dengan menuntut ilmu. Yaitu dengan bersemangat dalam mempelajari ajaran Islam, agar kita mengetahui perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian berusaha sekuat kemampuan kita untuk mengamalkannya. Begitu pula agar kita mengetahui larangan-larangan-Nya untuk kemudian kita menjauhi semuanya. Sesungguhnya dengan bertakwa kepada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan pertolongan pada musibah yang menimpa kita dan akan memberikan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang ada di hadapan kita.
Hadirin rahimakumullah,
Di antara nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala paling besar yang telah dikaruniakan kepada kita adalah nikmat Islam. Maka sudah semestinya bagi kita untuk mensyukuri nikmat ini. Yaitu dengan senantiasa berpegang teguh dengan ajaran yang ada di dalam agama ini. Tidaklah bermanfaat pengakuan seseorang yang mengaku dirinya sebagai muslim sementara aqidahnya adalah akidah jahiliyah. Begitu pula tidak semestinya bagi seorang yang mengaku dirinya muslim, namun dia mengada-adakan amalan ibadah baru atau menambah-nambahi tata cara ibadah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu wajib bagi kaum muslimin untuk benar-benar mengenal agamanya. Yaitu dengan mempelajarinya dari ahlinya, dan tidak menjadikan mayoritas orang, terlebih mereka adalah orang-orang awam, sebagai tolok ukur untuk menilai benar dan tidaknya Islam seseorang. Akan tetapi kita harus memahami agama Islam sebagaimana yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabatnya. Bukan memahami Islam dengan pemahaman-pemahaman baru yang menyimpang dari pemahaman para sahabat.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Telah begitu banyak ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita. Baik dengan kita membacanya maupun mendengarkan dari bacaan saudara kita. Ini berarti telah banyak perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan larangan-larangan-Nya yang telah sampai kepada kita. Namun sudahkah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita itu berpengaruh pada kepribadian kita? Sudahkah hal itu mengubah dan memperbaiki diri-diri kita?
Hadirin rahimakumullah,
Sudah semestinya kita membaca dan mempelajari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hadits-hadits Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena agama Islam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang disampaikan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril. Maka tidak mungkin kita akan mengetahui ajaran Islam kecuali dengan mempelajari wahyu tersebut. Dan wahyu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan tersebut adalah berupa Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu tidak boleh bagi kita untuk berpaling dari keduanya dan tidak mempelajarinya. Karena kalau demikian, sungguh di akhirat kelak dia akan menjadi orang yang menyesal. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan tentang penyesalan orang-orang kafir kelak di akhirat di dalam firman-Nya:
وََقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيْرِ
“Dan mereka (orang-orang kafir) berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka Sa’ir.” (Al-Mulk: 10)
Begitu pula sudah seharusnya, ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah sampai kepada kita dan telah kita pelajari tersebut bisa mengubah keadaan kita. Sehingga menjadikan kita menjadi orang yang senantiasa ikhlas dan mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menjadikan kita sebagai orang yang menjalankan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan rukun Islam lainnya.Juga menjadikan kita sebagai orang yang berakhlak mulia seperti berbakti kepada orangtua, menghormati tetangga, dan yang lainnya. Begitu pula mengubah diri kita sehingga menjadi orang yang menjauhi riba, judi, dan perbuatan maksiat lainnya. Karena kalau tidak demikian, maka justru ayat dan hadits yang kita dengar dan pelajari akan menjadi hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengadzab kita –wal ‘iyadzubilllah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَكُنْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُوْنَ
"Bukankah telah dibacakan kepada kamu sekalian ayat-ayat-Ku, akan tetapi kalian selalu mendustakannya?" (Al-Mukminun: 105)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Dan Al-Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk (mengadzab) kamu.” (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Sebagaimana bumi ini akan tandus dan tidak bisa ditanami jika tidak tersirami air, maka begitu pula hati kita akan sakit atau bahkan mati -wal ’iyadzubillah (kita berlindung kepada allah)- apabila tidak ditundukkan untuk menerima dan menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu semestinya kita harus berusaha untuk memenuhi setiap panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sampai kepada kita melalui ayat-ayat-Nya dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena yang demikian itu akan menjadikan hidupnya hati kita sehingga akan senantiasa mendapat petunjuk dan kemudahan dalam mengamalkan syariat-Nya. Dan yang demikian ini akan mengantarkan kita pada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اسْتَجِيْبُوا لِلهِ وَلِلرَّسُوْلِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (Al-Anfal: 24)
Dan sebaliknya, janganlah kita menyerupai orang-orang kafir yang tidak mau mendengarkan panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyerupai orang-orang munafik yang mendengarkan dengan telinganya namun hatinya tidak mau menerima. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan mereka adalah sejelek-jelek orang di muka bumi ini, dalam firman-Nya:
وَلاَ تَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ قَالُوْا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُوْنَ. إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لاَ يَعْقِلُوْنَ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya sejelek-jelek makhluk di sisi Allah ialah orang-orang yang memiliki pendengaran namun seperti orang yang tuli, yang memiliki lisan namun seperti orang yang bisu, yang tidak mengerti apa-apa.” (Al-Anfal: 21-22)
Saudara-saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah,
Di hadapan kita ada ajaran yang sempurna dan mulia. Yaitu ajaran Islam yang berisi aturan-aturan yang akan mengantarkan kita pada kehidupan yang penuh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Maka karena alasan apa seseorang berpaling darinya?
Sungguh barangsiapa ingin mencari aturan lainnya maka dia tidak akan dapatkan kecuali aturan yang hina dan penuh kekurangan. Oleh karena itu marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa menerima dan mengamalkan setiap kebenaran yang sampai kepada kita. Karena orang yang menolak kebenaran yang telah sampai kepadanya akan terkena ancaman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu akan dipalingkan hatinya dari menerima kebenaran berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوْا أَزَاغَ اللهُ قُلُوْبَهُمْ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (Ash-Shaf: 5)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي وَعَدَ الْمُطِيْعِيْنَ لَهُ وَلِرَسُوْلِهِ أَجْرًا عَظِيْمًا وَأَعَدَّ لِلْمُعْرِضِيْنَ عَنْهُ وَعَنْ رَسُوْلِهِ عَذَابًا أَلِيْمًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَهَدَاهُ صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada khutbah yang kedua ini kembali kami mengingatkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan marilah kita berusaha menghindari hal-hal yang akan menjauhkan dan mencegah kita dari menerima ajaran-ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa hal yang bisa mencegah seseorang dari mendapatkan hidayah serta petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antaranya adalah kesombongan. Hal ini sebagaimana terjadi pada iblis ketika diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk sujud kepada nabi Adam ‘alaihissalam, namun karena kesombongannya dia menolak seraya mengatakan: “aku lebih baik dari Adam”. Oleh karena itu semestinya kita berusaha menghilangkan sifat ini, yaitu dengan berupaya melembutkan hati agar tunduk kepada kebenaran. Sungguh terkadang seseorang sangat lembut sikapnya ketika bergaul dengan orang lain namun sangat keras hatinya untuk menerima kebenaran.
Hadirin rahimakumullah,
Di antara perkara yang akan mencegah seseorang dari menerima ajaran Islam adalah mengikuti hawa nafsu. Yaitu lebih mendahulukan hawa nafsu dari mengikuti perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam firman-Nya:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (Al-Qashash: 50)
Hadirin rahimakumullah …..
Di antara perkara yang juga menghalangi seseorang dari menerima kebenaran adalah taklid atau fanatik buta terhadap pendapat seseorang ataupun madzhab tertentu meskipun dia tahu bahwa pendapat tersebut bertentangan dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Begitu pula fanatik buta terhadap kebiasaan nenek moyangnya, sehingga dia tidak mau menerima petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya karena menyelisihi kebiasaan masyarakatnya. Yang demikian ini sesungguhnya merupakan sifat dan perbuatan orang-orang musyirikin dahulu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَا أَنْزَلَ اللهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَّلاَ يَهْتَدُوْنَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatupun dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqarah: 170)
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِميْنَ في كُلِّ مَكانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْلَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ ... اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
bee gees- SERSAN SATU
-
Posts : 152
Kepercayaan : Islam
Location : douglas
Join date : 27.06.13
Reputation : 0
Similar topics
» bagaimana cara mengamalkan al Qur'an
» Yesus mengamalkan Amsal 31:6?
» DAPATKAH MUHAMMAD SAW & UMAT MUSLIM MENGAMALKAN AYAT SUCI AL-QURAN-NYA, (AL-BAQARAH, 2:136) ?
» Menerima Roh Belas Kasihan
» bolehkah DPR menerima hadiah?
» Yesus mengamalkan Amsal 31:6?
» DAPATKAH MUHAMMAD SAW & UMAT MUSLIM MENGAMALKAN AYAT SUCI AL-QURAN-NYA, (AL-BAQARAH, 2:136) ?
» Menerima Roh Belas Kasihan
» bolehkah DPR menerima hadiah?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik