FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

RUQYAH YANG KELIRU Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

RUQYAH YANG KELIRU Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

RUQYAH YANG KELIRU

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

RUQYAH YANG KELIRU Empty RUQYAH YANG KELIRU

Post by putramentari Wed Dec 19, 2012 10:45 am

RUQYAH YANG KELIRU


Kebenaran ruqyah sebagai pengobatan sudah
dibuktikan oleh para ulama dahulu. Adapun pada masa sekarang ini (dan juga masa
sebelumnya), praktek pengobatan yang dianjurkan oleh Sunnah Nabi ini, nampak
mengalami beberapa pergeseran tata cara dan tujuan. Terjadinya pergeseran ini,
disamping telah menimbulkan kesalahan persepsi tentang ruqyah, juga memunculkan
adanya kekhawatiran menyangkut masalah aqidah.

Penyimpangan yang
terjadi, di antaranya berpangkal dari dual hal. Pertama, buta atau kurang
memahami permasalahan agama. Kedua, membenarkan bualan jin yang merasuki badan
seseorang. Misalnya, jin tersebut melontarkan nasihat kepada orang yang akan
mengobati, dengan mengatakan –misalnya- kondisi penderita ini demikian, bacalah
ayat ini ayat itu, atau tulislah Al Qur’an dengan cara tertentu kemudian lakukan
ini itu. Dari sini, kemudian sang terapis menuruti petunjuk jin yang banyak
menjerumuskan orang-orang ke jurang perbuatan haram.

Berikut kami
sebutkan di antara kekeliruan dalam praktek ruqyah.

1. Mengajak Jin
Untuk Berkomunikasi Dan Membenarkan Ocehannya.
Sering terjadi adanya
komunikasi dengan jin dan melontarkan pertanyaan kepadanya tentang banyak
permasalahan. Baik tentang nama, umurnya dan keyakinannya. Orang-orang pun mudah
mempercayainya. Fenomena ini hanya akan mengantarkan manusia menuju kerusakan
dan pelanggaran. Orang-orang seolah melupakan bahwa jin bukan sumber talaqqi
ilmu. Sebab kedustaanlah yang mendominasi sepak terjang jin. Ini berdasarkan
sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Hurairah: “Dia (saat ini)
jujur kepadamu, tetapi ia makhluk yang pendusta”.

Praktek seperti di atas
mengandung unsur pelanggaran terhadap petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Syaikh Al Albani berkata: Dahulu, orang-orang yang menangani ruqyah di
hadapan orang kesurupan, hanyalah ditangani beberapa individu yang shalih dengan
jumlah tidak banyak. Sedangkan sekarang ini, jumlah mereka ratusan orang. Bahkan
termasuk juga sekumpulan wanita mutabarrijah (pesolek). Akibatnya praktek ini
menyimpang dari statusnya sebagai sarana pengobatan syar’i – yang hanya
dilakukan oleh para ahlinya- berubah menjadi fenomena dan sarana kehidupan yang
tidak dikenal syariat ataupun ilmu kedokteran sekaligus. Justru menurutku
termasuk praktek dajl (kedustaan) dan bisikan s*t*n kepada musuhnya, manusia….
Barangsiapa yang meminta pertolongan dengan jin dalam membuang pengaruh sihir
atau ingin mengetahui jati diri jin yang sedang merasuki seseorang – jin itu
laki-laki atau perempuan, muslim atau kafir- dan kemudian dibenarkan oleh orang
tadi dan juga orang-orang yang bersamanya, niscaya mereka ini tercakup dalam
kandungan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Barangsiapa mendatangi
tukang ramal, atau dukun dan membenarkannya atas ucapannya, maka ia telah
mengingkari risalah yang diturunkan kepada Muhammad”. [Hadits ini diriwayatkan
oleh Muslim dan imam lainnya. Lihat Ghayatul Irwa`, no. 2006]. Maka aku ingin
memberikan masukan untuk mereka –kalau mereka tetap menjalankannya- saat
berkomunikasi dengan jin, tidak melebihi petunjuk Nabi yang hanya mengatakan
“Keluarlah kamu, wahai musuh Allah”. Lihat Silsilah Shahihah,
6/1009-1010.

Komunikasi dalam pengobatan ruqyah ini justru berdampak
buruk, di antaranya:

Pertama : Terjadinya fitnah dan perseteruan antara
manusia. Sebab, tatkala jin mengatakan bahwa si Fulan adalah aktor yang
menyusupkan pengaruh sihir, dan ini didengar oleh orang banyak, maka dapat
mengakibatkan timbulnya permusuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin. Berapa
banyak tali silaturahmi yang putus, rumah yang hancur dan keluarga yang
tercerai-berai lantaran perkataan jin yang ada dalam tubuh korban kerasukan?


Kedua : Jin akan lebih lama tinggal dalam tubuh korban, lantaran bacaan
Al Qur`an dihentikan dengan komunikasi tersebut.

2. Menyembelih Hewan
Sembelihan Untuk Jin.
Perbuatan ini haram, karena termasuk dalam kategori
syirik. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Allah melaknati orang yang
menyembelih untuk selain Allah”.

3. Terlalu Bergantung Pada
Pengalaman.
Karena terlalu longgar, banyak peruqyah yang memiliki cara
tersendiri, berbeda dengan cara rekan sejawatnya yang lain. Mereka berdalih,
cara ini sudah melewati uji coba dan ternyata manjur.

Sebagai contoh,
mengolesi minyak pada anggota tubuh tertentu, membaca Al Qur`an di depan satu
bejana air dan berwudhu dengannya, juga untuk mandi dengan berlebihan,
penggunaan kayu wangi (bukhur), penggunaan cara kekerasan dengan intimidasi
terhadap jin, keinginan untuk membakarnya, atau bahkan ingin membunuhnya. Cara
yang dipakai kadang dengan pukulan, cekikan (pada korban), menggelapkan ruangan
tempat terapi, membakar beberapa bagian anggota tubuh korban. Atau dengan
melakukan ruqyah di hadapan orang banyak demi menghemat waktu. Caranya,
menggunakan pengeras suara di dalam masjid dengan memfokuskan pada ayat-ayat
yang diklaim sebagai ayat ruqyah.

Syaikh Al Albani mengatakan: “Tidak
setiap pengalaman yang bermanfaat menunjukkan, bahwa cara seperti itu sesuai
dengan syariat. Sebab, seandainya masalah ini dibuka secara bebas, maka akan
membuka kelonggaran untuk kedustaan, bid’ah dan khurafat. Atau tidak menutup
kemungkinan terjadinya kesyirikan”.

4. Berprofesi Sebagai Pembaca
Ruqyah.
Ada sebagian orang yang menyibukkan diri untuk mengobati dengan cara
ruqyah. Waktunya hanya habis untuk membaca di depan orang-orang yang sakit.
Tempat tinggal diperluas dan siap menerima kedatangan para pasien. Jadwal
kunjungan pun ditetapkan layaknya rumah sakit. Kesibukan ini dijadikan sebagai
pekerjaan untuk mencari penghidupan. Fenomena ini akan menimbulkan dampak
negatif.

Pertama : Kebanyakan orang akan mengira, bahwa peruqyah ini
mempunyai keistimewaan tersendiri. Buktinya banyak pengunjung mendatanginya.
Akibatnya, menimbulkan asumsi, jika posisi pembaca Al Qur`an melebihi kedudukan
yang dibacanya, yaitu Al Quran. Oleh karena itu, segala akses yang berakibat
melemahnya kepercayaan orang kepada Al Qur`an harus dicegah.

Kedua : Sang
peruqyah juga mungkin akan mengira dirinya mempunyai kekuatan super sehingga
s*t*n-s*t*n takluk di hadapannya. Sehingga penyakit ‘ujub dan takabur
merasukinya, demikian juga perasaan buruk lainnya.

Dahulu, pada zaman
sahabat, ada sekian sahabat yang dikenal doanya terkabul, seperti Sa’ad bin Abi
Waqqash, dan juga Uwais Al Qarni dari kalangan tabi’in. Meski begitu, tidak
diketahui atsar yang menunjukkan adanya orang-orang memadati rumahnya untuk
meminta doa. Padahal doa mustajab sangat dibutuhkan orang-orang untuk
memperbaiki dunia dan akhiratnya.

Ketiga : Orang yang menyibukkan diri
untuk meruqyah, adalah laksana orang yang mengkhususkan diri untuk mendoakan
orang lain, karena jenisnya sama. Apakah pantas bagi seorang muslim mengatakan,
kemarilah aku akan doakan kalian. Apalagi praktek ini mematikan semangat orang
untuk meruqyah diri sendiri dan meminta penyembuhan dari Allah semata.

5.
Meminta Upah Dengan Berbagai Cara.
Imbal balik ini dilakukan dengan beragam
cara :
Pertama : Memaksa agar diberi upah yang tinggi.
Kedua : Menolak
meruqyah kecuali setelah menerima satu nominal uang dari penderita.
Ketiga :
Sengaja mengulangi pengobatan dan memanjangkan waktunya sehingga dapat menerima
upah untuk setiap kesempatan.
Keempat : Mereka mengaku tidak meminta upah,
tetapi hanya ada jual beli air “bertuah” yang sudah dibacakan ruqyah padanya.
Air “bertuah” dicampur dengan beberapa ramuan alami, kemudian dijual dengan
harga mahal.

6. Membuat Dzikir-Dzikir Baru Dalam Agama.
Dalam
beberapa buku disebutkan adanya pengobatan dengan ayat Al Qur`an, dzikir-dzikir
yang umum dalam syariat, namun cara ketentuan membacanya ditetapkan dengan
cara-cara yang khusus.

Sebagai misal, adanya ketentuan agar ayat ini
atau dzikir ini dibaca duapuluh kali atau seratus kali. Padahal sama sekali
tidak ada keterangannya dalam agama. Contoh konkretnya dalam buku Itsbatu ‘Ilaji
Jami’i Al Amradhi Bil Qur`an (ketetapan penyembuhan segala penyakit dengan Al
Qur`an). Dalam buku tersebut dijelaskan, setelah penulis menyebutkan ayat-ayat
terapi, ia menambahkannya dengan ketentuan “hendaknya ditulis dalam piring
buatan Cina, berwarna putih tanpa ornamen. Tentu yang seperti ini merupakan
kesalahan.

Disamping cara-cara ruqyah yang keliru di atas, masih ada
beberapa cara yang menyimpang lainnya, seperti:

- Meyakini bahwa ruqyah
benar-benar bermanfaat dan merupakan faktor penyembuh.
- Membuka pengobatan
dengan menanyakan nama dan nama ibu pasien.
- Meminta benda-benda yang
pernah dipakai pasien.
- Meminta penyembelihan hewan dengan cara khusus. Dan
kadang, setelah itu memerintahkan untuk melumuri badan penderita dengan darah
hewan tersebut.
- Menuliskan beberapa kalimat yang tidak dapat dipahami
layaknya kode morse atau huruf yang putus-putus.
- Melakukan komat-kamit
dengan kalimat yang tidak terpahami.
- Membekali pasien dengan benda untuk
dipendam di sekitar rumah.
- Menyatakan mampu memberi tahu pasien tentang
kondisi yang dialaminya.
- Terlihatnya tanda-tanda kefasikan pada seorang
peruqyah, seperti malas menunaikan shalat berjamaah.
- Dalam pengobatan
wanita, dengan dalih sebagai penyembuh atau dengan alasan terpaksa, kadang sang
peruqyah membuka aurat wanita, melihat wanita di tengah pengobatan, meletakkan
tangan di tubuh pasien wanita atau mengoleskan cream di beberapa anggota
tubuhnya. Padahal, wanita adalah fitnah terbesar bagi kaum lelaki. Disinilah
s*t*n berusaha menjerumuskan para terapis ke jurang pelanggaran syari’at dengan
dalih penyembuhan, dan masih banyak lainnya.

Demikian praktek ruqyah yang
bisa dianggap bisa mewakili terungkapnya beberapa kekeliruan yang terjadi
seputar ruqyah. Bagi mereka yang melakukan terapi ruqyah, hendaknya berpegang
teguh dengan petunjuk Al Qur`an dan Sunnah yang shahih. Jangan sampai s*t*n
mempermainkan mereka. Allah berfirman, yang artinya: Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang
pedih. [QS An Nur ayat 63]. (Red)

Maraji`:
1. As Sihru Wa Al’Ain Wa
Ar Ruqyah Asy Syar’iyyah, karya Fahd bin Sulaiman Al Qadhi`, Cetakan Haiah Al
Amru Bil MA’rufi Wan Nahyi ‘Anil Mungkar, tanpa tahun.
2. Fathur Rahman Fi
Bayani Hajril Qur`an, karya Abu Anas Muhammad bin Fathi Alu ‘Abdul Aziz dan Abu
Abdir Rahman Mahmud bin Muhammad Al Mallah, Dar Thayyibah Al Kadhra`, Mekkah,
Cet. II, Th. 2002.
3. Nazharat Wa Ta`ammulat Min Waqi’i Al Ummah, karya Dr.
Muhammad bin Abdur Rahman Al Khumayyis, Maktabah Ash Shabahah Sharjah Uni
Emirat, Cet. I, Th. 1419 H/1998M.
putramentari
putramentari
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 42
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116

Kembali Ke Atas Go down

RUQYAH YANG KELIRU Empty Re: RUQYAH YANG KELIRU

Post by Dee_Nie Fri Dec 12, 2014 4:27 am

sepi yahhh,,,
,,,

pengobatan OLGA SYAH PUTRA (bencong artis) juga di ruqyah  oleh ustad ternama. Namun tidak berhasil
Dee_Nie
Dee_Nie
KOPRAL
KOPRAL

Male
Age : 53
Posts : 24
Kepercayaan : Islam
Location : Jauh di mata dekat di FPI
Join date : 12.12.14
Reputation : 3

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik