nyanyian dari pegunungan jizan
Halaman 1 dari 1 • Share
nyanyian dari pegunungan jizan
Idealisasi kehidupan pedesaan tampaknya dahulu sama populernya di istana Yerusalem Arab dengan di Versailles pada zaman kekuasaan keluarga Bourbon yang belakangan. Kita harus tetap mengingat ini sewaktu mempertimbangkan sifat 'Kidung Agung' yang merupakan (syr h-syrym 'sr l-slmh) Sulaiman, sebuah bunga rampai lagu-lagu rakyat yang membicarakan percintaan antara para gembala dan para pemelihara kebun anggur, rupanya disusun oleh salah seorang raja Yudah yang belakangan, walaupun memakai nama Sulaiman. Bunga-rampai ini dipelihara di antara ktwbym (atau 'kitab-kitab') Ibrani dan akhirnya menjadi bagian Bibel sejajar dengan 'kitab-kitab' pepatah dan kearifan lain yang dihubungkan dengan Sulaiman.
Secara tradisional umat Yahudi telah menafsirkan bahan erotik yang berani yang ada dalam 'Kidung Agung' sebagai suatu rangkaian bunga-rampai yang menunjukkan cinta Tuhan terhadap Israil. Umat Kristen memandang sebutan-sebutan yang sama itu sebagai ramalan dalam bentuk bunga-rampai yang berkenaan dengan cinta Kristus terhadap gereja. Namun bagi pendengaran telinga Arab, makna lirik-lirik yang termasuk dalam 'Kidung Agung' itu adalah jauh lebih ringan: lirik-lirik itu mempunyai arti tepat seperti yang dikatakannya, yaitu merupakan contoh-contoh awal gaya sastra erotik yang kini masih sangat populer.
Nyanyian yang mirip dengan itu banyak terdapat dalam kesusastraan Arab klasik, dan kita dapat mendengarkan bentuk modern daripadanya di seluruh pelosok Timur Dekat. Pada pertemuan-pertemuan ramah-tamah di mana saja terdapat hiburan musik. Peniruan nyanyian-nyanyian ini, seperti halnya lagu-lagu rakyat dari seluruh dunia, telah mendapat tempat di ruang-ruang musik dan gramofon-gramofon otomat di kalangan Arab dan popularitas mereka membuktikan semangat tradisi mereka.
Dalam lagu-lagu rakyat Arab yang hidup ini, seperti dalam 'Kidung Agung' dalam Bibel, muda-mudi yang sedang dimabuk asmara berubah menjadi rusa-rusa jantan dan betina yang gemar akan janji-janji rahasia untuk bertemu di perkebunan anggur dan tenda-tenda orang Badwi. Mengetuk pintu atau memasuki sebuah perkebunan anggur guna memetik buah (terutama buah delima dan anggur), atau mengambil dengan bebas madu atau susu, merupakan petunjuk-petunjuk yang cukup cerdik kepada perayuan erotik yang kita semua tahu apa itu sebenarnya.
Dalam 'Kidung Agung', yang jatuh cinta adalah Sulaiman (shlomoh atau slmh), dan yang dicintainya, yang dikenali melalui namanya, adalah Shulammite (swlmyt), bentuk feminin slmh atau Salomo (lihat di bawah). Dalam lagu tradisional Arab, gadis yang dicintai sering disebut Salma (bentuk feminin nama Salman, yang merupakan padanan kata Arab dari nama Ibrani shlomoh, atau Salomo). Seperti halnya Shulammite dalam Bibel, Salma Arab dipuji dalam puisi klasik dan dalam lagu modern karena kecantikannya yang kehitaman; ia sejak dahulu digambarkan sebagai 'hitam tetapi molek'.
Tentunya kesamaan yang erat antara 'Kidung Agung' dan puisi cinta Arab sebelumnya telah dikomentari oleh para ahli. Baru-baru ini, Morris Seale menulis:
Menurut hemat saya, Kidung ini paling mudah dimengerti kalau dibandingkan bersama puisi erotik yang berasal dari Arabia. Yang langsung menarik perhatian pelajar-pelajar puisi cinta Arab kuno adalah kesamaan yang besar antara puisi kaum pengembara seperti ini dengan curahan-curahan dalam Kidung Agung. Kesamaan ini adalah pada pokok pembicaraan, gaya sastra dan pada tamsilnya. Shulammit yang dicintai dalam Kidung Agung adalah saudara perempuan dari sejumlah wanita cantik yang dikenal oleh para pecinta-penyair (seorang penyair sekaligus pandai bercinta). Penyair-penyair ini tinggal di kota tetapi pikiran mereka mengembara di padang pasir. Bahasa Arab modern penuh dengan contoh-contoh semacam ini. Kumpulan puisi yang berhawa nafsu ini (dengan kata lain Kidung Agung) menunjukkan pada jiwa khas suatu bangsa pada zaman liar dan kehidupan bebas. Begitu saja, ini merupakan suatu monumen sejarah pengembaraan kaum Ibrani pada waktu kenikmatan dan penyelenggaraan percintaan badaniah lebih penting dari rasa takut terhadap Tuhan.[1]
Namun pertanyaannya tetap adalah tepatnya dari mana adat dan pengetahuan erotik yang diabadikan dalam Kidung Agung itu berasal? Seperti yang saya harapkan, tempat asalnya adalah tidak lain dari tanah Bibel yang asli, yaitu Asir.
Menilai dari nama-nama tempat yang disebutkan di dalam lagu-lagu percintaan ini, mereka pada mulanya mestinya berasal dari pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan --sebuah setengah lingkaran punggung pegunungan yang indah sekali, sebagian gersang dan sebagian berhutan lebat dan sebagian lagi bertingkat-tingkat untuk ditanami, yang memandang ke bawah lembah-lembah subur gurun pesisir Jizan yang luas. Sewaktu Philby mengunjungi tempat ini, ia terpesona akan keindahan pemandangannya. Lebih lagi, perasaan sadarnya digetarkan oleh alunan lagu dari sisi gunung yang dimainkan oleh tiupan suling seorang gembala (Arabian Highlands hal. 488), dan ia pun menyesali karena tidak membawa 'sebuah alat yang dapat merekam lagu-lagu rakyat yang merdu' penduduk setempat itu (hal. 503) --sesuatu yang tidak dikatakan Philby yang berkenaan dengan bagian-bagian di Asir lainnya. Juga pada zaman Bibel, tidak ada cara yang dapat merekam lagu-lagu rakyat setempat agar dapat mengabadikannya. Namun, sebagian dari lirik-lirik itu berhasil dipertahankan.
Bagaimana, kapan dan mengapa Kidung Agung disusun adalah di luar jangkauan studi ini; dan pengetahuan sejarah tekstual Bibel saya pun tidak cukup untuk mengerjakannya. Akan tetapi, yang saya yakin adalah bahwa pengetahuan adat istiadat yang terkandung di dalam Kidung Agung hanya mungkin berasal dari pegunungan Jizan. Di negara mana saja, lagu-lagu rakyat seringkali diciptakan oleh penyanyi-penyanyi pengembara yang telah mengunjungi berbagai tempat, dan kadang-kadang ingin sekali menunjukkan keakraban mereka dengan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi. Lebih lagi, dengan jalan menyebutkan nama-nama pelbagai distrik dalam lagu-lagu mereka, para penyanyi pengembara ini membuat lagu-lagu mereka langsung dapat dimengerti oleh para pendengarnya di mana pun mereka berada. Seorang penyanyi pengembara bahkan dapat menukarkan nama-nama tempat dalam sebuah lagu tertentu selagi menyanyikannya di suatu distrik satu atau yang lain guna menyenangkan hati pelbagai pendengarnya. Yang berikut ini adalah tempat-tempat yang disebut di tempat lain yang semuanya terletak di distrik-distrik wilayah Jizan. Ini penting, karena pengenalan semacam itu dapat menjelaskan banyak sebutan-sebutan dalam teks-teks Ibrani bunga rampai puisi-puisi cinta kuno yang sangat menarik ini, yang kalau tidak demikian tetap akan tidak jelas.
Pertimbangkanlah yang berikut ini:
'Saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda Kedar (qdr), bagaikan tirai Salomo (yry'wt slmh)' (RSV 1:5). Di sini Kedar mungkin adalah al-Ghadir (gdr), di daerah perbukitan 'Aridah. 'Tenda-tenda' Kedar disebut sebagai 'hly(m); yry'wt-nya slmh, di sebutkan bersamaan dengan 'tenda-tenda' Kedar sebagai sangat gelap (dengan kata lain, hitam), tidak mungkin 'tirai-tirai Sulaiman'. Kata Ibrani yry'wt berarti 'kain tenda', dan slmh di sini bukanlah 'Salomo', tetapi mungkin desa al-Salamah (pengubahan abjad lengkapnya slmh), di distrik Abu 'Arish, atau Al Salamah (juga slmh), di ketinggian Dhahran al-Janub di luar daerah perbukitan Jizan. Maka, baris ini seharusnya berbunyi: 'saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda al-Ghadir, bagaikan kain tenda al-Salamah'.
'Kekasihku bagi saya adalah kumpulan bunga di perkebunan anggur En-gedi ('yn gdy, 'mata air' gdy)' (1:14). Referensinya di sini tampaknya adalah kepada 'mata air' al-Jiddiyyin (jamak Arab dari gdy, atau gdy sebagai genitif gd), sebuah oase yang terkenal di distrik Sabya.
'Saya adalah sekuntum mawar (hbslt, 'asphodel') Sharon (hsrwn), sekuntum bunga bakung dari lembah-lembah' (2:1). Di sini 'asphodel' Sharon dikenali sebagai sebuah bunga bakung dari 'lembah-lembah'. Sebenarnya dalam konteks ini Sharon adalah sebuah lembah yang kini berada di Wadi Sharranah (srn) di daerah perbukitan Hurrath.
'Wahai burung merpatiku, di celah-celah batu (b-hgwy h-sl'), tersembunyi di jurang-jurang (b-str h-mdrgh) ...' (2:14). Kata Ibrani hgwy h-sl' dapat berarti 'celah-celah batu'. Namun di sini tampaknya berkenaan dengan sebuah desa di dataran tinggi Rijal Alma' yang kini bernama Jarf Sala' (grp sl'). Dalam namanya yang sekarang, kata Arab grp adalah sebuah terjemahan kata Ibrani hgw, yang bertahan dalam dialek Jizan sebagai hqw (disuarakan haqu), kini dipakai guna menunjukkan kaki punggung sebuah gunung. Kata Ibrani mdrgh, diakui hanya dalam dua sebutan teks Bibel (yang kedua adalah Yesaya 38:20) dan diterjemahkan menjadi 'jurang', di sini jelas merupakan sebuah nama tempat - kini al-Madrajah (tepatnya mdrgh), di Jabal Harub. Bagi seseorang di wilayah Jizan, dataran tinggi Rijal Alma' terletak 'di belakang' (b-str, 'tersembunyi') Jabal Harub. Maka baris ini seharusnya berbunyi: 'wahai burung merpatiku di Jarf Sala', di belakang Madrajah ...'
'Berpalinglah, kekasihku, jadilah seperti seekor rusa, atau seekor rusa jantan di pegunungan yang tidak rata tanahnya' (hry btr) (2:17). Walaupun btr di sini dianggap berarti 'tidak datar', kata ini tidak mungkin merupakan sebuah deskripsi dari hry(m), yang berarti 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' (jamak hr), karena btr adalah dalam bentuk tunggal. Referensinya hanya dapat pada 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' Jabal Bani Malik, dan di sini sebuah desa yang bernama Batar (btr) masih berdiri.
'Rambutmu bagaikan kawanan kambing jantan, yang sedang menuruni lerengan Gilead (hr gl'd, atau 'Gunung Gilead)' (4:1). Gunung Gilead yang dibicarakan ini mestinya adalah tonjolan gunung al-Ja'dah ('l-g'd), di Rijal Alma', di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Jizan.
'Gigi-gigimu bagaikan kawanan biri-biri betina yang telah dicukur (k-'dr h-qswbwt) yang telah datang dari pencucian' (4:2). Di sini h-qswbwt jelas adalah nama sebuah tempat, kini al-Qusaybat (qsybt, dalam bentuk jamak feminin, dan dengan kata sandang tertentu, seperti dalam bahasa Ibraninya), di perbukitan Hurrath. Tidak ada 'biri-biri betina' yang dapat ditemukan pada aslinya, dan 'kawanan yang telah dicukur' dalam bahasa Ibrani adalah 'dr qswb, bukan 'dr qswbwt, dan kata bendanya adalah dalam bentuk tunggal maskulin dan ajektifnya dalam bentuk jamak feminin. Sehingga: 'gigi-gigimu seperti kawanan Qusaybat yang telah datang dari pencucian'.
'Saya akan pergi cepat ke gunung myrrh (hnr h-mwr) dan ke bukit menyan (gb't h-lbwnh)' (4:6). Sebenarnya tidak ada apa-apa yang figuratif dalam baris ini. 'Bukit h-lbwnh, jelas adalah bukit Jabal al-Lubayn; (lbyny), di distrik Hurrath. 'Gunung myrrh' adalah suatu referensi kepada salah satu punggung bukit di dataran tinggi Mawr (mwr), kini berada di Yaman, dan di sana terdapat hulu Wadi Mawr.
'Datanglah bersamaku dari Libanon (lbnwn), istriku ... Berangkat (tepatnya 'turun') dari puncak Amana ('mnh), dari puncak Senir (snyr) dan Hermon (hrmwn), dari liang-liang singa (hrry h-nmrym), dari pegunungan macan tutul (hrry h-nmrym)' (4:8). 'Libanon', 'Amana', 'Senir' dan 'Hermon' di sini adalah dataran-dataran tinggi. Lubaynan (lbynn), di selatan perbatasan Yaman; Yamani (ymn), di distrik 'Aridah; al-Sarran (srn), di Jabal Harub; dan Khimran (hmrn), di distrik Hurrath. 'Liang-liang singa' adalah sebuah desa masa ini, yaitu al-Ma'ayin (jamak Arab m'yn) di Jabal Harub, dikenali sehubungan dengan distrik al-Rayth yang bersebelahan dengannya (al-Rayth diucapkan ar-Rayth, atau 'ryt, bandingkan dengan kata Ibrani 'rywt). 'Pegunungan macan tutul' jelas adalah punggung-punggung Jabal Dhu Nimr (nmr, 'macan tutul'), di distrik Hurrath, kecuali kalau referensinya adalah kepada al-Numur (jamak bahasa Arab nmr), di distrik Rubu'ah yang bertetangga dengannya.
'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kasihku, elok seperti Yerusalem, mengerikan seperti sebuah pasukan yang membawa panji-panji ('ymh k-ndglwt)' (6:4). Kata Ibrani ndglwt di sini, diterjemahkan sebagai 'panji-panji' dan ditafsirkan secara bebas menjadi 'sebuah pasukan yang membawa panji-panji', tidak diakui kebenarannya dalam sebutan-sebutan lainnya di dalam Bibel. Kata ini jelas merupakan jamak feminin ndgl, yang dianggap sebagai partisip bentuk np'l dari dg'l, 'mengangkat panji'. Sebenarnya kata ini mestinya berkenaan dengan suatu barisan bukit di ujung selatan wilayah Jizan yang kini bernama al-Janadil (jamak Arab dari gndl, 'batu besar', dan ndgl merupakan suatu metatesis). Dapat ditambahkan di sini bahwa 'ymh k-ndglwt mungkin berarti 'mengagumkan seperti al-Janadil' dan bukan 'mengerikan seperti al-Janadil', karena pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan benar-benar megah sekali. Untuk 'Tirzah' dan 'Yerusalem' di dalam Bibel, masing-masing lihat Bab 9 dan 10.
'Saya pergi ke kebun kacang (gnt 'gwz), untuk melihat bunga-bunga lembah, untuk melihat apakah tanaman-tanaman anggur telah berpucuk, melihat apakah pohon-pohon delima telah berbunga' (6:11). Di sebuah perkebunan kacang, seseorang mestinya mengira akan dapat melihat pohon-pohon kacang, bukan kumpulan bunga-bunga, pohon anggur dan pohon-pohon delima. Lebih lagi, 'kebun kacang', dalam bahasa Ibrani, mestinya diterjemahkan sebagai gnt h-'gwz, sekalipun 'gwz berarti 'kacang', atau 'pohon kacang' (istilah ini tidak diakui kebenarannya di tempat-tempat lain dalam Bibel Ibrani, dan dianggap berarti 'kacang' sebagian besar dibandingkan dengan kata Arab gwz). Namun, yang dipermasalahkan di sini adalah nama sebuah tempat, kini desa al-Janat (gnt) di distrik Bal-Ghazi (atau Bani al-Ghazi, gzy, bandingkan dengan 'gwz dalam Bibel --suatu daerah dan di sini kaki-kaki bukit Jabal Faifa dan Jahal Bani Malik bergabung dengan gurun pasir pesisir Jizan. 'Lembah' di sana mungkin sebuah di antara beberapa cabang Wadi Sabya atau Wadi Damad yang subur.
'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite (h-swlmyt), kembali, kembali, agar kita dapat memandangmu (w-nhzh bk). Mengapa engkau harus memandang Shulammite (mh thzw b-swlmyt), seperti memandang sebuah tarian di depan dua buah pasukan (k-mhlt h-mhnym)?' (RSV 6:13; Bibel Ibrani 7:1). Di sini, swlmyt, bentuk feminin genitif swlm, mungkin berkenaan dengan seorang gadis dari sebuah desa yang kini adalah desa al-Shamla (sml), di wilayah suku Salamah (slm), di Jabal Bani Malik. Beberapa di antara para ahli berpendapat bahwa ada kemungkinan ini sebenarnya merupakan nama seorang gadis, yang menurut hemat saya lebih masuk akal, mengingat bahwa nama ini disebutkan dalam baris yang serupa sekali waktu dengan, dan sekali waktu lagi tanpa kata sandang tertentu (sebuah ciri yang biasa dari beberapa nama perorangan Arab sampai kini). Begitu saja, nama ini mungkin merupakan padanan kata Salma (slm', bentuk feminin dari slmn) -- purwa-rupa puitis dari sang kekasih yang begitu sering disanjung-sanjung dalam lagu lagu Arab kuno dan modern. Dalam baris yang dibicarakan, diterjemahkan seperti biasanya, Shulammite ini dibandingkan dengan tarian antara dua buah pasukan (atau dua perkemahan, mhlt h-mhnym), yang tidak masuk di akal. Akan tetapi, akar kata kerja mhl, adalah hlh, yang dalam bahasa Arab diakui sebagai (hly) dalam pengertian 'menghiasi'; sehingga kata Arab (dan juga Ibrani) hly sebagai sebuah kata benda yang berarti 'perhiasan wanita'. Sebagai kata benda hlh, mhlh dapat juga berarti 'perhiasan'. Maka baris itu dapat diterjemahkan kembali menjadi: 'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite ... agar kita dapat memandangmu. Mengapa engkau memandang (mh thzw) Shulammite sebagai perhiasan perkemahan-perkemahan?'
'Lehermu bagaikan menara gading (mgdl h-sh). Matamu bagaikan kolam-kolam di Heshbon (hsbwn), di dekat gerbang Bath-rabbim ('l s'r bt-rbym). Hidungmu bagaikan menara Libanon (mgdl h-lbnwn), yang melihat ke bawah Damsyik (Damaskus) (swph pny dmsq). Engkau bermahkotakan kepalamu yang seperti Carmel (r'sk 'lyk k-krml), dan gumpalan rambutmu yang panjang (dlt r'sk) bagaikan ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu (k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym)' (RSV 7:4-5); Bibel Ibrani 7:5-6). Di antara nama-nama tempat yang dikenali di sini, Heshbon dan Bath-rabbim yang tidak dapat disamakan dengan nama-nama tempat yang bertahan yang dikenal di wilayah Jizan atau di daerah-daerah sekelilingnya, kecuali kalau Heshbon adalah punggung-punggung bukit (dan bukan mata air) Shihb (shb, metatesis hsb tanpa kata sandang kuno tertentu yang berakhiran, yaitu n) di Rijal Alma', dan Bath-rabbim adalah Sha'b al-Baram (brm, metatesis rbym) di wilayah yang sama. 'Libanon' atau Lubaynan di Yaman Utara telah dikenali; ia terletak di seberang wilayah Jizan dari Jabal Bani Malik dan di sini terdapat sebuah 'Damsyik' (kini desa Dha Misk, atau dmsk, bandingkan dengan dmsq dalam Bibel). 'Carmel', atau Kirmil (krml) disebutkan oleh ahli-ahli geografi Arab sebagai sebuah punggung bukit di wilayah Jizan, nama masih tetap dipakai oleh Karamilah (orang-orang krml), sebuah suku Wadi Jizan. Yang tidak dikenal sebagai nama sebuah tempat adalah h-sn (mgdl h-sn, dianggap berarti 'menara gading'), yang kemungkinan besar berkenaan dengan al-Sinn (sn), di wilayah Muhayil, atau al-Shanu (sn), sebuah desa di punggung bukit yang terpisah di Jabal Dirim, di wilayah Ballasmar yang bertetangga dengannya. Kalimat dalam bahasa Ibrani dlt r'sk k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym, yang sampai kini diperlakukan sebagai dua kalimat yang terpisah ('gumpalan rambutmu yang panjang seperti ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu'), sebenarnya adalah satu kalimat. Di sini dlt berarti 'rambut yang kusut', atau hanya 'rambut' saja, dan bukan 'gumpalan rambut'; 'rgmn berarti 'kain wil', atau 'kain wol yang dicelup', dan bukan 'ungu' (lagi pula adakah rambut yang berwarna ungu?); 'swr adalah sebuah nama tempat, Al Yasir (ysyr), di wilayah Tanumah di Sarat, dan bukan sebuah kata benda biasa yang berarti 'tawanan'; rhtym (jamak rht), adalah padanan kata dari kata Arab rihat (jamak gabungan rht), yang diakui dalam pengertian permadani, kain pembalut, perabot tekstil, dan tidak mempunyai arti 'rambut'. Penterjemah-penterjemah Kitab Bibel sebenarnya telah mengakui bahwa mereka ragu-ragu akan penterjemahan atas kalimat ini, yang seharusnya berbunyi: 'Rambut kepalamu bagaikan permadani-permadani Raja Asur (Al Yasir)' yang masuk di akal. Permadani-permadani wol, diwarnai dengan bahan celup dari sayur-sayuran setempat (kini makin bertambah diwarnai dengan bahan celup buatan) masih tetap dibuat di Sarat dan dijual di pasar-pasar Abha dan Khamis Mushait.
'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di Baal-hamon (b'l hmwn)' (8:11). Kalau kita menganggap b'l sebagai b-'l, maka kata ini akan berarti 'di atas', atau 'di ketinggian', bukan 'Baal'. Hamon (hmwn) mestinya adalah Wadi Haman (hmn), di distrik Hurrath. Maka kalimat itu seharusnya berbunyi: 'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di daerah ketinggian Haman'.
'Bergegaslah, kekasihku, seperti seekor rusa jantan muda di pegunungan rempah-rempah (hry bsmym)' (8:14). Referensinya di sini mungkin kepada dua tempat yang bernama Bashamah (bsm) di wilayah Jizan, satu di daerah perbukitan al-'Aridah, dan yang satu lagi di daerah perbukitan yang membatasi Wadi 'Itwad. Kalau saja kedua Bashamah ini terlihat, maka hry bsmym seharusnya dibaca dalam bentuk ganda dan bukan dalam bentuk jamak.
Kidung Agung bukanlah satu-satunya contoh cerita rakyat pegunungan Jizan yang dapat ditemukan dalam Bibel Ibrani. Satu lagi terdiri dari Mazmur yang berhubungan dengan 'putra-putra' Korah (bny qrh, lihat Catatan 1 Bab 9). Seperti yang telah dikatakan, 'putra-putra Korah' ini merupakan sebuah suku pedalaman pegunungan Jizan. Namanya bertahan di sana sebagai nama desa al-Qarhah (qrhn), di Jabal Faifa, dan nama desa al-Qarhan (qrhn), di Jabal Bani Malik, nama yang belakangan ini adalah padanan kata Arab qrhym (jamak Ibrani qrh), yang berarti rakyat qrh, atau suku qrh.
Isi Kidung Agung, seperti yang telah dikatakan, mestinya disusun bukan pada zaman Sulaiman, tetapi di bawah pengganti-penggantinya. Sebenarnya ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Kidung Agung ini dikumpulkan beberapa waktu setelah wafatnya Sulaiman dan terpisahnya kerajaannya, pada saat keturunan-keturunannya memerintah sebagai raja-raja Yudah di 'Yerusalem', sewaktu saingan-saingannya, yaitu raja-raja Israil, tinggal di 'Tirzah'. Dalam baris yang berbunyi 'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kekasihku, elok bagaikan Yerusalem', disebutkannya kedua nama ini secara sejajar di dalam satu kalimat menandakan bahwa kedudukan kedua kota ini dianggap berada pada tingkat yang sama. Persamaan kedudukan semacam ini tidak mungkin ada pada zaman Raja Sulaiman, sewaktu 'Tirzah' masih merupakan sebuah tempat yang kurang dikenal di dataran tinggi Ghamid (lihat Bab 10), sedangkan 'Yerusalem' sudah merupakan ibukota 'Seluruh Israil'.
Kalau pengubahan Kidung Agung dari Palestina ke Asir agaknya hanya sedikit membantu dalam pengertian kita terhadap Bibel --salah penterjemahan nama-tempat menjadi bunga-bunga padang pasir-- tidak begitu banyak mengubah makna Kidung Agung; bagaimanapun juga, contoh-contoh yang telah saya pilih dapat membuka pikiran. Bukan hanya bahwa lirik Ibrani Kuno ini menambah ketepatan geografis; tetapi lebih penting lagi lirik-lirik ini mendorong kita untuk mengakui bahwa itu tegas-tegas berasal dari suatu tempat. Inilah yang tidak dibedakan oleh kebanyakan pembaca Bibel, sisa-sisa ikatan kekeluargaan yang menyebabkan mereka meremehkan sampai sejauh mana teks-teks ini ditulis dalam sebuah bahasa yang benar-benar dipergunakan oleh suatu bangsa yang benar-benar ada, tinggal di suatu tempat tertentu pada suatu zaman tertentu.
Yang ditunjukkan secara jelas oleh pembacaan kembali Kidung Agung dalam Bibel Ibrani adalah bahwa walaupun sebutan-sebutan yang nampaknya secara puitis benar, pengaruhnya lebih bersifat prosa meskipun ditafsirkan secara benar. Lebih cepat lagi kita mengakui bahwa tanah Asir yang kuno dan subur itu ialah tempat asalnya beberapa kepercayaan sebagian umat manusia yang paling dihargai, lebih cepat pula kita dapat mengerti bagian peninggalan yang penting itu.
Secara tradisional umat Yahudi telah menafsirkan bahan erotik yang berani yang ada dalam 'Kidung Agung' sebagai suatu rangkaian bunga-rampai yang menunjukkan cinta Tuhan terhadap Israil. Umat Kristen memandang sebutan-sebutan yang sama itu sebagai ramalan dalam bentuk bunga-rampai yang berkenaan dengan cinta Kristus terhadap gereja. Namun bagi pendengaran telinga Arab, makna lirik-lirik yang termasuk dalam 'Kidung Agung' itu adalah jauh lebih ringan: lirik-lirik itu mempunyai arti tepat seperti yang dikatakannya, yaitu merupakan contoh-contoh awal gaya sastra erotik yang kini masih sangat populer.
Nyanyian yang mirip dengan itu banyak terdapat dalam kesusastraan Arab klasik, dan kita dapat mendengarkan bentuk modern daripadanya di seluruh pelosok Timur Dekat. Pada pertemuan-pertemuan ramah-tamah di mana saja terdapat hiburan musik. Peniruan nyanyian-nyanyian ini, seperti halnya lagu-lagu rakyat dari seluruh dunia, telah mendapat tempat di ruang-ruang musik dan gramofon-gramofon otomat di kalangan Arab dan popularitas mereka membuktikan semangat tradisi mereka.
Dalam lagu-lagu rakyat Arab yang hidup ini, seperti dalam 'Kidung Agung' dalam Bibel, muda-mudi yang sedang dimabuk asmara berubah menjadi rusa-rusa jantan dan betina yang gemar akan janji-janji rahasia untuk bertemu di perkebunan anggur dan tenda-tenda orang Badwi. Mengetuk pintu atau memasuki sebuah perkebunan anggur guna memetik buah (terutama buah delima dan anggur), atau mengambil dengan bebas madu atau susu, merupakan petunjuk-petunjuk yang cukup cerdik kepada perayuan erotik yang kita semua tahu apa itu sebenarnya.
Dalam 'Kidung Agung', yang jatuh cinta adalah Sulaiman (shlomoh atau slmh), dan yang dicintainya, yang dikenali melalui namanya, adalah Shulammite (swlmyt), bentuk feminin slmh atau Salomo (lihat di bawah). Dalam lagu tradisional Arab, gadis yang dicintai sering disebut Salma (bentuk feminin nama Salman, yang merupakan padanan kata Arab dari nama Ibrani shlomoh, atau Salomo). Seperti halnya Shulammite dalam Bibel, Salma Arab dipuji dalam puisi klasik dan dalam lagu modern karena kecantikannya yang kehitaman; ia sejak dahulu digambarkan sebagai 'hitam tetapi molek'.
Tentunya kesamaan yang erat antara 'Kidung Agung' dan puisi cinta Arab sebelumnya telah dikomentari oleh para ahli. Baru-baru ini, Morris Seale menulis:
Menurut hemat saya, Kidung ini paling mudah dimengerti kalau dibandingkan bersama puisi erotik yang berasal dari Arabia. Yang langsung menarik perhatian pelajar-pelajar puisi cinta Arab kuno adalah kesamaan yang besar antara puisi kaum pengembara seperti ini dengan curahan-curahan dalam Kidung Agung. Kesamaan ini adalah pada pokok pembicaraan, gaya sastra dan pada tamsilnya. Shulammit yang dicintai dalam Kidung Agung adalah saudara perempuan dari sejumlah wanita cantik yang dikenal oleh para pecinta-penyair (seorang penyair sekaligus pandai bercinta). Penyair-penyair ini tinggal di kota tetapi pikiran mereka mengembara di padang pasir. Bahasa Arab modern penuh dengan contoh-contoh semacam ini. Kumpulan puisi yang berhawa nafsu ini (dengan kata lain Kidung Agung) menunjukkan pada jiwa khas suatu bangsa pada zaman liar dan kehidupan bebas. Begitu saja, ini merupakan suatu monumen sejarah pengembaraan kaum Ibrani pada waktu kenikmatan dan penyelenggaraan percintaan badaniah lebih penting dari rasa takut terhadap Tuhan.[1]
Namun pertanyaannya tetap adalah tepatnya dari mana adat dan pengetahuan erotik yang diabadikan dalam Kidung Agung itu berasal? Seperti yang saya harapkan, tempat asalnya adalah tidak lain dari tanah Bibel yang asli, yaitu Asir.
Menilai dari nama-nama tempat yang disebutkan di dalam lagu-lagu percintaan ini, mereka pada mulanya mestinya berasal dari pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan --sebuah setengah lingkaran punggung pegunungan yang indah sekali, sebagian gersang dan sebagian berhutan lebat dan sebagian lagi bertingkat-tingkat untuk ditanami, yang memandang ke bawah lembah-lembah subur gurun pesisir Jizan yang luas. Sewaktu Philby mengunjungi tempat ini, ia terpesona akan keindahan pemandangannya. Lebih lagi, perasaan sadarnya digetarkan oleh alunan lagu dari sisi gunung yang dimainkan oleh tiupan suling seorang gembala (Arabian Highlands hal. 488), dan ia pun menyesali karena tidak membawa 'sebuah alat yang dapat merekam lagu-lagu rakyat yang merdu' penduduk setempat itu (hal. 503) --sesuatu yang tidak dikatakan Philby yang berkenaan dengan bagian-bagian di Asir lainnya. Juga pada zaman Bibel, tidak ada cara yang dapat merekam lagu-lagu rakyat setempat agar dapat mengabadikannya. Namun, sebagian dari lirik-lirik itu berhasil dipertahankan.
Bagaimana, kapan dan mengapa Kidung Agung disusun adalah di luar jangkauan studi ini; dan pengetahuan sejarah tekstual Bibel saya pun tidak cukup untuk mengerjakannya. Akan tetapi, yang saya yakin adalah bahwa pengetahuan adat istiadat yang terkandung di dalam Kidung Agung hanya mungkin berasal dari pegunungan Jizan. Di negara mana saja, lagu-lagu rakyat seringkali diciptakan oleh penyanyi-penyanyi pengembara yang telah mengunjungi berbagai tempat, dan kadang-kadang ingin sekali menunjukkan keakraban mereka dengan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi. Lebih lagi, dengan jalan menyebutkan nama-nama pelbagai distrik dalam lagu-lagu mereka, para penyanyi pengembara ini membuat lagu-lagu mereka langsung dapat dimengerti oleh para pendengarnya di mana pun mereka berada. Seorang penyanyi pengembara bahkan dapat menukarkan nama-nama tempat dalam sebuah lagu tertentu selagi menyanyikannya di suatu distrik satu atau yang lain guna menyenangkan hati pelbagai pendengarnya. Yang berikut ini adalah tempat-tempat yang disebut di tempat lain yang semuanya terletak di distrik-distrik wilayah Jizan. Ini penting, karena pengenalan semacam itu dapat menjelaskan banyak sebutan-sebutan dalam teks-teks Ibrani bunga rampai puisi-puisi cinta kuno yang sangat menarik ini, yang kalau tidak demikian tetap akan tidak jelas.
Pertimbangkanlah yang berikut ini:
'Saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda Kedar (qdr), bagaikan tirai Salomo (yry'wt slmh)' (RSV 1:5). Di sini Kedar mungkin adalah al-Ghadir (gdr), di daerah perbukitan 'Aridah. 'Tenda-tenda' Kedar disebut sebagai 'hly(m); yry'wt-nya slmh, di sebutkan bersamaan dengan 'tenda-tenda' Kedar sebagai sangat gelap (dengan kata lain, hitam), tidak mungkin 'tirai-tirai Sulaiman'. Kata Ibrani yry'wt berarti 'kain tenda', dan slmh di sini bukanlah 'Salomo', tetapi mungkin desa al-Salamah (pengubahan abjad lengkapnya slmh), di distrik Abu 'Arish, atau Al Salamah (juga slmh), di ketinggian Dhahran al-Janub di luar daerah perbukitan Jizan. Maka, baris ini seharusnya berbunyi: 'saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda al-Ghadir, bagaikan kain tenda al-Salamah'.
'Kekasihku bagi saya adalah kumpulan bunga di perkebunan anggur En-gedi ('yn gdy, 'mata air' gdy)' (1:14). Referensinya di sini tampaknya adalah kepada 'mata air' al-Jiddiyyin (jamak Arab dari gdy, atau gdy sebagai genitif gd), sebuah oase yang terkenal di distrik Sabya.
'Saya adalah sekuntum mawar (hbslt, 'asphodel') Sharon (hsrwn), sekuntum bunga bakung dari lembah-lembah' (2:1). Di sini 'asphodel' Sharon dikenali sebagai sebuah bunga bakung dari 'lembah-lembah'. Sebenarnya dalam konteks ini Sharon adalah sebuah lembah yang kini berada di Wadi Sharranah (srn) di daerah perbukitan Hurrath.
'Wahai burung merpatiku, di celah-celah batu (b-hgwy h-sl'), tersembunyi di jurang-jurang (b-str h-mdrgh) ...' (2:14). Kata Ibrani hgwy h-sl' dapat berarti 'celah-celah batu'. Namun di sini tampaknya berkenaan dengan sebuah desa di dataran tinggi Rijal Alma' yang kini bernama Jarf Sala' (grp sl'). Dalam namanya yang sekarang, kata Arab grp adalah sebuah terjemahan kata Ibrani hgw, yang bertahan dalam dialek Jizan sebagai hqw (disuarakan haqu), kini dipakai guna menunjukkan kaki punggung sebuah gunung. Kata Ibrani mdrgh, diakui hanya dalam dua sebutan teks Bibel (yang kedua adalah Yesaya 38:20) dan diterjemahkan menjadi 'jurang', di sini jelas merupakan sebuah nama tempat - kini al-Madrajah (tepatnya mdrgh), di Jabal Harub. Bagi seseorang di wilayah Jizan, dataran tinggi Rijal Alma' terletak 'di belakang' (b-str, 'tersembunyi') Jabal Harub. Maka baris ini seharusnya berbunyi: 'wahai burung merpatiku di Jarf Sala', di belakang Madrajah ...'
'Berpalinglah, kekasihku, jadilah seperti seekor rusa, atau seekor rusa jantan di pegunungan yang tidak rata tanahnya' (hry btr) (2:17). Walaupun btr di sini dianggap berarti 'tidak datar', kata ini tidak mungkin merupakan sebuah deskripsi dari hry(m), yang berarti 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' (jamak hr), karena btr adalah dalam bentuk tunggal. Referensinya hanya dapat pada 'pegunungan' atau 'bukit-bukit' Jabal Bani Malik, dan di sini sebuah desa yang bernama Batar (btr) masih berdiri.
'Rambutmu bagaikan kawanan kambing jantan, yang sedang menuruni lerengan Gilead (hr gl'd, atau 'Gunung Gilead)' (4:1). Gunung Gilead yang dibicarakan ini mestinya adalah tonjolan gunung al-Ja'dah ('l-g'd), di Rijal Alma', di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Jizan.
'Gigi-gigimu bagaikan kawanan biri-biri betina yang telah dicukur (k-'dr h-qswbwt) yang telah datang dari pencucian' (4:2). Di sini h-qswbwt jelas adalah nama sebuah tempat, kini al-Qusaybat (qsybt, dalam bentuk jamak feminin, dan dengan kata sandang tertentu, seperti dalam bahasa Ibraninya), di perbukitan Hurrath. Tidak ada 'biri-biri betina' yang dapat ditemukan pada aslinya, dan 'kawanan yang telah dicukur' dalam bahasa Ibrani adalah 'dr qswb, bukan 'dr qswbwt, dan kata bendanya adalah dalam bentuk tunggal maskulin dan ajektifnya dalam bentuk jamak feminin. Sehingga: 'gigi-gigimu seperti kawanan Qusaybat yang telah datang dari pencucian'.
'Saya akan pergi cepat ke gunung myrrh (hnr h-mwr) dan ke bukit menyan (gb't h-lbwnh)' (4:6). Sebenarnya tidak ada apa-apa yang figuratif dalam baris ini. 'Bukit h-lbwnh, jelas adalah bukit Jabal al-Lubayn; (lbyny), di distrik Hurrath. 'Gunung myrrh' adalah suatu referensi kepada salah satu punggung bukit di dataran tinggi Mawr (mwr), kini berada di Yaman, dan di sana terdapat hulu Wadi Mawr.
'Datanglah bersamaku dari Libanon (lbnwn), istriku ... Berangkat (tepatnya 'turun') dari puncak Amana ('mnh), dari puncak Senir (snyr) dan Hermon (hrmwn), dari liang-liang singa (hrry h-nmrym), dari pegunungan macan tutul (hrry h-nmrym)' (4:8). 'Libanon', 'Amana', 'Senir' dan 'Hermon' di sini adalah dataran-dataran tinggi. Lubaynan (lbynn), di selatan perbatasan Yaman; Yamani (ymn), di distrik 'Aridah; al-Sarran (srn), di Jabal Harub; dan Khimran (hmrn), di distrik Hurrath. 'Liang-liang singa' adalah sebuah desa masa ini, yaitu al-Ma'ayin (jamak Arab m'yn) di Jabal Harub, dikenali sehubungan dengan distrik al-Rayth yang bersebelahan dengannya (al-Rayth diucapkan ar-Rayth, atau 'ryt, bandingkan dengan kata Ibrani 'rywt). 'Pegunungan macan tutul' jelas adalah punggung-punggung Jabal Dhu Nimr (nmr, 'macan tutul'), di distrik Hurrath, kecuali kalau referensinya adalah kepada al-Numur (jamak bahasa Arab nmr), di distrik Rubu'ah yang bertetangga dengannya.
'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kasihku, elok seperti Yerusalem, mengerikan seperti sebuah pasukan yang membawa panji-panji ('ymh k-ndglwt)' (6:4). Kata Ibrani ndglwt di sini, diterjemahkan sebagai 'panji-panji' dan ditafsirkan secara bebas menjadi 'sebuah pasukan yang membawa panji-panji', tidak diakui kebenarannya dalam sebutan-sebutan lainnya di dalam Bibel. Kata ini jelas merupakan jamak feminin ndgl, yang dianggap sebagai partisip bentuk np'l dari dg'l, 'mengangkat panji'. Sebenarnya kata ini mestinya berkenaan dengan suatu barisan bukit di ujung selatan wilayah Jizan yang kini bernama al-Janadil (jamak Arab dari gndl, 'batu besar', dan ndgl merupakan suatu metatesis). Dapat ditambahkan di sini bahwa 'ymh k-ndglwt mungkin berarti 'mengagumkan seperti al-Janadil' dan bukan 'mengerikan seperti al-Janadil', karena pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan benar-benar megah sekali. Untuk 'Tirzah' dan 'Yerusalem' di dalam Bibel, masing-masing lihat Bab 9 dan 10.
'Saya pergi ke kebun kacang (gnt 'gwz), untuk melihat bunga-bunga lembah, untuk melihat apakah tanaman-tanaman anggur telah berpucuk, melihat apakah pohon-pohon delima telah berbunga' (6:11). Di sebuah perkebunan kacang, seseorang mestinya mengira akan dapat melihat pohon-pohon kacang, bukan kumpulan bunga-bunga, pohon anggur dan pohon-pohon delima. Lebih lagi, 'kebun kacang', dalam bahasa Ibrani, mestinya diterjemahkan sebagai gnt h-'gwz, sekalipun 'gwz berarti 'kacang', atau 'pohon kacang' (istilah ini tidak diakui kebenarannya di tempat-tempat lain dalam Bibel Ibrani, dan dianggap berarti 'kacang' sebagian besar dibandingkan dengan kata Arab gwz). Namun, yang dipermasalahkan di sini adalah nama sebuah tempat, kini desa al-Janat (gnt) di distrik Bal-Ghazi (atau Bani al-Ghazi, gzy, bandingkan dengan 'gwz dalam Bibel --suatu daerah dan di sini kaki-kaki bukit Jabal Faifa dan Jahal Bani Malik bergabung dengan gurun pasir pesisir Jizan. 'Lembah' di sana mungkin sebuah di antara beberapa cabang Wadi Sabya atau Wadi Damad yang subur.
'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite (h-swlmyt), kembali, kembali, agar kita dapat memandangmu (w-nhzh bk). Mengapa engkau harus memandang Shulammite (mh thzw b-swlmyt), seperti memandang sebuah tarian di depan dua buah pasukan (k-mhlt h-mhnym)?' (RSV 6:13; Bibel Ibrani 7:1). Di sini, swlmyt, bentuk feminin genitif swlm, mungkin berkenaan dengan seorang gadis dari sebuah desa yang kini adalah desa al-Shamla (sml), di wilayah suku Salamah (slm), di Jabal Bani Malik. Beberapa di antara para ahli berpendapat bahwa ada kemungkinan ini sebenarnya merupakan nama seorang gadis, yang menurut hemat saya lebih masuk akal, mengingat bahwa nama ini disebutkan dalam baris yang serupa sekali waktu dengan, dan sekali waktu lagi tanpa kata sandang tertentu (sebuah ciri yang biasa dari beberapa nama perorangan Arab sampai kini). Begitu saja, nama ini mungkin merupakan padanan kata Salma (slm', bentuk feminin dari slmn) -- purwa-rupa puitis dari sang kekasih yang begitu sering disanjung-sanjung dalam lagu lagu Arab kuno dan modern. Dalam baris yang dibicarakan, diterjemahkan seperti biasanya, Shulammite ini dibandingkan dengan tarian antara dua buah pasukan (atau dua perkemahan, mhlt h-mhnym), yang tidak masuk di akal. Akan tetapi, akar kata kerja mhl, adalah hlh, yang dalam bahasa Arab diakui sebagai (hly) dalam pengertian 'menghiasi'; sehingga kata Arab (dan juga Ibrani) hly sebagai sebuah kata benda yang berarti 'perhiasan wanita'. Sebagai kata benda hlh, mhlh dapat juga berarti 'perhiasan'. Maka baris itu dapat diterjemahkan kembali menjadi: 'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite ... agar kita dapat memandangmu. Mengapa engkau memandang (mh thzw) Shulammite sebagai perhiasan perkemahan-perkemahan?'
'Lehermu bagaikan menara gading (mgdl h-sh). Matamu bagaikan kolam-kolam di Heshbon (hsbwn), di dekat gerbang Bath-rabbim ('l s'r bt-rbym). Hidungmu bagaikan menara Libanon (mgdl h-lbnwn), yang melihat ke bawah Damsyik (Damaskus) (swph pny dmsq). Engkau bermahkotakan kepalamu yang seperti Carmel (r'sk 'lyk k-krml), dan gumpalan rambutmu yang panjang (dlt r'sk) bagaikan ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu (k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym)' (RSV 7:4-5); Bibel Ibrani 7:5-6). Di antara nama-nama tempat yang dikenali di sini, Heshbon dan Bath-rabbim yang tidak dapat disamakan dengan nama-nama tempat yang bertahan yang dikenal di wilayah Jizan atau di daerah-daerah sekelilingnya, kecuali kalau Heshbon adalah punggung-punggung bukit (dan bukan mata air) Shihb (shb, metatesis hsb tanpa kata sandang kuno tertentu yang berakhiran, yaitu n) di Rijal Alma', dan Bath-rabbim adalah Sha'b al-Baram (brm, metatesis rbym) di wilayah yang sama. 'Libanon' atau Lubaynan di Yaman Utara telah dikenali; ia terletak di seberang wilayah Jizan dari Jabal Bani Malik dan di sini terdapat sebuah 'Damsyik' (kini desa Dha Misk, atau dmsk, bandingkan dengan dmsq dalam Bibel). 'Carmel', atau Kirmil (krml) disebutkan oleh ahli-ahli geografi Arab sebagai sebuah punggung bukit di wilayah Jizan, nama masih tetap dipakai oleh Karamilah (orang-orang krml), sebuah suku Wadi Jizan. Yang tidak dikenal sebagai nama sebuah tempat adalah h-sn (mgdl h-sn, dianggap berarti 'menara gading'), yang kemungkinan besar berkenaan dengan al-Sinn (sn), di wilayah Muhayil, atau al-Shanu (sn), sebuah desa di punggung bukit yang terpisah di Jabal Dirim, di wilayah Ballasmar yang bertetangga dengannya. Kalimat dalam bahasa Ibrani dlt r'sk k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym, yang sampai kini diperlakukan sebagai dua kalimat yang terpisah ('gumpalan rambutmu yang panjang seperti ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu'), sebenarnya adalah satu kalimat. Di sini dlt berarti 'rambut yang kusut', atau hanya 'rambut' saja, dan bukan 'gumpalan rambut'; 'rgmn berarti 'kain wil', atau 'kain wol yang dicelup', dan bukan 'ungu' (lagi pula adakah rambut yang berwarna ungu?); 'swr adalah sebuah nama tempat, Al Yasir (ysyr), di wilayah Tanumah di Sarat, dan bukan sebuah kata benda biasa yang berarti 'tawanan'; rhtym (jamak rht), adalah padanan kata dari kata Arab rihat (jamak gabungan rht), yang diakui dalam pengertian permadani, kain pembalut, perabot tekstil, dan tidak mempunyai arti 'rambut'. Penterjemah-penterjemah Kitab Bibel sebenarnya telah mengakui bahwa mereka ragu-ragu akan penterjemahan atas kalimat ini, yang seharusnya berbunyi: 'Rambut kepalamu bagaikan permadani-permadani Raja Asur (Al Yasir)' yang masuk di akal. Permadani-permadani wol, diwarnai dengan bahan celup dari sayur-sayuran setempat (kini makin bertambah diwarnai dengan bahan celup buatan) masih tetap dibuat di Sarat dan dijual di pasar-pasar Abha dan Khamis Mushait.
'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di Baal-hamon (b'l hmwn)' (8:11). Kalau kita menganggap b'l sebagai b-'l, maka kata ini akan berarti 'di atas', atau 'di ketinggian', bukan 'Baal'. Hamon (hmwn) mestinya adalah Wadi Haman (hmn), di distrik Hurrath. Maka kalimat itu seharusnya berbunyi: 'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di daerah ketinggian Haman'.
'Bergegaslah, kekasihku, seperti seekor rusa jantan muda di pegunungan rempah-rempah (hry bsmym)' (8:14). Referensinya di sini mungkin kepada dua tempat yang bernama Bashamah (bsm) di wilayah Jizan, satu di daerah perbukitan al-'Aridah, dan yang satu lagi di daerah perbukitan yang membatasi Wadi 'Itwad. Kalau saja kedua Bashamah ini terlihat, maka hry bsmym seharusnya dibaca dalam bentuk ganda dan bukan dalam bentuk jamak.
Kidung Agung bukanlah satu-satunya contoh cerita rakyat pegunungan Jizan yang dapat ditemukan dalam Bibel Ibrani. Satu lagi terdiri dari Mazmur yang berhubungan dengan 'putra-putra' Korah (bny qrh, lihat Catatan 1 Bab 9). Seperti yang telah dikatakan, 'putra-putra Korah' ini merupakan sebuah suku pedalaman pegunungan Jizan. Namanya bertahan di sana sebagai nama desa al-Qarhah (qrhn), di Jabal Faifa, dan nama desa al-Qarhan (qrhn), di Jabal Bani Malik, nama yang belakangan ini adalah padanan kata Arab qrhym (jamak Ibrani qrh), yang berarti rakyat qrh, atau suku qrh.
Isi Kidung Agung, seperti yang telah dikatakan, mestinya disusun bukan pada zaman Sulaiman, tetapi di bawah pengganti-penggantinya. Sebenarnya ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Kidung Agung ini dikumpulkan beberapa waktu setelah wafatnya Sulaiman dan terpisahnya kerajaannya, pada saat keturunan-keturunannya memerintah sebagai raja-raja Yudah di 'Yerusalem', sewaktu saingan-saingannya, yaitu raja-raja Israil, tinggal di 'Tirzah'. Dalam baris yang berbunyi 'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kekasihku, elok bagaikan Yerusalem', disebutkannya kedua nama ini secara sejajar di dalam satu kalimat menandakan bahwa kedudukan kedua kota ini dianggap berada pada tingkat yang sama. Persamaan kedudukan semacam ini tidak mungkin ada pada zaman Raja Sulaiman, sewaktu 'Tirzah' masih merupakan sebuah tempat yang kurang dikenal di dataran tinggi Ghamid (lihat Bab 10), sedangkan 'Yerusalem' sudah merupakan ibukota 'Seluruh Israil'.
Kalau pengubahan Kidung Agung dari Palestina ke Asir agaknya hanya sedikit membantu dalam pengertian kita terhadap Bibel --salah penterjemahan nama-tempat menjadi bunga-bunga padang pasir-- tidak begitu banyak mengubah makna Kidung Agung; bagaimanapun juga, contoh-contoh yang telah saya pilih dapat membuka pikiran. Bukan hanya bahwa lirik Ibrani Kuno ini menambah ketepatan geografis; tetapi lebih penting lagi lirik-lirik ini mendorong kita untuk mengakui bahwa itu tegas-tegas berasal dari suatu tempat. Inilah yang tidak dibedakan oleh kebanyakan pembaca Bibel, sisa-sisa ikatan kekeluargaan yang menyebabkan mereka meremehkan sampai sejauh mana teks-teks ini ditulis dalam sebuah bahasa yang benar-benar dipergunakan oleh suatu bangsa yang benar-benar ada, tinggal di suatu tempat tertentu pada suatu zaman tertentu.
Yang ditunjukkan secara jelas oleh pembacaan kembali Kidung Agung dalam Bibel Ibrani adalah bahwa walaupun sebutan-sebutan yang nampaknya secara puitis benar, pengaruhnya lebih bersifat prosa meskipun ditafsirkan secara benar. Lebih cepat lagi kita mengakui bahwa tanah Asir yang kuno dan subur itu ialah tempat asalnya beberapa kepercayaan sebagian umat manusia yang paling dihargai, lebih cepat pula kita dapat mengerti bagian peninggalan yang penting itu.
engkong- SERSAN SATU
-
Posts : 150
Kepercayaan : Islam
Location : betawi
Join date : 03.08.13
Reputation : 2
Similar topics
» hukum nyanyian dan seni musik dalam islam
» [YG bisa terkait][penari](atau)[ tarian/TarianRohani /TarianPenyembahan !!!] Lagu Rohani Daerah Pegunungan Tengah Papua 2018 (Tarian Pemudi Siloam)
» [bisa dijual][tidak harus dari kardus, bisa dari triplek] Kreasi kerajinan tangan rak dinding unik minimalis dari kardus bekas
» [ WAIJB tahu !!! ][ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Makanan dari tanah liat (AMPO) dari Tuban / food from the ground
» Suara Nyanyian Ocehan Kicauan Burung Ropel TRUCUKAN untuk Masteran CUCAKROWO
» [YG bisa terkait][penari](atau)[ tarian/TarianRohani /TarianPenyembahan !!!] Lagu Rohani Daerah Pegunungan Tengah Papua 2018 (Tarian Pemudi Siloam)
» [bisa dijual][tidak harus dari kardus, bisa dari triplek] Kreasi kerajinan tangan rak dinding unik minimalis dari kardus bekas
» [ WAIJB tahu !!! ][ CAMILAN dari TANAH LIAT !!! ] Makanan dari tanah liat (AMPO) dari Tuban / food from the ground
» Suara Nyanyian Ocehan Kicauan Burung Ropel TRUCUKAN untuk Masteran CUCAKROWO
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik