3 amalan baik
Halaman 1 dari 1 • Share
3 amalan baik
ِإَياكُمْ وَكُلُّ هَوَى يُسَمَّى بِغَيْرِ الإِسْلاَمِ
“Hindarilah setiap hawa nafsu (keinginan) yang bukan atas nama Islam.”
Sebuah seruan yang diteriakkan oleh seorang ulama salaf, Maimun bin Muhran, ketika ia khawatir akan tipuan nafsu yang dikemas dengan nama-nama yang indah. Gaung seruan itu terus terdengar hingga sepanjang sejarah Islam.
Dengan seruan itu beliau ingin mengingatkan kita bahwa segala perkara yang bukan bersumber dari Islam tidak lain dan tidak bukan adalah hawa nafsu belaka, dalam segala bentuknya dan di zaman manapun ia muncul.
Pemahaman ini ma'tsur (resmi bersumber) dari para imam kaum muslimin, bagi mereka hanya ada satu kebenaran, yaitu wahyu. Segala sesuatu yang berbeda dan bertentangan dengan wahyu adalah hawa nafsu yang tercela. Tidak ada sedikit pun dari hawa nafsu yang patut dipuji atau berdampingan dengan kebenaran. Jangan sampai seorang muslim memutuskan sesuatu dengan hawa nafsu atau hatinya merasa tenang dengan mengikuti hawa nafsu.
Dengan ringkas Imam Syathibi menegaskan perkara ini dalam kitabnya, Al-Muwaafaqaat:
Sesungguhnya Allah telah menjadikan pengikut hawa nafsu sebagai penentang kebenaran sebagaimana firman Allah Taala:
يَا دَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shaad: 26)
Allah juga berfirman:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى
“Maka barang siapa yang melampaui batas. Dan mengutamakan hidup di dunia, maka sesungguhnya, nerakalah tempat tinggalnya.” (An-Nazi’at: 37-39)
Kemudian Allah berfirman tentang sifat yang berlawanan dengan hawa nafsu:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).” (An-Nazi’at: 40-41)
Firman Allah Taala:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (An-Najm:3-4)
Ayat di atas menunjukkan bahwa bagi kita hanya ada dua pilihan, wahyu (syariat) atau hawa nafsu. Tidak ada pilihan ketiga. Jelaslah bahwa keduanya adalah dua hal yang berlawanan. Apabila wahyu mengatakan sesuatu itu hak, maka lawannya adalah hawa nafsu dan apapun yang mengikuti hawa nafsu bertentangan dengan yang hak.
Firman Allah lagi:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”(Al-Jatsiyah: 23)
Firman Allah Taala:
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.” (Al-Mu’minun: 71)
Firman Allah Taala:
أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
“Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.” (Muhammad: 16)
Firman Allah Taala:
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (setan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (Muhammad: 14)
Perhatikan bahwa setiap ayat yang menyebut tentang keinginan hawa nafsu, maka selalu berisi celaan terhadap hawa nafsu dan pelakunya. Maksud kenyataan ini sama sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Beliau berkata:
“Tidaklah Allah menyebut keinginan hawa nafsu di dalam Alquran, kecuali Dia mencelanya.”
Semua itu jelas mengisyaratkan bahwa maksud Allah sebagai pembuat syariat adalah untuk mengeluarkan kita dari golongan yang mengikuti hawa nafsu.
***
Allah memerintahkan Rasulullah saw. untuk mengambil satu syariat dan manhaj:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Al-Jatsiyah: 18)
Sayid Quthub berkata dalam tafsirnya, Fii Zhilaalil Qur'an:
“Pilihan itu hanya ada dua, syariat Allah atau mengikuti keinginan orang-orang jahil. Tidak ada pilihan ketiga, jalan tengah antara syariat yang lurus dan keinginan hawa nafsu yang berubah. Seseorang yang meninggalkan syariat Allah berarti telah berhukum kepada keinginan nafsunya. Segala sesuatu selain syariat Allah adalah keinginan hawa nafsu yang disukai oleh orang yang jahil.”
Syariat hanyalah satu, yaitu syariat Allah dan selain itu hanyalah keinginan hawa nafsu yang bersumber dari kejahilan. Penerus dakwah wajib mengikuti syariat Allah semata dan meninggalkan segala keinginan hawa nafsu. Mereka tidak boleh menyeleweng sedikit pun dari syariat untuk kemudian mengikuti keinginan hawa nafsu.
Demikianlah juga perintah Allah kepada orang-orang beriman dengan firman-Nya kepada mereka:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208)
“Pilihlah! Petunjuk Allah atau tipu daya setan.”
Dengan demikian, seorang muslim perlu mengetahui dasar sikapnya, tidak plin-plan, bimbang dan ragu-ragu dalam memilih satu jalan dari berbagai jalan dan bermacam orientasi hidup. Tidak ada manhaj alternatif bagi orang beriman atau pilihan untuk meramu manhaj Islam dengan manhaj lain. Tidak akan ada. Barang siapa yang tidak masuk Islam secara keseluruhan, berarti ia tidak menyerahkan dirinya secara ikhlas kepada pimpinan Allah dan syariatnya. Selain itu ia juga tidak membebaskan diri dari tashawwur, konsep, manhaj dan syariat yang lain. Maka sesungguhnya ia berada di jalan setan dan mengikuti jejak langkah setan.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» tiga amalan yang baik
» tiga amalan yang baik
» Bagaimana Pandangan Sodara sekalian mengenai perlakuan kita yg Hidup terhadap yg sudah mati, seperti TAHLILAN 7 Hari, menghadiahkan aL-Fatihah, dan Amalan-Amalan ketika setelah Sholat Misal: Ingin mendapatkan Jodoh/memperoleh rezekiy/mendambakan anak shol
» [DOKTER]-[/TERKAIT] makan yg baik atau tidak baik utk wasir
» mengapa org jahat nasibnya baik,org baik nasibnya buruk?
» tiga amalan yang baik
» Bagaimana Pandangan Sodara sekalian mengenai perlakuan kita yg Hidup terhadap yg sudah mati, seperti TAHLILAN 7 Hari, menghadiahkan aL-Fatihah, dan Amalan-Amalan ketika setelah Sholat Misal: Ingin mendapatkan Jodoh/memperoleh rezekiy/mendambakan anak shol
» [DOKTER]-[/TERKAIT] makan yg baik atau tidak baik utk wasir
» mengapa org jahat nasibnya baik,org baik nasibnya buruk?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik