13 tokoh muhammadiyah yang berbau liberal
Halaman 1 dari 1 • Share
13 tokoh muhammadiyah yang berbau liberal
1. Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma'arif
Pada tanggal 10 Agustus 2000, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Syafii Ma'arif, bersama Ketua PBNU dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid membuat pernyataan bersama. Isinya: menolak masuknya Piagam Jakarta dalam pasal UUD 1945. Dalam beberapa ceramahnya, Syafi'i pernah menolak syari'at Islam karena tidak sesuai dengan konteks zaman.
2. Prof. Dawam Rahardjo
Sebagai tokoh yang dianggap sebagai intelektual muslim, Dawam Rahardjo melegalisasi dan memberikan pujian selangit terhadap buku yang berjudul, "Tempat dan Peran Yesus di hari Kiamat menurut Islam" yang ditulis seorang Pendeta Wienata Sairin MTH. Dalam kata pengantarnya dalam buku tersebut.
"Buku kecil karya Wienata Sairin yang berjudul Tempat dan Peran Yesus di hari Kiamat menurut ajaran Islam ini sangat menarik untuk dibaca". "Buku ini cukup mewakili pandangan Islam", katanya. Padahal didalam buku tersebut terdapat pelecehan dan penghinaan yang dilancarkan oleh Pendeta, dalam bukunya menuding bahwa Al-Qur'an sangat kontradiktif.
Dalam kata pengantar buku Pendeta Wienata, Dawam Rahardjo juga memasang badan sebagai tameng pembelaan terhadap doktrin kristen tentang ketuhanan yesus. Dengan kata lain, Dawam membela Trinitas.
Selain itu, Dawam dikenal sebagai pembela Aliran Sesat. Pada tahun 2000 dengan mengatasnamakan Muhammadiyah mengundang Tahir Ahmad yang dianggap Khalifah ke 4 bagi Ahmadiyah (Golongan yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi selepas Rasululloh) di Jakarta.
Dalam situs www.Islamlib.com, Dawam mengatakan bahwa Ahmadiyah itu sama dengan kita jadi kita tidak bisa menyalahkan atau membantah akidah mereka, apapun akidah mereka itu .
Di Majalah TEMPO (edisi 12 Januari 2003, yang diberi judul "Islam Radikal Vs Islam Liberal", Dawam membela Koordinator Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla. Dawam mengatakan: "… menurut hemat saya, Ulil justeru mengangkat wahyu Tuhan di atas syariat." Padahal, seperti disebutkan sebelumnya, Ulil menulis: "Jilbab intinya adalah mengenakan pakaian yang memenuhi standar kepantasan umum (public decency) … Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak relevan lagi." Bagaimana mungkin seorang tokoh Muhammadiyah membela-bela ucapan yang jelas-jelas salah?
3. Dr. Moeslim Abdurrahman
Tokoh Muhammadiyah asal Lamongan ini pernah mengeluarkan pikiran (agak melecehkan) dengan mengatakan, bahwa "Korban pertama dari penerapan syariat Islam adalah perempuan" .
Moeslim juga menghalalkan Natalan bersama. Dia mengatakan bahwa "Umat beragama harus bisa menciptakan sesuatu yang intensif dalam hubungan antar umat, umat kristen dapat menciptakan perayaan natal yang dapat dihadiri umat lain, itu bisa dilakukan jika perayaan tersebut tidak mengandung ritual. Dalam kaitan ini Moeslim mencontohkan tradisi mudik dan ketupat pada idul fitri yang dapat diikuti penganut agama manapun".
"Dengan demikian, pada Natal nasional, misalnya, umat agama lain bisa datang tanpa merasa ada kesulitan. Ini berarti kita mempunyai tradisi atau event yang bisa dirayakan bersama." (Kompas, Kamis, 18 Desember 2003).
4. Prof. Dr. Amien Abdullah
Dia adalah tokoh Muhammadiyah yang juga didukung banyak pihak untuk maju menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar di Malang bulan depan.
Amin lah orang yang mendesakkan gagasan agar studi Hermeneutika (studi kritik) terhadap Al-Qur'an agar diajarkan di kampus-kampus IAIN seluruh Indonesia.
Menurutnya, "Tafsir-tafsir klasik Al Qur'an tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan umat."
5. Dr. Abdul Munir Mulkhan
Dalam berbagai artikelnya di media massa, Mulkan secara nyata menolak "Klaim Kebenaran" (truth claim). "Dalam logika orang desa, kalau ada satu kelompok yang merasa benar sendiri dan yang lain dituding salah atau sesat, nanti saya kawatir kesepian di surga, tidak ada temannya. Klaim-klaim kebenaran absolut seperti itu sesungguhnya lebih menunjukkan, barangkali dalam bahasa yang agak sarkastik, kurang menyadari bahwa hidup sosial tidak bisa sendirian. Di hutan sajapun tidak bisa hidup sendirian, mesti bersama hewan-hewan, pohon-pohonan dan semak belukar", ujarnya.
Dalam bukunya, "Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar" , (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2002, hal. 44), dengan membanggakan akalnya, Mulkan mengatakan, "Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak "kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama. Karena itu, semua manusia berpeluang masuk surga sesuai keagamaan dan kapasitasnya masing-masing, jika benar-benar memang percaya (iman, dan berminat)."
6. Sukidi
Kini ia sedang 'nyantri' di Ohio State University dan berguru pada tokoh-tokoh sekuler. Sukidi pernah menyamakan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dengan Islam.
Dalam buku "Teologi Inklusif Cak Nur," Sukidi mendukung pikiran Nurcholis yang mengartikan Islam sebagai sikap pasrah. "Bangunan epistomologis teologis inklusif Cak Nur (Nurkholis Madjid) diawali dengan tafsiran Al-Islam sebagai sikap pasrah kehadiran Tuhan, kepasrahan ini menjadi ciri pokok semua agama yang benar. Inilah word view Al Qur'an bahwa semua agama yang benar adalah Al-Islam."
Dengan kata lain, tulis Sukidi, "sesuai firman Tuhan ini, terdapat jaminan teologis bagi umat beragama, apa pun "agama"-nya, untuk menerima pahala (surga) dari Tuhan. Bayangkan betapa inklusifnya pemikiran teologi Cak Nur ini, " ujarnya membanggakan kekeliruan Nurcholis Madjid.
7. Piet Hasbullah Khaidir
Dia adalah mantan Ketua Umum PP IMM 2001-2003, yang kini menjadi anggota presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
"Kita tak akan panik, meskipun orang berpindah-pindah agama sehari tiga kali, seperti minum obat", katanya.
Majalah Syir'ah, majalah yang konon didanai The Asia Fondation, baahkan mengangkat pengalaman rohani Piet Hasbullah Khaidir tentang pernah pindah iman sebanyak tiga kali dari Budha, Katolik bahkan Atheis.
8. Dr. Tarmizi Taher
Dia adalah Ketua Korps Mubalig Muhammadiyah, mantan Menteri Agama, dan Rektor Universitas Azzahra, Jakarta. Dalam Muktamar ke-45 bulan depan, dia juga dikabarkan akan maju sebagai Ketua PP.
Dalam opini berujudul, "Kerukunan Umat, Perspektif Ahmad Dahlan," Suara Merdeka, (Sabtu, 23 April 2005), Tarmizi mengajak umat Islam berkawan dengan Barat dan misionaris Kristen. Dan mengatakan, seolah-olah KH. Ahmad Dahlan begitu akrab dengan kalangan pendeta.
"….Barat harus dimusuhi sebagai penjajah, namun harus dikawani sebagai peradaban. Agama Kristen yang dibawa para misionaris Barat harus dimusuhi sejauh ketika agama tersebut dipakai sebagai kedok imperialisme. Namun sebagai sebuah agama, K.H. A. Dahlan sangat menghormati para pemeluk agama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan pergaulannya yang amat luas, tidak sebatas sesama umat Islam. Sejarah mencatat bahwa beliau sangat akrab dengan para pastur dan pendeta."
Hari Jumat (3 Juni 2005), di Harian Republika dia menulis dengan judul “Memetik Nilai-nilai Pluralisme dari KH Ahmad Dahlan”, penulis mencatut nama KH. Ahmad Dahlan, seolah-olah pendiri Muhammadiyah ini adalah tokoh pluralisme.
9. Andar Nurbowo
Dia aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), Peneliti pada Center of Muhammadiyah Studies PP Muhammadiyah.
Dalam artikelnya "Kebangkitan Intelektual Muda Muhammadiyah" (Kompas, 17 November 2003), Nurbowo mengatakan, "Pengabaian semangat berpikir ini, tak ayal melahirkan kejumudan mayoritas kader dan aktivis Muhammadiyah. Ruang spiritual, meminjam EF Schumacher, yang seyogianya diisi tradisi refleksi kritis, justru dipenuhi sikap reseptif, tekstualis terhadap doktrin Islam. Al-Quran yang seharusnya dibaca secara kritis dan dikontekstualisasikan guna pemecahan krisis sosial, hanya diperlakukan sebagai kitab agung yang hanya dilantunkan dan dikidungkan.
Alih-alih mengajak berfikir liberal, Nurbowo melecehkan ibadah ritual kalangan Muhammadiyah yang lain; seperti meyakini memelihara jenggot atau dan cara makan Rasulullah.
"Figur mulia Muhammad sekadar dipahami dalam prespektif gestural-tekstualis, seperti cara makan nabi, memelihara jenggot, tanpa menelisik lebih dalam makna perjuangan nabi secara lebih luas. Cara ber-muhammadiyah seperti ini bahkan menodai cita awal Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan."
10. Pramono U Tanthowi
Dia adalah pengurus DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dalam opininya di Kompas, Sabtu, 26 Januari 2002 berjudul, "Muhammadiyah dan Islam Liberal", Tanthowo mengajak Muhammadiyah beralih pada gerakanb sekulerisme-liberal. Bahkan dia menjamin dengan beralih ke sekuler-liberal, Muhammadiyah lebih demokratis.
"Bagi Muhammadiyah, lebih baik langsung berperilaku liberal, demokratis, dan pluralis, daripada banyak bicara liberalisme, demokrasi dan pluralisme, tetapi sebaliknya berperilaku antiliberal, antidemokrasi dan antipluralisme."
11. Pradana Boy
Dosen Univeritas Muhammadiyah Malang yang juga masih berstatus sebagai Mahasiswa The Australian National University (ANU), ini juga dikenal membangga-banggakan kaum orientalis.
Dalam opininya "Orientalisme dan Dialog Antarkitab" di Republika, Pradana justru meragukan Al-Qur'an dan mengajak umat Islam lebih kritis terhadap kitab suci itu, layaknya para kaum orientalis.
"Tetapi, pandangan semacam ini tampaknya belakangan mulai berubah. Lahirnya kesadaran untuk mengkaji Islam secara lebih dekat dan munculnya pengkajian Islam dengan pendekatan yang lebih akademis, telah melahirkan pandangan yang cukup positif terhadap Al-Qur'an. Hal itu ditandai dengan lahirnya sejumlah karya sarjana-sarjana Kristen yang berusaha memotret Al-Qur-an dengan pandangan yang lebih objektif. Di antara karya yang bisa disebut adalah Islamic Revelation in the Modern World karya W Montgomery Watt; Religion and Revelation-nya Keith Ward; The Event of the Qur'an, The Mind of the Qur'an, Muhammad and The Christian, Readings in the Qur'an dan Returning to Mount Hira yang secara berturut-turut ditulis pada tahun 1971, 1972, 1986, 1988 dan 1994 oleh Kenneth Cragg, seorang biarawan Anglikan.
Lahirnya karya-karya ini bisa disebut sebagai gelombang baru hubungan Islam Kristen dalam konteks pengakuan Al-Qur'an di hadapan umat Kristiani. Di luar kekurangan dan kelebihannya, usaha-usaha untuk mempersepsi Al-Quran dengan cara yang lebih sophisticated semacam ini, pada tataran yang lebih jauh justru akan menjadi jalan bagi upaya untuk menemukan common platform kitab suci agama-agama dunia yang selama ini sering menjadi persoalan," tulisnya.
12. Ahmad Fuad Fanani
Dia aktifis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Di koran Republika, berjudul "Menghindari Kejumudan Penafsiran Islam", Fanani menganggap aneh orang yang masih percaya terhadap doktrin "Islam agama paling benar."
"Banyak yang mengganggap dan mempercayai, bahwa Islam yang otentik dan paling benar adalah Islam yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad semasa hidup." Kita bertanya: "Apakah ada orang lain, termasuk di lingkungan Muhammadiyah, yang memahami dan mempraktikkan Islam lebih baik dari apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw? Bukankah kuam Muslim pasti meyakini, bahwa Nabi saw adalah uswatun hasanah; contoh yang baik?.
13. Zakiyuddin Baidhawy
Koordinator Program Pengembangan Toleransi, Pluralisme dan Multikulturalisme pada Center for the Study of Culture and Social Change ini adalah dosen di Universitas Muhammadiyah Solo (UMS). Dia juga anggota Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo (2000-2005), dan presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Seperti halnya yang lain, dia juga mengurung pluralisme agama, dan menganggap Islam bukan satu-satunya agama yang benar.
Tokoh-tokoh diatas adalah sekelumit dari fenomena yang terjadi ditubuh Muhammadiyah sekarang. Sebab seseungguhnya masih banyak tokoh Muhammadiyah lain yang ikut terjangkit 'virus' membahayakan itu.
Anehnya, gagasan-gagasan mereka itu sudah dipublikasikan ke berbagai media masaa dan buku-buku. Dan tentu saja, mereka didukung penuh dan dana besar-besaran dari pihak asing, terutama funding-funding dari Amerika Serikat (AS).
Dengan sekelumit contoh tokoh dan aktifis Muhammadiyah itu, penting kiranya bagi kita untuk menentukan nasib bagaimana Muhammadiyah ke depan? Tetap kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah atau pindah pada paham Sekuler-Liberal? Andalah yang menentukan. (Opini ini ditulis, Choirul Hisyam, mantan aktivis dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo dan disempurnakan oleh Hidayatullah.com).
Pada tanggal 10 Agustus 2000, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Syafii Ma'arif, bersama Ketua PBNU dan Prof. Dr. Nurcholish Madjid membuat pernyataan bersama. Isinya: menolak masuknya Piagam Jakarta dalam pasal UUD 1945. Dalam beberapa ceramahnya, Syafi'i pernah menolak syari'at Islam karena tidak sesuai dengan konteks zaman.
2. Prof. Dawam Rahardjo
Sebagai tokoh yang dianggap sebagai intelektual muslim, Dawam Rahardjo melegalisasi dan memberikan pujian selangit terhadap buku yang berjudul, "Tempat dan Peran Yesus di hari Kiamat menurut Islam" yang ditulis seorang Pendeta Wienata Sairin MTH. Dalam kata pengantarnya dalam buku tersebut.
"Buku kecil karya Wienata Sairin yang berjudul Tempat dan Peran Yesus di hari Kiamat menurut ajaran Islam ini sangat menarik untuk dibaca". "Buku ini cukup mewakili pandangan Islam", katanya. Padahal didalam buku tersebut terdapat pelecehan dan penghinaan yang dilancarkan oleh Pendeta, dalam bukunya menuding bahwa Al-Qur'an sangat kontradiktif.
Dalam kata pengantar buku Pendeta Wienata, Dawam Rahardjo juga memasang badan sebagai tameng pembelaan terhadap doktrin kristen tentang ketuhanan yesus. Dengan kata lain, Dawam membela Trinitas.
Selain itu, Dawam dikenal sebagai pembela Aliran Sesat. Pada tahun 2000 dengan mengatasnamakan Muhammadiyah mengundang Tahir Ahmad yang dianggap Khalifah ke 4 bagi Ahmadiyah (Golongan yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi selepas Rasululloh) di Jakarta.
Dalam situs www.Islamlib.com, Dawam mengatakan bahwa Ahmadiyah itu sama dengan kita jadi kita tidak bisa menyalahkan atau membantah akidah mereka, apapun akidah mereka itu .
Di Majalah TEMPO (edisi 12 Januari 2003, yang diberi judul "Islam Radikal Vs Islam Liberal", Dawam membela Koordinator Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla. Dawam mengatakan: "… menurut hemat saya, Ulil justeru mengangkat wahyu Tuhan di atas syariat." Padahal, seperti disebutkan sebelumnya, Ulil menulis: "Jilbab intinya adalah mengenakan pakaian yang memenuhi standar kepantasan umum (public decency) … Larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam, sudah tidak relevan lagi." Bagaimana mungkin seorang tokoh Muhammadiyah membela-bela ucapan yang jelas-jelas salah?
3. Dr. Moeslim Abdurrahman
Tokoh Muhammadiyah asal Lamongan ini pernah mengeluarkan pikiran (agak melecehkan) dengan mengatakan, bahwa "Korban pertama dari penerapan syariat Islam adalah perempuan" .
Moeslim juga menghalalkan Natalan bersama. Dia mengatakan bahwa "Umat beragama harus bisa menciptakan sesuatu yang intensif dalam hubungan antar umat, umat kristen dapat menciptakan perayaan natal yang dapat dihadiri umat lain, itu bisa dilakukan jika perayaan tersebut tidak mengandung ritual. Dalam kaitan ini Moeslim mencontohkan tradisi mudik dan ketupat pada idul fitri yang dapat diikuti penganut agama manapun".
"Dengan demikian, pada Natal nasional, misalnya, umat agama lain bisa datang tanpa merasa ada kesulitan. Ini berarti kita mempunyai tradisi atau event yang bisa dirayakan bersama." (Kompas, Kamis, 18 Desember 2003).
4. Prof. Dr. Amien Abdullah
Dia adalah tokoh Muhammadiyah yang juga didukung banyak pihak untuk maju menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar di Malang bulan depan.
Amin lah orang yang mendesakkan gagasan agar studi Hermeneutika (studi kritik) terhadap Al-Qur'an agar diajarkan di kampus-kampus IAIN seluruh Indonesia.
Menurutnya, "Tafsir-tafsir klasik Al Qur'an tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan umat."
5. Dr. Abdul Munir Mulkhan
Dalam berbagai artikelnya di media massa, Mulkan secara nyata menolak "Klaim Kebenaran" (truth claim). "Dalam logika orang desa, kalau ada satu kelompok yang merasa benar sendiri dan yang lain dituding salah atau sesat, nanti saya kawatir kesepian di surga, tidak ada temannya. Klaim-klaim kebenaran absolut seperti itu sesungguhnya lebih menunjukkan, barangkali dalam bahasa yang agak sarkastik, kurang menyadari bahwa hidup sosial tidak bisa sendirian. Di hutan sajapun tidak bisa hidup sendirian, mesti bersama hewan-hewan, pohon-pohonan dan semak belukar", ujarnya.
Dalam bukunya, "Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar" , (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2002, hal. 44), dengan membanggakan akalnya, Mulkan mengatakan, "Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak "kamar" yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama. Karena itu, semua manusia berpeluang masuk surga sesuai keagamaan dan kapasitasnya masing-masing, jika benar-benar memang percaya (iman, dan berminat)."
6. Sukidi
Kini ia sedang 'nyantri' di Ohio State University dan berguru pada tokoh-tokoh sekuler. Sukidi pernah menyamakan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) dengan Islam.
Dalam buku "Teologi Inklusif Cak Nur," Sukidi mendukung pikiran Nurcholis yang mengartikan Islam sebagai sikap pasrah. "Bangunan epistomologis teologis inklusif Cak Nur (Nurkholis Madjid) diawali dengan tafsiran Al-Islam sebagai sikap pasrah kehadiran Tuhan, kepasrahan ini menjadi ciri pokok semua agama yang benar. Inilah word view Al Qur'an bahwa semua agama yang benar adalah Al-Islam."
Dengan kata lain, tulis Sukidi, "sesuai firman Tuhan ini, terdapat jaminan teologis bagi umat beragama, apa pun "agama"-nya, untuk menerima pahala (surga) dari Tuhan. Bayangkan betapa inklusifnya pemikiran teologi Cak Nur ini, " ujarnya membanggakan kekeliruan Nurcholis Madjid.
7. Piet Hasbullah Khaidir
Dia adalah mantan Ketua Umum PP IMM 2001-2003, yang kini menjadi anggota presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
"Kita tak akan panik, meskipun orang berpindah-pindah agama sehari tiga kali, seperti minum obat", katanya.
Majalah Syir'ah, majalah yang konon didanai The Asia Fondation, baahkan mengangkat pengalaman rohani Piet Hasbullah Khaidir tentang pernah pindah iman sebanyak tiga kali dari Budha, Katolik bahkan Atheis.
8. Dr. Tarmizi Taher
Dia adalah Ketua Korps Mubalig Muhammadiyah, mantan Menteri Agama, dan Rektor Universitas Azzahra, Jakarta. Dalam Muktamar ke-45 bulan depan, dia juga dikabarkan akan maju sebagai Ketua PP.
Dalam opini berujudul, "Kerukunan Umat, Perspektif Ahmad Dahlan," Suara Merdeka, (Sabtu, 23 April 2005), Tarmizi mengajak umat Islam berkawan dengan Barat dan misionaris Kristen. Dan mengatakan, seolah-olah KH. Ahmad Dahlan begitu akrab dengan kalangan pendeta.
"….Barat harus dimusuhi sebagai penjajah, namun harus dikawani sebagai peradaban. Agama Kristen yang dibawa para misionaris Barat harus dimusuhi sejauh ketika agama tersebut dipakai sebagai kedok imperialisme. Namun sebagai sebuah agama, K.H. A. Dahlan sangat menghormati para pemeluk agama Kristen. Hal ini ditunjukkan dengan pergaulannya yang amat luas, tidak sebatas sesama umat Islam. Sejarah mencatat bahwa beliau sangat akrab dengan para pastur dan pendeta."
Hari Jumat (3 Juni 2005), di Harian Republika dia menulis dengan judul “Memetik Nilai-nilai Pluralisme dari KH Ahmad Dahlan”, penulis mencatut nama KH. Ahmad Dahlan, seolah-olah pendiri Muhammadiyah ini adalah tokoh pluralisme.
9. Andar Nurbowo
Dia aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), Peneliti pada Center of Muhammadiyah Studies PP Muhammadiyah.
Dalam artikelnya "Kebangkitan Intelektual Muda Muhammadiyah" (Kompas, 17 November 2003), Nurbowo mengatakan, "Pengabaian semangat berpikir ini, tak ayal melahirkan kejumudan mayoritas kader dan aktivis Muhammadiyah. Ruang spiritual, meminjam EF Schumacher, yang seyogianya diisi tradisi refleksi kritis, justru dipenuhi sikap reseptif, tekstualis terhadap doktrin Islam. Al-Quran yang seharusnya dibaca secara kritis dan dikontekstualisasikan guna pemecahan krisis sosial, hanya diperlakukan sebagai kitab agung yang hanya dilantunkan dan dikidungkan.
Alih-alih mengajak berfikir liberal, Nurbowo melecehkan ibadah ritual kalangan Muhammadiyah yang lain; seperti meyakini memelihara jenggot atau dan cara makan Rasulullah.
"Figur mulia Muhammad sekadar dipahami dalam prespektif gestural-tekstualis, seperti cara makan nabi, memelihara jenggot, tanpa menelisik lebih dalam makna perjuangan nabi secara lebih luas. Cara ber-muhammadiyah seperti ini bahkan menodai cita awal Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan."
10. Pramono U Tanthowi
Dia adalah pengurus DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dalam opininya di Kompas, Sabtu, 26 Januari 2002 berjudul, "Muhammadiyah dan Islam Liberal", Tanthowo mengajak Muhammadiyah beralih pada gerakanb sekulerisme-liberal. Bahkan dia menjamin dengan beralih ke sekuler-liberal, Muhammadiyah lebih demokratis.
"Bagi Muhammadiyah, lebih baik langsung berperilaku liberal, demokratis, dan pluralis, daripada banyak bicara liberalisme, demokrasi dan pluralisme, tetapi sebaliknya berperilaku antiliberal, antidemokrasi dan antipluralisme."
11. Pradana Boy
Dosen Univeritas Muhammadiyah Malang yang juga masih berstatus sebagai Mahasiswa The Australian National University (ANU), ini juga dikenal membangga-banggakan kaum orientalis.
Dalam opininya "Orientalisme dan Dialog Antarkitab" di Republika, Pradana justru meragukan Al-Qur'an dan mengajak umat Islam lebih kritis terhadap kitab suci itu, layaknya para kaum orientalis.
"Tetapi, pandangan semacam ini tampaknya belakangan mulai berubah. Lahirnya kesadaran untuk mengkaji Islam secara lebih dekat dan munculnya pengkajian Islam dengan pendekatan yang lebih akademis, telah melahirkan pandangan yang cukup positif terhadap Al-Qur'an. Hal itu ditandai dengan lahirnya sejumlah karya sarjana-sarjana Kristen yang berusaha memotret Al-Qur-an dengan pandangan yang lebih objektif. Di antara karya yang bisa disebut adalah Islamic Revelation in the Modern World karya W Montgomery Watt; Religion and Revelation-nya Keith Ward; The Event of the Qur'an, The Mind of the Qur'an, Muhammad and The Christian, Readings in the Qur'an dan Returning to Mount Hira yang secara berturut-turut ditulis pada tahun 1971, 1972, 1986, 1988 dan 1994 oleh Kenneth Cragg, seorang biarawan Anglikan.
Lahirnya karya-karya ini bisa disebut sebagai gelombang baru hubungan Islam Kristen dalam konteks pengakuan Al-Qur'an di hadapan umat Kristiani. Di luar kekurangan dan kelebihannya, usaha-usaha untuk mempersepsi Al-Quran dengan cara yang lebih sophisticated semacam ini, pada tataran yang lebih jauh justru akan menjadi jalan bagi upaya untuk menemukan common platform kitab suci agama-agama dunia yang selama ini sering menjadi persoalan," tulisnya.
12. Ahmad Fuad Fanani
Dia aktifis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM). Di koran Republika, berjudul "Menghindari Kejumudan Penafsiran Islam", Fanani menganggap aneh orang yang masih percaya terhadap doktrin "Islam agama paling benar."
"Banyak yang mengganggap dan mempercayai, bahwa Islam yang otentik dan paling benar adalah Islam yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad semasa hidup." Kita bertanya: "Apakah ada orang lain, termasuk di lingkungan Muhammadiyah, yang memahami dan mempraktikkan Islam lebih baik dari apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw? Bukankah kuam Muslim pasti meyakini, bahwa Nabi saw adalah uswatun hasanah; contoh yang baik?.
13. Zakiyuddin Baidhawy
Koordinator Program Pengembangan Toleransi, Pluralisme dan Multikulturalisme pada Center for the Study of Culture and Social Change ini adalah dosen di Universitas Muhammadiyah Solo (UMS). Dia juga anggota Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sukoharjo (2000-2005), dan presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Seperti halnya yang lain, dia juga mengurung pluralisme agama, dan menganggap Islam bukan satu-satunya agama yang benar.
Tokoh-tokoh diatas adalah sekelumit dari fenomena yang terjadi ditubuh Muhammadiyah sekarang. Sebab seseungguhnya masih banyak tokoh Muhammadiyah lain yang ikut terjangkit 'virus' membahayakan itu.
Anehnya, gagasan-gagasan mereka itu sudah dipublikasikan ke berbagai media masaa dan buku-buku. Dan tentu saja, mereka didukung penuh dan dana besar-besaran dari pihak asing, terutama funding-funding dari Amerika Serikat (AS).
Dengan sekelumit contoh tokoh dan aktifis Muhammadiyah itu, penting kiranya bagi kita untuk menentukan nasib bagaimana Muhammadiyah ke depan? Tetap kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah atau pindah pada paham Sekuler-Liberal? Andalah yang menentukan. (Opini ini ditulis, Choirul Hisyam, mantan aktivis dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo dan disempurnakan oleh Hidayatullah.com).
asmara pancaroba- KOPRAL
-
Posts : 36
Kepercayaan : Islam
Location : kota I
Join date : 16.01.13
Reputation : 13
Re: 13 tokoh muhammadiyah yang berbau liberal
Oleh : Choirul Hisyam *
Maksud Persyarikatan Muhammadiyah didirikan adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, adalah berusaha mensuci murnikan agama Islam dari semua campuran paham keyakinan ajaran dan amal perbuatan yang tidak bersumber pada ajaran Islam, ialah Al-Qur'an dan Sunnah Rosul.
Diantara point pentinya, adalah berusaha agar umat Islam memahami ajaran Islam yang sebenarnya, dan beramal menjalankan perintah dan ajaran dan contoh tauladan yang diberikan oleh Rosulullah Muhammmad SAW sebagaimana adanya tanpa ditambah, dikurangi atau dicampur dengan paham, ajaran adat kebiasaan yang lain yang tidak bersumber dari asalnya.
Sedangkan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah adalah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya, yaitu masyarakat yang menerima kehadiran agama Islam, kehadiran kepada ummat Islam dalam masyarakatnya memenuhi kewajiban agamanya, menjalankan perintah dan ajarannya dan menyebarkan ajaran Islam kepada segenap ummat manusia yang bersedia menerima ajaran Islam (1).
Namun dalam perjalanan dan perkembangan Muhammadiyah yang usianya telah mencapai satu abad ini, maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah telah diselewengkan oleh Para Tokoh dan aktivis Muhammadiyah yang mengaku dirinya sebagai seorang cendekiawan dan intelektual muslim, malah mereka ini telah jahil terhadap akidah dan syariat.
Orang-orang yang jahil terhadap akidah dan syariat ini memeiliki sifat, diantaranya tidak ikhlas dalam berilmu tapi mengharapkan harta duniawi, kedudukan atau jabatan dengan ilmunya. Ibnu Qudamah berkata, "Ulama yang jelek adalah yang punya maksud dengan ilmunya untuk bernikmat-nikmat dengan dunia mencapai kedudukan disisi ahli dunia." (2).
"Virus Sekuler-Liberal"
Belakangan, gerak langkah perjuangan pemurniah Al-Qur'an di tubuh Muhammadiyah itu tercoreng dengan lahirnya generasi baru yang terjangkiti virus paham sekuleris-liberalisme, yang menjadi hamba kaum orientalis.
Belakangan, muncullah anak-anak muda Muhammadiyah seperti JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah). Mereka adalah anak-anak muda Muhammadiyah yang justru punya sikap phopi terhadap syari'at Islam.
Kemunculan gerakan seperti ini di Muhammadiyah pada dasarnya justru bertentangan dari segi pemikiran dan cita-cita Muhammadiyah yang dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan.
Mereka mengaku ingin melakukan reformasi dengan alasan perlunya ijtihad selebar-lebarnya, namun hanya bersandarkan pada akalnya dan membuang Al-Qur'an dan Hadist. Mereka mengaku sebagai para pemikir agama yang brilian, ingin membangun ummat Islam dari tidur mereka dan dari keterbelakangan, namun di sisi lain, mereka menganggap Islam sama dengan Yahudi dan Nasrani.
Ide campur-aduk yang kerap mereka sebut dengan istilah 'Pluralisme Agama" itulah yang hari ini menjadi agama mereka. Mereka menolak klaim Al-Qur'an, bahwa Islam lah agama terakhir untuk menyempurnakan agama-agama terdahulu.
Tokoh teras Muhammadiyah, Dr. Abdul Munir Mulkan, bahkan melarang umat Islam mengatakan Islam sebagai satu-satunya agama yang paling benar. Dia mengistilahkan, surga terdiri dari banyak pintu, dan semua agama bisa memasukinya. Penyesatan ide dan gagasan inilah yang kini sedang dikembangkan di Muhammadiyah.
Akibat buruk yang disebar oleh virus JIL di Muhammadiyah, sekarang ini, mengakibatkan akidah dan syariat Muhammadiyah semakin tidak jelas. Karena sudah tercampur dengan syubhat dan syahwat. Akibatnya, di Muhammadiyah, kini, yang haq menjadi samar-samar bahkan menjadi bathil, dan sebaliknya yang bathil menjadi haq dalam pandangan warga Muhammadiyah yang terfitnah.
Dengan Syubhatnya pula, tauhid Muhammadiyah yang benar dan lurus yang selama ini dipegang dan dipahami warga Muhammadiyah menjadi syirik dan sebaliknya syirik menjadi tauhid. Sunnah yang selama ini dipegang dan menjadi ciri khas warga Muhammadiyah menjadi luntur bahkan menjadi bid'ah dan berbalik yang sunnah menjadi bid'ah.
Yang sangat memprihatinkan, justru pikiran-pikiran sekuler-liberalisme semacam itu justru diusung oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang banyak dikenal di masyarakat.
Para tokoh dan aktivis Muhammadiyah yang terjangkit virus ide-ide liberalisme ini -kalau boleh disebut telah melakukan penyelewengan terhadap arti gerakan pembaharuan (tajdid) di Muhammadiyah inilah yang pada Muktamar ke-45, Juli 2005 depan yang diduga akan menjadi 'pemimpin baru' di Muhammadiyah.
Ada banyak orang selain Abdul Munir Mulkan yang kini 'bersarang' di tubuh Muhammadiyah. Yang jelas, ciri-ciri umum mereka bisa dibaca dengan tiga hal. Pertama, Mereka sengaja meruntuhkan berbagai keilmuan barometerik yaitu ilmu-ilmu tafsir berdasarkan riwayat dan kaidah-kaidahnya ilmu ushul fiqih dan ilmu musthalaha hadits. Kedua, Mereka menolak hadits-hadits shahih h secara parsial atau totalitas dengan alasan demi menyelaraskan hadits-hadits itu dengan logika (akal), kepentingan ummat dan kondisi masyarakat modern. Ketiga, mereka menolak sunnah kontekstual yang tidak aplikatif yakni yang berkaitan khusus dengan urusan hukum politik serta masyarakat secara umum. Keempat, pembaharuan (takdid) menurut mereka adalah melepaskan diri dari kungkungan syariat menuju keharibaan undang-undang positif yang dapat merealisasikan mekerdekaan dan kemajuan hidup.
Karena itu, umumnya, mereka sengaja menyerang ajaran fiqih dan para ulama fiqih tanpa tedeng aling-aling.
Hamba Orientalis
Anehnya, ketika mereka semua menolak Al-Qur'an dan Hadist, mengkritik secara getol ulama-ulama masyhur yang telah diakui otoritasnya di kalangan Islam seluruh dunia, justru mereka menjadi penghamba kaum orientalis Kristen.
Itulah gambaran pemikiran virus liberalisme yang kini disebarkan dalam tubuh Muhammadiyah oleh para tokoh dan aktivisnya, kalau hal ini terus dibiarkan berlangsung dan menjalar keseluruh tubuh warga Muhammadiyah tanpa diobati, apa jadinya Muhammadiyah nanti?. Maka bisa jadi dikatakan bahwa Muhammadiyah telah mengobarkan akidah dan syariat, telah keluar dari Islam dan kembali kedunia binatang.
Muhammadiyah tanpa akidah dan syariat, akan menjadi "murtad" . Sebab Muhammadiyah hidup tanpa etika dan tujuan lagi. Jika dalam Muktamarnya NU ke-31 di Boyolali saja NU secara tegas menolak Jaringan Islam Liberal 'hinggap' di tubuhnya, mengapa Muhammadiyah tidak?
*) Choirul Hisyam adalah mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo, kini adalah jama’ah Masjid An Nuur Muhammadiyah Sidoarjo
Maksud Persyarikatan Muhammadiyah didirikan adalah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, adalah berusaha mensuci murnikan agama Islam dari semua campuran paham keyakinan ajaran dan amal perbuatan yang tidak bersumber pada ajaran Islam, ialah Al-Qur'an dan Sunnah Rosul.
Diantara point pentinya, adalah berusaha agar umat Islam memahami ajaran Islam yang sebenarnya, dan beramal menjalankan perintah dan ajaran dan contoh tauladan yang diberikan oleh Rosulullah Muhammmad SAW sebagaimana adanya tanpa ditambah, dikurangi atau dicampur dengan paham, ajaran adat kebiasaan yang lain yang tidak bersumber dari asalnya.
Sedangkan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah adalah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya, yaitu masyarakat yang menerima kehadiran agama Islam, kehadiran kepada ummat Islam dalam masyarakatnya memenuhi kewajiban agamanya, menjalankan perintah dan ajarannya dan menyebarkan ajaran Islam kepada segenap ummat manusia yang bersedia menerima ajaran Islam (1).
Namun dalam perjalanan dan perkembangan Muhammadiyah yang usianya telah mencapai satu abad ini, maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah telah diselewengkan oleh Para Tokoh dan aktivis Muhammadiyah yang mengaku dirinya sebagai seorang cendekiawan dan intelektual muslim, malah mereka ini telah jahil terhadap akidah dan syariat.
Orang-orang yang jahil terhadap akidah dan syariat ini memeiliki sifat, diantaranya tidak ikhlas dalam berilmu tapi mengharapkan harta duniawi, kedudukan atau jabatan dengan ilmunya. Ibnu Qudamah berkata, "Ulama yang jelek adalah yang punya maksud dengan ilmunya untuk bernikmat-nikmat dengan dunia mencapai kedudukan disisi ahli dunia." (2).
"Virus Sekuler-Liberal"
Belakangan, gerak langkah perjuangan pemurniah Al-Qur'an di tubuh Muhammadiyah itu tercoreng dengan lahirnya generasi baru yang terjangkiti virus paham sekuleris-liberalisme, yang menjadi hamba kaum orientalis.
Belakangan, muncullah anak-anak muda Muhammadiyah seperti JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah). Mereka adalah anak-anak muda Muhammadiyah yang justru punya sikap phopi terhadap syari'at Islam.
Kemunculan gerakan seperti ini di Muhammadiyah pada dasarnya justru bertentangan dari segi pemikiran dan cita-cita Muhammadiyah yang dibangun oleh KH. Ahmad Dahlan.
Mereka mengaku ingin melakukan reformasi dengan alasan perlunya ijtihad selebar-lebarnya, namun hanya bersandarkan pada akalnya dan membuang Al-Qur'an dan Hadist. Mereka mengaku sebagai para pemikir agama yang brilian, ingin membangun ummat Islam dari tidur mereka dan dari keterbelakangan, namun di sisi lain, mereka menganggap Islam sama dengan Yahudi dan Nasrani.
Ide campur-aduk yang kerap mereka sebut dengan istilah 'Pluralisme Agama" itulah yang hari ini menjadi agama mereka. Mereka menolak klaim Al-Qur'an, bahwa Islam lah agama terakhir untuk menyempurnakan agama-agama terdahulu.
Tokoh teras Muhammadiyah, Dr. Abdul Munir Mulkan, bahkan melarang umat Islam mengatakan Islam sebagai satu-satunya agama yang paling benar. Dia mengistilahkan, surga terdiri dari banyak pintu, dan semua agama bisa memasukinya. Penyesatan ide dan gagasan inilah yang kini sedang dikembangkan di Muhammadiyah.
Akibat buruk yang disebar oleh virus JIL di Muhammadiyah, sekarang ini, mengakibatkan akidah dan syariat Muhammadiyah semakin tidak jelas. Karena sudah tercampur dengan syubhat dan syahwat. Akibatnya, di Muhammadiyah, kini, yang haq menjadi samar-samar bahkan menjadi bathil, dan sebaliknya yang bathil menjadi haq dalam pandangan warga Muhammadiyah yang terfitnah.
Dengan Syubhatnya pula, tauhid Muhammadiyah yang benar dan lurus yang selama ini dipegang dan dipahami warga Muhammadiyah menjadi syirik dan sebaliknya syirik menjadi tauhid. Sunnah yang selama ini dipegang dan menjadi ciri khas warga Muhammadiyah menjadi luntur bahkan menjadi bid'ah dan berbalik yang sunnah menjadi bid'ah.
Yang sangat memprihatinkan, justru pikiran-pikiran sekuler-liberalisme semacam itu justru diusung oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang banyak dikenal di masyarakat.
Para tokoh dan aktivis Muhammadiyah yang terjangkit virus ide-ide liberalisme ini -kalau boleh disebut telah melakukan penyelewengan terhadap arti gerakan pembaharuan (tajdid) di Muhammadiyah inilah yang pada Muktamar ke-45, Juli 2005 depan yang diduga akan menjadi 'pemimpin baru' di Muhammadiyah.
Ada banyak orang selain Abdul Munir Mulkan yang kini 'bersarang' di tubuh Muhammadiyah. Yang jelas, ciri-ciri umum mereka bisa dibaca dengan tiga hal. Pertama, Mereka sengaja meruntuhkan berbagai keilmuan barometerik yaitu ilmu-ilmu tafsir berdasarkan riwayat dan kaidah-kaidahnya ilmu ushul fiqih dan ilmu musthalaha hadits. Kedua, Mereka menolak hadits-hadits shahih h secara parsial atau totalitas dengan alasan demi menyelaraskan hadits-hadits itu dengan logika (akal), kepentingan ummat dan kondisi masyarakat modern. Ketiga, mereka menolak sunnah kontekstual yang tidak aplikatif yakni yang berkaitan khusus dengan urusan hukum politik serta masyarakat secara umum. Keempat, pembaharuan (takdid) menurut mereka adalah melepaskan diri dari kungkungan syariat menuju keharibaan undang-undang positif yang dapat merealisasikan mekerdekaan dan kemajuan hidup.
Karena itu, umumnya, mereka sengaja menyerang ajaran fiqih dan para ulama fiqih tanpa tedeng aling-aling.
Hamba Orientalis
Anehnya, ketika mereka semua menolak Al-Qur'an dan Hadist, mengkritik secara getol ulama-ulama masyhur yang telah diakui otoritasnya di kalangan Islam seluruh dunia, justru mereka menjadi penghamba kaum orientalis Kristen.
Itulah gambaran pemikiran virus liberalisme yang kini disebarkan dalam tubuh Muhammadiyah oleh para tokoh dan aktivisnya, kalau hal ini terus dibiarkan berlangsung dan menjalar keseluruh tubuh warga Muhammadiyah tanpa diobati, apa jadinya Muhammadiyah nanti?. Maka bisa jadi dikatakan bahwa Muhammadiyah telah mengobarkan akidah dan syariat, telah keluar dari Islam dan kembali kedunia binatang.
Muhammadiyah tanpa akidah dan syariat, akan menjadi "murtad" . Sebab Muhammadiyah hidup tanpa etika dan tujuan lagi. Jika dalam Muktamarnya NU ke-31 di Boyolali saja NU secara tegas menolak Jaringan Islam Liberal 'hinggap' di tubuhnya, mengapa Muhammadiyah tidak?
*) Choirul Hisyam adalah mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo, kini adalah jama’ah Masjid An Nuur Muhammadiyah Sidoarjo
asmara pancaroba- KOPRAL
-
Posts : 36
Kepercayaan : Islam
Location : kota I
Join date : 16.01.13
Reputation : 13
Re: 13 tokoh muhammadiyah yang berbau liberal
QS. 2:286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya : http://www.laskarislam.com/t5404-boleh-non-islam-maupun-islam-dari-golongan-yang-belum-tentu-benar-sepanjang-tidak-membohongi-diri-sendiri#62789
frontline defender- MAYOR
- Posts : 6462
Kepercayaan : Islam
Join date : 17.11.11
Reputation : 137
Similar topics
» PENDAPAT TOKOH-TOKOH KRISTEN (KRISTEN YANG PINTAR) TERHADAP AL-QUR'AN
» Memang ada waktuNya, ketika dedy cobuzer [seorang yang perilakunya acapkali berbau arogan], mendapat pelajaran [dikerjain].
» Jaringan Islam Liberal, SESAT? Gus Dur juga LIBERAL? dan Apa pandangan teman sekalian tentang islamlib???
» Bung Karno dan Muhammadiyah
» Awas! Kartika Djoemadi, Umat Katolik Yang Menyusup Ke Muhammadiyah Untuk Mengadu Domba Umat Islam
» Memang ada waktuNya, ketika dedy cobuzer [seorang yang perilakunya acapkali berbau arogan], mendapat pelajaran [dikerjain].
» Jaringan Islam Liberal, SESAT? Gus Dur juga LIBERAL? dan Apa pandangan teman sekalian tentang islamlib???
» Bung Karno dan Muhammadiyah
» Awas! Kartika Djoemadi, Umat Katolik Yang Menyusup Ke Muhammadiyah Untuk Mengadu Domba Umat Islam
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik