FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ?

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Empty Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ?

Post by Penyaran Sun Apr 21, 2013 1:09 pm

Pengantar

Berawal dari kiriman seorang rekan, zebaoth Jehova, di salah satu milis yahoogroup yang berupa kutipan sebuah buku berjudul “Holy Life”, karangan Andrew Rankin, di edit oleh Steve Hyde.

Isi dari kutipan itu seharusnya “mencengangkan”. Andrew Rankin, mengklaim bahwa ciri-ciri orang suci sebagaimana disebutkan dalam kitab Buddha menunjuk kepada Yesus kristus.

Untuk itu, kita mulai dengan melihat kebenaran klaim bahwa yesus di nubuatkan di kitab Buddha.

Silakan anda yang menilai derajat kebenaran dan kepatutannya. Sebagai bonusnya, anda akan merasa begitu beruntungnya karena tidak termasuk sebagai salah seorang dari mereka yang telah terpedaya dan terjerembab sedemikian dalamnya di jurang Kebodohan batin.

Benarkah Yesus Dinubuatkan Kitab-kitab Buddha

Kita mulai dengan kutipan buku ‘Holy Life”, karangan Andrew Rankin, yang di edit oleh Steve Hyde: http://forumkristen.com/index.php?topic=30706.0

"Yang Suci Satu yang akan menjaga dunia di masa depan akan seperti ini: di telapak tangan dan di telapak kakinya akan menjadi desain disk, di samping akan menusuk luka, dan dahinya akan memiliki banyak tanda seperti bekas luka ini Kudus akan menjadi kapal emas yang akan membawa Anda atas siklus kelahiran kembali sampai ke langit tertinggi (Nirvana) Jangan mencari keselamatan dengan cara lama; disana ada keselamatan di dalamnya untuk memastikan Keluar dari cara lama. Dan akan ada semangat baru seperti cahaya bug keringanan dalam semua hati Anda dan Anda akan menang atas semua musuh Anda. Tidak ada yang akan dapat menghancurkan Anda. Jika Anda mati, Anda tidak akan kembali untuk dilahirkan di dunia ini lagi. Anda akan pergi ke surga tertinggi (Nirvana).

Yang oleh kalangan kristiani diartikan lebih dalam sebagai berikut:

Buddha benar tentang ketidakgunaan mencoba mendapatkan pahala. Tidak mungkin. Yang Mahakudus Buddha berkata akan datang telah datang. Sekitar lima ratus tahun setelah Buddha meninggalkan dunia ini, nubuat itu terpenuhi. Ketika Yesus Kristus mati di kayu salib untuk mengambil dosa manusia, masing-masing tangan dan kaki itu ditusuk dengan kuku besar meninggalkan bentuk disk (Yohanes 20:20); pihaknya ditusuk dengan tombak (Yohanes 19:34), dan nya dahi memiliki banyak tanda dari mahkota duri Roma memakaikan Dia (Yohanes 19:2). Yesus Kristus membuka cara baru iman berhubungan dengan Tuhan sehingga cara-cara lama merit bisa ditinggalkan. Melalui Yesus Kristus saja, orang dapat menemukan jaminan yang sempurna bahwa surga tertinggi adalah dibuka oleh kasih karunia Allah.

Untuk membahas ini, maka kita perlu mengetahui, kitab yang dikutip (namun tidak saya temukan), detail ayat-ayat alkitab yang dikutip, dan ciri-ciri tentang “The Holy One” dari literature Buddha, kebenaran cirri-ciri itu dilihat dari Buddha dan Kristen sendiri dan setelah itu baru bisa kita tetapkan apakah kita sepakat atau tidak dengan isi kutipan tersebut.

Apa kata Alkitab ?

Yohanes 19 dan 20:

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Test

Pengetahuan umum yang beredar diseluruh dunia ini, Yesus, dinyatakan telah disalib, tangan kakinya telah dipaku, lambungnya ditusuk dan kepalanya diberikan Mahkota Duri.

Sementara itu dalam ajaran Hindu dan Buddha terdapat tanda-tanda fisik seseorang sehingga dapat dikatakan “The Holy One”. Tanda-tanda itu adalah 32 tanda kelahiran fisik, sebagaimana dicantumkan dalam Lakkhana Sutta, Digha Nikaya, Patika Vagga:

“Para bhikkhu, seorang Manusia Agung (Maha Purisa) memiliki 32 tanda (lakkhana)....... apakah 32 Maha Purisa Lakkhana yang menyebabkan hanya ada dua kemungkinan cara hidupnya dan tidak ada yang lain, jika ia hidup sebagai manusia biasa, maka ia akan menjadi raja dunia (cakkavati), ... maka ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha; yaitu:

1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado). Ini merupakan satu lakkhana dari Maha Purissa.
2. Pada telapak kakinya terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
3. Tumit yang bagus (ayatapanhi).
4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudutaluna).
6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala-hattha-pado).
7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha-pado).
8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavattha-guyho).
11. Kulitnya bagaikan perunggu berwarna emas (suvannavanno).
12. Kulitnya sangat lembut dan halus / sehingga tidak ada debu yang dapat melekat pada kulit.
13. Pada setiap pori kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
15. Potongan tubuh yang agung (brahmuiu-gatta).
16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo).
18. Pada kedua bahunya tak ada lekukan (citantaramso).
19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho).
21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi).
22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu).
23. Empat puluh buah gigi (cattarisa-danto).
24. Gigi-geligi rata (sama-danto).
25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto).
26. Gigi putih bersih (susukka-datho).
27. Lidah panjang (pahuta-jivha).
28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika.
29. Mata biru (abhinila netto).
30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo).
31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas yang lembut.
32. .. Kepala bagaikan berserban (unhisasiso).

Bagian Pertama, Kutipan Tentang “The Holy One” Dibandingkan Dengan Lakkhana Sutta

Mari kita lihat bagian terjemahan yang menurut Andrew Rankin adalah dikutip dari salah satu kitab suci Buddha:

Pada kedua telapak tangan dan pada kakinya yang rata akan berbentuk seperti DISK(?), bagian dari dirinya(?) akan terdapat sebuah luka tusukan; dan di dahinya akan terdapat banyak tanda-tanda seperti luka

Apakah semua yang disebutkan di Andrew Rankin merupakan tanda lahir? Tidak.

Terjemahan tersebut diatas, menunjukan tanda-tanda yang membekas akibat luka, tidak secara tegas menyatakan bahwa tangan dan kakiNya ada tanda-tanda di tusukan, juga tidak tertulis bahwa lambungNya tertusuk namun pada dahiNya saja yang terdapat tanda-tanda luka. Kata "bagian dari dirinya", tidak jelas merujuk kepada bagian mana apakah tangan dan kaki atau badan. Misalkan apabila yang dimaksudkan adalah kaki dan tangan, tentunya akan dijelaskan lebih detail juga dalam bentuk plural.

Kata-kata “pipih dan disk” yang berarti rata dan berbetuk bundar rata seperti piringan, memang mendekati dengan yang tercantum pada Lakkhana Sutta, dimana telapak kakiNya rata, dan terdapat tanda Cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna yang lebih menyerupai piringan. Kemudian bagian kepala bagaikan berserban

Namun, 32 tanda yang tercantum di Lakkhana Sutta merupakan 32 tanda lahir, jadi harus komplit tidak boleh kurang 1 pun dan bukan buatan atau bukan tanda akibat Luka!

Apakah ada kitab/Sutta Buddhis yang menyatakan bahwa Sidharta Gautama akan mengalami luka tusukan, di salib atau tangannya dipaku dan seterusnya seperti yesus? Tidak, tidak ada.

Bagian Kedua, “The holy One” Dilihat Dari Telaah Al-Kitab

Bagian yang menjadi “pengetahuan umum” adalah luka-luka yang diderita Yesus kristus akibat penyaliban seharusnya tercantum jelas dalam kitab Injil, untuk itu mari kita lihat tentang 4 injil pada perjanjian baru:

Yohanes:
Kepala Yesus dimahkotai duri(19:2), Yesus yang memikul Salib(19:17). Yesus disalib, kakinya tidak dipatahkan, lambungnya ditusuk(19:34), ada 2 maria, berdasarkan perkataan Thomas: Ia melihat kaki, tangan dan lambung Yesus terluka, Yesus memperlihatkan keadaannya dan tidak ada tanda luka apapun(20:20, 20:27),

Markus:
Yang memikul salib adalah Simon dari kerene(15:21), Yesus Disalib, tidak tertulis bahwa kaki dan tangannya dipaku, kepala Yesus dimahkotai duri (15:17), Pilatus heran mendengar yesus sudah mati(15:44), ada 2 maria(15:40), Yesus memperlihatkan diri dan tidak ada satukatapun yang merujuk bahwa ia memperlihatkan ada/tidaknya tusukan kepada 11 muridnya

Lukas:
Yang memikul salib adalah Yesus dari kirene(22:36), Yesus disalib, tidak tertulis kata-kata kaki dan tangannya dipaku, Tidak ada kata-kata dimahkotai, dipatahkan tulangnya ataupun ditusuk lambungnya, bahkan ia memperlihatkan dia baik2 saja dengan mempertontonkan tangan dan kakinya(24:39-40)

Matius:
Yang memikul salib adalah Simon dari kerene(27:32), Yesus disalib, tidak tertulis kata-kata kaki dan tangannya dipaku, Tertulis ada dua orang Yesus di Penjara, Yaitu Yesus Barnabas dan Yesus Kristus(27:16-17), Dimahkotai duri(27:24), kepala Yesus dipukul dengan buluh(27:30), Terjadi gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah(27:51), ada 2 maria yang menunggu(27:61), tidak ada memperlihatkan tubuhnya kepada semua muridnya

Kita review sekali lagi, Khusus untuk memastikan ada/tidaknya TANDA BEKAS LUKA!

Yohanes

20:4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.
20:5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.
20:6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah,
20:7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung
20:20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat tupos [from, tanda di artikan secara konyol menjadi = bekas] helos [jamak dari helo, artinya KUKU JARI bukan PAKU] pada tangan-Nya dan sebelum aku ballo [artinya menaruh, meletakkan BUKAN mencucukkan] jariku ke dalam tupos [from, tanda di artikan secara konyol menjadi= bekas] helos [jamak dari helo, artinya KUKU JARI bukan PAKU] itu dan ballo [artinya menaruh BUKAN mencucukkan] tanganku ke dalam pleura, artinya sisi tubuh BUKAN lambung, BUKAN rusuk]-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan ballo [artinya menaruh, meletakkan BUKAN mencucukkan] ke dalam pleura-Ku [artinya sisi tubuh BUKAN lambung, BUKAN rusuk] dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"

note:
Disampaikan bahwa arti kata "helo" bukanlah paku tapi kuku. Di alkitab tidak ada detail proses penyaliban. Tidak benar bahwa di ketika itu, paku telah di pakai dalam proses penyaliban. Para penulis ALKITAB bukanlah saksi mata kejadian. Tulisan mereka hanya merupakan reka-reka kejadian hasil inspirasi pada peristiwa penyaliban lain di tahun 70an masehi [kejadian di empat puluh tahunan setelah yesus wafat]. Sedangkan penulisannya sendiri baru dilakukan puluhan bahkan ratusan tahun lagi setelah tahun 70 masehi.

ADAKAH di sebutkan TANDA-TANDA BEKAS LUKA?
TIDAK ADA

Apakah kain dikepala Yesus disebutkan Berdarah?
TIDAK ADA

[Note: Yesus dikatakan wafat jam 15.00. Jadi ada waktu kurang dari 3 jam sebelum jam 18.00, yaitu saat memasuki hari sabat, sebelum di kubur ia dikafani. Seharusnya bekas-bekas luka-luka itu belum sepenuhnya mengering, ada sisa-sisa darah yang menempel di kain

Perlu diperhatikan bahwa Pilatus sendiri heran bahwa Yesus dikatakan sudah Wafat! (Markus 15:44)]

Bagaimana dengan 3 Injil lainnya, adakah disebutkan bekas darah bekas luka?

Matius, 28:1 s/d 20
TIDAK ADA

Markus, 16: 1 s/d 20
TIDAK ADA

Lukas, SANG TABIB, 24: 1 s/d 53

24:39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."
24:40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.

Adakah tanda-tanda bekas luka yang diperlihatkan?
TIDAK ADA

Tadinya saya berharap petunjuk itu ada di INJIL LUKAS, buatan sang TABIB. Sebagai Tabib, SEHARUSNYA Ia yang sangat PERHATIAN dengan adanya LUKA-LUKA…tapi…TIDAK ADA.

Mengapa Sang Tabib tidak menulis ada luka pernah ada bekas luka? Apakah memang tidak pernah ada Luka…dilukai…atau bahkan disalib?

4 (Empat) Injil di atas sama sekali tidak meyebutkan adanya bekas LUKA!

Apakah di 4 Injil, tercatat adanya tanda-tanda KELAHIRAN Yesus yang jumlah sebanyak 32 Tanda?
TIDAK ADA

Dari ringkasan Alkitab tersebut terdapat beberapa hal serius yaitu:

- Tidak ada Bukti rinci yang menyebutkan bagaimana kaki dan tangannya berdarah saat di salib, padahal untuk kepalanya dipukul(Mat) dan lambungnya ditusuk(Yoh) yang jarang diketahui saja bisa tercatat dengan teliti.
- Luka kaki dan tangan adalah hanya berdasarkan keterangan dari Thomas dan itupun hanya muncul di 1 injil(Yoh) dan terbukti tidak ada sewaktu Thomas meraba Yesus!
- Kejadian Gempa Bumi ternyata hanya muncul di satu injil (Mat)!. Bukankah ini sangat mengherankan! Mengingat kejadian ini menyangkut tuhan mereka, guru mereka yang disalib! suatu kejadian MAHA penting yang terlalu BESAR untuk tidak dicatat!.
- Luka-luka akibat penganiayaan adalah peristiwa besar, Lukas adalah seorang TABIB namun ia tidak menyinggung sama sekali mengenai luka-luka akibat, pukulan, tusukan, bekas mahkota duri dikepala, maupun tanda2 luka penganiayaan lainnya. Kalau lah benar ada penganiayaan dan bekas-bekasnya adalah tidak lazim tidak tercatat oleh seorang yang mempunyai latarbelakang ke tabib-an tidak mencatat!.
- Tidak adanya tanda2 luka tertulis disemua Injil dan BAHKAN Injil Markus dan Matius SAMA SEKALI tidak mencantumkan kejadian dimana Ia memperlihatkan tangan atau kaki atau lambungnya.
- Tanda-tanda luka dikaki dan tangan sama sekali tidak disinggung pada ke 4 Injil.
- Hanya 3 injil mengatakan dimahkotai(Mat,Luk, Yoh)
- Hanya satu yang mengatakan ditikam(Yoh)
- Hanya satu injil yang mengatakan Yesus memanggul salib sendirian(Yoh 19:17), 3 Injil(Mat 27:32, Mark 15:21, Luk 23:26) menyatakan bahwa yang memanggul salib adalah Simon dari kirene, Sebagai perbandingan, Kejadian Yesus naik keledai disebutkan di 4 (empat Injil), tidak ada perbedaan penulisan misalnya Yesus naik kuda atau biri-biri atau kambing atau domba, tetapi semua mengatakan naik Keledai! Sementara, Peristiwa pemanggulan salib adalah peristiwa penting yang menyangkut Yesus, tuhan Mereka, guru Mereka dan jelas bukan keledai, namun justru dituliskan berbeda-beda! Ada yang ganjil dengan hal ini.

Jadi pada telaah alkitab, apa yang telah kita temukan:
- Ada Indikasi kuat bahwa Yesus bukan orang yang sama yang disalib, atau
- Tidak ada sama sekali penyaliban, atau
- Ada Penyaliban namun satu atau keempat injil tersebut berbohong, karena Kejadian Gempa Bumi dan memanggul salib bukanlah peristiwa kecil
- Tidak ada bekas luka apapun baik di kaki, tangan, lambung dan kepala

Kesimpulannya:

1. Terbukti tidak ada tanda-tanda luka disebutkan di 4 INJIL di ALKITAB, Jadi Klaim tanda luka Yesus yang dimaksud pada buku 'The Holy One' karangan Andrew Rankin adalah tidak akurat dan tidak berdasar.
2. Terbukti pula, tidak ada catatan bahwa Yesus memiliki 32 Tanda Kelahiran Di ALKITAB, sehingga JELAS ia bukan 'The Holy One'
3. 32 Tanda sebagaimana yang dimaksudkan di Lakkhana Sutta HARUS MERUPAKAN tanda KELAHIRAN bukan tanda BUATAN.
4. Ciri-ciri yang disebutkan pada kutipan tersebut, merupakan sebagaian kecil dari ciri-ciri "The Holy One" di Lakkana Sutta dan sangat aneh apabila Buddha tidak menyebutkan secara lengkap ke 32 Ciri dari “the holy man” dihadapan seorang Brahmana tua yang sedang meminta penerangan mengenai “the holy man”. Berikut beberapa kemungkinan logisnya adalah bahwa Penulis:
5. Tidak menyadur secara lengkap atau
6. Tidak benar-benar menyadur dari kitab suci Buddha
7. Hanya membawa misi tertentu sejak awal, namun ternyata tidak didukung Fakta, mengubah Fakta untuk mendukung dan akhirnya dibuatkan kesimpulan.
8. Ajaran Kristen tidak akan pernah berbicara tentang Karmapala maupun Reinkarnasi, dimana hal tersebut adalah “wajib hukumnya” dalam ajaran-ajaran Buddha mana saja baik itu sebelum ataupun sesudah Buddha Gautama, bahkan Ajaran Hindu pun menggunakan kata “kunci” yang sama tersebut, ditambah pula arti dari dari kutipan kitab Buddha tentang pembicaraan antara Buddha dan Brahmana tua, jelas melenceng dari ajaran Hindu ataupun Buddha..
9. Jalan keselamatan di ajaran Buddha tidak akan pernah menyebutkan penebusan dosa, ini ditunjukan oleh kalimat sederhana bahwa setiap kebajikan yang diperoleh tidak akan menyudahi lingkaran karma, namun hanya memupuk karma baik dan tetap tidak akan menyudahi reinkarnasi
10. Disamping, Klaim Nubutan Yesus di Kitab Buddha TERBUKTI tidak Benar dan mengada-ada, malah dari hasil Telaah Al Kitab yang kita lakukan, yaitu Fakta-fakta pada Peristiwa Penyaliban, Kematian Yesus, Tanda-tanda akibat Penyaliban menunjukan banyak ke-TIDAK KONSISTEN-an Pelaporan, sehingga dapat disimpulkan bahwa Alkitab bukan merupakan KITAB SUCI.

Jalan Keselamatan Yang Ditegaskan Oleh Buddha

Buddha menjelaskan secara tegas bahwa tidak ada jalan lain lolos dari lingkaran kekusasan Karma dan Reinkarnasi, kecuali melalui Dhamma (diambil dari Dhammapada):

Syair 254 dan 255 Kisah Subhadda Si Pertapa Pengembara

Subhadda, si pertapa pengembara sedang menetap di Kusinara ketika ia mendengar bahwa Buddha Gotama akan mangkat, mencapai parinibbana pada waktu jaga terakhir malam itu. Subhadda mempunyai tiga pertanyaan yang telah lama membingungkannya. Ia telah menanyakan pertanyaan tersebut kepada guru-guru agama yang lain, misalnya Purana Kassapa, Makkhali Gosala, Ajita Kesakambala, Pakudha Kaccayana, Sancaya Belatthaputta, dan Nigantha Nataputta, tetapi jawaban mereka tidak memuaskan baginya. Ia belum bertanya kepada Buddha Gotama, dan ia merasa bahwa hanya Sang Buddha lah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Maka, ia bergegas pergi ke hutan pohon Sala, tetapi Y.A. Ananda tidak mengizinkannya bertemu dengan Sang Buddha, karena saat itu kondisi kesehatan Sang Buddha sangat lemah. Sang Buddha mendengar percakapan mereka dan Beliau berkenan untuk menemui Subhadda. Subhadda menanyakan tiga pertanyaan, yaitu : Apakah ada jalan di langit ? Apakah ada bhikkhu-bhikkhu suci (samana) di luar ajaran Sang Buddha ?, dan Apakah ada suatu hal berkondisi (sankhara) yang abadi ? Jawaban Sang Buddha terhadap semua pertanyaan tersebut adalah ‘tidak ada’.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 254 dan 255 berikut ini :

Tidak ada jejak di angkasa, tidak ada orang suci di luar Dhamma. Umat manusia bergembira di dalam belenggu, tetapi Para Tathagata telah bebas dari semua itu.
Tidak ada jejak di angkasa, tidak ada orang suci di luar Dhamma. Tidak ada hal-hal berkondisi yang abadi. Tidak ada lagi keragu-raguan bagi Para Buddha.

Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, Subhadda mencapai tingkat kesucian anagami, dan atas permohonannya, Sang Buddha menerima Subhadda sebagai anggota Pasamuan Bhikkhu (Sangha).

Subhadda adalah orang terakhir yang menjadi bhikkhu pada masa kehidupan Sang Buddha Gotama. Akhirnya, Subhadda mencapai tingkat kesucian arahat [Tingkat kesucian, dimana tidak dilahirkan kembali, mencapai Nibanna (moksa, selagi hidup)].

Nubuat tentang Yesus Yang ternyata Bermasalah juga Dengan Kitab Serumpun

Apakah benar hanya 4 injil itu saja yang memberikan argumen yang lemah terhadap “pernubuatan” tentang Yesus?. Untuk itu pada kesempatan ini, saya akan tunjukan bagian-bagian yang diklaim sebagai “nubuat” yang diakui oleh KRISTEN dari kitab suci terdahulu (MAZMUR), Perlu saya tampilkan tidak lain hanya untuk menegaskan bahwa bahkan dalam satu rumpun ajaran saja, klaim Kristen tentang nubuat masih mempunyai problem yang sangat fundamental.

-------------

Mazmur 22:16:

"Mereka menusuk tangan dan kakiku."

Ayat ini sering dikutip sepotong-sepotong untuk menimbulkan kesan seolah-olah pemakuan tangan dan kaki Yesus telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, apakah benar demikian? Mari kita kutip ayat di atas dengan lengkap:

"Karena anjing-anjing telah disekelilingku, kumpulan yang jahat telah mengepungku, mereka telah menggigit tangan dan kakiku."

Kata "mereka" merujuk pada anjing dan bukan serdadu-serdadu Romawi yang memaku Yesus di atas kayu salib. Maka jelas nubuatan itu BUKAN untuk Yesus

***

Mazmur 22:1, sering disebutkan Kristen tentang nubuatan atau ramalan bahwa akan muncul perkataan Yesus di atas kayu salib, yang bunyinya:

"Allahku, Allahku, mengapa Kau mengabaikanku? Mengapa Kau tak menolongku dan [tidak memperdulikan] kata-kata teriakanku?"

Ungkapan ini lebih terkenal dengan: "Eli, Eli Lamasabakhtani", dalam Bahasa Aram, bahasa yang dipakai Yesus.

Benarkah ini nubuatan, Mazmur, ditulis oleh Daud, dan ayat-ayat di atas mengungkapan kesesakan hati Daud, yang merasa ditinggal Tuhannya, itu adalah kata-kata umum yang diucapkan seseorang ketika "merasa" ditinggalkan Tuhan. Maka sebagai seorang yang mengaku sebagai "yang diberkati" dan “guru agama” Yahudi, Yesus seharusnya paham dari mana kata2 tersebut berasal dan “sangat lucu sekali” apabila Ia ulang lagi di atas kayu salib dan apakah itu suatu kesengajaan? Hanya Yesuslah yang tahu!.

***

Mazmur 34:20, dipakai untuk menjelaskan peristiwa penyaliban Yesus, dimana kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus dipotong kakinya, sedangkan Yesus tidak, maka ini dianggap memenuhi nubuatan yang berbunyi sebagai berikut:

"Ia menjaga semua tulangnya, dan tidak ada satupun dari mereka yang dipatahkan"

Apakah ini benar Nubuat? Mari kita telaah lebih dalam. Ayat sebelumnya yakni ayat 19:

"Banyaklah hambatan bagi orang yang benar, namun TUHAN membebaskan Nya dari semua hambatan"

Dan jika ayat 19 dan 20 digabungkan dengan ayat-ayat lainnya digabungkan maka jelas ayat 20 adalah kata kiasan(menjaga tidak satupun tulang yang patah) yang menunjukkan janji Tuhan untuk melindungi/menjaga orang benar keluar dan selamat tanpa cacat dari semua hambatan/cobaan dan bencana.

Jelas bahwa ayat 20 bukan nubuatan tentang Yesus. Lagipula kalau tetap mau dipaksakan bagi Yesus, maka tetap secara faktawi tidak kena(karena hanya 1 Injil saja yang menyatakan bahwa ada keadaan hendak dipatahkan kakinya

***

Yesaya 53:7 sering disebutkan sebagai nubuatan mengenai Yesus, yaitu penggambaran Yesus yang hanya akan berdiam diri saat diadili. Mari kita lihat ayat tersebut:

"Ia ditekan dan ia dihambat, namun ia TIDAK MEMBUKA MULUTNYA, ia bagaikan seekor domba yang dibawa ke penjagal, dan seperti domba berdiam saja di hadapan pencukur bulunya"

Dari ke Empat Injil (Yohanes, Matius, Lukas dan Markus) sudah memberikan petunjuk bahwa Yesus ternyata tidak berdiam diri, ada perlawanan dan terutama adalah masih MENJAWAB pertanyaan Pilatus, sehingga apabila ini adalah sebagai nubuatan Tuhan untuk mengenapi, maka hal ini adalah tidak benar, sebab di ke empat Injil terbukti bahwa Yesus masih membuka mulutnya di hadapan Pilatus.

Al Kitab, Ternyata sebuah Kitab yang bermasalah sejak dari awal pembuatannya

Anda juga akan temukan kekacauan Klaim kesahihan Yesus sebagai Mesias! Ya! Surat Yunus! Yang ternyata TIDAK TERPENUHI sebagai Mesias!

Syarat itu menuntut Yesus harus dikubur lebih dari Tiga hari Tiga Malam, namun ternyata hanya 39 Jam saja atau secara kasar dibulatkan menjadi Dua malam dan 1 Siang!

Klaim hoax tersebut diatas, membuat anda semakin mengerti hakekat sesungguhnya para pengikut Nasrani, sebagai penjelmaan hidup dari kata-kata Paulus di suratnya Roma 3:7

...jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?

Penutup

Upaya untuk melakukan upaya promosi agama adalah upaya yang baik dan terpuji, namun apabila dimaksudkan untuk menyesatkan dan membingungkan umat beragama lainnya melalui manipulasi ajaran agama lain yang digunakan untuk keuntungan pertambahan "domba" Kristen sungguh merupakan tindakan yang tidak bermatabat dan sangat rendah.

http://wirajhana-eka.blogspot.com/2008/12/benarkah-yesus-di-nubuatkan-di-kitab.html
avatar
Penyaran
LETNAN SATU
LETNAN SATU

Male
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115

Kembali Ke Atas Go down

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Empty Re: Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ?

Post by Penyaran Wed May 01, 2013 8:05 pm

Buddha Prophesized Jesus?

Some time in 2003 a website from Thailand appeared on the internet with an article making an extraordinary claim – that in the 5th century BC the Buddha prophesized the coming of Jesus Christ, and that this prophesy can be found in the Buddhist scriptures, the Tipitaka. This article was quickly picked up by other websites and blogs and has since appeared in numerous others, as well as in several publications. Now (2009) there are at least four different versions of the supposed prophesy and yet more claims about it. Below is reproduced the most common version of this prophesy.

‘When Buddha was travelling and living in this world, there was an old Brahman priest who wore white robes who asked the Buddha, “How will all men and all Brahmins continue in their merit-making so as to escape the results of sin?” The Buddha answered, “Even though all of you give alms according to the 5 precepts, the 8 precepts, the 10 precepts, or the 227 precepts for 9 trillion years and you raise your hands and offer yourselves as a burnt offering, or you pray 5 times a day, you will still not escape the results of your sins. If you do this every day, your merit gained will only be equal to the smallest strand of hair of an unborn infant which is extremely small. You shall not enter heaven’s doors.” The old Brahman priest asked further, “What are we all to do to be saved?” The Buddha answered the old Brahman priest, “The results of sin and karma are very great, heavier than the sky, thicker than the earth, and so high that it would be like an angel dusting the corner-posts of the temple compound with a cloth post that are 18 inches high - dusting them one time per year - until the posts were worn down to the ground. When the posts are worn down, that’s how long it would take to end your sins.”

The Buddha said further, “I have given up my high position and entered the priesthood. I considered that even though I am good, I would have only a very small amount of merit at the end of the year. If I was given this same amount of merit for 100,000 epochs and live 10 more lifetimes, I would not be saved from sin’s results even once.

The old Brahman priest asked further, “So what should we all do?” The Buddha answered, “Keep on making merit and look for another Holy One who will come and help the world and all of you in the future.”
Then the old Brahman priest asked, “What will the characteristics of the Holy One be like?” The Buddha answered him, “The Holy One who will keep ??? the world in the future will be like this: in the palms of his hands and in the flat of his feet will be the design of a disc, in the side will be a stab wound; and his forehead will have many marks like scars. This Holy One will be the golden boat who will carry you over the cycle of rebirths all the way to the highest heaven (Nirvana). Do not look for salvation the old way; there is no salvation in it for sure. Quit the old way. And there will be a new spirit like the light of a lightning bug in all of your hearts and you will be victorious over all your enemies. Nobody will be able to destroy you. If you die, you will not come back to be born in this world again. You will go to the highest heaven (Nirvana).” ’

What are we to make of the claim that the Buddha spoke these words and that they are recorded as such in the Buddhist scriptures? The first thing one notices about this passage is that its style, structure, language, the similes used, etc. are markedly different from those found in the Buddhist scriptures. For example, the Buddha is rarely referred to in the Tipitaka as ‘the Buddha’; he is almost always called and/or addressed as ‘Tathagata’ or ‘Bhagava’ (Lord). Anyone familiar with that particular labored and repetitious style characteristic of the Buddhist scriptures will notice that it is absent in this passage. The term ‘burnt offering’ has no Pali equivalent (Pali being the language of the Tipitaka) because making burnt offerings was not a practice done in ancient India. Making burnt offerings is of course mentioned in the Bible. The word sin does not really have an equivalent in Pali, although it is a well-known Christian term. The practice of praying five times a day was not a Brahmin or a Buddhist ritual either. Nowhere in the Buddhist scriptures in Nirvana thought of as a kind of heaven, although those with little or no knowledge of Buddhism often mistakenly think they are the same. But perhaps the strangest thing about this passage is that it has the Buddha implying that one is saved (again more a Christian concept than a Buddhist one, Buddhists usually speak of being ‘liberated’) by making and accumulating merit, and that it is impossible to ever accumulate enough merit to be ‘saved’. Anyone familiar with even basic Buddhism will know that this is the antithesis of what the Buddha taught. In the Sutta Nipata (Chapter 3, Discourse 2), to give but one example, Mara, the Evil One, approaches the Buddha and tempts him to stop meditating and ‘accumulate merit’ instead. The Buddha rejects this suggestion saying ‘I have not the slightest need of merit’. In Buddhism, enlightenment is not attained by accumulating merit but by developing wisdom and understanding. In another discourse, the Buddha says that making merit for the next life is ‘not worth even a sixteenth part of having a heart of love.’ (Numerical Sayings, The Eights, Discourse 1). Here and in many other places in the Tipitaka, merit is considered of very little importance in the religious life. In short, the claim that this passage comes from the Tipitaka does not seem credible.

So does it come from the Buddhist scriptures and if so from where? Just as the Bible is divided into books, chapters and verses, the Buddhist scriptures are divided into books, chapters, discourses and sometimes into verses too. Not one of the websites or publications which reproduce this supposed prophesy ever give a reference to where it comes from in the Tipitaka - not the name of the book it is supposed to be in, not the chapter, not the discourse or the verse numbers. This should make one even more suspicious about the authenticity of this passage.

I have studies Pali for 20 years and can read the Tipitaka in that language. Despite my wide knowledge of the Tipitaka I know of nowhere where this passage or anything like it occurs. In order to double check, I sent copies of the passage to eight Buddhist academic institutions in Sri Lanka, Myanmar and Thailand asking if they could identify it as being from the Buddhist scriptures or even from any post-canonical writings. I received replies from seven of these institutions which confirmed my findings. All of them said that the passage is spurious. So the conclusion is clear. The claim that the Buddha prophesized the coming of Jesus Christ and that this prophesy is in the Buddhist scriptures is fraudulent and false.

But who would commit such a fraud? Who would knowingly and deliberately lie and for what purpose? As noted above, the passage in question contains several Christian terms and biblical notions. It’s content claims that the Buddha was asking people to await the advent of someone greater than him, i.e. Jesus Christ. Further, having surfed the net I have found that this supposed prophesy only appears on Christian websites. Considering all this, the conclusion seems inescapable. Either a Christian or a group of Christians have perpetrated this fraud. But why would disciples of Christ, a teacher who insisted on the highest ethical standards, be involved in lies, deception, chicanery and fraud? Only the person or persons involved can answer that question. But as a Buddhist, I find it strange that some people are so determined to spread what they believe to be the truth, that they are even prepared to tell lies.

About a year after this hoax began circulating, two scholar monks, one in Sri Lanka and another in Cambodia, wrote refutations of it and exposed it as fraudulent. Since the publication of these refutations, more details about the supposed prophesy have appeared. One of these additions goes like this. Just before the Sixth Buddhist Council in 1956, a Thai monk received permission to copy out the whole of the Tipitaka and while doing this he discovered the prophecy. After he had finished, the authenticity and accuracy of his copy was certified by his local village headman. Later, when the Sixth Council Edition of the Tipitaka was published, the monk discovered that the Buddha’s prophecy had been deleted, and he converted to Christianity. To give this tale an air of authenticity, names, dates and places are included in it, none of which can be authenticated or refuted, which is, of course, probably their purpose. When you can’t prove a fabrication, it’s hard to disprove it also. But once again, this story does not ring true.

A monk would not need ‘permission’ to copy out the Tipitaka any more than you or I would need it to copy out the Bible. If the monk was learned - and he would have to be to copy out the whole of the Tipitaka – why had he not read or at least heard about this prophesy before? The Buddhist clergy have been studying their scriptures for 2000 years. Surely at some point in this monk’s education someone must have mentioned this prophecy if it had really been in the Tipitaka! That a village headman in northern Thailand in the 1950’s would know Pali, let alone known it well enough to vouch for the accuracy of a copy of the Tipitaka, stretches credibility to breaking point. Further, the Tipitaka is a huge book, 45 large volumes in the Royal Thai Edition. It would take one person several decades to accurately copy it out, check it and re-check it. Then it would take the village headman just long to check and compare, word by word, one copy with the other. And another point! Why would a monk in the 1950’s want to or need to make a copy of the Tipitaka? The Royal Thai Edition was published in the 1920s, and has been widely available ever since!

The purpose of this addition to the hoax is obvious. After it was demonstrated that the fake prophecy was not and never has been in the Tipitaka, the fraudsters, or others with the same agenda, began claiming that the prophecy was there but that it was quietly removed during the Sixth Council. It is very easy to disprove this preposterous claim. The whole of the Fifth Council Edition (1871) was engraved on marble slabs and is still available for anyone to check – and the prophecy is not there! Besides that, there are numerous ancient copies of the Tipitaka, dating from hundreds of years before the Sixth Council Edition, and none of them have the supposed prophecy in them. Not one of the many ancient manuscripts of the Tipitaka in the libraries of the Pali Text Society in the UK, and the University of Copenhagen, all of them deposited in those libraries in the 19th century, have the prophecy in them either. And one last point. In the 19th century the famous Christian missionary Reverend Spence Hardy (1813-1900) learned Pali, studied the Tipitaka in detail and wrote numerous books trying to demonstrate the superiority of Christianity over Buddhism. If this prophecy had really been in the Tipitaka before the 1956 Council, Hardy would have surely found it and highlighted it in his numerous writings and sermons. But he never mentioned it or even alluded to it. This is evidence from a Christian source that this prophecy is not and never has been in the Buddhist scriptures. So like the prophecy itself, the claim that it was removed from the Tipitaka is an impudent lie.

http://sdhammika.blogspot.com/2009/09/buddha-prophesized-jesus.html
avatar
Penyaran
LETNAN SATU
LETNAN SATU

Male
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115

Kembali Ke Atas Go down

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Empty Re: Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ?

Post by Penyaran Fri May 10, 2013 10:03 am

DID BUDDHA PROPHESIZE THE COMING OF JESUS?

Some time in 2003 a website from Thailand appeared on the internet with an article making an extraordinary claim – that in the 5th century BC the Buddha prophesized the coming of Jesus Christ, and that this prophesy can be found in the Buddhist scriptures, the Tipitaka. This article was quickly picked up by other websites and blogs and since then has appeared in numerous others, as well as in several publications. Now (2009) there are at least four different versions of the supposed prophesy and yet more claims about it. Below is reproduced the most common version of this prophesy.

‘When Buddha was traveling and living in this world, there was an old Brahman priest who wore white robes who asked the Buddha, “How will all men and all Brahmins continue in their merit-making so as to escape the results of sin?” The Buddha answered, “Even though all of you give alms according to the 5 precepts, the 8 precepts, the 10 precepts, or the 227 precepts for 9 trillion years and you raise your hands and offer yourselves as a burnt offering, or you pray 5 times a day, you will still not escape the results of your sins. If you do this every day, your merit gained will only be equal to the smallest strand of hair of an unborn infant which is extremely small. You shall not enter heaven’s doors.” The old Brahman priest asked further, “What are we all to do to be saved?” The Buddha answered the old Brahman priest, “The results of sin and karma are very great, heavier than the sky, thicker than the earth, and so high that it would be like an angel dusting the corner-posts of the temple compound with a cloth post that are 18 inches high - dusting them one time per year - until the posts were worn down to the ground. When the posts are worn down, that’s how long it would take to end your sins.”

The Buddha said further, “I have given up my high position and entered the priesthood. I considered that even though I am good, I would have only a very small amount of merit at the end of the year. If I was given this same amount of merit for 100,000 epochs and live 10 more lifetimes, I would not be saved from sin’s results even once.

The old Brahman priest asked further, “So what should we all do?” The Buddha answered, “Keep on making merit and look for another Holy One who will come and help the world and all of you in the future.”

Then the old Brahman priest asked, “What will the characteristics of the Holy One be like?” The Buddha answered him, “The Holy One who will keep ??? the world in the future will be like this: in the palms of his hands and in the flat of his feet will be the design of a disc, in the side will be a stab wound; and his forehead will have many marks like scars. This Holy One will be the golden boat who will carry you over the cycle of rebirths all the way to the highest heaven (Nirvana). Do not look for salvation the old way; there is no salvation in it for sure. Quit the old way. And there will be a new spirit like the light of a lightning bug in all of your hearts and you will be victorious over all your enemies. Nobody will be able to destroy you. If you die, you will not come back to be born in this world again. You will go to the highest heaven (Nirvana).” ’

What are we to make of the claim that the Buddha spoke these words and that they are recorded as such in the Buddhist scriptures? The first thing one notices about this passage is that its style, structure, language, the similes used, etc. are markedly different from those found in the Buddhist scriptures. For example, the Buddha is rarely referred to in the Tipitaka as ‘the Buddha’, he is almost always called and/or addressed as ‘Tathagata’ or ‘Bhagava’ (Lord). Anyone familiar with that particular labored and repetitious style characteristic of the Buddhist scriptures will notice that it is absent in this passage. The term ‘burnt offering’ has no Pali equivalent (Pali being the language of the Tipitaka) because making burnt offerings was not a practice done in ancient India. Making burnt offerings is of course mentioned in the Bible. The word sin does not really have an equivalent in Pali, although it is a well-known Christian term. The practice of praying five times a day was not a Brahmin or a Buddhist ritual either. Nowhere in the Buddhist scriptures in Nirvana thought of as a kind of heaven, although those with little or no knowledge of Buddhism often mistakenly think they are the same. But perhaps the strangest thing about this passage is that it has the Buddha implying that one is saved (again more a Christian concept than a Buddhist one, Buddhists usually speak of being ‘liberated’) by making and accumulating merit, and that it is impossible to ever accumulate enough merit to be ‘saved’. Anyone familiar with even basic Buddhism will know that this is the antithesis of what the Buddha taught. In the Sutta Nipata (Chapter 3, Discourse 2), to give but one example, Mara, the Evil One, approaches the Buddha and tempts him to stop meditating and ‘accumulate merit’ instead. The Buddha rejects this suggestion saying ‘I have not the slightest need of merit’. In Buddhism, enlightenment is not attained by accumulating merit but by developing wisdom and understanding. In another discourse, the Buddha says that making merit for the next life is ‘not worth even a sixteenth part of having a heart of love.’ (Numerical Sayings, The Eights, Discourse 1). Here and in many other places in the Tipitaka, merit is considered of very little importance in the religious life. In short, the claim that this passage comes from the Tipitaka does not seem credible.

So does it come from the Buddhist scriptures and if so from where? Just as the Bible is divided into books, chapters and verses, the Buddhist scriptures are divided into books, chapters, discourses and sometimes into verses too. Not one of the websites or publications which reproduce this supposed prophesy ever give a reference to where it comes from in the Tipitaka - not the name of the book it is supposed to be in, not the chapter, not the discourse or the verse numbers. This should make one even more suspicious about the authenticity of this passage.

I have studies Pali for 20 years and can read the Tipitaka in that language. Despite my wide knowledge of the Tipitaka I know of nowhere where this passage or anything like it occurs. In order to double check, I sent copies of the passage to eight Buddhist academic institutions in Sri Lanka, Myanmar and Thailand asking if they could identify it as being from the Buddhist scriptures or even from any post-canonical writings. I received replies from seven of these institutions which confirmed my findings. All of them said that the passage is spurious. So the conclusion is clear. The claim that the Buddha prophesized the coming of Jesus Christ and that this prophesy is in the Buddhist scriptures is fraudulent and false.

But who would commit such a fraud? Who would knowingly and deliberately lie and for what purpose? As noted above, the passage in question contains several Christian terms and biblical notions. It’s content claims that the Buddha was asking people to await the advent of someone greater than him, i.e. Jesus Christ. Further, having surfed the net I have found that this supposed prophesy only appears on Christian websites. Considering all this, the conclusion seems inescapable. Either a Christian or a group of Christians have perpetrated this fraud. But why would disciples of Christ, a teacher who insisted on the highest ethical standards, be involved in lies, deception, chicanery and fraud? Only the person or persons involved can answer that question. But as a Buddhist, I find it strange that some people are so determined to spread what they believe to be the truth, that they are even prepared to tell lies.

About a year after this hoax began circulating, two scholar monks, one in Sri Lanka and another in Cambodia, wrote refutations of it and exposed it as fraudulent. Since the publication of these refutations, more details about the supposed prophesy have appeared. One of these additions goes like this. Just before the Sixth Buddhist Council in 1956, a Thai monk received permission to copy out the whole of the Tipitaka and while doing this he discovered the prophecy. After he had finished, the authenticity and accuracy of his copy was certified by his local village headman. Later, when the Sixth Council Edition of the Tipitaka was published, the monk discovered that the Buddha’s prophecy had been deleted, and he converted to Christianity. To give this tale an air of authenticity, names, dates and places are included in it, none of which can be authenticated or refuted, which is, of course, probably their purpose. When you can’t prove a fabrication, it’s hard to disprove it also. But once again, this story does not ring true.

A monk would not need ‘permission’ to copy out the Tipitaka any more than you or I would need it to copy out the Bible. If the monk was learned - and he would have to be to copy out the whole of the Tipitaka – why had he not read or at least heard about this prophesy before? The Buddhist clergy have been studying their scriptures for 2000 years. Surely at some point in this monk’s education someone must have mentioned this prophecy if it had really been in the Tipitaka! That a village headman in northern Thailand in the 1950’s would know Pali, let alone known it well enough to vouch for the accuracy of a copy of the Tipitaka, stretches credibility to breaking point. Further, the Tipitaka is a huge book, 45 large volumes in the Royal Thai Edition. It would take one person several decades to accurately copy it out, check it and re-check it. Then it would take the village headman just long to check and compare, word by word, one copy with the other. And another point! Why would a monk in the 1950’s want to or need to make a copy of the Tipitaka? The Royal Thai Edition was published in the 1920s, and has been widely available ever since!

The purpose of this addition to the hoax is obvious. After it was demonstrated that the fake prophecy was not and never has been in the Tipitaka, the fraudsters, or others with the same agenda, began claiming that the prophecy was there but that it was quietly removed during the Sixth Council. It is very easy to disprove this preposterous claim. The whole of the Fifth Council Edition (1871) was engraved on marble slabs and is still available for anyone to check – and the prophecy is not there! Besides that, there are numerous ancient copies of the Tipitaka, dating from hundreds of years before the Sixth Council Edition, and none of them have the supposed prophecy in them. Not one of the many ancient manuscripts of the Tipitaka in the libraries of the Pali Text Society in the UK, and the University of Copenhagen, all of them deposited in those libraries in the 19th century, have the prophecy in them either. And one last point. In the 19th century the famous Christian missionary Reverend Spence Hardy (1813-1900) learned Pali, studied the Tipitaka in detail and wrote numerous books trying to demonstrate the superiority of Christianity over Buddhism. If this prophecy had really been in the Tipitaka before the 1956 Council, Hardy would have surely found it and highlighted it in his numerous writings and sermons. But he never mentioned it or even alluded to it. This is evidence from a Christian source that this prophecy is not and never has been in the Buddhist scriptures. So like the prophecy itself, the claim that it was removed from the Tipitaka is an impudent lie.

So what is the purpose of all this clumsy, transparent fraud? Some evangelical Christians are determined to make as many Buddhist converts as they can. To this end they are prepared to do almost anything, including using trickery, lies and deceit. The fictitious Buddha’s prophecy about Christ is but one example of this.

John Johnson

http://dhammaprotector.blogspot.com/2009/09/did-buddha-prophesize-coming-of-jesus.html
avatar
Penyaran
LETNAN SATU
LETNAN SATU

Male
Posts : 2559
Join date : 03.01.12
Reputation : 115

Kembali Ke Atas Go down

Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ? Empty Re: Klaim Hoax: Buddha Telah Menubuatkan Kedatangan Yesus Kristus ?

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik