kenapa israel berambisi merebut al aqsha?
Halaman 1 dari 1 • Share
kenapa israel berambisi merebut al aqsha?
Untuk kedua kalinya Masjid Al-Aqsha menjadi kuda taruhan. Tahun-tahun penutupan yang diinginkan pihak penjajah Israel untuk mengisolasi masyarakat muslim Palestina dari kota Al-Quds (terjajah) adalah bertujuan memutus selamanya kedekatan warga Palestina dengan Al-Quds (terjajah) agar semua ikatan emosional dan aqidah terputus. Namun ternyata, kenyataannya berbalik. Ketika isolasi itu menjadi-jadi dan terus-menerus, selama itu pula kerinduhan dan kecintaan itu mengalir di tubuh bak air terjun yang deras mencari Intifadhah dan revolusi. Sebagian jalan menuju pintu barat masjid al-Aqsha mengalami longsor, Ahad pagi (15/02) akibat aktifitas penggalian koloni Israel. Mereka juga melarang badan wakaf Islam merenofasi bagian-bagian masjid suci kiblat pertama umat Islam ini.
Longsor Masjid Al-Aqsha Akibat Terowongan Israel
Aktifis Islam di kota al-Quds (Yerusalem) menyatakan, pada pukul 01.00 dini hari jalan menuju pintu barat masjid al-Aqsha mengalami longsor di bagian pagar Barraq. Sumber yang sama menyebutkan, longsor tersebut diakibatkan aktifitas penggalian terowongan oleh pemerintah Israel di bawah masjid al-Aqsha.
Sejak perang Juni 1967, Israel telah menghancurkan bangunan bersejarah dan peninggalannya di sisi barat. Mereka juga meruntuhkan bagian sebelah barat dan tempat sucinya. Mereka kemudian mendirikan di atas puing-puingnya apa yang dikenal kampung Yahudi. Disusul kemudian tahap penggalian di bawah pondasi masjid al-Aqsha dari dua arah, selatan dan barat. Dalam penggalian itu mereka menemukan peninggalan-peninggalan milik dinasti Umawi dan Ayyubi.
Beberapa bulan lalu, tembok sebelah barat dari bangunan mesium Islam dekat pintu barat karena koloni Israel melarang badan wakaf Islam merenovasi kawasan tersebut.
Hamas Berikan Ancaman
Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengecam keras atas longsornya salah satu jalan yang menuju pintu barat masjid al Aqsha akibat aktivitas penggalian yang terus dilakukan pihak penjajah di bahah masjid al Aqsha. Hamas juga mengingatkan para pemimpin dan rezim penjajah Israel bahwa Hamas akan melakukan aksi-aksi balasan yang tidak terbayangkan akibatnya.
Dalam pernyataannya, Senin (16/02) Hamas menyeruan kaum muslimin di negara-negara Arab dan dunia Islam untuk bergerak dengan segenap kemampuan untuk melindungi masjid al Aqsha dan menyelamatkannya dari kehancuran total ataupun roboh sebagian. Hamas juga menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk turut bertanggungjawab atas aksi kejahatan Israel ini. Yang telah mengancam dan menodai simbol keislaman, peradaban dan sejarah yang berkaitan dengan seperempat milyar muslim di dunia.
Sementara itu mufti umum al Quds, yang juga hakim agung Palestina, Syaikh Ikrimah Shabri, juga menyerukan negara-negara Arab dan dunia Islam untuk ikut campur tangan segera menyelamatkan kota al Quds dari aksi Yahudiisasi dan penghancuran warisan peradabannya.
Syaikh Ikrimah mengatakan, bahwa longsornya sisi barat al Aqsha ini mengancam keberadaan kiblat pertama umat Islam tersebut, akibat aktivitas penggalian yang dilakukan rezim penjajah Israel. Sementara itu pihak penjajah melarang Wakaf Islam merenovasi kerusakan yang terjadi. "Hal yang jelas akan mengancam eksistensi masjid al Aqsha," tambahnya jelas.
Hakim Agung Palestina Serukan Selamatkan Masjid Al-Aqsha
Syeikh Taesir At-Tamimi, Hakim Agung Ketua Majelis Agung Pengadilan Syari'at Palestina, meminta pihak pemerintah kolonial Israel bertanggung jawab penuh atas longsornya jalan yang menuju pintu bagian barat Masjid Al-Aqsha. Terjadinya longsor itu tak lain dan tak bukan akibat penggalian terowongan yang terus dilakukan penjajah Israel di wilayah masjid suci itu dan tepat di bawah pondasi-pondasinya.
At-Tamimi mengingatkan kepada pemerintah kolonial Israel untuk tidak meneruskan penggalian tersebut sambil mengajak kepada OKI (Organisasi Konfrensi Islam) untuk mengadakan sidang darurat tingkat tinggi. Tidak kepada OKI saja, At-Tamimi juga mengajak kepada lembaga-lembaga Islam lainnya, seperti Komite Al-Quds, Liga Arab dan badan PBB Unesco, untuk membahas situasi berbahaya dan kritis yang dialami kota suci Al-Quds (terjajah) akibat kekerasan yang dilakukan penjajah Israel.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor Hakim Agung dan Peradilan Syari'at di Palestina (terjajah), At-Tamimi mengatakan:"Kami selalu dan sering mengingatkan akan bahaya yang ditimbulkan oleh aksi-aksi penggalian terowongan pemerintah kolonial Israel atas Masjid Al-Aqsha, sekolah dan museum bersejarah di penjuru Kota Lama dan kota Al-Quds (terjajah)."
Hakim Agung ini menambahkan bahwa kota Al-Quds (terjajah) sejak dijajah Israel tahun 1967 sering mendapatkan aksi pemusnahan peradaban untuk menghilangkan nilai-nilai asli Islam dan Arab. Beliau juga menegaskan bahwa aksi penggalian terowongan, dengan sasaran tempat-tempat suci, terutama Masjid Al-Aqsha, adalah rencana negara Yahudi Israel yang sengaja ingin merobohkan masjid suci tersebut dan membakarnya. "Dan apa yang diumumkan pihak intelijen dalam negeri Israel Shabak tentang adanya kelompok-kelompok ekstrim Yahudi yang ingin menyentuh dan meledakkan Masjid Al-Aqsha, itu menegaskan niat dan rencana Yahudi untuk mendapatkan Masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat paling suci dan bagian dari aqidah umat Islam yang tidak bisa terpisahkan," tambah Syeikh At-Tamimi.
Yayasan Al-Aqsha Berikan Data
Yayasan Al-Aqsha, dalam memberikan data berikut ini, hanyalah untuk menjelaskan kepada dunia apa yang dialami sebenarnya oleh Masjid Al-Aqsha dan bagaimana pihak pemerintah kolonial Israel berusaha dan berencana untuk menghapuskan ciri khas Islam dari Masjid Al-Aqsha. Lalu membangun Haikal, yang diklaim itu, menempati masjid suci tersebut. Juga agar umat Islam mengerti dan tahu bahwa lembaga-lembaga Israel tidak pernah berhenti sama sekali untuk mengotori kesucian masjid suci kita ini. Rencana mereka berlangsung untuk menghancurkan dan merobohkannya dengan menggali terowongan-terowongan di bawahnya agar tembok-temboknya retak. Upaya penggalian itu bahkan sudah sampai di bawah Masjid Qubbah Shakhra, yang masuk wilayah komplek Masjid Al-Aqsha. Bagi yang memperhatikan sejarah penindasan Israel, akan melihat bahwa di sana ada rencana yang sedang dilaksanakan untuk merobohkannya di bawah bimbingan langsung pihak pemerintah kolonial Israel. Walaupun sebagian bentuk penindasan itu ada yang sifatnya personal, namun pihak pemerintah 'Israel' melindungi individu ini atau lainnya dengan mengatakan 'ia gila' 'ia punya hak' atau 'umat Islam-lah yang memprovokasi' dan seabrek pembelaan lainnya. Berikut pelecehan dan penindasan tersebut dari tahun 1967 hingga tahun 2000
07/06/1967: Jendral Mordeghai Ghor di dalam mobil yang dipersenjatai menduduki Masjid Al-Aqsha untuk hari yang ketiga berturut-turut dari awal perang tahun 1967.
07/06/1967: Pemerintah kolonial Israel, setelah menjajah bagian timur kota Al-Quds (Jerusalem, red) tahun 1967, mengambil kunci-kunci pintu bagian barat Masjid Al-Aqsha dan hingga kini belum dikembalikan lagi.
09/06/1967: Pelaksanaan shalat Jum'at di Masjid Al-Aqsha terhalang akibat aktivitas penjajahan Israel. Ini adalah untuk yang pertama kalinya syiar Islam berupa shalat Jum'at tidak terlaksana sejak pembebasan Al-Quds di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi tahun 1187M. Peristiwa itu kembali terjadi pada tanggal 19 Oktober 1990 saat imam masjid terpaksa memundurkan shalat jum'at sejam dari waktu yang semestinya karena pihak Israel mencegat para jama'ah shalat di tengah jalan.
15/06/1967: Pendeta Yahudi, Shalomo Gorn, pendeta besar militer pendeta Israel bersama 50 pengikutnya melaksanakan ibadah keagamaan di halaman Masjid Al-Aqsha. Saat itu ia mengatakan:"Sebagian halaman masjid bukan bagian puncak Haikal, oleh karena itu pelarangan (syiar) agama Yahudi tidak mencakup wilayah-wilayah tersebut." Bahkan ia mengatakan bahwa dirinya akan berpedoman pada hasil-hasil tersebut setelah melakukan analogi dan kesaksian ilmu penggalian.
15/07/1967: Pengadilan Tinggi Syari'at Islam menolak permintaan organisasi Fremansory Amerika untuk membangun Haikal Sulaiman di halaman Masjid Al-Aqsha dengan biaya 100 juta US dollar.
22/08/1967: Pemimpin spiritual Yahudi menempatkan sejumlah tanda di luar halaman masjid karena ada ajaran agama Yahudi tentang larangan terhadap orang-orang Yahudi masuk ke Masjid Al-Aqsha.
10/09/1967: Umat Islam memprotes pembatalan biaya masuk bagi para pengunjung Masjid Al-Aqsha, sementara Departemen Perang Israel (Dephan dalam bahasa kita, red) mengumumkan pihak Waqaf Islam bisa sendiri mengumpulkan biaya kunjungan masuk ke masjid saja.
15/04/1969: Penasehat hukum pengadilan, Zevi Barlev, dan berpijak pada putusan sementara menentang menteri kepolisian, Shalomo Halel itu menjelaskan bahwa orang Yahudi tidak boleh diizinkan untuk upacara agama di wilayah Masjid Al-Aqsha.
16/06/1969: Pihak pemerintah kolonial Israel menguasai bagian mewah yang berada di sektor barat daya halaman masjid.
24/06/1969: Pemerintah kolonial Israel menguasai sekolah 'Tankuziah' yang dikenal dengan nama 'Mahkamah' terletak di pintu tangga dan digunakan pihak serdadu Israel sebagai markas militer.
21/08/1969: Seorang teroris, Danis Dohan, menyerbu halaman masjid dan berhasil mendekati mihrab serta sempat membakarnya. Api menjalar ke beberapa halaman namun penduduk Arab berhasil memedamkannya dan tidak sampai mengenai seluruh halaman masjid.
23/08/1969: Seorang wisatawan berkebangsaan Australia, anggota kelompok 'Gereja Tuhan' dituduh merencanakan pembakaran masjid.
16/09/1970: Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa tidak memiliki otoritas hukum dalam hal-hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban berbagai organisasi agama. Oleh karena itu pihaknya tidak bisa mencampuri urusan pelarangan pemerintah Yahudi menunaikan upacara agama di dalam Masjid Al-Aqsha.
28/01/1976: Pengadilan Pusat Israel memutuskan bahwa orang Yahudi mempunyai hak untuk menunaikan upacara ritualnya di dalam masjid.
01/02/1976: Menteri Urusan Agama Israel, Isac Rafael mengatakan: Upacara agama di halaman masjid adalah masalah yang berkaitan dengan ajaran Yahudi dan bukan masalah 'spesial'
01/07/1976: Pihak Pengadilan Pusat Al-Quds (Jerusalem) membatalkan putusan perkara 'Oud' yang diputuskan tanggal 30/01/1976. Dan sebaliknya memutuskan bahwa upaya delapan pemuda untuk menunaikan upacara agama di Masjid Al-Aqsha terjadi secara spontanitas dan hanya disalahkan pada cara perilakunya saja.
25/03/1979: Tersebar isu tentang sebuah kelompok Kahana dan pelajar sekolah agama Yahudi yang nekat mau melaksanakan upacara agama di masjid. Akibat isu tersebut sekitar dua ribu massa pemuda Arab dan Islam berkumpul dengan membawa batu siaga di halaman masjid. Tapi kemudian pihak kepolisian memecah konsentrasi massa.
03/08/1979: Pengajuan permohonan kepada Pengadilan Tinggi untuk menghapuskan peraturan yang melarang menunaikan upacara agama di dalam masjid bagi Yahudi, sesuai dengan pasal tiga dari undang-undang baru tentang tanah Al-Quds (Jerusalem) yang menjelaskan kebebasan menjamah Masjid Al-Aqsha.
14/08/1979: Kelompok radikal Yahudi 'Gourson Salmon' berusaha menyerbu masjid, namun penduduk Palestina berhasil menghadangnya dan menggagalkan upaya penyerbuan tersebut. Seorang Yahudi radikal, Maer Kahana, bersama kelompoknya masih terus berupaya menyerbu sekali lagi dengan bantuan aparat kepolisian Israel. Untuk kali ini, ada sekitar 20 ribu penduduk Palestina menghadang niat mereka dan terlibat bentrokan dengan serdadu Israel demi mempertahankan kesucian masjid. Dalam aksi bentrokan tersebut, puluhan warga Palestina ikut terluka.
11/11/1979: Polisi Israel melepaskan peluru bertubi-tubi ke arah kaum muslimin, jama'ah shalat yang menyebabkan puluhan jama'ah itu luka-luka.
19/04/1980: Para pendeta Yahudi menggelar konferensi umum di Al-Quds (terjajah) dan didalamnya merencanakan untuk menguasai Masjid Al-Aqsha.
13/01/1981: Para anggota gerakan penjaga gunung Haikal menyerbu Masjid Al-Aqsha bersama pendeta Moshe Shegel dan sejumlah tokoh gerakan Hatheya. Mereka ingin melakukan upacara agama sambil mengangkat bendera Israel dan membawa Kitab Perjanjian Lama.
07/05/1981: 25 orang kelompok radikal Yahudi berusaha masuk ke halam masjid namun upaya itu dihadang para penjaga masjid dan komandan polisi masjid. Orang-orang tersebut masih bertahan di luar pintu barat dan kemudian diikuti kerumunan orang Yahudi lainnya yang membuat gaduh dan menunaikan upacara agama di sana.
28/08/1981: Pengumuman tentang ditemukannya terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha yang gerbangnya berada di tembok ratapan. Pihak-pihak seperti mantan menteri agama Israel, Aharon Abu Husaerah dan Menhan Israel saat itu, Ariel Sharon meminta agar hal ini dirahasiakan. Beberapa laporan mengatakan bahwa pondasi terowongan dibangun oleh pendeta tembok ratapan dan para pekerja dari depag Israel. Pekerjaan itu sendiri telah dimulai sebulan sebelumnya dan pendeta besar Israel, Shalomo Gorn memerintahkan untuk menutup jalan itu karena sangat sensitif.
29/08/1981: Profesor Yeghal Yaden mengingatkan kepada ilmuwan purbakala Israel akan bahaya menggali terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha.
31/08/1981: Aksi penggalian terowongan di bawah masjid masih tetap berlangsung yang menyebabkan keretakan serius di sejumlah bangunan warisan Islam yang berdempetan dengan masjid.
03/09/1981: Panitia pembangunan Masjid Al-Aqsha bertekad akan membangun tembok Khurasani di sumur Qaetaby karena pihak pemerintah kolonial Israel tidak menunaikan janjinya untuk menutup penuh sumur tersebut. Bahkan dibiarkan dua lobang mengangah yang bisa digunakan orang-orang Yahudi mengawasi orang lain.
24/02/1982: Ketua kelompok penjaga gunung Haikal, Ghoson Salmon, menyerbu halaman Masjid Al-Aqsha untuk mengadakan misa dan upacara keagamaan lainnya.
02/03/1982: Sekelompok orang-orang Yahudi garis keras yang tinggal di pemukiman Yahudi Keryat Arbu' dengan bersenjatakan senjata api berusaha merangsek masuk ke Masjid Al-Aqsha dari arah pintu tangga setelah sebelumnya melukai para penjaganya.
08/04/1982: Ditemukan sebuah parcel berisikan bom dan surat ancaman di pintu masuk Masjid Al-Aqsha. Bersama bom itu, ditemukan pula alat pengukur waktu dan radio transitor. Sedangkan surat ancaman itu ditanda-tangani oleh kelompok gerakan pendeta Kahana dan penjaga gunung Haikal.
11/04/1982: Penindasan atas masjid juga dilakukan oleh seorang serdadu Israel bernama Hary Goldman dengan cara menyerbunya sambil melepaskan tembakan 'sembarangan'. Akibatnya, dua penduduk Palestina gugur syahid dan lebih dari 60 lainnya luka-luka. Ulah serdadu Israel ini membuat para penduduk Palestina marah dan terjadi bentrokan sengit di Tepi Barat Jalur Gaza serta memancing reaksi dunia yang marah atas penjajah Israel.
12/05/1982: Inspektur walikota Al-Quds Barat masuk ke masjid dengan bantuan aparat polisi Israel untuk membuktikan bualan anggota Knesset (parlemen Israel, red), Geula Kohin, yang mengatakan keberadaan anak zinanya di Masjid Al-Aqsha.
20/05/1982: Para pejabat di Waqaf Islam Palestina menerima peringatan terakhir, lewat surat, dari organisasi-organisasi Yahudi yang meminta mereka untuk mengizinkan orang-orang Yahudi menunaikan upacara keagamaannya di dalam Masjid Al-Aqsha. Jika tidak, mereka akan dibunuh.
07/07/1982: Organisasi Islam menerima surat ancaman yang ditanda-tangani oleh orang yang menamakan dirinya dengan patroli hijau dan gerakan Kakh disertai dengan sebuah cek dari Bank Leomy.
25/07/1982: Penangkapan Yuwel Lernez, seorang aktivis gerakan Kakh dengan tuduhan merencanakan pemusnahan salah masjid yang ada di komplek Masjid Al-Aqsha. Ia divonis pada tanggal 06/10/1982 dengan tuduhan merencanakan pemusnahan Masjid Qubbah Shakhrah.
20/01/1983: Pembentukan gerakan radikal di 'Israel dan AS' dengan peran membangun kembali gunung Haikal di tempat Masjid Al-Aqsha. Majalah AS 'Executive Intelligence Report' menyebutkan bahwa panitia pembentukan ini dibentuk dengan nama 'Kiren Harthbit'
10/03/1983: Polisi menangkap sekelompok orang Yahudi yang terdiri dari 40 orang dengan tuduhan merencanakan masuk ke masjid secara paksa. Sebelumnya juga polisi telah menemukan bahwa 4 orang Yahudi bersenjata berusaha menyerbu terowongan tanah yang dikenal dengan nama 'kandang kuda Raja Sulaiman'. Mereka melakukan itu atas laporan intelijen. Pihak polisi kemudian mengepung rumah pendeta 'Yisrael Ariel' mantan kepala penduduk agamis, Yamit dan orang kedua dalam daftar 'Meir Kahana' dalam pemilu 1981, juga beberapa lainnya ikut ditangkap. Saat rumah 'Ariel' diperiksa dan beberapa rumah lainnya, ditemukan satu unit senjata dan peta gunung Haikal.
11/03/1983: Penggagalan upaya penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha dan Qubbah Shakhra dari kelompok radikal Yahudi yang ingin mendudukinya dan mendirikan pusat kajian agama.
12/03/1983: Lobang-lobang baru ditemukan di bawah tembok selatan Masjid Al-Aqsha. Temukan ini membuktikan bahwa orang-orang garis keras Yahudi melakukan penggalian ketika mau menyerbunya.
03/04/1983: Sekelompok orang yang menamakan dirinya dengan 'penjaga gunung Haikal' menyampaikan seruan untuk mendirikan semacam kumpulan di dalam pintu barat masjid yang dekat halaman tembok ratapan.
16/04/1983: Kelompok 'Penjaga gunung Haikal', dengan selebaran yang mereka pasang di tembok-tembok, bertekad mmasuk ke Masjid Al-Aqsha untuk menunaikan apa yang mereka sebut dengan 'upacara hari raya kemerdekaan'.
13/05/1983: Kelompok radikal 'Penjaga gunung Haikal' melakukan upacara sembahyang di depan pintu bagian barat dekat Masjid Al-Aqsha. Aksi mereka ini mendapat restu dari Pengadilan Tinggi Israel.
24/03/1984: Kelompok radikal yang menamakan dirinya dengan sebutan 'penyelamat masjid' bertekad melakukan upacara sembahyang hari raya paskah dan mempersembahkan sesembahan di halam Masjid Al-Aqsha. TV Israel menyebutkan bahwa gerakan tersebut telah menyampaikan hal itu kepada perdana menteri, mendagri dan agama-agama lain.
29/03/1984: Tangga yang menuju gerbang Majelis Islam Tinggi roboh dan ditemukan lobang yang panjangnya 3 meter, lebarnya 2 meter dan kedalamannya mencapai lebih dari 10 meter. Lobang ini menuju ke terowongan panjang yang dibuat oleh badan purbakala Israel berdekatan dengan pagar luar barat Masjid Al-Aqsha. Memanjang dari pintu barat hingga pintu majelis yang didalamnya ada badan waqaf umum. Akibatnya, bangunan atas majelis Islam terancam roboh.
23/04/1984: Para penjaga perbatasan yang didatangkan untuk memperketat penjagaan dan mencegah penindasan kelompk radikal Israel terhadap Masjid Al-Aqsha memenuhi halaman masjid dengan membawa senjata pada waktu-waktu shalat atau waktu lainnya. Melakukan tindakan dan perilaku yang tidka sesuai dengan kesucian masjid sebagai tempat ibadah.
21/08/1985: Polisi Israel mengizinkan kelompok radikal Yahudi melakukan sembahyang di Masjid Al-Aqsha jika ada sepuluh dari mereka memintanya.
04/08/1986: Sejumlah pendeta Yahudi mengadakan pertemuan khusus dan hasil akhirnya mengizinkan orang-orang Yahudi menunaikan ritual ibadahnya di Masjid Al-Aqsha. Mereka juga memutuskan untuk membangun sebuah sinagog Yahudi di salah satu halaman masjid suci tersebut.
02/07/1988: Pihak Depag Israel menggali terowongan dekat pintu Gawanama.
09/08/1989: Polisi Israel mengizinkan pelaksanaan sembahyang orang-orang Yahudi di pintu Masjid Al-Aqsha. Ini merupakan yang pertama kali dilakukan secara resmi.
08/10/1990: Pasukan penjajah Israel melakukan pembantaian di dalam masjid, sehingga 22 jama'ah shalat gugur syahid dan lebih dari 200 lainnya luka-luka.
19/09/1990: Kelompok radikal Yahudi melakukan kunjungan di halaman masjid bertepatan dengan tahun baru Ibrani.
08/12/1990: Polisi Israel mengizinkan puluhan garis keras kelompok gerakan rasialis 'Kakh' memasuki halaman masjid sambil memprovokasi dan meneriakkan anti Arab dan umat Islam.
27/12/1990: Puluhan anggota Penjaga gunung Haikal, di bawah pimpinannya Goshon Salamon, memasuki masjid walaupun sudah dilarang pihak polisi.
02/04/1992: Sekitar 50 orang berkumpul di pintu masuk masjid dan membawa spanduk yang mengajak kembali membangun Haikal di tempat Masjid Al-Aqsha.
13/07/1994: Sebuah kelompok garis keras Yahudi yang terdiri dari 6 orang pada pukul 08.30 waktu Palestina mengelilingi halaman masjid dan pulang pada pukul 11.30 waktu setempat.
16/07/1994: Dua orang garis keras Yahudi memasuki halaman masjid pada pukul 2 siang waktu Palestina melalui pintu barat dan keluar dari pintu yang sama.
07/07/1996: Terowongan-terowongan Israel begitu berbahaya yang bisa menyebabkan guncangan di tembok bagian selatan Masjid Al-Aqsha.
14/07/1996: Kelompok garis keras Yahudi meminta Netanyahu membagi Masjid Al-Aqsha.
24/09/1996: Terowongan di bawah pagar bagian barat masjid terbuka lebar.
04/10/1996: Barikade militer diletakkan di pintu masuk masjid dan pemuda Islam yang usianya di bawah umur 35 tahun dilarang masuk menunaikan shalat di Masjid Al-Aqsha.
28/01/1997: Penggalian terowongan Israel terus berlangsung di bagian barat daya masjid dengan ketinggian 6-9 meter.
11/03/1997: Penasehat hukum pemerintah kolonial Israel mengeluarkan keputusan yang mengizinkan orang Yahudi sembahyang di masjid setelah mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak kepolisian Israel.
01/04/1997: Israel menggunakan kesempatan penggalian air untuk melakukan penggalian-penggalian baru di dekat tembok ratapan.
12/04/1997: Kelompok Yahudi merencanakan akan melakukan ritual ibadahnya di masjid.
24/04/1997: Kelompok 'Gunung Haikal' bertekad melakukan upacara ritualnya di halaman masjid.
27/04/1997: Tiga orang Yahudi garis keras berusaha masuk masjid dari arah pintu barat untuk sembahyang.
06/05/1997: Rencana Israel disebarkan untuk memperluas halaman 'tembok ratapan kecil' di kampung lembah yang bersebelahan dengan tembok bagian barat Masjid Al-Aqsha.
10/05/1997: Sekelompok garis keras Yahudi berusaha sembahyang di Ribath Kurd, Al-Quds (terjajah) melalui arah barat pagar halaman Masjid Al-Aqsha.
12/05/1997: Satu kelompok garis keras yang terdiri dari 12 orang berusaha menyerbu masjid sebelum shalat Dhuhur.
13/05/1997: Rincian rencana perluasan halaman tembok ratapan digarap yang kemudian disebarkan oleh Depag Israel.
24/05/1997: Pos pengawasan didirikan di samping Ribath Kurd.
28/05/1997: Orang Yahudi berusaha keras untuk sembahyang di halaman masjid dengan perintah dari pendeta-pendeta garis keras.
04/06/1997: Upaya Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsha.
11/06/1997: Upaya Yahudi menyerbu masjid.
14/06/1997: Upaya Yahudi menyerbu masjid.
20/06/1997: Kelompok radikal Yahudi siap-siap menguasai Masjid Al-Aqsha.
24/12/1997: Dua kelompok garis keras Yahudi berusaha menyerbu masjid melalui dua pintu, Silsilah dan Asbat.
12/07/1998: Kelompok radikal Yahudi sembahyang di Masjid Al-Aqsha??!!
02/08/1998: Dua usaha penyerbuan kelompok radikal Yahudi ke masjid lewat arah pintu barat dan pintu Qattanin untuk melakukan ibadah ritual.
26/08/1998: Serdadu Israel menyerbu masjid dan memukuli seorang jama'ah shalat. Pihak pemerintah kolonial Israel menolak menarik serdadunya dan mengancam akan menyerbu lagi.
09/09/1998: Seorang radikal Yahudi berusaha masuk secara rahasia ke masjid melalui arah depan dan selatan.
27/09/1998: Orang-orang garis keras Yahudi berusaha masuk ke halaman masjid setelah mendapatkan izin dari polisi Israel.
17/01/1999: Mantan hakim Israel, Menahem Alon, menyerukan membagi masjid dan menganggap bahwa masjid itu adalah Haikal Sulaiman.
24/01/1999: Sebuah rencana salah seorang aktivis sayap kanan Israel, Dimyan Pakopitch, sesuai pengakuannya sendiri, berhasil diungkap. Rencana tersebut adalah dengan meledakkan Masjid Al-Aqsha hingga rata dengan tanah.
04/04/199: Polisi Israel mengizinkan 19 orang Yahudi garis keras dari kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' masuk ke masjid dan berkeliling didalamnya.
08/06/1999: Seorang pemukim Yahudi masuk secara sembunyi-sembunyi ke halaman masjid dan melakukan tindakan amoral yang mengotori kesucian masjid. Tindakan itu dilakukan di depan mata polisi Israel namun penjaga masjid berhasil mengeluarkannya.
21/07/1999: Pengadilan Tinggi Israel mengeluarkan putusan yang mengizinkan kepada kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' masuk ke masjid pada esok harinya (22/07/1999).
10/08/1999: Pemerintah kolonial Israel menutup jendela tembok masjid.
31/08/1999: Rencana Israel untuk menghancurkan istana masa dinasti umayyah yang berada bersebelahan dengan masjid dan perluasan area tembok ratapan untuk yahudisasi lokasi serta merusak simbol-simbol islam, berhasil diungkap.
13/09/1999: Pemerintah Israel berencana keras untuk menguasai Masjid Al-Aqsha, seperti mengganti penjagaan polisi dengan pintu otomatis dan kawat listrik.
23/09/1999: Seruan dari 'Penjaga Gunung Haikal' untuk menyerbu Masjid Al-Aqsha bertepatan dengan hari raya payung untuk Yahudi diumumkan pada hari Senin (27/09/1999).
27/09/1999: Perusahaan bir Israel menempelkan gambar Al-Quds, ditengah-tengahnya ada Masjid Al-Aqsha dan Qubbah Shakhra di botol-botol bir yang mereka produksi.
02/10/1999: Beberapa kelomok Yahudi garis keras diungkapkan kembali melanjutkan penguasaan atas tanah di halaman masjid, yang mulai dikuasainya sejak puluhan tahun sebelumnya. Padahal tanah itu terdaftar sebagai waqaf pribadi.
03/10/1999: PM Israel, Ihud Barak membuka penyelesaian pembangunan tangga di bagian selatan masjid dengan tujuan memberikan jalan kepada garis keras Yahudi melakukan sembahyang di tempat tersebut.
30/10/1999: Jumlah upaya Israel merobohkan masjid diungkapkan menurun.
14/11/1999: Pendeta Yahudi, Isac Levi, ketua Partai Mefdal Israel dan menteri pemukiman di era Ihud Barak, menyerukan untuk membagi masjid, antara umat Islam dengan orang Yahudi.
25/11/1999: Polisi Israel menangkap seorang mantan polisi Israel yang mau melakukan aksi teror di dalam masjid.
02/12/1999: Ehud Olmert, walikota Al-Quds (terjajah) mengeluarkan keputusan melarang pihak waqaf Islam melanjutkan renovasi di mushalla Marwan, komplek Masjid Al-Aqsha.
03/12/1999: Upaya Israel untuk menghentikan perenovasian Masjid Al-Aqsha dan mushalla Marwan.
10/12/1999: Pihak pemerintah Israel mengancam memutus aliran air ke waqaf Islam jika masih melanjutkan perenovasian masjid.
20/12/1999: Polisi Israel memasang kamera pengintai di gang-gang yang menuju masjid.
21/12/1999: Kelompok pemukim Yahui yang menamakan dirinya dengan 'Ini tanahku' merencanakan untuk unjuk rasa besar-besaran di sekitar Masjid Al-aqsha menolak pembukaan pintu darurat di mushalla Marwan.
06/01/2000: Puluhan orang Yahudi yang bekerja di badan purbakala Israel melakukan unjuk rasa menentang renovasi Masjid Al-Aqsha.
11/01/2000: Pengadilan Tinggi Israel mengabulkan keberatan kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' atas renovasi yang dilakukan di Masjid Al-Aqsha.
25/01/2000: Polisi Israel melarang masuk dua kontener membawa alat-alat bangunan bagi renovasi yang sedang berlangsung di Masjid Al-Aqsha.
08/03/2000: Pihak pemerintah Israel menghentikan wanita Yahudi di daerah Silsilah di Al-Quds (terjajah) setelah sebelumnya berusaha sembahyang di dalam masjid. Diduga kuat wanita tersebut anggota kelompok 'Penjaga Gunung Haikal'.
15/02/2000: Harian Israel Col He'er berhasil mengungkapkan tentang daerah Israel yang dipakai Depag Israel menggali terowongan baru di bawah tembok ratapan.
09/03/2000: Kelompok agama Yahudi radikal yang bernama 'Ezrat Menahem' berusaha mendirikan aula pesta besar di halaman tembok ratapan diperuntukkan bagi upacara-upacara Yahudi. (COMES)
Israel Akan Obok-obok Masjid al Aqsha
Pemerintah kota penjajah Israel di Jerusalem bertekad mengkoordinasi perjalanan tim arsitek Yahudi masuk ke kawasan masjid al Aqsha. Konon tim ini akan mengumpulkan informasi mengenai kondisi di lokasi paska robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha yang menuju pintu utama al Mugharabah beberapa hari yang lalu.
Pihak Pemerintah Kota Israel di Jerusalem telah meminta kepolisian Israel untuk memberikan izin kepada tim arsitek Yahudi ini untuk berkeliling di kawasan tempat suci umat Islam ini. Dengan dalih, tim ini akan melakukan penelitian dari segi konstruksi sipl dan konstruksi bangunan masjid al Aqsha.
Penelitian itu dilakukan, menurut pemerintah kota penjajah Israel di Jerusalem, untuk mengetahu sekiranya robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha beberapa hari yang lalu diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di Palestina beberapa bulan sebelumnya.
Argumen yang dicoba dikemukakan pihak penjajah Israel untuk mengobok-obok masjid al Aqsha. Karena pada saat yang bersamaan pihak penjajah Israel melarang lembaga wakaf Islam, yang mengurus masalah tempat-tempat suci Islam di Palestina, dilarang pihak Israel untuk melakukan renovasi bagian yang roboh.
Sebagaimana telah disampaikan dalam laporan sebelumnya, sumber-sumber di Palestina menyatakan bahwa robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha ini diakibatkan oleh aktivitas penggalian yang dilakukan rezim penjajah Israel di bawah masjid al Aqsha.
Longsor Masjid Al-Aqsha Akibat Terowongan Israel
Aktifis Islam di kota al-Quds (Yerusalem) menyatakan, pada pukul 01.00 dini hari jalan menuju pintu barat masjid al-Aqsha mengalami longsor di bagian pagar Barraq. Sumber yang sama menyebutkan, longsor tersebut diakibatkan aktifitas penggalian terowongan oleh pemerintah Israel di bawah masjid al-Aqsha.
Sejak perang Juni 1967, Israel telah menghancurkan bangunan bersejarah dan peninggalannya di sisi barat. Mereka juga meruntuhkan bagian sebelah barat dan tempat sucinya. Mereka kemudian mendirikan di atas puing-puingnya apa yang dikenal kampung Yahudi. Disusul kemudian tahap penggalian di bawah pondasi masjid al-Aqsha dari dua arah, selatan dan barat. Dalam penggalian itu mereka menemukan peninggalan-peninggalan milik dinasti Umawi dan Ayyubi.
Beberapa bulan lalu, tembok sebelah barat dari bangunan mesium Islam dekat pintu barat karena koloni Israel melarang badan wakaf Islam merenovasi kawasan tersebut.
Hamas Berikan Ancaman
Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengecam keras atas longsornya salah satu jalan yang menuju pintu barat masjid al Aqsha akibat aktivitas penggalian yang terus dilakukan pihak penjajah di bahah masjid al Aqsha. Hamas juga mengingatkan para pemimpin dan rezim penjajah Israel bahwa Hamas akan melakukan aksi-aksi balasan yang tidak terbayangkan akibatnya.
Dalam pernyataannya, Senin (16/02) Hamas menyeruan kaum muslimin di negara-negara Arab dan dunia Islam untuk bergerak dengan segenap kemampuan untuk melindungi masjid al Aqsha dan menyelamatkannya dari kehancuran total ataupun roboh sebagian. Hamas juga menyerukan negara-negara di seluruh dunia untuk turut bertanggungjawab atas aksi kejahatan Israel ini. Yang telah mengancam dan menodai simbol keislaman, peradaban dan sejarah yang berkaitan dengan seperempat milyar muslim di dunia.
Sementara itu mufti umum al Quds, yang juga hakim agung Palestina, Syaikh Ikrimah Shabri, juga menyerukan negara-negara Arab dan dunia Islam untuk ikut campur tangan segera menyelamatkan kota al Quds dari aksi Yahudiisasi dan penghancuran warisan peradabannya.
Syaikh Ikrimah mengatakan, bahwa longsornya sisi barat al Aqsha ini mengancam keberadaan kiblat pertama umat Islam tersebut, akibat aktivitas penggalian yang dilakukan rezim penjajah Israel. Sementara itu pihak penjajah melarang Wakaf Islam merenovasi kerusakan yang terjadi. "Hal yang jelas akan mengancam eksistensi masjid al Aqsha," tambahnya jelas.
Hakim Agung Palestina Serukan Selamatkan Masjid Al-Aqsha
Syeikh Taesir At-Tamimi, Hakim Agung Ketua Majelis Agung Pengadilan Syari'at Palestina, meminta pihak pemerintah kolonial Israel bertanggung jawab penuh atas longsornya jalan yang menuju pintu bagian barat Masjid Al-Aqsha. Terjadinya longsor itu tak lain dan tak bukan akibat penggalian terowongan yang terus dilakukan penjajah Israel di wilayah masjid suci itu dan tepat di bawah pondasi-pondasinya.
At-Tamimi mengingatkan kepada pemerintah kolonial Israel untuk tidak meneruskan penggalian tersebut sambil mengajak kepada OKI (Organisasi Konfrensi Islam) untuk mengadakan sidang darurat tingkat tinggi. Tidak kepada OKI saja, At-Tamimi juga mengajak kepada lembaga-lembaga Islam lainnya, seperti Komite Al-Quds, Liga Arab dan badan PBB Unesco, untuk membahas situasi berbahaya dan kritis yang dialami kota suci Al-Quds (terjajah) akibat kekerasan yang dilakukan penjajah Israel.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan kantor Hakim Agung dan Peradilan Syari'at di Palestina (terjajah), At-Tamimi mengatakan:"Kami selalu dan sering mengingatkan akan bahaya yang ditimbulkan oleh aksi-aksi penggalian terowongan pemerintah kolonial Israel atas Masjid Al-Aqsha, sekolah dan museum bersejarah di penjuru Kota Lama dan kota Al-Quds (terjajah)."
Hakim Agung ini menambahkan bahwa kota Al-Quds (terjajah) sejak dijajah Israel tahun 1967 sering mendapatkan aksi pemusnahan peradaban untuk menghilangkan nilai-nilai asli Islam dan Arab. Beliau juga menegaskan bahwa aksi penggalian terowongan, dengan sasaran tempat-tempat suci, terutama Masjid Al-Aqsha, adalah rencana negara Yahudi Israel yang sengaja ingin merobohkan masjid suci tersebut dan membakarnya. "Dan apa yang diumumkan pihak intelijen dalam negeri Israel Shabak tentang adanya kelompok-kelompok ekstrim Yahudi yang ingin menyentuh dan meledakkan Masjid Al-Aqsha, itu menegaskan niat dan rencana Yahudi untuk mendapatkan Masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat paling suci dan bagian dari aqidah umat Islam yang tidak bisa terpisahkan," tambah Syeikh At-Tamimi.
Yayasan Al-Aqsha Berikan Data
Yayasan Al-Aqsha, dalam memberikan data berikut ini, hanyalah untuk menjelaskan kepada dunia apa yang dialami sebenarnya oleh Masjid Al-Aqsha dan bagaimana pihak pemerintah kolonial Israel berusaha dan berencana untuk menghapuskan ciri khas Islam dari Masjid Al-Aqsha. Lalu membangun Haikal, yang diklaim itu, menempati masjid suci tersebut. Juga agar umat Islam mengerti dan tahu bahwa lembaga-lembaga Israel tidak pernah berhenti sama sekali untuk mengotori kesucian masjid suci kita ini. Rencana mereka berlangsung untuk menghancurkan dan merobohkannya dengan menggali terowongan-terowongan di bawahnya agar tembok-temboknya retak. Upaya penggalian itu bahkan sudah sampai di bawah Masjid Qubbah Shakhra, yang masuk wilayah komplek Masjid Al-Aqsha. Bagi yang memperhatikan sejarah penindasan Israel, akan melihat bahwa di sana ada rencana yang sedang dilaksanakan untuk merobohkannya di bawah bimbingan langsung pihak pemerintah kolonial Israel. Walaupun sebagian bentuk penindasan itu ada yang sifatnya personal, namun pihak pemerintah 'Israel' melindungi individu ini atau lainnya dengan mengatakan 'ia gila' 'ia punya hak' atau 'umat Islam-lah yang memprovokasi' dan seabrek pembelaan lainnya. Berikut pelecehan dan penindasan tersebut dari tahun 1967 hingga tahun 2000
07/06/1967: Jendral Mordeghai Ghor di dalam mobil yang dipersenjatai menduduki Masjid Al-Aqsha untuk hari yang ketiga berturut-turut dari awal perang tahun 1967.
07/06/1967: Pemerintah kolonial Israel, setelah menjajah bagian timur kota Al-Quds (Jerusalem, red) tahun 1967, mengambil kunci-kunci pintu bagian barat Masjid Al-Aqsha dan hingga kini belum dikembalikan lagi.
09/06/1967: Pelaksanaan shalat Jum'at di Masjid Al-Aqsha terhalang akibat aktivitas penjajahan Israel. Ini adalah untuk yang pertama kalinya syiar Islam berupa shalat Jum'at tidak terlaksana sejak pembebasan Al-Quds di tangan Shalahuddin Al-Ayyubi tahun 1187M. Peristiwa itu kembali terjadi pada tanggal 19 Oktober 1990 saat imam masjid terpaksa memundurkan shalat jum'at sejam dari waktu yang semestinya karena pihak Israel mencegat para jama'ah shalat di tengah jalan.
15/06/1967: Pendeta Yahudi, Shalomo Gorn, pendeta besar militer pendeta Israel bersama 50 pengikutnya melaksanakan ibadah keagamaan di halaman Masjid Al-Aqsha. Saat itu ia mengatakan:"Sebagian halaman masjid bukan bagian puncak Haikal, oleh karena itu pelarangan (syiar) agama Yahudi tidak mencakup wilayah-wilayah tersebut." Bahkan ia mengatakan bahwa dirinya akan berpedoman pada hasil-hasil tersebut setelah melakukan analogi dan kesaksian ilmu penggalian.
15/07/1967: Pengadilan Tinggi Syari'at Islam menolak permintaan organisasi Fremansory Amerika untuk membangun Haikal Sulaiman di halaman Masjid Al-Aqsha dengan biaya 100 juta US dollar.
22/08/1967: Pemimpin spiritual Yahudi menempatkan sejumlah tanda di luar halaman masjid karena ada ajaran agama Yahudi tentang larangan terhadap orang-orang Yahudi masuk ke Masjid Al-Aqsha.
10/09/1967: Umat Islam memprotes pembatalan biaya masuk bagi para pengunjung Masjid Al-Aqsha, sementara Departemen Perang Israel (Dephan dalam bahasa kita, red) mengumumkan pihak Waqaf Islam bisa sendiri mengumpulkan biaya kunjungan masuk ke masjid saja.
15/04/1969: Penasehat hukum pengadilan, Zevi Barlev, dan berpijak pada putusan sementara menentang menteri kepolisian, Shalomo Halel itu menjelaskan bahwa orang Yahudi tidak boleh diizinkan untuk upacara agama di wilayah Masjid Al-Aqsha.
16/06/1969: Pihak pemerintah kolonial Israel menguasai bagian mewah yang berada di sektor barat daya halaman masjid.
24/06/1969: Pemerintah kolonial Israel menguasai sekolah 'Tankuziah' yang dikenal dengan nama 'Mahkamah' terletak di pintu tangga dan digunakan pihak serdadu Israel sebagai markas militer.
21/08/1969: Seorang teroris, Danis Dohan, menyerbu halaman masjid dan berhasil mendekati mihrab serta sempat membakarnya. Api menjalar ke beberapa halaman namun penduduk Arab berhasil memedamkannya dan tidak sampai mengenai seluruh halaman masjid.
23/08/1969: Seorang wisatawan berkebangsaan Australia, anggota kelompok 'Gereja Tuhan' dituduh merencanakan pembakaran masjid.
16/09/1970: Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa tidak memiliki otoritas hukum dalam hal-hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban berbagai organisasi agama. Oleh karena itu pihaknya tidak bisa mencampuri urusan pelarangan pemerintah Yahudi menunaikan upacara agama di dalam Masjid Al-Aqsha.
28/01/1976: Pengadilan Pusat Israel memutuskan bahwa orang Yahudi mempunyai hak untuk menunaikan upacara ritualnya di dalam masjid.
01/02/1976: Menteri Urusan Agama Israel, Isac Rafael mengatakan: Upacara agama di halaman masjid adalah masalah yang berkaitan dengan ajaran Yahudi dan bukan masalah 'spesial'
01/07/1976: Pihak Pengadilan Pusat Al-Quds (Jerusalem) membatalkan putusan perkara 'Oud' yang diputuskan tanggal 30/01/1976. Dan sebaliknya memutuskan bahwa upaya delapan pemuda untuk menunaikan upacara agama di Masjid Al-Aqsha terjadi secara spontanitas dan hanya disalahkan pada cara perilakunya saja.
25/03/1979: Tersebar isu tentang sebuah kelompok Kahana dan pelajar sekolah agama Yahudi yang nekat mau melaksanakan upacara agama di masjid. Akibat isu tersebut sekitar dua ribu massa pemuda Arab dan Islam berkumpul dengan membawa batu siaga di halaman masjid. Tapi kemudian pihak kepolisian memecah konsentrasi massa.
03/08/1979: Pengajuan permohonan kepada Pengadilan Tinggi untuk menghapuskan peraturan yang melarang menunaikan upacara agama di dalam masjid bagi Yahudi, sesuai dengan pasal tiga dari undang-undang baru tentang tanah Al-Quds (Jerusalem) yang menjelaskan kebebasan menjamah Masjid Al-Aqsha.
14/08/1979: Kelompok radikal Yahudi 'Gourson Salmon' berusaha menyerbu masjid, namun penduduk Palestina berhasil menghadangnya dan menggagalkan upaya penyerbuan tersebut. Seorang Yahudi radikal, Maer Kahana, bersama kelompoknya masih terus berupaya menyerbu sekali lagi dengan bantuan aparat kepolisian Israel. Untuk kali ini, ada sekitar 20 ribu penduduk Palestina menghadang niat mereka dan terlibat bentrokan dengan serdadu Israel demi mempertahankan kesucian masjid. Dalam aksi bentrokan tersebut, puluhan warga Palestina ikut terluka.
11/11/1979: Polisi Israel melepaskan peluru bertubi-tubi ke arah kaum muslimin, jama'ah shalat yang menyebabkan puluhan jama'ah itu luka-luka.
19/04/1980: Para pendeta Yahudi menggelar konferensi umum di Al-Quds (terjajah) dan didalamnya merencanakan untuk menguasai Masjid Al-Aqsha.
13/01/1981: Para anggota gerakan penjaga gunung Haikal menyerbu Masjid Al-Aqsha bersama pendeta Moshe Shegel dan sejumlah tokoh gerakan Hatheya. Mereka ingin melakukan upacara agama sambil mengangkat bendera Israel dan membawa Kitab Perjanjian Lama.
07/05/1981: 25 orang kelompok radikal Yahudi berusaha masuk ke halam masjid namun upaya itu dihadang para penjaga masjid dan komandan polisi masjid. Orang-orang tersebut masih bertahan di luar pintu barat dan kemudian diikuti kerumunan orang Yahudi lainnya yang membuat gaduh dan menunaikan upacara agama di sana.
28/08/1981: Pengumuman tentang ditemukannya terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha yang gerbangnya berada di tembok ratapan. Pihak-pihak seperti mantan menteri agama Israel, Aharon Abu Husaerah dan Menhan Israel saat itu, Ariel Sharon meminta agar hal ini dirahasiakan. Beberapa laporan mengatakan bahwa pondasi terowongan dibangun oleh pendeta tembok ratapan dan para pekerja dari depag Israel. Pekerjaan itu sendiri telah dimulai sebulan sebelumnya dan pendeta besar Israel, Shalomo Gorn memerintahkan untuk menutup jalan itu karena sangat sensitif.
29/08/1981: Profesor Yeghal Yaden mengingatkan kepada ilmuwan purbakala Israel akan bahaya menggali terowongan di bawah Masjid Al-Aqsha.
31/08/1981: Aksi penggalian terowongan di bawah masjid masih tetap berlangsung yang menyebabkan keretakan serius di sejumlah bangunan warisan Islam yang berdempetan dengan masjid.
03/09/1981: Panitia pembangunan Masjid Al-Aqsha bertekad akan membangun tembok Khurasani di sumur Qaetaby karena pihak pemerintah kolonial Israel tidak menunaikan janjinya untuk menutup penuh sumur tersebut. Bahkan dibiarkan dua lobang mengangah yang bisa digunakan orang-orang Yahudi mengawasi orang lain.
24/02/1982: Ketua kelompok penjaga gunung Haikal, Ghoson Salmon, menyerbu halaman Masjid Al-Aqsha untuk mengadakan misa dan upacara keagamaan lainnya.
02/03/1982: Sekelompok orang-orang Yahudi garis keras yang tinggal di pemukiman Yahudi Keryat Arbu' dengan bersenjatakan senjata api berusaha merangsek masuk ke Masjid Al-Aqsha dari arah pintu tangga setelah sebelumnya melukai para penjaganya.
08/04/1982: Ditemukan sebuah parcel berisikan bom dan surat ancaman di pintu masuk Masjid Al-Aqsha. Bersama bom itu, ditemukan pula alat pengukur waktu dan radio transitor. Sedangkan surat ancaman itu ditanda-tangani oleh kelompok gerakan pendeta Kahana dan penjaga gunung Haikal.
11/04/1982: Penindasan atas masjid juga dilakukan oleh seorang serdadu Israel bernama Hary Goldman dengan cara menyerbunya sambil melepaskan tembakan 'sembarangan'. Akibatnya, dua penduduk Palestina gugur syahid dan lebih dari 60 lainnya luka-luka. Ulah serdadu Israel ini membuat para penduduk Palestina marah dan terjadi bentrokan sengit di Tepi Barat Jalur Gaza serta memancing reaksi dunia yang marah atas penjajah Israel.
12/05/1982: Inspektur walikota Al-Quds Barat masuk ke masjid dengan bantuan aparat polisi Israel untuk membuktikan bualan anggota Knesset (parlemen Israel, red), Geula Kohin, yang mengatakan keberadaan anak zinanya di Masjid Al-Aqsha.
20/05/1982: Para pejabat di Waqaf Islam Palestina menerima peringatan terakhir, lewat surat, dari organisasi-organisasi Yahudi yang meminta mereka untuk mengizinkan orang-orang Yahudi menunaikan upacara keagamaannya di dalam Masjid Al-Aqsha. Jika tidak, mereka akan dibunuh.
07/07/1982: Organisasi Islam menerima surat ancaman yang ditanda-tangani oleh orang yang menamakan dirinya dengan patroli hijau dan gerakan Kakh disertai dengan sebuah cek dari Bank Leomy.
25/07/1982: Penangkapan Yuwel Lernez, seorang aktivis gerakan Kakh dengan tuduhan merencanakan pemusnahan salah masjid yang ada di komplek Masjid Al-Aqsha. Ia divonis pada tanggal 06/10/1982 dengan tuduhan merencanakan pemusnahan Masjid Qubbah Shakhrah.
20/01/1983: Pembentukan gerakan radikal di 'Israel dan AS' dengan peran membangun kembali gunung Haikal di tempat Masjid Al-Aqsha. Majalah AS 'Executive Intelligence Report' menyebutkan bahwa panitia pembentukan ini dibentuk dengan nama 'Kiren Harthbit'
10/03/1983: Polisi menangkap sekelompok orang Yahudi yang terdiri dari 40 orang dengan tuduhan merencanakan masuk ke masjid secara paksa. Sebelumnya juga polisi telah menemukan bahwa 4 orang Yahudi bersenjata berusaha menyerbu terowongan tanah yang dikenal dengan nama 'kandang kuda Raja Sulaiman'. Mereka melakukan itu atas laporan intelijen. Pihak polisi kemudian mengepung rumah pendeta 'Yisrael Ariel' mantan kepala penduduk agamis, Yamit dan orang kedua dalam daftar 'Meir Kahana' dalam pemilu 1981, juga beberapa lainnya ikut ditangkap. Saat rumah 'Ariel' diperiksa dan beberapa rumah lainnya, ditemukan satu unit senjata dan peta gunung Haikal.
11/03/1983: Penggagalan upaya penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha dan Qubbah Shakhra dari kelompok radikal Yahudi yang ingin mendudukinya dan mendirikan pusat kajian agama.
12/03/1983: Lobang-lobang baru ditemukan di bawah tembok selatan Masjid Al-Aqsha. Temukan ini membuktikan bahwa orang-orang garis keras Yahudi melakukan penggalian ketika mau menyerbunya.
03/04/1983: Sekelompok orang yang menamakan dirinya dengan 'penjaga gunung Haikal' menyampaikan seruan untuk mendirikan semacam kumpulan di dalam pintu barat masjid yang dekat halaman tembok ratapan.
16/04/1983: Kelompok 'Penjaga gunung Haikal', dengan selebaran yang mereka pasang di tembok-tembok, bertekad mmasuk ke Masjid Al-Aqsha untuk menunaikan apa yang mereka sebut dengan 'upacara hari raya kemerdekaan'.
13/05/1983: Kelompok radikal 'Penjaga gunung Haikal' melakukan upacara sembahyang di depan pintu bagian barat dekat Masjid Al-Aqsha. Aksi mereka ini mendapat restu dari Pengadilan Tinggi Israel.
24/03/1984: Kelompok radikal yang menamakan dirinya dengan sebutan 'penyelamat masjid' bertekad melakukan upacara sembahyang hari raya paskah dan mempersembahkan sesembahan di halam Masjid Al-Aqsha. TV Israel menyebutkan bahwa gerakan tersebut telah menyampaikan hal itu kepada perdana menteri, mendagri dan agama-agama lain.
29/03/1984: Tangga yang menuju gerbang Majelis Islam Tinggi roboh dan ditemukan lobang yang panjangnya 3 meter, lebarnya 2 meter dan kedalamannya mencapai lebih dari 10 meter. Lobang ini menuju ke terowongan panjang yang dibuat oleh badan purbakala Israel berdekatan dengan pagar luar barat Masjid Al-Aqsha. Memanjang dari pintu barat hingga pintu majelis yang didalamnya ada badan waqaf umum. Akibatnya, bangunan atas majelis Islam terancam roboh.
23/04/1984: Para penjaga perbatasan yang didatangkan untuk memperketat penjagaan dan mencegah penindasan kelompk radikal Israel terhadap Masjid Al-Aqsha memenuhi halaman masjid dengan membawa senjata pada waktu-waktu shalat atau waktu lainnya. Melakukan tindakan dan perilaku yang tidka sesuai dengan kesucian masjid sebagai tempat ibadah.
21/08/1985: Polisi Israel mengizinkan kelompok radikal Yahudi melakukan sembahyang di Masjid Al-Aqsha jika ada sepuluh dari mereka memintanya.
04/08/1986: Sejumlah pendeta Yahudi mengadakan pertemuan khusus dan hasil akhirnya mengizinkan orang-orang Yahudi menunaikan ritual ibadahnya di Masjid Al-Aqsha. Mereka juga memutuskan untuk membangun sebuah sinagog Yahudi di salah satu halaman masjid suci tersebut.
02/07/1988: Pihak Depag Israel menggali terowongan dekat pintu Gawanama.
09/08/1989: Polisi Israel mengizinkan pelaksanaan sembahyang orang-orang Yahudi di pintu Masjid Al-Aqsha. Ini merupakan yang pertama kali dilakukan secara resmi.
08/10/1990: Pasukan penjajah Israel melakukan pembantaian di dalam masjid, sehingga 22 jama'ah shalat gugur syahid dan lebih dari 200 lainnya luka-luka.
19/09/1990: Kelompok radikal Yahudi melakukan kunjungan di halaman masjid bertepatan dengan tahun baru Ibrani.
08/12/1990: Polisi Israel mengizinkan puluhan garis keras kelompok gerakan rasialis 'Kakh' memasuki halaman masjid sambil memprovokasi dan meneriakkan anti Arab dan umat Islam.
27/12/1990: Puluhan anggota Penjaga gunung Haikal, di bawah pimpinannya Goshon Salamon, memasuki masjid walaupun sudah dilarang pihak polisi.
02/04/1992: Sekitar 50 orang berkumpul di pintu masuk masjid dan membawa spanduk yang mengajak kembali membangun Haikal di tempat Masjid Al-Aqsha.
13/07/1994: Sebuah kelompok garis keras Yahudi yang terdiri dari 6 orang pada pukul 08.30 waktu Palestina mengelilingi halaman masjid dan pulang pada pukul 11.30 waktu setempat.
16/07/1994: Dua orang garis keras Yahudi memasuki halaman masjid pada pukul 2 siang waktu Palestina melalui pintu barat dan keluar dari pintu yang sama.
07/07/1996: Terowongan-terowongan Israel begitu berbahaya yang bisa menyebabkan guncangan di tembok bagian selatan Masjid Al-Aqsha.
14/07/1996: Kelompok garis keras Yahudi meminta Netanyahu membagi Masjid Al-Aqsha.
24/09/1996: Terowongan di bawah pagar bagian barat masjid terbuka lebar.
04/10/1996: Barikade militer diletakkan di pintu masuk masjid dan pemuda Islam yang usianya di bawah umur 35 tahun dilarang masuk menunaikan shalat di Masjid Al-Aqsha.
28/01/1997: Penggalian terowongan Israel terus berlangsung di bagian barat daya masjid dengan ketinggian 6-9 meter.
11/03/1997: Penasehat hukum pemerintah kolonial Israel mengeluarkan keputusan yang mengizinkan orang Yahudi sembahyang di masjid setelah mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak kepolisian Israel.
01/04/1997: Israel menggunakan kesempatan penggalian air untuk melakukan penggalian-penggalian baru di dekat tembok ratapan.
12/04/1997: Kelompok Yahudi merencanakan akan melakukan ritual ibadahnya di masjid.
24/04/1997: Kelompok 'Gunung Haikal' bertekad melakukan upacara ritualnya di halaman masjid.
27/04/1997: Tiga orang Yahudi garis keras berusaha masuk masjid dari arah pintu barat untuk sembahyang.
06/05/1997: Rencana Israel disebarkan untuk memperluas halaman 'tembok ratapan kecil' di kampung lembah yang bersebelahan dengan tembok bagian barat Masjid Al-Aqsha.
10/05/1997: Sekelompok garis keras Yahudi berusaha sembahyang di Ribath Kurd, Al-Quds (terjajah) melalui arah barat pagar halaman Masjid Al-Aqsha.
12/05/1997: Satu kelompok garis keras yang terdiri dari 12 orang berusaha menyerbu masjid sebelum shalat Dhuhur.
13/05/1997: Rincian rencana perluasan halaman tembok ratapan digarap yang kemudian disebarkan oleh Depag Israel.
24/05/1997: Pos pengawasan didirikan di samping Ribath Kurd.
28/05/1997: Orang Yahudi berusaha keras untuk sembahyang di halaman masjid dengan perintah dari pendeta-pendeta garis keras.
04/06/1997: Upaya Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsha.
11/06/1997: Upaya Yahudi menyerbu masjid.
14/06/1997: Upaya Yahudi menyerbu masjid.
20/06/1997: Kelompok radikal Yahudi siap-siap menguasai Masjid Al-Aqsha.
24/12/1997: Dua kelompok garis keras Yahudi berusaha menyerbu masjid melalui dua pintu, Silsilah dan Asbat.
12/07/1998: Kelompok radikal Yahudi sembahyang di Masjid Al-Aqsha??!!
02/08/1998: Dua usaha penyerbuan kelompok radikal Yahudi ke masjid lewat arah pintu barat dan pintu Qattanin untuk melakukan ibadah ritual.
26/08/1998: Serdadu Israel menyerbu masjid dan memukuli seorang jama'ah shalat. Pihak pemerintah kolonial Israel menolak menarik serdadunya dan mengancam akan menyerbu lagi.
09/09/1998: Seorang radikal Yahudi berusaha masuk secara rahasia ke masjid melalui arah depan dan selatan.
27/09/1998: Orang-orang garis keras Yahudi berusaha masuk ke halaman masjid setelah mendapatkan izin dari polisi Israel.
17/01/1999: Mantan hakim Israel, Menahem Alon, menyerukan membagi masjid dan menganggap bahwa masjid itu adalah Haikal Sulaiman.
24/01/1999: Sebuah rencana salah seorang aktivis sayap kanan Israel, Dimyan Pakopitch, sesuai pengakuannya sendiri, berhasil diungkap. Rencana tersebut adalah dengan meledakkan Masjid Al-Aqsha hingga rata dengan tanah.
04/04/199: Polisi Israel mengizinkan 19 orang Yahudi garis keras dari kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' masuk ke masjid dan berkeliling didalamnya.
08/06/1999: Seorang pemukim Yahudi masuk secara sembunyi-sembunyi ke halaman masjid dan melakukan tindakan amoral yang mengotori kesucian masjid. Tindakan itu dilakukan di depan mata polisi Israel namun penjaga masjid berhasil mengeluarkannya.
21/07/1999: Pengadilan Tinggi Israel mengeluarkan putusan yang mengizinkan kepada kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' masuk ke masjid pada esok harinya (22/07/1999).
10/08/1999: Pemerintah kolonial Israel menutup jendela tembok masjid.
31/08/1999: Rencana Israel untuk menghancurkan istana masa dinasti umayyah yang berada bersebelahan dengan masjid dan perluasan area tembok ratapan untuk yahudisasi lokasi serta merusak simbol-simbol islam, berhasil diungkap.
13/09/1999: Pemerintah Israel berencana keras untuk menguasai Masjid Al-Aqsha, seperti mengganti penjagaan polisi dengan pintu otomatis dan kawat listrik.
23/09/1999: Seruan dari 'Penjaga Gunung Haikal' untuk menyerbu Masjid Al-Aqsha bertepatan dengan hari raya payung untuk Yahudi diumumkan pada hari Senin (27/09/1999).
27/09/1999: Perusahaan bir Israel menempelkan gambar Al-Quds, ditengah-tengahnya ada Masjid Al-Aqsha dan Qubbah Shakhra di botol-botol bir yang mereka produksi.
02/10/1999: Beberapa kelomok Yahudi garis keras diungkapkan kembali melanjutkan penguasaan atas tanah di halaman masjid, yang mulai dikuasainya sejak puluhan tahun sebelumnya. Padahal tanah itu terdaftar sebagai waqaf pribadi.
03/10/1999: PM Israel, Ihud Barak membuka penyelesaian pembangunan tangga di bagian selatan masjid dengan tujuan memberikan jalan kepada garis keras Yahudi melakukan sembahyang di tempat tersebut.
30/10/1999: Jumlah upaya Israel merobohkan masjid diungkapkan menurun.
14/11/1999: Pendeta Yahudi, Isac Levi, ketua Partai Mefdal Israel dan menteri pemukiman di era Ihud Barak, menyerukan untuk membagi masjid, antara umat Islam dengan orang Yahudi.
25/11/1999: Polisi Israel menangkap seorang mantan polisi Israel yang mau melakukan aksi teror di dalam masjid.
02/12/1999: Ehud Olmert, walikota Al-Quds (terjajah) mengeluarkan keputusan melarang pihak waqaf Islam melanjutkan renovasi di mushalla Marwan, komplek Masjid Al-Aqsha.
03/12/1999: Upaya Israel untuk menghentikan perenovasian Masjid Al-Aqsha dan mushalla Marwan.
10/12/1999: Pihak pemerintah Israel mengancam memutus aliran air ke waqaf Islam jika masih melanjutkan perenovasian masjid.
20/12/1999: Polisi Israel memasang kamera pengintai di gang-gang yang menuju masjid.
21/12/1999: Kelompok pemukim Yahui yang menamakan dirinya dengan 'Ini tanahku' merencanakan untuk unjuk rasa besar-besaran di sekitar Masjid Al-aqsha menolak pembukaan pintu darurat di mushalla Marwan.
06/01/2000: Puluhan orang Yahudi yang bekerja di badan purbakala Israel melakukan unjuk rasa menentang renovasi Masjid Al-Aqsha.
11/01/2000: Pengadilan Tinggi Israel mengabulkan keberatan kelompok 'Penjaga Gunung Haikal' atas renovasi yang dilakukan di Masjid Al-Aqsha.
25/01/2000: Polisi Israel melarang masuk dua kontener membawa alat-alat bangunan bagi renovasi yang sedang berlangsung di Masjid Al-Aqsha.
08/03/2000: Pihak pemerintah Israel menghentikan wanita Yahudi di daerah Silsilah di Al-Quds (terjajah) setelah sebelumnya berusaha sembahyang di dalam masjid. Diduga kuat wanita tersebut anggota kelompok 'Penjaga Gunung Haikal'.
15/02/2000: Harian Israel Col He'er berhasil mengungkapkan tentang daerah Israel yang dipakai Depag Israel menggali terowongan baru di bawah tembok ratapan.
09/03/2000: Kelompok agama Yahudi radikal yang bernama 'Ezrat Menahem' berusaha mendirikan aula pesta besar di halaman tembok ratapan diperuntukkan bagi upacara-upacara Yahudi. (COMES)
Israel Akan Obok-obok Masjid al Aqsha
Pemerintah kota penjajah Israel di Jerusalem bertekad mengkoordinasi perjalanan tim arsitek Yahudi masuk ke kawasan masjid al Aqsha. Konon tim ini akan mengumpulkan informasi mengenai kondisi di lokasi paska robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha yang menuju pintu utama al Mugharabah beberapa hari yang lalu.
Pihak Pemerintah Kota Israel di Jerusalem telah meminta kepolisian Israel untuk memberikan izin kepada tim arsitek Yahudi ini untuk berkeliling di kawasan tempat suci umat Islam ini. Dengan dalih, tim ini akan melakukan penelitian dari segi konstruksi sipl dan konstruksi bangunan masjid al Aqsha.
Penelitian itu dilakukan, menurut pemerintah kota penjajah Israel di Jerusalem, untuk mengetahu sekiranya robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha beberapa hari yang lalu diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di Palestina beberapa bulan sebelumnya.
Argumen yang dicoba dikemukakan pihak penjajah Israel untuk mengobok-obok masjid al Aqsha. Karena pada saat yang bersamaan pihak penjajah Israel melarang lembaga wakaf Islam, yang mengurus masalah tempat-tempat suci Islam di Palestina, dilarang pihak Israel untuk melakukan renovasi bagian yang roboh.
Sebagaimana telah disampaikan dalam laporan sebelumnya, sumber-sumber di Palestina menyatakan bahwa robohnya jalan sisi barat masjid al Aqsha ini diakibatkan oleh aktivitas penggalian yang dilakukan rezim penjajah Israel di bawah masjid al Aqsha.
asmara pancaroba- KOPRAL
-
Posts : 36
Kepercayaan : Islam
Location : kota I
Join date : 16.01.13
Reputation : 13
Similar topics
» israel merebut yerusalem karena bantuan inggris
» kenapa USA tolak serang israel?
» Benjamin Netanyahu pakai anggaran Israel hanya untuk membeli es krim
» Kenapa HAMAS ingin MEMBUNUH TURIS yg datang ke Israel?
» Kenapa Negara Arab sekitarnya diam menanggapi aksi ' biadab' israel?
» kenapa USA tolak serang israel?
» Benjamin Netanyahu pakai anggaran Israel hanya untuk membeli es krim
» Kenapa HAMAS ingin MEMBUNUH TURIS yg datang ke Israel?
» Kenapa Negara Arab sekitarnya diam menanggapi aksi ' biadab' israel?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik