cinta kepada Allah
Halaman 1 dari 1 • Share
cinta kepada Allah
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang mengangkat sembahan-sembahan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman itu lebih kuat cintanya kepada Allah...." (AL-Baqarah: 165)
Firman Allah Taala yang artinya, "Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah." (Al-Maidah: 54)
"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'." (At-Taubah: 24).
Abu Razin al 'Uqaili bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah saw menjawab, "Yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada selain keduanya." (HR Ahmad)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya."
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Anas ra, katanya, "Telah bersabda Rasulullah saw, 'Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api Neraka."
Disebutkan dalam riwayat lain, "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum...." dst.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata, "Barangsiapa mencintai seseorang karena A1lah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah maka sesungguhnya, kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnyn iman, sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan di antara manusia pada umunya didasarkan aras kepentingan dunia, namun hal itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka."
Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah Ta ala, "... dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali." (Al-Baqarah: 166), ia mengatakan, "yaitu kasih sayang."
Sesungguhnya seseorang itu mencintai sesuatu karena pengetahuannya akan kebaikan dan kemanfaatan sesuatu itu. Membenci sesuatu itu karena pengetahuannya atas keburukan atau kejahatan sesuatu itu. Sebagian besar manusia itu lebih mencintai dunia karena pengetahuannya akan dunia yang apabila dapat meraihnya mendapatkan kenikmatan, kelezatan, dan kesenangan. Hal ini karena jika manusia dapat meraih dunia, maka hidupnya di dunia bagaikan raja dengan segala fasilitas kemudahan serta kesenangan yang menyertainya.
Seorang anak remaja mendambakan menjadi bintang idola, maka dalam aktifitas kesehariannya disibukkan pada upaya-upaya untuk meraih apa yang dicita-citakan. Ia pun berusaha dari mulai mengikuti lomba menyanyi, lomba peragawati, lomba model, lomba putri ayu dan seterusnya. Oleh karena hanya dengan cara-cara seperti atau yang sejenis itu untuk meraih ketenaran menjadi bintang idola dapat diraihnya, maka tidak peduli apa pun yang harus dijalani maka dilakukannya. Inilah satu gambaran yang sangat gamblang dari kehidupan glamour di jaman edan sekarang ini, bahwa manusia berbondong-bondong untuk meraih dunia. Itulah para pencari dunia dan pecinta dunia. Maka kecintaannya kepada dunia melebihi cintanya kepada Allah dan hari akhir yang dijanjikan, sehingga melalaikan apa yang menjadi batas-batas sepak terjang seorang Muslim yang beriman kepada Tuhannya. Hanya demi uang dan ketenaran, maksiatpun dilakukannya. Agama tidak melarang manusia mencari uang sebanyak-banyaknya, tetapi dengan jalan dan cara serta membelanjakannya yang diridoi oleh-Nya.
Adapun orang-orang yang beriman, tidak tergiur dengan manis dan lezatnya dunia yang hanya sebentar saja. Oleh karena melalui jalan dan cara-cara yang diridoi oleh Allah SWT itu adalah sulit dan bertentangan dengan pola kehidupan dengan meraih kesenangan dunia, maka hanya sebagian kecil saja orang-orang yang tahan menghadapi pahit getirnya kehidupan ini. Itulah orang-orang yang beriman.
Diriwayatkan bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasuullah saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintaimu." Maka Rasulullah saw menjawab, "Bersedialah untuk miskin." Orang lelaki berkata, "Aku mencintai Allah Taala." Rasulullah saw bersabda, "Bersedialah untuk menghadapi bala(cobaan)." (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Maghfal)
Orang-orang yang beriman meyakini dengan sebenar-benar iman firman Allah SWT yang artinya,
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti huan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridoan-Nya. Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).
"Dan sesungguhnya kehidupan di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, jikalau ia mau mengetahui." (Al-Ankabut: 64).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi,
"Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar dan tidak pula tergores pada hati manusia." (HR Bukhari).
Oleh karena hal-hal yang demikian itu adalah termasuk dari bagian-bagian perbuatan yang Allah janjikan, maka setiap Muslim hendaklah belajar, mencari tahu untuk mengetahui dan mengenal akan Tuhannya.
Maka sesungguhnya ke-Kuasaan, ke-Agungan, ke-Muliaan, ke-Perkasaan, dan segala ke-Mahatinggian Allah SWT itulah yang lebih patut seorang hamba mencintainya atas dasar yang demikian itu, sehingga orang-orang yang lebih mengenal akan Tuhannya, akan lebih mencintai-Nya.
Imam al-Hasan al-Basri berkata, "Barang siapa yang mengenal Tuhannya, niscaya ia mencintainya."
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Firman Allah Taala yang artinya, "Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah." (Al-Maidah: 54)
"Katakanlah: 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'." (At-Taubah: 24).
Abu Razin al 'Uqaili bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah saw menjawab, "Yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada selain keduanya." (HR Ahmad)
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sebelum aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya."
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan dari Anas ra, katanya, "Telah bersabda Rasulullah saw, 'Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain; mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah; dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam api Neraka."
Disebutkan dalam riwayat lain, "Seseorang tidak akan merasakan manisnya iman, sebelum...." dst.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata, "Barangsiapa mencintai seseorang karena A1lah, membenci seseorang karena Allah, membela seseorang karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah maka sesungguhnya, kecintaan dan pertolongan dari Allah hanyalah bisa diperoleh dengan hal tersebut. Dan seorang hamba tidak akan menemukan rasa nikmatnyn iman, sekalipun banyak shalat dan shiyamnya, sehingga dia bersikap demikian. Persahabatan di antara manusia pada umunya didasarkan aras kepentingan dunia, namun hal itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka."
Ibnu Abbas dalam menafsirkan firman Allah Ta ala, "... dan putuslah segala hubungan antara mereka sama sekali." (Al-Baqarah: 166), ia mengatakan, "yaitu kasih sayang."
Sesungguhnya seseorang itu mencintai sesuatu karena pengetahuannya akan kebaikan dan kemanfaatan sesuatu itu. Membenci sesuatu itu karena pengetahuannya atas keburukan atau kejahatan sesuatu itu. Sebagian besar manusia itu lebih mencintai dunia karena pengetahuannya akan dunia yang apabila dapat meraihnya mendapatkan kenikmatan, kelezatan, dan kesenangan. Hal ini karena jika manusia dapat meraih dunia, maka hidupnya di dunia bagaikan raja dengan segala fasilitas kemudahan serta kesenangan yang menyertainya.
Seorang anak remaja mendambakan menjadi bintang idola, maka dalam aktifitas kesehariannya disibukkan pada upaya-upaya untuk meraih apa yang dicita-citakan. Ia pun berusaha dari mulai mengikuti lomba menyanyi, lomba peragawati, lomba model, lomba putri ayu dan seterusnya. Oleh karena hanya dengan cara-cara seperti atau yang sejenis itu untuk meraih ketenaran menjadi bintang idola dapat diraihnya, maka tidak peduli apa pun yang harus dijalani maka dilakukannya. Inilah satu gambaran yang sangat gamblang dari kehidupan glamour di jaman edan sekarang ini, bahwa manusia berbondong-bondong untuk meraih dunia. Itulah para pencari dunia dan pecinta dunia. Maka kecintaannya kepada dunia melebihi cintanya kepada Allah dan hari akhir yang dijanjikan, sehingga melalaikan apa yang menjadi batas-batas sepak terjang seorang Muslim yang beriman kepada Tuhannya. Hanya demi uang dan ketenaran, maksiatpun dilakukannya. Agama tidak melarang manusia mencari uang sebanyak-banyaknya, tetapi dengan jalan dan cara serta membelanjakannya yang diridoi oleh-Nya.
Adapun orang-orang yang beriman, tidak tergiur dengan manis dan lezatnya dunia yang hanya sebentar saja. Oleh karena melalui jalan dan cara-cara yang diridoi oleh Allah SWT itu adalah sulit dan bertentangan dengan pola kehidupan dengan meraih kesenangan dunia, maka hanya sebagian kecil saja orang-orang yang tahan menghadapi pahit getirnya kehidupan ini. Itulah orang-orang yang beriman.
Diriwayatkan bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasuullah saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mencintaimu." Maka Rasulullah saw menjawab, "Bersedialah untuk miskin." Orang lelaki berkata, "Aku mencintai Allah Taala." Rasulullah saw bersabda, "Bersedialah untuk menghadapi bala(cobaan)." (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Maghfal)
Orang-orang yang beriman meyakini dengan sebenar-benar iman firman Allah SWT yang artinya,
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti huan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridoan-Nya. Dan kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20).
"Dan sesungguhnya kehidupan di akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, jikalau ia mau mengetahui." (Al-Ankabut: 64).
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi,
"Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang mata tidak pernah melihat, telinga tidak pernah mendengar dan tidak pula tergores pada hati manusia." (HR Bukhari).
Oleh karena hal-hal yang demikian itu adalah termasuk dari bagian-bagian perbuatan yang Allah janjikan, maka setiap Muslim hendaklah belajar, mencari tahu untuk mengetahui dan mengenal akan Tuhannya.
Maka sesungguhnya ke-Kuasaan, ke-Agungan, ke-Muliaan, ke-Perkasaan, dan segala ke-Mahatinggian Allah SWT itulah yang lebih patut seorang hamba mencintainya atas dasar yang demikian itu, sehingga orang-orang yang lebih mengenal akan Tuhannya, akan lebih mencintai-Nya.
Imam al-Hasan al-Basri berkata, "Barang siapa yang mengenal Tuhannya, niscaya ia mencintainya."
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: cinta kepada Allah
Definisi Cinta
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
Mengembaranya hati karena mencari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Menyibukkan diri untuk mengenang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.
PEMBAGIAN CINTA
Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.
Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.
Cinta yang sesuai dengan tabi'at (manusiawi),
yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:
Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.
Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH
Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)
Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).
Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbedaan antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)
Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbedaan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)
Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin.
Imam Ibnu Qayyim mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri; memba-tasinya justru hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka ba-tasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.
Kebanyakan orang hanya membe-rikan penjelasan dalam hal sebab-musabab, konsekuensi, tanda-tanda, penguat-penguat dan buah dari cinta serta hukum-hukumnya. Maka batasan dan gambaran cinta yang mereka berikan berputar pada enam hal di atas walaupun masing-masing berbeda dalam pendefinisiannya, tergantung kepada pengetahuan,kedudukan, keadaan dan penguasaannya terhadap masalah ini. (Madarijus-Salikin 3/11)
Beberapa definisi cinta:
Kecenderungan seluruh hati yang terus-menerus (kepada yang dicintai).
Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintainya.
Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan harta sendiri, seia sekata dengannya baik dengan sembunyi-sebunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masih kurang.
Mengembaranya hati karena mencari yang dicintai sementara lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Menyibukkan diri untuk mengenang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya.
PEMBAGIAN CINTA
Cinta ibadah
Ialah kecintaan yang menyebabkan timbulnya perasaan hina kepadaNya dan mengagungkanNya serta bersema-ngatnya hati untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangaNya.
Cinta yang demikian merupakan pokok keimanan dan tauhid yang pelakunya akan mendapatkan keutamaan-keutamaan yang tidak terhingga.
Jika ini semua diberikan kepada selain Allah maka dia terjerumus ke dalam cinta yang bermakna syirik, yaitu menyekutukan Allah dalam hal cinta.
Cinta karena Allah
Seperti mencintai sesuatu yang dicintai Allah, baik berupa tempat tertentu, waktu tertentu, orang tertentu, amal perbuatan, ucapan dan yang semisalnya. Cinta yang demikian termasuk cinta dalam rangka mencintai Allah.
Cinta yang sesuai dengan tabi'at (manusiawi),
yang termasuk ke dalam cintai jenis ini ialah:
Kasih-sayang, seperti kasih-sayangnya orang tua kepada anaknya dan sayangnya orang kepada fakir-miskin atau orang sakit.
Cinta yang bermakna segan dan hormat, namun tidak termasuk dalam jenis ibadah, seperti kecintaan seorang anak kepada orang tuanya, murid kepada pengajarnya atau syaikhnya, dan yang semisalnya.
Kecintaan (kesenangan) manusia kepada kebutuhan sehari-hari yang akan membahayakan dirinya kalau tidak dipenuhi, seperti kesenangannya kepada makanan, minuman, nikah, pakaian, persaudaraan serta persahabatan dan yang semisalnya.
Cinta-cinta yang demikian termasuk dalam kategori cinta yang manusiawi yang diperbolehkan. Jika kecintaanya tersebut membantunya untuk mencintai dan mentaati Allah maka kecintaan tersebut termasuk ketaatan kepada Allah, demikian pula sebaliknya.
KEUTAMAAN MENCINTAI ALLAH
Merupakan Pokok dan inti tauhid
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'dy, "Pokok tauhid dan inti-sarinya ialah ikhlas dan cinta kepada Allah semata. Dan itu merupakan pokok dalam peng- ilah-an dan penyembahan bahkan merupakan hakikat ibadah yang tidak akan sempurna tauhid seseorang kecuali dengan menyempurnakan kecintaan kepada Rabb-nya dan menye-rahkan seluruh unsur-unsur kecintaan kepada-Nya sehingga ia berhukum hanya kepada Allah dengan menjadikan kecintaan kepada hamba mengikuti kecintaan kepada Allah yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. (Al-Qaulus Sadid,hal 110)
Merupakan kebutuhan yang sangat besar melebihi makan, minum, nikah dan sebagainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah berkata: "Didalam hati manusia ada rasa cinta terhadap sesuatu yang ia sembah dan ia ibadahi ,ini merupakan tonggak untuk tegak dan kokohnya hati seseorang serta baiknya jiwa mereka. Sebagaimana pula mereka juga memiliki rasa cinta terhadap apa yang ia makan, minum, menikah dan lain-lain yang dengan semua ini kehidupan menjadi baik dan lengkap.Dan kebutuhan manusia kepada penuhanan lebih besar daripada kebutuhan akan makan, karena jika manusia tidak makan maka hanya akan merusak jasmaninya, tetapi jika tidak mentuhankan sesuatu maka akan merusak jiwa/ruhnya. (Jami' Ar-Rasail Ibnu Taymiyah 2/230)
Sebagai hiburan ketika tertimpa musibah
Berkata Ibn Qayyim, "Sesungguh-nya orang yang mencintai sesuatu akan mendapatkan lezatnya cinta manakala yang ia cintai itu bisa membuat lupa dari musibah yang menimpanya. Ia tidak merasa bahwa itu semua adalah musibah, walau kebanyakan orang merasakannya sebagai musibah. Bahkan semakin menguatlah kecintaan itu sehingga ia semakin menikmati dan meresapi musibah yang ditimpakan oleh Dzat yang ia cintai. (Madarijus-Salikin 3/38).
Menghalangi dari perbuatan maksiat.
Berkata Ibnu Qayyim (ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah): "Bahwa ia merupakan sebab yang paling kuat untuk bisa bersabar sehingga tidak menyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya. Karena sesungguhnya seseorang pasti akan mentaati sesuatu yang dicintainya; dan setiap kali bertambah kekuatan cintanya maka itu berkonsekuensi lebih kuat untuk taat kepada-Nya, tidak me-nyelisihi dan bermaksiat kepada-Nya.
Menyelisihi perintah Allah dan bermaksiat kepada-Nya hanyalah bersumber dari hati yang lemah rasa cintanya kepada Allah.Dan ada perbedaan antara orang yang tidak bermaksiat karena takut kepada tuannya dengan yang tidak bermaksiat karena mencintainya.
Sampai pada ucapan beliau, "Maka seorang yang tulus dalam cintanya, ia akan merasa diawasi oleh yang dicintainya yang selalu menyertai hati dan raganya.Dan diantara tanda cinta yang tulus ialah ia merasa terus-menerus kehadiran kekasihnya yang mengawasi perbuatannya. (Thariqul Hijratain, hal 449-450)
Cinta kepada Allah akan menghilangkan perasaan was-was.
Berkata Ibnu Qayyim, "Antara cinta dan perasaan was-was terdapat perbedaan dan pertentangan yang besar sebagaimana perbedaan antara ingat dan lalai, maka cinta yang menghujam di hati akan menghilangkan keragu-raguan terhadap yang dicintainya.
Dan orang yang tulus cintanya dia akan terbebas dari perasaan was-was karena hatinya tersibukkan dengan kehadiran Dzat yang dicintainya tersebut. Dan tidaklah muncul perasaan was-was kecuali terhadap orang yang lalai dan berpaling dari dzikir kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala , dan tidaklah mungkin cinta kepada Allah bersatu dengan sikap was-was. (Madarijus-Salikin 3/38)
Merupakan kesempurnaan nikmat dan puncak kesenangan.
Berkata Ibn Qayyim, "Adapun mencintai Rabb Subhannahu wa Ta'ala maka keadaannya tidaklah sama dengan keadaan mencin-tai selain-Nya karena tidak ada yang paling dicintai hati selain Pencipta dan Pengaturnya; Dialah sesembahannya yang diibadahi, Walinya, Rabb-nya, Pengaturnya, Pemberi rizkinya, yang mematikan dan menghidupkannya. Maka dengan mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala akan menenteramkan hati, menghidupkan ruh, kebaikan bagi jiwa menguatkan hati dan menyinari akal dan menyenangkan pandangan, dan menjadi kayalah batin.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» cinta kepada Allah dan RasulNya sebagai pilar keimanan
» takutlah kepada Allah
» bertawakal kepada Allah
» surat cinta kepada ukhtiku
» mendahulukan cinta keada Allah dan Rasulnya
» takutlah kepada Allah
» bertawakal kepada Allah
» surat cinta kepada ukhtiku
» mendahulukan cinta keada Allah dan Rasulnya
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik