kemaksiatan kian menyengat
Halaman 1 dari 1 • Share
kemaksiatan kian menyengat
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita. Aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah. Tiada sekutu baginya. Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepadanya serta shahabat dan kerabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan hidupnya.
Kaum Muslimin rahimakumullah!
Marilah kita berlomba-lomba menuju bertakwa kepada Allah SWT. Kita perbaiki dan tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, karena keimanan dan ketakwaan adalah senjata utama bagi kita sekalian, kaum muslimin, untuk mencapai kemenagan di sisi Allah SWT.
Islam adalah agama yang sangat menentang kemaksiatan. Tetapi ironisnya, di negeri yang ummat Islamnya terbesar di dunia ini, aroma kemaksiatan justru terasa menyengat. Berbagai bentuk kemaksiatan dewasa ini terasa mengalami kenaikan yang membuat bulu kuduk berdiri. Di media massa, baik di TV maupun di koran-koran, berita kemaksiatan menjadi bagian penting yang tidak pernah hilang. Bahkan dari hari kehari semakin menjadi-jadi. Peredaran VCD porno, dan minuman keras semakin gila-gilaan. Juga peredaran berbagai jenis narkotika. Belum lagi pembunuhan, perampokan dan pejambretan, pemerkosaan, perjudian, perkorupsian hingga pelacuran, baik yang sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan.
Prostitusi, misalnya, baik yang terang-terangan maupun terselubung, dari hari ke hari perkembangannya semakin membuat kita prihatin. Jumlah wanita tuna susila terus membengkak. Sebuah LSM perempuan di Surabaya memperkirakan, jumlah WTS itu sekitar 650 ribu. Lebih sedihnya, penjaja syahwat itu tidak cuma perempuan dewasa, melainkan juga ABG (anak baru gede).
Prof. Dr. T Hull mengungkapkan, dalam setahun, prostitusi di Indonesia menghasilkan sekitar Rp 8,6 trilyun. Jumlah tersebut dihitung dari penghasilan sekitar 72.000 WTS se-Indonesia (1997), ditambah pajak berbagai tempat hiburan malam seperti, bar, dan diskotik. Dan yang sangat cukup mengejutkan, sebagaian dana tersebut menjadi bagian penting dari pemasukan PAD (pendapat asli daerah) dalam setiap daerah. Tak heran bila setiap kali upaya pemberantasan tempat hiburan dan lokalisasi pelacuran sering mengalami jalan buntu.
Sementara menurut catatan Prof Dr. Soeroso Imam Zazuli, selama tahun l999 omzet prostitusi mencapai Rp 919 milyar. Jumlah omzet itu, kata Dekan Fakultas Ekonomi Unair Surabaya, meliputi lokalisasi: Kramat Tunggak dan Ancol (Jakarta), Saritem (Bandung), Sunan Kuning (Semarang), Sanggrahan dan Pasar Kembang (Yogyakarta), dan Kremil, Bangunrejo, Dolly (Surabaya).
Menurut Soeroso, angka tersebut hanya diambil dari tarif Rp 50-Rp75 ribu. Bayangkan, seberapa besar jika semua tarif dapat diperhitungkan.
Itu baru tentang prostitusi, belum lagi masalah korupsi. Ketua BPK, Satrio B. Joedono, dalam pidato penyerahan hasil pemeriksaan semester I tahun 2000 di hadapan sidang paripurna DPR yang lalu, (26/10), menyebut jumlah yang tidak main-main. Kebocoran APBN tahun anggaran l999/2000 mencapai Rp 165,850 triliun. Angka-angka tersebut belum termasuk penyalahgunaan pengelolaan dana non APBN tahun anggaran 1999/2000 yang juga disimpangkan beberapa instansi pemerintah.
Total jenderal, uang negara yang diselewengkan kuroptor tersebut sebanding dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional tahun 1999 yang jumlahnya sekitar 397 trilyun rupiah. Belum lagi minuman keras dan narkoba, angka-angkanya, jika kita mau menghitungnya, juga membuat kita mengurut dada. Belum lagi berbagai kemaksiatan yang lainnya.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Terhadap segala kemaksiatan itu, pemerintah tak mampu berbuat banyak. Tidak heran jika seorang ustad Hud A Musa, M.A., Kepala Pesantren Persis Putra Bangil, berani menyatakan bahwa pemerintah diuntungkan dengan bisnis kemaksiatan itu. Filsafat pembangunan bangsa Indonesia itu masih menganut materialistis-kapitalis. Apakah dengan alasan pemasukan itu kemudian pemerintah tidak berniat sungguh-sungguh memberantas kemaksiatan? Apakah dengan alasan negara masih miskin dan membutuhkan banyak dana, kemudian memakumkan merajalelanya kemaksiatan?
Justru dengan memungut pajak hasil kemaksiatan yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat, akan berdampak kepada perilaku masyarakat yang sulit dikendalikan. Tak heran, puncak dari ketidakterkendaliannya masyarakat dapat terjadi seperti pada Mei tahun yang lalu tat kala Suharto masih menjadi Presiden. Juga, betapa sulitnya aparat mengatur anak-anak pelajar kota bahkan sampai ke pinggiran, yang sering kali saling berkelahi, tawuran, dan akhirnya sampai kepada saling membunuh. Semua itu tidak bisa lepas dari dampak kemaksiatan yang telah diperingatkan oleh Rasulullah, agar para orang tua tidak memberi makanan dan minuman haram kepada anaknya, sebab anak tersebut bakal menjadi anak nakal.
Bangsa yang mayoritas beragama Islam ini telah melupakan sebagian perintah-perintah agamanya hingga menghadapi kemaksiatan seolah tak berdaya. Negara memiliki pasukan penegak kebenaran yang banyak, tetapi mereka tidak cakap mengerjakan pekerjaannya jika dihadapkan kepada dunia materialisme.
Imam Al Ghazali dalam Ihya-nya menyatakan,"Setiap sesuatu yang dibangun dari barang haram, maka hasilnya adalah neraka." Bahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah pernah meminta para sahabat untuk menghancurkan Masjid Dziror di Madinah. "Hancurkan dan jangan pernah dipakai lagi masjid ini," kata Rasulullah. Mengapa Rasulullah sampai berbuat demikian? Penyebabnya tidak lain, karena masjid tersebut dibangun dari barang haram.
Untuk apa ratusan ribu orang sebagai aparat penegak hukum digaji tiap bulan dengan menggunakan uang rakyatnya yang sebagian besar adalah ummat Islam, tetapi mereka tidak mampu berbuat banyak untuk mengikis kemaksiatan dan kemungkaran sebagaimana yang didamabakan ummat Islam. Mereka memakan uang dari hasil keringat sebagian besar ummat Islam, tetapi mereka justru menangkapi tokoh-tokoh Islam yang nyata-nyata adalah berjuang demi tegaknya hukum-hukum kebenaran yang Allah turunkan.
Ironis memang, ketika muncul tokoh-tokoh vokal yang menyuarakan pemberantasan kemaksiatan malah dianggap sebagai kelompok Islam keras, militan, bahkan dianggap teroris. Apalagi dengan adanya permintaan "sang adi kuasa yang nakal," AS, mengharapkan Indonesia bebas dari kelompok Islam yang kokoh dengan agamanya. Mereka tangkap orang-orang vokal yang berhaluan menyimpang dari pemerintah, kemudian mereka penjara. Sesungguhnya pemerintah menganggap orang-orang vokal akan menghalangi bahkan membahayakan kedudukannya sebagai penguasa. Para penguasa tidak peduli, benar atau salah, yang penting kekuasaan tetap ada dalam genggamannya.
Sungguh, mereka tokoh-tokoh vokal penegak kebenaran dengan organisasinya masing-masing yang terbuka, tidak sembunyi-sembunyi, menyerukan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka menghendaki negeri ini terhindar dari merajalelanya berbagai kemaksiatan. Mereka menghendaki kehidupan yang penuh nilai-nilai akhlakul karimah. Mereka tentunya juga lebih mencintai kedamaian. Akan tetapi, jika mereka mencium bau kemaksiatan, maka jiwanya ingin rasanya menghancurkan kemaksiatan itu dengan tangannya.
Sungguh, kita orang-orang yang beriman mencemaskan keadaan seperti ini. Bila segala kemaksiatan dibiarkan berkembang terus, jangan-jangan Allah bakal mengirimkan azabnya. Sebab, Allah telah memperingatkan melalui Al-Qur'an, bila kaumnya mendustakan ayat-ayatnya, maka siksaanlah yang bakal dialami kaum tersebut
(Q. S. Al A'raaf: 96)
Kaum muslimin rahimakumullah!
Al-Qur'an telah banyak menceritakan kaum suatu negeri dimusnahkan Allah, lantaran mereka durhaka kepada Pencipta dan Rasul-Nya serta berlaku maksiat. Ummat Nabi Nuh a.s., misalnya, mereka ditenggelamkan oleh Allah, dengan mengirim air bah.
Dalam Surat Saba', juga diceritakan hal sama. Negeri Saba' dikenal subur dan makmur, sehingga rakyat hidup berkecukupan bahkan mewah. Namun, kemakmuran itu menyebabkan mereka ingkar kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat kepada mereka. Allah kemudian menimpakan azab kepada mereka berupa sailul `arim, banjir yang besar (Q. S. Saba': 16).
Akankah kita mengalami nasib sama dengan mereka? Semoga saja tidak. Tetapi, melihat bencana yang datang bertubi-tubi yang dialami oleh Indonesia sekarang ini, kita pantas was-was.
Mengutip pernyataan ustad Syaichu, anggota Dewan Syura Hidayatullah, bila melihat kondisi riil Indonesia sekarang ini, sebenarnya sudah cukup alasan Allah menimpakan azabnya. Bahkan kalau dalam tataran menegakkan nilai-nilai dasar membangun negara, sebenarnya kita sudah layak hancur sejak ditolaknya "Piagam Jakarta" sebagai dasar konstitusi kita. "Sejak dicoret tujuh kata itulah, sebenarnya kita sudah menandatangi tanggal kematian bagi bangsa Indonesia sendiri."
Kaum muslimin rahimakumullah!
Marilah kita berdo'a dan berupaya untuk mencegah azab Allah Yang Maha Keras siksa-Nya. Selain tobat, pertama, adanya pembenahan tauhid kepada ummat Islam, termsuk didalamnya pelurusan kembali pemikiran tauhid para alim ulama. Kedua, berfikir secara adil, tidak menuruti nafsu dan kepentingan diri serta kelompok. Dan ketiga, menumbuhkan kesucian diri. Maksudnya, hindari seluruh kepentingan yang merusak diri itu dengan perbuatan yang baik, adil, dan jujur. Ketiga hal itu, harus diprogramkan dengan secara sistematis dan integratif....
Sumber: Diadaptasi dari Aroma Kemaksiatan Kian Menyengat, Hidayatullah
Kaum Muslimin rahimakumullah!
Marilah kita berlomba-lomba menuju bertakwa kepada Allah SWT. Kita perbaiki dan tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah SWT, karena keimanan dan ketakwaan adalah senjata utama bagi kita sekalian, kaum muslimin, untuk mencapai kemenagan di sisi Allah SWT.
Islam adalah agama yang sangat menentang kemaksiatan. Tetapi ironisnya, di negeri yang ummat Islamnya terbesar di dunia ini, aroma kemaksiatan justru terasa menyengat. Berbagai bentuk kemaksiatan dewasa ini terasa mengalami kenaikan yang membuat bulu kuduk berdiri. Di media massa, baik di TV maupun di koran-koran, berita kemaksiatan menjadi bagian penting yang tidak pernah hilang. Bahkan dari hari kehari semakin menjadi-jadi. Peredaran VCD porno, dan minuman keras semakin gila-gilaan. Juga peredaran berbagai jenis narkotika. Belum lagi pembunuhan, perampokan dan pejambretan, pemerkosaan, perjudian, perkorupsian hingga pelacuran, baik yang sembunyi-sembunyi maupun yang terang-terangan.
Prostitusi, misalnya, baik yang terang-terangan maupun terselubung, dari hari ke hari perkembangannya semakin membuat kita prihatin. Jumlah wanita tuna susila terus membengkak. Sebuah LSM perempuan di Surabaya memperkirakan, jumlah WTS itu sekitar 650 ribu. Lebih sedihnya, penjaja syahwat itu tidak cuma perempuan dewasa, melainkan juga ABG (anak baru gede).
Prof. Dr. T Hull mengungkapkan, dalam setahun, prostitusi di Indonesia menghasilkan sekitar Rp 8,6 trilyun. Jumlah tersebut dihitung dari penghasilan sekitar 72.000 WTS se-Indonesia (1997), ditambah pajak berbagai tempat hiburan malam seperti, bar, dan diskotik. Dan yang sangat cukup mengejutkan, sebagaian dana tersebut menjadi bagian penting dari pemasukan PAD (pendapat asli daerah) dalam setiap daerah. Tak heran bila setiap kali upaya pemberantasan tempat hiburan dan lokalisasi pelacuran sering mengalami jalan buntu.
Sementara menurut catatan Prof Dr. Soeroso Imam Zazuli, selama tahun l999 omzet prostitusi mencapai Rp 919 milyar. Jumlah omzet itu, kata Dekan Fakultas Ekonomi Unair Surabaya, meliputi lokalisasi: Kramat Tunggak dan Ancol (Jakarta), Saritem (Bandung), Sunan Kuning (Semarang), Sanggrahan dan Pasar Kembang (Yogyakarta), dan Kremil, Bangunrejo, Dolly (Surabaya).
Menurut Soeroso, angka tersebut hanya diambil dari tarif Rp 50-Rp75 ribu. Bayangkan, seberapa besar jika semua tarif dapat diperhitungkan.
Itu baru tentang prostitusi, belum lagi masalah korupsi. Ketua BPK, Satrio B. Joedono, dalam pidato penyerahan hasil pemeriksaan semester I tahun 2000 di hadapan sidang paripurna DPR yang lalu, (26/10), menyebut jumlah yang tidak main-main. Kebocoran APBN tahun anggaran l999/2000 mencapai Rp 165,850 triliun. Angka-angka tersebut belum termasuk penyalahgunaan pengelolaan dana non APBN tahun anggaran 1999/2000 yang juga disimpangkan beberapa instansi pemerintah.
Total jenderal, uang negara yang diselewengkan kuroptor tersebut sebanding dengan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional tahun 1999 yang jumlahnya sekitar 397 trilyun rupiah. Belum lagi minuman keras dan narkoba, angka-angkanya, jika kita mau menghitungnya, juga membuat kita mengurut dada. Belum lagi berbagai kemaksiatan yang lainnya.
Kaum muslimin rahimakumullah!
Terhadap segala kemaksiatan itu, pemerintah tak mampu berbuat banyak. Tidak heran jika seorang ustad Hud A Musa, M.A., Kepala Pesantren Persis Putra Bangil, berani menyatakan bahwa pemerintah diuntungkan dengan bisnis kemaksiatan itu. Filsafat pembangunan bangsa Indonesia itu masih menganut materialistis-kapitalis. Apakah dengan alasan pemasukan itu kemudian pemerintah tidak berniat sungguh-sungguh memberantas kemaksiatan? Apakah dengan alasan negara masih miskin dan membutuhkan banyak dana, kemudian memakumkan merajalelanya kemaksiatan?
Justru dengan memungut pajak hasil kemaksiatan yang kemudian didistribusikan kepada masyarakat, akan berdampak kepada perilaku masyarakat yang sulit dikendalikan. Tak heran, puncak dari ketidakterkendaliannya masyarakat dapat terjadi seperti pada Mei tahun yang lalu tat kala Suharto masih menjadi Presiden. Juga, betapa sulitnya aparat mengatur anak-anak pelajar kota bahkan sampai ke pinggiran, yang sering kali saling berkelahi, tawuran, dan akhirnya sampai kepada saling membunuh. Semua itu tidak bisa lepas dari dampak kemaksiatan yang telah diperingatkan oleh Rasulullah, agar para orang tua tidak memberi makanan dan minuman haram kepada anaknya, sebab anak tersebut bakal menjadi anak nakal.
Bangsa yang mayoritas beragama Islam ini telah melupakan sebagian perintah-perintah agamanya hingga menghadapi kemaksiatan seolah tak berdaya. Negara memiliki pasukan penegak kebenaran yang banyak, tetapi mereka tidak cakap mengerjakan pekerjaannya jika dihadapkan kepada dunia materialisme.
Imam Al Ghazali dalam Ihya-nya menyatakan,"Setiap sesuatu yang dibangun dari barang haram, maka hasilnya adalah neraka." Bahkan dalam sebuah hadist, Rasulullah pernah meminta para sahabat untuk menghancurkan Masjid Dziror di Madinah. "Hancurkan dan jangan pernah dipakai lagi masjid ini," kata Rasulullah. Mengapa Rasulullah sampai berbuat demikian? Penyebabnya tidak lain, karena masjid tersebut dibangun dari barang haram.
Untuk apa ratusan ribu orang sebagai aparat penegak hukum digaji tiap bulan dengan menggunakan uang rakyatnya yang sebagian besar adalah ummat Islam, tetapi mereka tidak mampu berbuat banyak untuk mengikis kemaksiatan dan kemungkaran sebagaimana yang didamabakan ummat Islam. Mereka memakan uang dari hasil keringat sebagian besar ummat Islam, tetapi mereka justru menangkapi tokoh-tokoh Islam yang nyata-nyata adalah berjuang demi tegaknya hukum-hukum kebenaran yang Allah turunkan.
Ironis memang, ketika muncul tokoh-tokoh vokal yang menyuarakan pemberantasan kemaksiatan malah dianggap sebagai kelompok Islam keras, militan, bahkan dianggap teroris. Apalagi dengan adanya permintaan "sang adi kuasa yang nakal," AS, mengharapkan Indonesia bebas dari kelompok Islam yang kokoh dengan agamanya. Mereka tangkap orang-orang vokal yang berhaluan menyimpang dari pemerintah, kemudian mereka penjara. Sesungguhnya pemerintah menganggap orang-orang vokal akan menghalangi bahkan membahayakan kedudukannya sebagai penguasa. Para penguasa tidak peduli, benar atau salah, yang penting kekuasaan tetap ada dalam genggamannya.
Sungguh, mereka tokoh-tokoh vokal penegak kebenaran dengan organisasinya masing-masing yang terbuka, tidak sembunyi-sembunyi, menyerukan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka menghendaki negeri ini terhindar dari merajalelanya berbagai kemaksiatan. Mereka menghendaki kehidupan yang penuh nilai-nilai akhlakul karimah. Mereka tentunya juga lebih mencintai kedamaian. Akan tetapi, jika mereka mencium bau kemaksiatan, maka jiwanya ingin rasanya menghancurkan kemaksiatan itu dengan tangannya.
Sungguh, kita orang-orang yang beriman mencemaskan keadaan seperti ini. Bila segala kemaksiatan dibiarkan berkembang terus, jangan-jangan Allah bakal mengirimkan azabnya. Sebab, Allah telah memperingatkan melalui Al-Qur'an, bila kaumnya mendustakan ayat-ayatnya, maka siksaanlah yang bakal dialami kaum tersebut
(Q. S. Al A'raaf: 96)
Kaum muslimin rahimakumullah!
Al-Qur'an telah banyak menceritakan kaum suatu negeri dimusnahkan Allah, lantaran mereka durhaka kepada Pencipta dan Rasul-Nya serta berlaku maksiat. Ummat Nabi Nuh a.s., misalnya, mereka ditenggelamkan oleh Allah, dengan mengirim air bah.
Dalam Surat Saba', juga diceritakan hal sama. Negeri Saba' dikenal subur dan makmur, sehingga rakyat hidup berkecukupan bahkan mewah. Namun, kemakmuran itu menyebabkan mereka ingkar kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat kepada mereka. Allah kemudian menimpakan azab kepada mereka berupa sailul `arim, banjir yang besar (Q. S. Saba': 16).
Akankah kita mengalami nasib sama dengan mereka? Semoga saja tidak. Tetapi, melihat bencana yang datang bertubi-tubi yang dialami oleh Indonesia sekarang ini, kita pantas was-was.
Mengutip pernyataan ustad Syaichu, anggota Dewan Syura Hidayatullah, bila melihat kondisi riil Indonesia sekarang ini, sebenarnya sudah cukup alasan Allah menimpakan azabnya. Bahkan kalau dalam tataran menegakkan nilai-nilai dasar membangun negara, sebenarnya kita sudah layak hancur sejak ditolaknya "Piagam Jakarta" sebagai dasar konstitusi kita. "Sejak dicoret tujuh kata itulah, sebenarnya kita sudah menandatangi tanggal kematian bagi bangsa Indonesia sendiri."
Kaum muslimin rahimakumullah!
Marilah kita berdo'a dan berupaya untuk mencegah azab Allah Yang Maha Keras siksa-Nya. Selain tobat, pertama, adanya pembenahan tauhid kepada ummat Islam, termsuk didalamnya pelurusan kembali pemikiran tauhid para alim ulama. Kedua, berfikir secara adil, tidak menuruti nafsu dan kepentingan diri serta kelompok. Dan ketiga, menumbuhkan kesucian diri. Maksudnya, hindari seluruh kepentingan yang merusak diri itu dengan perbuatan yang baik, adil, dan jujur. Ketiga hal itu, harus diprogramkan dengan secara sistematis dan integratif....
Sumber: Diadaptasi dari Aroma Kemaksiatan Kian Menyengat, Hidayatullah
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» kemaksiatan kian menyengat
» kemaksiatan, pertanda hilangnya wibawa umat islam
» Pembunuhan Ummat Islam Oleh Ummat Budha Myanmar
» menghidupkan sunnah nabi yang kian terasing
» Poligami Kian Marak di Amerika Serikat pelakunya justru orang kristen
» kemaksiatan, pertanda hilangnya wibawa umat islam
» Pembunuhan Ummat Islam Oleh Ummat Budha Myanmar
» menghidupkan sunnah nabi yang kian terasing
» Poligami Kian Marak di Amerika Serikat pelakunya justru orang kristen
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik