Tafsir Al Baqarah 208
Halaman 1 dari 1 • Share
Tafsir Al Baqarah 208
"Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah s*t*n." (Al-Baqarah: 208).
Setiap muslim ketika membaca kalimah syahadah "La ilaaha illallah Muhmmadur Rasulullah", berarti pada saat itu ia telah mengakui bahwa satu-satunya hukum yang harus ia patuhi adalah hukum Allah, yang berdaulat atas dirinya hanyalah Allah, hanya Allah lah yang harus ia patuhi, dan hanya hal-hal yang benar menurut Allah dan rasul-Nya sajalah yang benar baginya.
Seseorang, begitu menjadi muslim, berarti konsekuensinya ia berkewajiban menilai segala sesuatu berdasarkan Alquran dan Sunnah, bukan berdasarkan pendapatnya sendiri, pendapat atau kebiasaan masyarakat. Ia harus menerima apa yang sesuai dengan Firman Allah dan Sunnah rasul-Nya, dan menolak apa pun yang bertentangan dengan keduanya, tak peduli apa kata orang dan apa yang mereka lakukan. Adalah bertentangan (kontradiktif) bila di satu pihak ia mengatakan bahwa ia adalah seorang muslim, tetapi di lain pihak ia masih lebih menurutkan pendapat dan seleranya sendiri, atau kebiasaan masyarakat, atau apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang-orang yang enggan menuruti Alquran dan Sunnah.
Seorang muslim akan menyerahkan seluruh masalah hidupnya kepada ajaran Alquran dan Sunnah, dan mengesampingkan pemikirannya sendiri, atau adat kebiasan masyarakat, atau perkataan dan perbuatan orang yang tak menuruti ajaran Allah dan rasul-Nya. Seorang muslim harus tetap berada dalam ikatan Islam, yaitu menerima firman Allah dan Sunnah rasul-Nya sebagai kriteria kebenaran dan keadilan, dan memandang segala sesuatu yang bertentangan dengannya sebagai kebatilan. Setiap saat ia membuat keputusan terhadap segala persoalan hidup berdasarkan metode, petunjuk yang telah digariskan dalam kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya, bukan berdasarkan metode yang ditentukan oleh kemauan dirinya sendiri, atau adat kebiasaan, atau aturan yang dibuat oleh masyarakat (Abul A'la Maududi: Dasar-Dasar Islam, 1984: 25 -- 27).
Setiap Muslim berkewajiban memasyarakatkan pesan-pesan Islam. Salah satu pesan Islam adalah agar senantiasa berpegang dan berpedoman hanya pada ajaran Islam itu sendiri dan melucuti seluruh ajaran, ideologi baik lokal, regional, maupun internasional. Sedangkan yang bukan muslim bebas melakukan sesuatu yang disukainya, dan menyebut dirinya dengan sebutan yang disukainya, asalkan saja tak mengganggu, merintangi dakwah Islam.
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Allah."
(7: 3).
"Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu menceraikan kamu dari jalan-Nya." (6: 153).
"Dana janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (5: 77).
"Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sesungguhnya orang itu telah sesat dari jalan yang lurus."
(2: 108).
Setiap muslim ketika membaca kalimah syahadah "La ilaaha illallah Muhmmadur Rasulullah", berarti pada saat itu ia telah mengakui bahwa satu-satunya hukum yang harus ia patuhi adalah hukum Allah, yang berdaulat atas dirinya hanyalah Allah, hanya Allah lah yang harus ia patuhi, dan hanya hal-hal yang benar menurut Allah dan rasul-Nya sajalah yang benar baginya.
Seseorang, begitu menjadi muslim, berarti konsekuensinya ia berkewajiban menilai segala sesuatu berdasarkan Alquran dan Sunnah, bukan berdasarkan pendapatnya sendiri, pendapat atau kebiasaan masyarakat. Ia harus menerima apa yang sesuai dengan Firman Allah dan Sunnah rasul-Nya, dan menolak apa pun yang bertentangan dengan keduanya, tak peduli apa kata orang dan apa yang mereka lakukan. Adalah bertentangan (kontradiktif) bila di satu pihak ia mengatakan bahwa ia adalah seorang muslim, tetapi di lain pihak ia masih lebih menurutkan pendapat dan seleranya sendiri, atau kebiasaan masyarakat, atau apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang-orang yang enggan menuruti Alquran dan Sunnah.
Seorang muslim akan menyerahkan seluruh masalah hidupnya kepada ajaran Alquran dan Sunnah, dan mengesampingkan pemikirannya sendiri, atau adat kebiasan masyarakat, atau perkataan dan perbuatan orang yang tak menuruti ajaran Allah dan rasul-Nya. Seorang muslim harus tetap berada dalam ikatan Islam, yaitu menerima firman Allah dan Sunnah rasul-Nya sebagai kriteria kebenaran dan keadilan, dan memandang segala sesuatu yang bertentangan dengannya sebagai kebatilan. Setiap saat ia membuat keputusan terhadap segala persoalan hidup berdasarkan metode, petunjuk yang telah digariskan dalam kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya, bukan berdasarkan metode yang ditentukan oleh kemauan dirinya sendiri, atau adat kebiasaan, atau aturan yang dibuat oleh masyarakat (Abul A'la Maududi: Dasar-Dasar Islam, 1984: 25 -- 27).
Setiap Muslim berkewajiban memasyarakatkan pesan-pesan Islam. Salah satu pesan Islam adalah agar senantiasa berpegang dan berpedoman hanya pada ajaran Islam itu sendiri dan melucuti seluruh ajaran, ideologi baik lokal, regional, maupun internasional. Sedangkan yang bukan muslim bebas melakukan sesuatu yang disukainya, dan menyebut dirinya dengan sebutan yang disukainya, asalkan saja tak mengganggu, merintangi dakwah Islam.
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Allah."
(7: 3).
"Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan itu menceraikan kamu dari jalan-Nya." (6: 153).
"Dana janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya dan mereka telah menyesatkan kebanyakan manusia dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (5: 77).
"Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sesungguhnya orang itu telah sesat dari jalan yang lurus."
(2: 108).
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: Tafsir Al Baqarah 208
plihlah jalan Tuhan dan ikutlah Tuhan
jangan ikut zat/ilah bernama ini atau itu
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: Tafsir Al Baqarah 208
?Wahai orang-orang yang beriman masuklah dalam Islam itu secara menyeluruh dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah s*t*n. Sesunguhnya s*t*n itu adalah musuh yang nyata bagi kalian?. (Qs. Al-Baqarah:208)
Kemerosotan yang terjadi di negerti-negeri Islam bukan suatu akibat pasti dari naik-turunnya pertumbuhan suatu negeri. Ada benang-benang merah yang menghubungkan, diantaranya: Pertama, cara pandang umat yang salah dalam menempatkan agama. Agama seolah merupakan pakaian ketika sedang melakukan ritual ibadah yang bersifat mahdah (khusus), seperti shalat, puasa, zakat haji dll. Sementara sisi-sisi lain dari kehidupan yang sangat vital ?menurut persepsi mereka- tak tersentuh oleh agama sedikitpun. Padahal Islam bersifat universal dalam pengertian menyentuh berbagai aspek kehidupan; mulai dari sosial, ekonomi, politik, budaya, dst.
Sebagai akibat logis adalah, untuk menyebut contoh, banyak yang melakukan shalat sedang ia tidak mengetahui sama sekali kalau pakaian yang ia pakai bukan dari usaha yang halal seperti bunga bank. Orang berkorban, berzakat, berhaji dll., tanpa tahu akan halal-haram uang yang ia pakai. Pemahaman agama yang seperti inilah yang merusak semua rangkaian ibadah-ibadah yang lain. Isyarat yang jelas tentang hal ini telah Allah ungkapkan dalam firman-Nya: ??Masuklah dalam Islam itu secara menyeluruh??. (Al-Baqarah:208) Kalau ibadah yang kita lakukan ini rusak maka dari mana keunggulan dan kemenangan akan kita capai??.
Aspek-aspek sosial Islam banyak terlupakan oleh kaum Muslimin. Lihat saja di sekitar kita, masih banyak kaum fakir miskin yang terlantar, sementara di samping gubuk-gubuk mereka berdiri gedung-gedung pencakar langit yang pemilikinya adalah seorang muslim. Bukankah Islam mengajarkan kasih sayang dan tolong menolong di antara sesama muslim ? Bukankah seorang muslim dengan yang lainnya adalah bersaudara ? Bukankah totalitas Islam mengajarkan kita untuk menerapkan seluruh ajaran Islam dalam berbagai aspeknya ?
Kedua, penekanan ibadah yang keliru. Banyak orang mendahulukan perkara sunnah dari yang wajib, mendahulukan yang mubah dari yang sunnah, dan seterusnya. Padahal semestinya, yang wajib harus didahulukan, menyusul sunnah, kemudian mubah. Sebagai contoh, ketika seseorang lebih mendahulukan shalat lail, lalu meninggalkan shalat shubuh dengan alasan shalat lail, atau mengeluarkan infak tapi tidak mengeluarkan zakat, dst.
Pemisahan politik dan negara dari agama (sekularisme), atau pemisahan urusan keduniaan dan urusan akhirat, adalah contoh lain dari penanggalan totalitas Islam. Islam tidak mengenal sikap parsial dalam memandang hidup. Sebab hidup adalah suatu mata rantai, yang mempunyai konsekwensi masa depan di Akhirat. Bukankah Al-Qur?an menyebutkan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat oleh pendengaran, penglihatan dan hati kita.
Kita tidak bisa menunda-nunda sikap totalitas kita dalam melaksanakan Islam. Caranya, mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga dan orang-orang terdekat kita, barulah kepada kaum muslimin dan manusia secara umum. Muslim kaffah, kenapa tidak ?
Kemerosotan yang terjadi di negerti-negeri Islam bukan suatu akibat pasti dari naik-turunnya pertumbuhan suatu negeri. Ada benang-benang merah yang menghubungkan, diantaranya: Pertama, cara pandang umat yang salah dalam menempatkan agama. Agama seolah merupakan pakaian ketika sedang melakukan ritual ibadah yang bersifat mahdah (khusus), seperti shalat, puasa, zakat haji dll. Sementara sisi-sisi lain dari kehidupan yang sangat vital ?menurut persepsi mereka- tak tersentuh oleh agama sedikitpun. Padahal Islam bersifat universal dalam pengertian menyentuh berbagai aspek kehidupan; mulai dari sosial, ekonomi, politik, budaya, dst.
Sebagai akibat logis adalah, untuk menyebut contoh, banyak yang melakukan shalat sedang ia tidak mengetahui sama sekali kalau pakaian yang ia pakai bukan dari usaha yang halal seperti bunga bank. Orang berkorban, berzakat, berhaji dll., tanpa tahu akan halal-haram uang yang ia pakai. Pemahaman agama yang seperti inilah yang merusak semua rangkaian ibadah-ibadah yang lain. Isyarat yang jelas tentang hal ini telah Allah ungkapkan dalam firman-Nya: ??Masuklah dalam Islam itu secara menyeluruh??. (Al-Baqarah:208) Kalau ibadah yang kita lakukan ini rusak maka dari mana keunggulan dan kemenangan akan kita capai??.
Aspek-aspek sosial Islam banyak terlupakan oleh kaum Muslimin. Lihat saja di sekitar kita, masih banyak kaum fakir miskin yang terlantar, sementara di samping gubuk-gubuk mereka berdiri gedung-gedung pencakar langit yang pemilikinya adalah seorang muslim. Bukankah Islam mengajarkan kasih sayang dan tolong menolong di antara sesama muslim ? Bukankah seorang muslim dengan yang lainnya adalah bersaudara ? Bukankah totalitas Islam mengajarkan kita untuk menerapkan seluruh ajaran Islam dalam berbagai aspeknya ?
Kedua, penekanan ibadah yang keliru. Banyak orang mendahulukan perkara sunnah dari yang wajib, mendahulukan yang mubah dari yang sunnah, dan seterusnya. Padahal semestinya, yang wajib harus didahulukan, menyusul sunnah, kemudian mubah. Sebagai contoh, ketika seseorang lebih mendahulukan shalat lail, lalu meninggalkan shalat shubuh dengan alasan shalat lail, atau mengeluarkan infak tapi tidak mengeluarkan zakat, dst.
Pemisahan politik dan negara dari agama (sekularisme), atau pemisahan urusan keduniaan dan urusan akhirat, adalah contoh lain dari penanggalan totalitas Islam. Islam tidak mengenal sikap parsial dalam memandang hidup. Sebab hidup adalah suatu mata rantai, yang mempunyai konsekwensi masa depan di Akhirat. Bukankah Al-Qur?an menyebutkan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang diperbuat oleh pendengaran, penglihatan dan hati kita.
Kita tidak bisa menunda-nunda sikap totalitas kita dalam melaksanakan Islam. Caranya, mulai dari diri sendiri, kemudian keluarga dan orang-orang terdekat kita, barulah kepada kaum muslimin dan manusia secara umum. Muslim kaffah, kenapa tidak ?
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» Tafsir Al Baqarah 3
» Tafsir Al Baqarah 151
» tafsir al Baqarah 159-160
» tafsir al Baqarah 183
» tafsir al Baqarah 275
» Tafsir Al Baqarah 151
» tafsir al Baqarah 159-160
» tafsir al Baqarah 183
» tafsir al Baqarah 275
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik