FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

dukun dan perkara ghoib Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

dukun dan perkara ghoib Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

dukun dan perkara ghoib

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

dukun dan perkara ghoib Empty dukun dan perkara ghoib

Post by keroncong Sat Nov 12, 2011 11:06 am

Alhamdulillah, ash shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ba’du;

Sesungguhnya pengetahuan terhadap perkara ghaib termasuk hal yang menjadi rahasia Allah.Termasuk sifat Allah paling khusus, yang tidak ada seorang makhlukpun dapat menyamaiNya. Sebagaimana firmanNya,

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS Al An’am : 59).
Dan firmanNya,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS Al Jin : 26,27).
Barangsiapa berkeyakinan, bahwa dirinya atau orang lain boleh menguasai perkara ghaib, berarti ia telah kafir. Karena perkara ini termasuk perkara yang tidak pernah diberitakan kepada siapapun oleh Allah; tidak kepada para malaikat yang dekat dan tidak juga kepada para rasul yang diutus.

Namun sangat disayangkan, banyak diantara orang awam di sebagian negara-negara Islam yang masih percaya kepada cerita-cerita khurafat dan cerita-cerita syirik orang-orang jahiliyah. Misalnya keyakinan, bahwa ada sebagian orang yang dapat mengetahui perkara ghaib. Seperti : dukun, tukang tenung atau yang sejenisnya. Kenyataan ini bisa didapati pada banyak negara Islam. Ini adalah kekeliruan yang sangat berbahaya dalam aqidah, karena merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan selainNya dalam hal yang menjadi kekhususan Allah, yaitu mengetahui perkara ghaib.

Dalam sebuah hadits,

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Barangsiapa yang mendatangi tukang tenung atau dukun, lalu ia percaya dengan apa yang dikatakan dukun atau tukang tenung itu, berarti ia telah kafir dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad.(HR. Imam Ahmad)
Dukun-dukun itu telah banyak merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Masyarakat telah mengeluarkan banyak harta demi mendapatkan ilmu ghaib menurut sangkaan mereka- dan terkadang sang dukun memberitahukan kepada mereka beberapa perkara, sebagiannya (kebetulan-pent) benar dan sebagiannya lagi bohong. Bahkan sebagian besar adalah bohong. Sehingga terbaliklah tolok ukur kehidupannya, yaitu banyak orang mengatur hidup mereka berdasarkan saran-saran yang disampaikan oleh sang pendusta yang mengaku mengetahui perkara ghaib.

Allah berfirman kepada NabiNya,

قُل لآَّأَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَاشَآءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَامَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah,"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.(QS Al A’raf : 188).
Jika Nabi saja tidak mengetahui perkara ghaib, bahkan dengan terus terang beliau menafikan hal itu atas dirinya, maka orang selain beliau pasti tidak lebih tahu. Karena Beliau n lebih berhak daripada mereka. Beliau adalah anak keturunan Adam yang paling afdhal secara mutlak. Ketika ada nash yang menyatakan, bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib, maka selain beliau pasti lebih tidak tahu lagi.

Tergelincirnya banyak orang ke dalam kesalahan berbahaya ini, disebabkan oleh beberapa berita yang mereka lihat ‘benar’, yang berasal dari para pendusta itu. Sehingga keyakinan mereka semakin kuat, dan selanjutnya mempercayai cerita-cerita sang dukun berikutnya.

Begitulah pintu kedustaan dan dajjal menjadi semakin terbuka. Para pendusta inipun menjelma menjadi wali-wali Allah (menurut dugaan mereka). Orang-orang awam (bodoh) itu melupakan banyak hal. Diantaranya :

- Bahwa pengetahuan tentang perkara ghaib, termasuk perkara yang hanya diketahui oleh Allah. Bahkan sebagian pemberitaan para nabi terhadap perkara ghaib, semua itu hanyalah berdasarkan apa yang Allah beritakan kepada mereka dan bukan karena usaha mereka sendiri. Sebagaimana firman Allah,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS Al Jin : 26,27).
- Bahwa kebanyakan orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib bukanlah orang baik-baik dan bertakwa. Bahkan ada diantara mereka yang fajir (penjahat) lagi zindiq. Mereka berkubang dalam banyak perbuatan yang diharamkan seperti berkhalwat (berdua-duaan) dengan wanita yang halal dinikah, mengkonsumsi makanan haram dan lain-lain. Kenyataan ini menunjukkan, bahwa kabar-kabar tentang sebagian perkara ghaib kadang bersumber dari orang yang tidak shalih, bahkan non muslim. Bagaimana mungkin mereka ini bisa menjadi wali-wali Allah?

- Seandainya mengetahui hal yang ghaib itu merupakan buah dari keimanan yang benar, tentunya orang yang paling berhak ialah Rasulullah . Padahal Beliau telah menafikan hal itu terhadap diri beliau.

- Seandainya orang-orang ini benar dalam pengakuannya, yaitu mengetahui perkara ghaib, tentu mereka akan menghindarkan diri dari bencana-bencana atau kejahatan yang terkadang menimpa mereka.

Adapun mengenai jalan yang ditempuh oleh para pendusta ini -sehingga bisa memberitakan sebagian perkara ghaib- yaitu sebagai berikut :

- Sebagian mereka mempunyai hubungan dengan jin. Jin-jin ini menyampaikan kepada si dukun sebagian berita benar yang dicuri oleh sang jin. Kemudian sang dukun ini membuat seratus kedustaan. Sebagaimana dalam sebuah hadits,

قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسُوا بِشَيْءٍ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيُقِرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ

Aisyah istri Nabi berkata, Ada sekelompok orang yang bertanya kepada Rasulullah masalah tukang dukun, Beliau menjawab,Mereka tidak ada apa-apanya. Orang-orang itu berkata, Wahai Rasulullah, terkadang mereka membicarakan sesuatu yang benar. Maka Rasulullah n menjawab, Itulah sebuah kalimat kebenaran yang dicuri oleh jin, lalu disampaikan kepada telinga walinya, lalu wali-wali jin ini mencampurinya dengan seratus kedustaan.
- Sebagian orang terkadang memiliki firasat atau kemampuan untuk membaca apa yang sedang bergejolak dalam hati seseorang yang sedang berada di depannya. Lalu, ia memberitahukan sebagian saja sehingga ia menjadi kagum dan mengira, bahwa si penebak tadi seorang wali. Padahal kemampuan seperti ini bisa didapatkan dan dimiliki oleh orang-orang kafir di negeri-negeri mereka. Bisa juga dimiliki oleh sebagian psikolog atau selain mereka.

- Sebagian dukun itu juga meminta bantuan kepada pembantu-pembantunya yang menyelinap di tengah masyarakat. Sehingga bisa mengetahui nama seseorang atau sedikit tentang riwayat hidupnya, atau sesuatu yang ingin diketahuinya.

Jika sudah tahu, ia lalu menyampaikan berita tersebut kepada ‘sang dajjal’ (dalam hal ini dukun). Dengan modal berita, sang dukun menghadapi orang-orang yang tidak tahu, sehingga dianggapnya mengetahui semua perkara yang telah lewat. Karena itu, semua ucapannya tentang apa-apa yang akan datang dan masalah ghaibiyah menjadi bisa di terima.

Sebagai penutup. Saya ingatkan kepada kaum muslimin, agar jangan merusak agamanya, akidahnya, dunianya dan akhiratnya dengan mendatangi dukun atau tukang tenung, meminta pendapat mereka maupun mempercayai mereka. Semua itu merupakan kekufuran.

Mereka wajib bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut, jika mereka sudah terlanjur tergelincir dalam perbuatan seperti itu.

Mereka wajib mengoreksi kembali akidahnya. Mengetahui hal-hal yang bisa memperbaiki dan hal yang bisa merusak. Ini merupakan kewajiban yang paling mendasar. Wallahu min wara’ al qhasd

HUKUM ORANG YANG MENGAKU MENGETAHUI PERKARA GHAIB

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya tentang hukum orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib. Maka, beliau menjawab sebagai berikut.

Orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, berarti ia telah kafir. Sebab, ia telah mendustakan Allah . Allah berfirman,

قُل لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَايَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Katakanlah,"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS An Naml : 65).
Apabila Allah telah menyuruh NabiNya; Muhammad untuk mengumumkan kepada khalayak, bahwa tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah; maka orang yang mengaku mengetahuinya, berarti ia telah mendustkan Allah. Kita katakan kepada orang-orang ini, Bagaimana mungkin kalian mengetahui yang ghaib, padahal Nabi n tidak mengetahuinya? Apakah kalian lebih mulia, ataukah Rasulullah? Jika mereka menjawab, Kami lebih mulia, berarti mereka telah kafir akibat dari perkataannya ini. Jika mereka menjawab, Dia lebih mulia, maka kita katakan, Kenapa dia tidak mengetahui yang ghaib, sedangkan kalian bisa mengetahuinya? Padahal Allah berfirman,

عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا . إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS Al Jin : 26,27).
Inilah ayat kedua yang menunjukkan kekufuran orang-orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib. Padahal Allah k telah memerintahkan NabiNya; Muhammad untuk menngumumkan kepada khalayak dengan firmanNya,

قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ

Katakanlah,Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu, bahwa aku ini Malaikat. Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. (QS Al An’am : 50).

keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

dukun dan perkara ghoib Empty Re: dukun dan perkara ghoib

Post by voorman Sun Jun 23, 2013 5:49 am

Kepercayaan adalah landasan pokok bagi masyarakat Islam. Tauhid inti daripada kepercayaan tersebut dan jiwa daripada Islam secara keseluruhannya. Oleh karena itu melindungi kepercayaan dan tauhid, adalah pertama-tama,yang dilakukan oleh Islam dalam perundang-undangan maupun da'wahnya. Begitu juga memberantas kepercayaan jahiliah yang dikumandangkan oleh polytheisme yang sesat itu, suatu perintah yanq harus dikerjakan demi membersihkan masyarakat Islam dari noda-noda syirik dan sisa-sisa kesesatan.


Nilai Sunatullah dalam Alam Semesta

Pertama kali aqidah yang ditanamkan Islam dalam jiwa pemeluknya, yaitu: bahwa alam semesta yang didiami manusia di permukaan bumi dan di bawah kolong langit tidak berjalan tanpa aturan dan tanpa bimbingan. dan tidak juga berjalan mengikuti kehendak hawa nafsu seseorang. Sebab hawa nafsu manusia, karena kebutaan dan kesesatannya selalu bertentangan.
Firman Allah SWT, yang artinya:
"Andaikata kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya akan rusaklah langit dan bumi serta seluruh makhluk yang ada di dalamnya."
(Q. S. Al-Mu'minun: 71)

Namun perlu dimaklumi, bahwa alam ini dikendalikan dengan undang-undang dan hukum yang tetap, tidak pernah berubah dan berganti, sebagaimana telah dinyatakan oleh Al-Qur'an dalam beberapa ayat, antara lain sebagai berikut:
"Kamu tidak akan menjumpai sunnatullah itu berganti."
(Q. S. Fathir: 43)

Kaum muslimin telah belajardari kitabullah dan sunnah Rasul supaya menjunjung tinggi sunnatullah yang berbentuk alam semesta ini dan mencari musabab yang diperoleh dari sebab-sebab yang telah diikatnya oleh Allah, serta supaya mereka menolak apa yang dikatakan sebab yang sekedar dugaan semata yang biasa dilakukan oleh para biksu, ahli-ahli khurafat dan pedagang agama.

Memberantas Mistik dan Khurafat

Nabi Muhammad SAW datang dan dijumpainya di tengah-tengah masyarakat ada sekelompok manusia tukang dusta yang disebut dukun dan arraf (tukang ramal, lebih keren: paranormal). Mereka mengaku dapat mengetahui perkara-perkara ghaib baik untuk masa yang telah lalu maupun yang akan datang, dengan jalan mengadakan hubungan dengan jin dan sebagainya.
Justru itu Rasulullah SAW kemudian memproklamirkan perang dengan kedustaan yang tidak berlandaskan ilmu, petunjuk maupun dalil syara. Rasulullah SAW membacakan kepada mereka wahyu Allah yang artinya:
"Katakanlah! Tidak ada yang dapat mengetahui perkara ghaib di langit dan di bumi melainkan Allah semesta."
(Q.S An-NamI: 65)

Bukan Malaikat, bukan jin dan bukan manusia yang mengetahui perkara-perkara ghaib.

Rasulullah SAW juga menegaskan tentang dirinya dengan perintah Allah SWT sebagai berikut:
"Kalau saya dapat mengetahui perkara ghaib, niscaya saya dapat memperoleh kekayaan yang banyak dan saya tidak akan ditimpa suatu musibah: tidak lain saya hanyalah seorang (Nabi) yang membawa khabar duka dan membawa khabar gembira untuk kaum yang mau beriman."
(Q. S. Al-A'raf; 188)

Allah memberitakan tentang jinnya Nabi Sulaiman sebagai berikut:
"Sungguh andaikata mereka (jin) itu dapat mengetahui perkara ghaib, niscaya mereka tidak kekal dalam siksaan yang
hina."
(Q. S. Saba'; 14)

Oleh karena itu, barangsiapa mengaku dapat mengetahui perkara ghaib yang sebenarnya, berarti dia mendustakan Allah, mendustakan kenyataan dan mendustakan manusia banyak.

Sebahagian utusan pernah datang ke tempat Nabi, mereka menganggap bahwa Nabi adalah salah seorang yang mengaku dapat mengetahui perkara ghaib. Kemudian mereka menyembunyikan sesuatu di tangannya dan berkata kepada Nabi: Tahukah tuan apakah ini? Maka Nabi menjawab dengan tegas:
"Aku bukan seorang tukang tenung, sebab sesungguhnya tukang tenung dan pekerjaan tenung serta seluruh tukang tenung di neraka."


Percaya Kepada Tukang Tenung, Kufur

Secara umum profesi "dukun" sebenarnya telah memiliki konotasi buruk sejak zaman jahiliyah, sehingga tatkala orang-orang musrik jahiliyah ingin menjauhkan manusia dari Nabi, mereka sebarkan isu dan mereka memberikan gelar "kahin" (dukun) atau "sihir" (tukang sihir) agar orang-orang manjauh dari Nabi. Begitu pula tatkala datangnya cahaya Islam, tukang sihir dan dukun menempati track record yang buruk dalam pandangan Islam.

Di jaman modern ini dukun lebih dikenal dengan istilah ngetrennya "paranormal", dan keberadaan mereka mendapat tempat terhormat dalam masyarakat baik yang berprofesi sebagai tukang ramal, tukang sulap, pemimpin adat sampai pada dukun yang melakukan pengobatan alternatif yang menggunakan jin sebagai prewangan (khadam/partner).

Islam tidak membatasi dosa hanya kepada tukang tenung dan pendusta saja, tetapi seluruh orang yang datang dan bertanya serta membenarkan mistake (baca: mistik) dan kesesatan mereka itu akan bersekutu dalam dosa. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
"Barangsiapa datang ke tempat juru ramal, kemudian bertanya tentang sesuatu dan membenarkan apa yang dikatakan, maka sembahyangnya tidak akan diterima selama 40 hari."
(HR. Muslim)

"Barangsiapa datang ke tempat tukang tenung, kemudian mempercayai apa yang dikatakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW."
(Riwayat Bazzar dengan sanad yang baik dan kuat)

Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad itu mengatakan, bahwa hanya Allahlah yang mengetahui perkara ghaib, sedang Muhammad sendiri tidak mengetahuinya, apalagi orang lain. Firman Allah:
"Katakanlah! Saya tidak berkata kepadamu, bahwa saya mempunyai perbendaharaan Allah, dan saya tidak dapat mengetahui perkara ghaib, dan saya tidak berkata kepadaku bahwa saya adalah maaikat, tetapi saya hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku."
(Q. S. Al-An'a m: 50)

Para Dukun Mendapat Informasi dari Jin

"Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari Hisyam bin Yusuf dari Ma'mar dari Az-Zuhri dari Urwah bin Zubeir dari Aisyah r.a. berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun," beliau bersabda, "Tidak ada apa-apanya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mereka kadang-kadang bisa menceritakan sesuatu yang benar kepada kami. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Kalimat tersebut berasal dari kebenaran yang dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke telinga para walinya (dukun). Maka para dukun tersebut mencampurkan kalimat yang benar tersebut dengan seratus kedustaan."
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Hadits tersebut sejara jelas membuka kedok dan rahasia "keampuhan" dukun yang banyak mengecoh orang-orang yang menyandarkan harapan, keselamatan dan kebahagiaan hidupnya kepada selain Allah. Dalam hadits ini terungkap pula teka-teki di balik kemampuan dukun yang terkadang dapat menebak peristiwa yang akan terjadi. Dijelaskan pula dalam hadits ini dari mana sumber ilmu paranormal (dukun).

Pelajaran yang dapat dipetik dari petunjuk Rasulullah SAW tersebut diatas adalah:


Terkadang dukun mendapat kabar yang benar dari jin. Akan tetapi kedustaan yang dibawa sebenarnya jauh lebih besar dan lebih sering

Imam Bukhari meriwayatkan pula dalam bab lain, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para malaikat memukul-mukulkan sayapnya dalam keadaan tunduk mendengarkan firman Allah laksana gemerincingnya rantai besi yang terjatuh pada batu yang licin. Maka rasa takut telah hilang dari hati malaikat, mereka bertanya: Apa yang telah ditetapkan oleh Rabbmu? Malaikat menjawab kepada yang lain, "Allah berfirman tentang kebenaran, sedangkan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Maka di saat ada setan-setan pencuri dengan membentuk formasi demikian (yakni bertumpuk satu sama lain), Sufyan memperagakan dengan menyusun telapak tangannya dan membentangkan jari-jarinya.

Kemudian setan pencuri dengar itu berhasil mencuri dengar kalimat yang benar, lalu ia sampaikan kepada setan di bawahnya, setan yang dibawahnya tersebut mengabarkan lagi kepada yang dibawahnya lagi sampai akhirnya yang paling bawah menyampaikan hingga sampai ke lidah tukang sihir atau dukun. Bisa jadi sebelum setan sempat menyampaikan berita yang benar tersebut keburu disambar oleh bintang api. Tetapi boleh jadi pula setan berhasil menyampaikan hasil curiannya sebelum disambar api. Kemudian setan menambahi kalimat yang benar tersebut dengan seratus kedustaan. Lalu dikatakan oleh orang-orang: "Bukankah ia (dukun) telah mengatakan kita hari begini dan begini, demikian dan demikian? Maka dukun pun dipercaya karena kalimat yang benar yang dicuri dari langit." (HR. Bukhari).

Kebanyakan manusia cenderung lebih mudah tergoda untuk menerima kebatilan. Jika sekali saja dukun terbukti benar, maka jiwa akan terpengaruh untuk selalu menganggap setiap apa yang dikatakan dukun adalah benar, sementara mereka melupakan kedustaan-kedustaan yang telah mereka perbuat

Taruhlah seorang dukun meramal sebanyak seratus kali, lalu jin yang bekerja untuknya berhasil mencuri dengar sekali saja, hingga dia memberitahukan sesuatu yang benar. Maka hal ini mengandung ketakjuban banyak orang higga dikiranya setiap kali dia ngomong mesti benar. Padahal yang benar hanya satu persen, sekian persennya "kebetulan" benar dan sekian persen lagi salah.

Contoh yang sangat mudah, mendekati tanggal 9-9-1999 yang lalu para dukun, tukang ramal atau paranormal mensosialisasikan besar-besaran, diantaranya lewat tabloid posmo, bahwa hari itu adalah hari kiamat. Ada pula yang meramalkan Soeharto meninggal ditembak pada tahun 2000 dan sebagainya yang ternyata jauh dari kenyataan. Namun alangkah anehnya, orang-orang belum merasa jera dan kapok dikibuli oleh para penipu itu.

Tepatnya ramalan dukun bukanlah indikasi benarnya perbuatan tersebut secara syar'i

Dari pintu inilah banyak orang-orang jahil tergelincir, jika apa yang mereka usahakan yakni dengan mendatangi dukun jika kebetulan terwujud, mereka menyangka bahwa hal itu merupakan indikasi keridlaan Allah karen tercapainya cita-citanya. Hal ini pula yang menggeincirkan banyak orang yang berdo'a dengan cara-cara bid'ah dan syirik seperti berdo'a kepada Allah melalui perantara penghuni kuburan nenek moyangnya atau orang shaleh. Ketika kebetulan tercapai, mereka menyangka bahwa apa yang mereka tempuh berarti benar dan diridlaai Allah, padahal bisa jadi hal itu adalah istidraj, Allah SWT berfirman, yang artinya:
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada mereka itu berarti Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sesungguhnya mereka tidak sadar."
(Q. S. Al-Mukmin: 55-56)

Kesimpulannya, bahwa tepatnya ramalan dukun, tercapainya tujuan melalui perantaraan dukun ataupun terkabulnya do'a bukanlah merupakan indikasi keridlaan Allah dan lurus di atas syare'at.

Kalau seorang muslim telah mengetahui persoalan ini dari Al-Qur'an yang telah menyatakan begitu jelas, kemudian dia percaya, bahwa sementara manusia ada yang dapat menyingkap tabir qadar, dan mengetahui seluruh rahasia tersembunyi, maka berarti telah kufur terhadap wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Sisi Kelam Kehidupan Para Dukun

Tidak banyak orang yang tahu bahwa di balik keampuhan dan kesaktian para dukun, ternyata ada sisi kelam dalam kehidupan mereka di dunia dan juga di akherat (jika mereka tidak bertaubat).

Bagaimana tidak untuk dapat bernego dengan para jin yang menjadi mitra kerjanya itu mereka harus rela menggadaikan kebahagiaan akheratnya dengan cara menanggalkan tauhid.

Bukan rahasia lagi bahwa untuk memperoleh kapasitas ilmu klenik yang tinggi mereka harus melakukan bentuk kesyirikan, kezaliman ataupun kemaksiatan kepada Allah. Ada yang menyembelih untuk jin, ada yang menjadikan para gdis sebagai tumbal, ada yang harus melakukan puasa-puasa bid'ah dan bahkan ada yang harus menjadikan mushaf Al-Qur'an sebagi alas kaki tatkala buang air besar, inna lillaahi wa inna ilaihi raji'uun.


Mengadu Nasib dengan Azlam

Dengan hikmah yang telah kami sebutkan di atas, Islam mengharamkan mengadu nasib dengan azlam.
Azlam disebut juga qadah, yaitu semacam anak panah yang biasa dipakai oleh orang-orang Arab jahiliah, sebanyak tiga buah:
Pertama, tertulis: aku diperintah Tuhan.
Kedua, tertulis: aku dilarang Tuhan.
Ketiga, kosong.

Kalau mereka bermaksud akan bepergian atau kawin dan sebagainya mereka pergi ke tempat berhala yang di situ ada azlam, kemudian mereka mencari untuk mengetahui apa yang akan diberikan kepada mereka itu dalam hal bepergian, peperangan dan sebagainya dengan jalan mengundi tiga batang anak panah tersebut. Kalau yang keluar itu panah yang tertulis aku diperintah Tuhan, maka dia laksanakan kehendaknya itu. Dan jika yang keluar itu anak panah yang tertulis aku dilarang Tuhan, maka mereka bekukan rencananya itu. Tetapi kalau yang keluar anak panah kosong, maka mereka ulangi beberapa kali, sehingga keluarlah anak panah yang memerintah atau yang melarang.

Yang sama dengan ini, yaitu apa yang kini berlaku, masyarakat kita, seperti bertenung dengan menggaris-garis tanah, pergi ke kubur, membuka Al-Qur'an, membaca piring dan sebagainya. Semua ini perbuatan mungkar yang oleh Islam diharamkan.

Setelah menyebutkan beberapa macam makanan yang diharamkan, kemudian Allah berfirman sebagai berikut:
"(Dan diharamkan juga) kamu mengetahui nasib dengan mengundi, bahwa yang demikian itu perbuatan fasik."
(Q. S. Al-Maidah: 3)

Dan sabda Nabi:
"Tidak akan mencapai derajat yang tinggi orang yang menenung, atau mengetahui nasib dengan mengundi, atau menggagalkan bepergiannya karena percaya kepada alamat (tathayyur)."
(HR. Nasa'i)

Mengenai hal ini, telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, bahwa setiap melaksanakan sesuatu yang penting, maka menggunakan perhitungan hari baik dan hari nahas. Jika hari nahas, maka pantang baginya melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang penting. Dan jika hendak bepergian tetapi mendengar bacaan kitab yang menyatakan banyak halangan, kemudian tidak jadi pergi, ini bagian tradisi masyarakat yang masih kental. Dan tentunya tradisi semacam ini perlu ditinggalkan demi kemurnian tauhid dalam beragama.



Sihir

Islam menentang keras perbuatan sihir dan tukang sihir. Tentang orang yang belajar ilmu sihir, Allah SWT telah berfirman:
"Mereka belajar suatu ilmu yang membahyakan diri mereka sendiri dan tidak bermanfaat buat mereka."
(Q.S Al-Baqarah: 102)

Rasulullah SAW menilai sihir sebagai salah satu dari pada dosa besar yang bisa merusak dan menghancurkan sesuatu bangsa sebelum terkena kepada pribadi seseorang, dan dapat menurunkan derajat pelakunya di dunia ini sebelum pindah ke akhirat Justru itu Nabi bersabda:
"Jauhilah tujuh perkara besar yang merusak. Para sahabat bertanya: Apakah tujuh perkara itu, ya Rasulullah? Jawab Nabi, yaitu:
1) menyekutukan Allah;
2) sihir;
3) membunuh jiwa yang oleh Allah diharamkan kecuali karena hak;
4) makan harta riba;
5) makan harta anak yatim,
6) lari dari peperangan;
7) menuduh perempuan-perempuan baik, terjaga dan beriman."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sebahagian ahli fiqih menganggap, bahwa sihir itu berarti kufur, atau membawa kepada kufur.
Sementara ada juga yang berpendapat: ahli sihir itu wajib dibunuh demi melindungi masyarakat dari bahaya sihir.
AI-Qur'an juga telah mengajar kita supaya kita suka, berlindung diri kepada Allah dari kejahatan tukanq sihir, yaitu firman-Nya:
"(Dan aku berlindung diri) dari kejahatan tukang meniup simpul."
(Q.S Al-Falaq:4)

Peniup simpul salah satu cara dan ciri yang dilakukan ahli-ahli sihir. Dalam salah satu hadis dikatakan :
"Barang siapa ,meniup simpul, maka sungguh ia telah mensihir, dan barang siapa mensihir maka sungguh ia telah berbuat sirik."
(HR. Thabarani dengan dua sanad salah satu rawi-rawinya kepercayaan)

Sebagaimana halnya Islam telah mengharamkan pergi Ke tempat dukun untuk menanyakan perkara-perkara ghaib,maka begitu juga Islam mengharamkan perbuatan sihir atau pergi ke tukang sihir untuk mengobati suatu penyakit yang telah dicubakan kepadanya, atau untuk mengatasi suatu problema yang dideritanya. Cara-cara semacam ini tidak diakuinya oleh Nabi sebagai golongannya. Sebagaimani sabdanya:
"Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang mengangap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan atau mensihir atau minta disihirkan."
(HR.Bazzar dengan sanad yang baik)

lbnu Mas'ud juga pernah berkata:
"Barangsiapa pergi ke tukang ramal, atau ke tukang sihir atau ke tukang tenung, kemudian ia bertanya dan percaya terhadap apa yang dikatakannya, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW."
(Riwayat Bazzar dan Abu Ya'la dengan sanad yang baik)

Dan bersabda pula Rasulullah SAW:
"Tidak akan masuk syorga pencandu arak, dan tidak pula orang yang percaya kepada sihir dan tidak pula orang yang memutuskan silaturrahmi."
(Riwayat lbnu Hibban)

Haramnya sihir di sini tidak hanya terbatas kepada si tukang sihirnya saja, bahkan meliputi setiap yang percaya kepada sihir dan percaya kepada apa yang dikatakan oleh si tukang sihir itu. Lebih hebat lagi haram dan kejahatannya apabila sihir itu dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang haram, seperti menceraikan antara suami-isteri, mengganggu seseorang dan sebagainya yang biasa dikenal di kalangan ahli-ahli sihir.

Sumber:


Al-Halal Wal Haram Fil Islam, Syaikh Muhammad Yusuf Qardhawi
Rahasia Keampuhan Dukun dan Pandangan Islam Terhadapnya, Abu Umar Abdillah

voorman
voorman
SERSAN SATU
SERSAN SATU

Male
Posts : 155
Kepercayaan : Islam
Location : voorwagens
Join date : 23.05.13
Reputation : 8

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik