khutbah idul fitri
Halaman 1 dari 1 • Share
khutbah idul fitri
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر 9×
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ. اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ هَذَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ خَيْرَ النِعَمِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ اِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ دَائِمٌ قَائِمٌ لاَ يَمُوْتُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ عَلِيْمٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرَ اْلأَناَمِ . وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَقَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى وَتَمَسَّكَ بِاْلإِسْلاَمِ وَاْلكَافِرُوْنَ بِهِ هُمْ فِيْ نَارِ جَهَنَّمِ
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Segala puji bagi Allah SWT Dzat yang telah menunjuki kita dengan Islam. Kita bersaksi bahwa tiada Rabb yang patut disembah selain Allah SWT, Dzat yang Maha Agung dan Maha Mulya, yang ke-Agungan dan ke-Mulyaannya tidak akan sirna meski seluruh manusia kafir dan durhaka kepada-Nya. Kita bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah, suri teladan bagi seluruh umat manusia. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada beliau saw, kepada keluarga, kerabat dan shahabat beliau, serta kaum Muslimin yang secara konsisten dan konsekuen menjalankan dan mendakwahkan ajarannya hingga hari kiamat. Amiin.
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslim yang dirahmati Allah SWT. Bulan Ramadhan baru saja berlalu. Saat ini kaum muslimin berbahagia mengucapkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid serentak sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah SWT.
Namun ada juga rasa sedih di hati kita. Sebab bulan Ramadhan yang penuh barakah, rahmat, ampunan dari Allah baru saja berlalu. Kita tidak tahu, apakah tahun depan kita masih bisa merasakan nikmat Ramadhan. Bulan dimana Allah memberikan kesempatan pada kita untuk memperbaiki diri. Bulan dimana Allah SWT memberikan banyak kasih sayang-Nya kepada kaum muslim. Bulan dimana Allah SWT menjanjikan kepada kita, bagi orang-orang yang shaum, ampunan. Ampunan terhadap dosa-dosa kita sebelumnya. Bahkan Allah menghapus dosa kita hingga bersih seperti manusia yang baru dilahirkan.
Tentu saja ampunan Allah bukannya tanpa perjuangan. Ampunan Allah itu hanya diberikan kepada orang-orang yang shaum karena dorongan iman dan kesungguhan hati. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw:
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ اْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan landasan iman dan berniat ikhlas (bersungguh-sungguh mengharapkan ridla dan pahala Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Ahmad).
Ampunan Allah seperti itu, tentu saja tidak diberikan Allah SWT kepada sembarang orang, meskipun orang tersebut kelihatan berpuasa, menahan lapar dan dahaga. Tidak cukup memang hanya sebatas menahan lapar dan dahaga. Rasulullah SAW telah mengingatkan perkara ini dalam haditsnya :
«رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ»
Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan betapa banyak orang yang menghidupkan malam tidak mendapatkan apa-apa kecuali begadangnya saja. (HR Ibn Majah).
Tidaklah mengherankan kalau kita melihat, untuk mendapatkan pahala shaum yang sesungguhnya Allah SWT dan Rasulnya sering mengkaitkan dengan perkara yang lain seperti memperbanyak membaca Al Qur'an, shadaqoh, membantu orang-orang miskin. Bahkan Rasulullah SAW dan sahabat-sahabat berjihad di bulan Ramadhan, meskipun dalam keadaan sulit. Bukankah perang Badar yang dimenangkan kaum muslim terjadi di bulan Ramadhan pada tahun kedua Hijriyah? Penaklukan Mekkah (Fathu Makkah) juga terjadi di bulan Ramadhan. Kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi atas pasukan perang Salib, penaklukan Spanyol oleh Thariq bin Ziyad juga terjadi di bulan Ramadhan.
Sebab, Islam adalah agama yang kaffah (menyeluruh), ajaran Islam tidak bisa dipenggal-penggal. Tapi wajib diterima dan diamalkan secara utuh. Tidaklah cukup kesholehan didapat hanya dengan melaksanakan ibadah ritual seperti shaum atau sholat saja.Tapi kesholehan hanya didapat tatkala seorang muslim tunduk pada seluruh aturan-aturan Allah yang diturunkan kepada manusia secara totalitas dan menyeluruh.
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslim yang dimuliakan Allah SWT,
Ramadhan telah berlalu. Ada pertanyaan penting yang perlu kita tanyakan kepada diri kita. Apakah shaum kita telah berhasil ? Apa ukuran keberhasilannya?. Apakah cukup dengan selesainya kita membaca Al Qur'an 30 Juz? Atau malam-malam kita yang kita isi dengan sholat tarawih dan memperbanyak doa? Apakah benar kita telah meraih kemenangan?
Bisakah kita disebut berhasil dan meraih kemenangan padahal Ramadhan kita tidak banyak berpengaruh terhadap penyelesaian persoalan umat. Apakah pantas kita disebut berhasil sementara umat tetap saja hidup menderita. Musuh-musuh Allah, kaum kuffar, masih saja membunuhi kaum muslimin. Penguasa-penguasa di negeri-negeri Islam, masih saja tidak melindungi rakyatnya. Mereka juga tidak peduli apakah kebutuhan pokok rakyatnya terjamin atau tidak . Bahkan penguasa-penguasa negeri Islam lebih mementingkan keridhoan negara-negara imperialis, meskipun harus memenjarakan, menzalimi, bahkan membunuh rakyatnya sendiri.
Hal yang sama terjadi pada partai politik yang lebih sibuk bertikai, saling berebut kursi, saling menipu demi kekuasaan dan kedudukan, juga demi harta. Kenapa umat Islam masih diliputi oleh kemiskinan dan kebodohan. KKN dan berbagai penyimpangan pun masih merajelala. Belum lagi perjudian, pornografi, pelacuran, masih saja berjalan, bahkan di bulan Ramadan sekalipun. Kriminalitas seperti pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, dan lain-lain masih merupakan hal yang sering kita saksikan.
Negara-negara Imperialis seperti Amerika dan Inggrispun bertindak semena-mena kepada kaum muslimin. Atas nama perang melawan terorisme, ribuan nyawa kaum muslimin terbunuh di Irak, Afghanistan, dan negeri Islam lainnya. Israel dengan dukungan penuh dari AS hingga saat ini tidak berhenti menghancurkan rumah-rumah kaum muslim, membunuhi pemuda-pemuda Islam yang berjuang untuk membebaskan negerinya.
Tidak hanya itu merekapun merampas kekayaan kaum muslim, mengeksploitasinya, dengan cara-cara licik. Jadilah negeri Islam, yang kaya dengan kekayaan alam, tapi penduduknya hidup miskin menderita. Apa yang salah dari kita ?
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslim yang dirahmati oleh Allah SWT
Kenapa Ramadhan kita tidak banyak memberikan pengaruh terhadap rakyat? Jawabannya adalah kaum Muslimin telah meninggalkan aspek ideologis yang membangun ketakwaan yang sesungguhnya dalam Islam. Sekarang, Islam disempitkan sebatas agama yang mengatur ibadah mahdoh (ritual) seperti shaum, shalat atau haji. Ketakwaan kemudian diartikan sebatas pengamalan seorang Muslim dalam aspek-aspek individual dan ritual. Negara dan para pejabatnya seolah terbebas dari kewajiban menerapkan hukum syariat Islam untuk seluruh warga negara. Aturan Islampun tidak diterapkan dalam aspek sosial kemasyarakatan. Jadilah Islam kemudian tidak berperan dalam menyelesaikan berbagai persoalan umat dan warga negara secara umum. Umat Islam telah menjadikan agamanya seperti agama lain, yakni hanya membahas moral dan nasihat tanpa ada aksi langsung yang secara praktis berupa penerapan hukum-hukum Islam secara kaffah yang akan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan.
Berkaca kepada kehidupan Rasulullah, wajar kalau umat Islam dahulu mendapat kemuliaan dan kejayaan di sisi Allah SWT. Sebab Ramadhan mereka dijadikan ajang untuk mewujudkan Islam sebagai agama ideologis. Agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, menyelesaikan seluruh persoalan manusia mulai dari pribadi, keluarga, sosial, ekonomi, pemerintahan, politik luar negeri, sanksi-sanksi pelanggaran hukum, masalah pertahanan dan keamanan. Rasulullah dan para Sahabat sangat memahami arti takwa yang sesungguhnya.
Sementara sekarang, kita tidak lagi menjadi masyarakat yang bertakwa secara utuh. Padahal ketakwaan adalah kunci dimana Allah SWT akan menurunkan berkah-Nya dari langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah SWT :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS. al-A’raf [7]: 96)
Ini berarti kita harus mengkoreksi pencapaian target Ramadhan kita. Apakah kita benar-benar sudah mencapai derajat hamba Allah yang bertakwa. Sudahkan kita telah sampai pada seruan Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (QS. Al Baqarah [2]: 183).
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslim yang dirahmati oleh Allah SWT
Kata-kata taqwa, sangat disayangkan, sering kali menjadi sekedar retorika ritual yang berulang-ulang tanpa kemudian dipahami secara utuh dan menyeluruh oleh kaum muslim. Apa yang salah dari pemahaman dan wujud ketaqwaan kaum muslimin saat ini ?
Kata taqwa sendiri berasal dari kata 'waqa' yang artinya melindungi. Taqwa yang sesungguhnya haruslah bisa melindungi seorang muslim dari amarah Allah SWT dan hukuman-Nya. Taqwa berarti sikap hati-hati seorang muslim untuk menjaga dirinya dari setiap perbuataan yang dikerjakan atau dia tinggalkan yang bisa mengakibatkan murka Allah menimpanya. Dengan sikap takwa ini seorang muslim memiliki kesadaran untuk senantiasa mengingat Allah SWT bahwa apapun yang dia lakukan harus dia pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.
Wujud kesadaran itu adalah ketertundukannya kepada Allah SWT dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT meminta kepada setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya, agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa. Dia SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS. ali-'Imran [3]: 102).
Di dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa ayat itu menuntut agar Allah ditaati dan tidak didurhakai, agar seorang mukmin bersyukur kepada-Nya dan tidak mengkufurinya, agar senantiasa mengingat-Nya dan tidak melupakan-Nya. Sementara Al Ustadz Muhammad Ali As Shobuni dalam Shofwatut Tafaasiir juz I/200 mengatakan ‘haqqa tuqaatih’ maksudnya adalah dengan menjauhi segala bentuk kemaksiatan (kedurhakaan) kepada-Nya.
Jadi wujud taqwa kepada Allah SWT adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam urusan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Allah SWT menuntut penyerahan jiwa dan raga orang-orang mukmin kepada Islam secara total, kaaffah. Dia SWT berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. al-Baqarah [2]: 208).
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslim yang berbahagia…
Shaum sesungguhnya, adalah saat kita melatih diri untuk senantiasa berhubungan dengan Allah SWT. Lapar dan haus yang kita rasakan seharusnya mengingatkan kita bahwa kita sedang menjalankan perintah Allah SWT. Namun sayang, kaum muslim sekarang ini telah men'sekuler'kan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Ketakwaan kita tidak utuh. Inilah yang menyebabkan Ramadhan demi Ramadhan yang kita lewati tidak banyak memberikan pengaruh kepada umat.
Perhatikan saja, saat Ramadhan kaum muslim dengan sungguh-sungguh untuk menjalankan shaumnya, menjaga agar tidak batal. Namun, ketika berekonomi, kaum muslim tidak tunduk pada aturan Allah. Mereka menganggap memanfaatkan riba adalah hal yang biasa. Sebagian muslimpun lebih memilih mempraktekkan ekonomi kapitalis dibanding diatur dengan syariat Islam.
Di saat Ramadhan para penguasa menyerukan ditutupnya tempat-tempat maksiat. Tapi setelah itu, kemaksiatan pun dipelihara dengan alasan ekonomi. Saat Ramadhan para penguasa yang muslim berusaha memelihara shaumnya dengan tidak makan dan minum, sebab itu melanggar perintah Allah SWT. Namun kenapa kesadaran takut melanggar perintah Allah itu tidak terwujud saat mereka melalaikan urusan rakyat, membiarkan rakyat hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Para penguasa pun seakan tidak peduli beban rakyat yang semakin berat akibat kebijakan mereka menaikkan harga BBM , listrik, dan air. Ditambah lagi biaya kesehatan dan pendidikan yang semakin mahal.
Kalau penguasa itu merasa berdosa karena makan di siang hari tanpa ada alasan syar'i, tapi kenapa tidak merasa berdosa saat rakyatnya tidak makan akibat kemiskinan. Kenapa tidak merasa berdosa menzalimi rakyatnya dengan kebijakannya yang tidak melindungi rakyatnya? Kenapa korupsi dan kolusi jalan terus ? Inilah bukti bahwa ketakwaan kita adalah ketaqwaan yang tidak utuh.
Padahal wujud takwa, bukanlah sebatas menjalani perintah Allah dalam shaum , sholat, atau haji kita saja. Takwa harus terwujud dalam segala aspek kehidpan, baik individu, keluarga, kelompok, masyarakat atau negara. Takwa harus terwujud saat orang tua yang diberikan amanah oleh Allah swt mendidik anak-anak kita di rumah dengan taat kepada aturan Allah SWT.
Takwa juga harus dilakukan oleh partai politik dengan menjadikan Islam sebagai asas perjuangan mereka sekaligus memperjuangkan agar syariat Islam bisa diwujudkan ditengah-tengah masyarakat. Takwa harus muncul dalam diri para pemimpin parpol itu tatkala mereka membuat program kampanye pemilu: apakah materi kampanye mereka telah sesuai dengan syariah, ataukah masih terkebiri oleh sistem demokrasi yang mereka patuhi?! Bukankah tugas partai politik dalam Islam adalah menyeru ke jalan Islam, menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran ? Firman Allah SWT :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُون
Hendaklah ada di antara kalian (kaum Muslim) segolongan umat yang menyerukan al-Khayr (Islam) serta melakukan amar makruf dan nahi mungkar. (QS ali-'Imran [3]: 104).
Jadi adalah tidak patut sebuah partai politik dimana kaum muslimim terlibat di dalamnya diam terhadap kemungkaran yang ada ditengah-tengah rakyatnya, apalagi mengkampanyekan ide-ide kufur yang bertentangan dengan Islam seperti nasionalisme, patriotisme, demokrasi, atau sekularisme, kapitalisme, maupun sosialisme dan komunisme. Sebab semua bentuk kekufuran menjauhkan seorang muslim dari sikap jiwa taqwa kepada Allah SWT.
Takwa juga seharusnya juga diwujudkan oleh negara dengan menerapkan hukum-hukum Allah SWT. Bukankah Allah SWT telah memerintah para penguasa untuk menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Bukankah Islam mencela tindakan yang tidak memutuskan perkara yang berdasarkan hukum Allah SWT sebagai perbuatan yang kafir, fasik, dan zalim?!.
Ketaqwaan penguasa juga seharusnya tercermin dari tanggung jawab mereka untuk mengurusi urusan-urusan rakyat. Sebab Rasulullah bersabda :
«فَاْلإِمَامُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَاعِيَّتِهِ»
"Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban terhadap rakyatnya" (HR Bukhari dan Muslim)
Karenanya adalah hal wajib bagi penguasa untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, dan papan-nya). Rakyat juga seharusnya bisa menerima hak-hak kolektif mereka berupa jaminan kesehatan, pendidikan, dan keamanan secara gratis. Demikianlah tanggung jawab penguasa yang bertakwa dalam Islam.
Penguasa yang bertakwa juga seharusnya menjaga keutuhan negeri-negeri Islam, tidak tunduk kepada negera-negara Imperialis seperti AS yang ingin memecah-belah kesatuan negeri-negeri Islam. Penguasa yang bertakwa juga seharusnya menolak setiap campur tangan negara-negara kafir imperialis yang hendak menghancurkan kaum muslimin dengan alasan apapun. Dan merupakan tugas penguasa yang takwa melindungi rakyatnya. Inilah kewajiban negara yang diperintahkan oleh Islam.
Demikian juga rakyat seharusnya bertakwa dengan tidak tinggal diam saat penguasa di negeri-negeri mereka menerapkan hukum-hukum kufur. Sikap berdiam diri terhadap penerapan selain hukum syariah jelas adalah perkara yang diharamkan oleh Islam dan menyebabkan mereka berdosa. Rakyat yang bertakwa seharusnya berani mengingatkan penguasa mereka yang tidak tunduk kepada aturan Allah SWT, meskipun itu harus dibayar dengan penderitaan, kesulitan, bahkan nyawa sekalipun.
Rakyat juga tidak boleh diam saat di tengah-tengah mereka tidak ada Khalifah (pemimpin pelanjut pemerintahan Islam menurut metode Rasulullah saw.) yang menjadi pemimpin kaum muslimin. Padahal Rasulullah saw. telah wewajibkan adanya satu orang Khalifah yang dibai'at di tengah kaum muslimin. Sabda Rasulullah:
«وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِيْ عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً»
"Barang siapa yang mati dan di pundaknya tidak ada bai'at (kepada Khalifah) maka sungguh matinya seperti mati jahiliyah ".
Rakyat yang takwa juga seharusnya bersungguh-sungguhnya untuk berjuang agar syariat Islam kembali diwujudkan di muka bumi dengan jalan menegakkan Daulah Khilafah Islam. Sebab ketiadaan Daulah Khilafah inilah yang menjadi pangkal utama tidak diterapkannya aturan-aturan Allah SWT yang akan memberikan kebaikan kepada seluruh manusia. Tidak adanya Daulah Khilafah juga menyebabkan terpecah-belahnya kaum muslim di dunia ini. Sehingga membuat kaum muslim gampang dijajah oleh negara-negara imperialis yang rakus. Ini artinya, keberadaan Daulah Khilafah sangat dibutuhkan untuk mewujudkan ketakwaan yang hakiki, baik per individu muslim maupun kaum muslimin secara kolektif.
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Inilah takwa yang sesungguhnya. Yakni menjalankan aturan Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan kita. Baik dalam persoalan individu, keluarga, ataupun negara. Ketaqwaan yang total dan menyeluruh inilah yang bisa memberikan pengaruh nyata di tengah-tengah umat. Menyelesaikan persoalan umat dan jalan keluar dari persoalan kehidupan kita. Sebagaimna firman Allah SWT :
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS. at-Thalâq [65]: 2-3)
Tidak hanya itu , ketakwaan yang sesungguhnya inilah yang akan mengantarkan kaum muslim ke surga Allah SWT yang sangat dirindu-rindukan oleh setiap muslim. Firman Allah SWT :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ
عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَوْا وَعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa; sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.(QS. ar-Ra’d [13]: 35).
Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd
Semoga Allah SWT memberikan kepada kita kekuatan iman dan semangat untuk menjalankan hukum-hukum Allah SWT. Serta mengelompokkan kita ke dalam golongan pejuang-pejuang Islam, yang berupaya mewujudkan negara Khilafah Islamiyah, yang mengikuti manhaj atau metode Nabi saw. Marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar amal ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima di sisi Allah SWT, dan kita berhasil meraih derajat taqwa..
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِاْلأِيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنِّعاَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ بِناَ سُوْأً فَاَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ تَدْبِيْرَهُ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضَمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ الْحِساَبِ وَمُهْجِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْجِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ والَصَلِّيْبِيِّيْنَ الظَّالِمِيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَالرَّأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ وَ اْلإِشْتِرَاكَيِّيْنَ وَالشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
وَنَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ تَحْرِيْرَ بِلاَدِ فَلِصْطِيْنِ وَاْلأَقْصَى، وَالْعِرَاقِ، وَ الشَّيْشَانَ، وَ اَفْغَانِسْتَانَ، وَ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ نُفُوْذِ الْكُفَّارِ الْغَاصِبِيْنَ وَ الْمُسْتَعْمِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَآمَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا النَّارَ وَتُدْخِلْهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ. اَللَّهُمَّ اَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ اَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ يُحِبُّنَا وَيَدْعُوْ لَنَا فَثَقِّلْ مِيْزَانَهُ وَحَقِّقْ اِيْمَانَهُ وَاجْعَلْهُ فِي الْجَنَّةِ الْفِرْدَوْسِ اْلاَعْلَى. وَاَيُّمَا عَبْدٍ اَوْ اَمَةٍ مِنْ اُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَلَى خَطَأِ وَهُوَ يَظُنُّ اَنَّهُ عَلىَ الْحَقِّ فَرُدَّهُ اِلَى الْحَقِّ رُدًّا جَمِيْلاً. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا ِلإِخْوَانِناَ الْمُسْلِمِيْنَ حَيِّنِيْنَ لَيِّنِيْنَ سَهِّلِيْنَ حَبِيْبِيْنَ قَرِيْبِيْنَ. وَنَسْأَلُكَ اَنْ تَجْعَلَناَمُبَشِّرِيْنَ وَمُيَسِّرِيْنَ وَلاَ تَجْعَلَناَ مُعَسِّرِيْنَ وَمُنَفِّرِيْنَ.
أَللّهُمَّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا وَنُوْرَ اَبْصَارِنَا وَذَهَابَ أَحْزَانِنَا وَجَلأََ هُمُوْمِنَا، أَللّهُمَّ عَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا وَذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نَسِيْنَا وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ أَطْرَافَ النَّهَارِ، أَللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِيْنَ يَحِلُّوْنَ حَلاَلَهُ وَيُحَرِّمُوْنَ حَرَامَهُ وَيَتْلُوْنَ حَقَّ تِلاَوَتِهِ، أَللّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا لَنَا فِي حَيَاتِنَا وَمُؤْنِسًا لَنَا فِي قُبُوْرِنَا وَحُجَجًا لَنَا مِنَ النَّارِ وَقَائِدًا لَنَا اِلَى الْجَنَّةِ
اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَ الْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
أَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، أََللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا، أَللّهُمَّ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ
أَللهُ اَكْبَرْ أَللهُ اَكْبَرْ أَللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ الْحَمْدُ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» khutbah idul fitri
» Selamat Idul Fitri
» Memaknai Idul Fitri (mari berdiskusi)
» Idul Fitri dan sunnah yg terlupakan bahagian 2
» Idul Fitri dan sunnah yg terlupakan bahagian 1
» Selamat Idul Fitri
» Memaknai Idul Fitri (mari berdiskusi)
» Idul Fitri dan sunnah yg terlupakan bahagian 2
» Idul Fitri dan sunnah yg terlupakan bahagian 1
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik