OBJEK ILMU DAN CARA MEMPEROLEHNYA
Halaman 1 dari 1 • Share
OBJEK ILMU DAN CARA MEMPEROLEHNYA
Berdasarkan pembagian ilmu yang disebutkan terdahulu, secara garis besar objek ilmudapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan alam non-materi. Sainsmutakhir yang mengarahkan pandangan kepada alam materi, menyebabkan manusiamembatasi ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian mereka tidak mengakui adanyarealitas yang tidak dapat dibuktikan di alam materi. Karena itu. objek ilmu menurut merekahanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas, dan pengalihan antarbudaya.Objek ilmu menurut ilmuwan Muslim mencakup alam materi dan non-materi. Karena itu,sebagai ilmuwan Muslim --khususnya kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Quran--memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-hadharat Al-Ilahiyah al-khams (lima kehadiranIlahi) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal tersebutadalah: (l) alam nasut (alam materi), (2) alam malakut (alam kejiwaan), (3) alam jabarut(alam ruh), (4) alam lahut (sifat-sifat Ilahiyah), dan (5) alam hahut (Wujud Zat Ilahi).
Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang kelima hal tersebut.Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur(menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan) (QS Al-Nahl[16]: 78).Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran, mata (penglihatan)dan akal, serta hati.Trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan (probability)merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan untuk meraih pengetahuan. Hal itudisinggung juga oleh Al-Quran, seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusiauntuk berpikir tentang alam raya, melakukan perjalanan, dan sebagainya, kendati punhanya berkaitan dengan upaya mengetahui alam materi.
Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi ... (QS Yunus [10]: 101).Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana langitditinggikan, bagaimana gunung ditancapkan dan bagaimana bumi dihamparkan? (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20).Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi ituaneka ragam tumbuhan yang baik? (QS Al-Syu’ara’ [26]: 7)Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi ... (QS 12: 109; 22: 46; 35: 44; danlain-lain).Di samping mata, telinga, dan pikiran sebagai sarana meraih pengetahuan, Al-Quran punmenggarisbawahi pentingnya peranan kesucian hati.Wahyu dianugerahkan atas kehendak Allah dan berdasarkan kebijaksanaan-Nya tanpausaha dan campur tangan manusia. Sementara firasat, intuisi, dan semacamnya, dapatdiraih melalui penyucian hati. Dari sini para ilmuwan Muslim menekankan pentingnyatazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) guna memperoleh hidayat (petunjuk/pengajaran Allah),karena mereka sadar terhadap kebenaran firman Allah:Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi --tanpaalasan yang benar-- dari ayat-ayat Ku ... (QS Al-A’raf [7]: 146).
Berkali-kali pula Al-Quran menegaskan bahwa inna Allah la yahdi, sesungguhnya Allah tidakakan memberi petunjuk kepada al-zhalimin (orang-orang yang berlaku aniaya), al-kafirin(orang-orang yang kafir), al-fasiqin (orang-orang yang fasik), man yudhil (orang yangdisesatkan), man huwa kadzibun kaffar (pembohong lagi amat ingkar), musrifun kazzab(pemboros lagi pembohong), dan lain-lain.Memang, mereka yang durhaka dapat saja memperoleh secercah ilmu Tuhan yang bersifatkasbi, tetapi yang mereka peroleh itu terbatas pada sebagian fenomena alam, bukanhakikat (nomena). Bukan pula yang berkaitan dengan realitas di luar alam materi. Dalamkonteks ini Al-Quran menegaskan:... Tetapi banyak manusia yang tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir(saja) dari kehidupan dunia sedangkan tentang akhirat mereka lalai (QS Al-Rum [30]: 6-7).Para ilmuwan Muslim juga menggarisbawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam konteksini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw.:Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanyailmu yang belum diketahuinya dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itumengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkanTuhan. Keberhasilan memanfatkan alam itu merupakan buah teknologi.
Al-Quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri mereka antara laindisebutkan dalam surat Ali-’Imran (3) 190-191:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir (mengingat) Allah sambilberdiri, atau duduk atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit danbumi ...Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir.Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang diuraikan pada ayat 195:Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan berfirman,“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal yang beramal di antara kamu, baik lelakimaupun perempuan ...” Natijah bukanlah sekadar ide-ide yang tersusun dalam benak, melainkan melampauinyasampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah mengomentari ayat Ali‘Imran tadi sebagai berikut:[tulisan Arab]Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagipenalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusiakepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayatTuhan yang tersaji di alam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakur danberakhir dengan amalLebih jauh dapat ditambahkan bahwa “Khalq As-samawat wal Ardh” di samping berartimembuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna “memikirkan tentangsistem tata kerja alam semesta”. Karena kata khalq selain berarti “penciptaan”, juga berarti“pengaturan dan pengukuran yang cermat”. Pengetahuan tentang hal terakhir inimengantarkan ilmuwan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkankepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umatmanusia.Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Quran?Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Quran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secarajelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.Perhatikan misalnya uraian Al-Quran tentang kejadian alam:Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahuluadalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kamijadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman? (QS Al-Anbiya’ [21]: 30).Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang(Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh sajaberbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Quran berbicara tentang hal itu,dikaitkannya dengan kekuasaan dan kebesaran Allah; serta keharusan beriman pada-Nya.Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya, sebagaimanakemudian dibuktikan para ilmuwan informasi itu dikaitkan dengan Kemahahebatan AllahSwt.:Kamu lihat gunung-gunung, yang kamu sangka tetap di tempatnya, padahal berjalansebagaimana halnya awan. Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS An-Naml [27]:88).Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadapKehadiran dan Kemahakuasaan Allah Swt., selain juga harus memberi manfaat bagikemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi Rabbik.
Kedua, Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuarakepada “kemampuan meraih --dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan-- segalasesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik”.Ketika Al-Quran memilih kata sakhhara yang arti harfiahnya menundukkan ataumerendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraihdarinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawahmanusia. Bukankah manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorangkhalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allahkepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam. maka ketundukan itu tidaksejalan dengan maksud Allah Swt.Di atas telah dikemukakan bahwa penundukan Allah terhadap alam raya bersama potensiyang dimiliki manusia --bila digunakan secara baik-- akan membuahkan teknologi.
Dari kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkanbahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam rayaini.Kalaulah alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakanbahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusiamenciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat ini menjadi perpanjangan tangannya. Alattersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tundukkepada si Pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang,dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dansebagainya, semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakansumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya.Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadiPerpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ dan manusia.Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapidengan pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat atau mesin tidak lagi menjadi budak,tetapi telah menjadi kawan manusia.Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin tersebut melalui dayaakal manusia --digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin kompleks,serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakantugas yang dulu mesti dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadisemacam “seteru” manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendakmanusia.
Dewasa ini telah lahir teknologi --khususnya di bidang rekayasa genetika-- yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal “majikan” yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini jelasbertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan di terdahulu.Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat menerima hasil-hasil teknologiyang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia,baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur “debu tanah” manusia maupun unsur“ruh Ilahi” manusia.Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dantafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketikaitu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan danmengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semuladiduga dapat mengalihkan manusia darl jati diri dari tujuan penciptaan, sejak dini pulakehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi suatu persoalan besar bagi martabatmanusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi,dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapatberjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukanpikir dan zikir, ilmu dan iman?***
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad Saw. pun diperintahkan agarberusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya Qul Rabbi zidni ‘ilma(Berdoalah [hai Muhammad], “Wahai Tuhanku, tambahlah untukmu ilmu”) (QS Thaha [20]:114), karena fauqa kullu zi ‘ilm (in) ‘alim (Di atas setiap pemilik pengetahuan, ada yangamat mengetahui (QS Yusuf [12]: 72).Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah Saw. bersabda:Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntutharta.Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi denganmemanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya.
Karena itu, laju teknologimemang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diriagar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu/teknologi yangdapat membahayakan dirinya. Agar ia tidak menjadi seperti kepompong yangmembahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.Al-Quran menegaskan:Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti (hujan) yang Kamiturunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya --karena air itu-- tanam-tanamanbumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumiitu telah sempurna keindahannya dan memakai (pula) perhiasannya dan penghuni-penghuninya telah menduga bahwa mereka mampu menguasainya (melakukan segalasesuatu), tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, maka kamijadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tandakekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir (QS Yunus [10]: 24).
Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih pengetahuan tentang kelima hal tersebut.Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun.dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur(menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan) (QS Al-Nahl[16]: 78).Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran, mata (penglihatan)dan akal, serta hati.Trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan (probability)merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan untuk meraih pengetahuan. Hal itudisinggung juga oleh Al-Quran, seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusiauntuk berpikir tentang alam raya, melakukan perjalanan, dan sebagainya, kendati punhanya berkaitan dengan upaya mengetahui alam materi.
Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi ... (QS Yunus [10]: 101).Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana langitditinggikan, bagaimana gunung ditancapkan dan bagaimana bumi dihamparkan? (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20).Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi ituaneka ragam tumbuhan yang baik? (QS Al-Syu’ara’ [26]: 7)Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi ... (QS 12: 109; 22: 46; 35: 44; danlain-lain).Di samping mata, telinga, dan pikiran sebagai sarana meraih pengetahuan, Al-Quran punmenggarisbawahi pentingnya peranan kesucian hati.Wahyu dianugerahkan atas kehendak Allah dan berdasarkan kebijaksanaan-Nya tanpausaha dan campur tangan manusia. Sementara firasat, intuisi, dan semacamnya, dapatdiraih melalui penyucian hati. Dari sini para ilmuwan Muslim menekankan pentingnyatazkiyah an-nafs (penyucian jiwa) guna memperoleh hidayat (petunjuk/pengajaran Allah),karena mereka sadar terhadap kebenaran firman Allah:Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi --tanpaalasan yang benar-- dari ayat-ayat Ku ... (QS Al-A’raf [7]: 146).
Berkali-kali pula Al-Quran menegaskan bahwa inna Allah la yahdi, sesungguhnya Allah tidakakan memberi petunjuk kepada al-zhalimin (orang-orang yang berlaku aniaya), al-kafirin(orang-orang yang kafir), al-fasiqin (orang-orang yang fasik), man yudhil (orang yangdisesatkan), man huwa kadzibun kaffar (pembohong lagi amat ingkar), musrifun kazzab(pemboros lagi pembohong), dan lain-lain.Memang, mereka yang durhaka dapat saja memperoleh secercah ilmu Tuhan yang bersifatkasbi, tetapi yang mereka peroleh itu terbatas pada sebagian fenomena alam, bukanhakikat (nomena). Bukan pula yang berkaitan dengan realitas di luar alam materi. Dalamkonteks ini Al-Quran menegaskan:... Tetapi banyak manusia yang tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir(saja) dari kehidupan dunia sedangkan tentang akhirat mereka lalai (QS Al-Rum [30]: 6-7).Para ilmuwan Muslim juga menggarisbawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam konteksini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw.:Barangsiapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanyailmu yang belum diketahuinya dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya, semua itumengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah ditundukkanTuhan. Keberhasilan memanfatkan alam itu merupakan buah teknologi.
Al-Quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri mereka antara laindisebutkan dalam surat Ali-’Imran (3) 190-191:Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siangterdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir (mengingat) Allah sambilberdiri, atau duduk atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit danbumi ...Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan dzikir.Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang diuraikan pada ayat 195:Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan berfirman,“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal yang beramal di antara kamu, baik lelakimaupun perempuan ...” Natijah bukanlah sekadar ide-ide yang tersusun dalam benak, melainkan melampauinyasampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah mengomentari ayat Ali‘Imran tadi sebagai berikut:[tulisan Arab]Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagipenalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusiakepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari ayat-ayatTuhan yang tersaji di alam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula dengan tafakur danberakhir dengan amalLebih jauh dapat ditambahkan bahwa “Khalq As-samawat wal Ardh” di samping berartimembuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna “memikirkan tentangsistem tata kerja alam semesta”. Karena kata khalq selain berarti “penciptaan”, juga berarti“pengaturan dan pengukuran yang cermat”. Pengetahuan tentang hal terakhir inimengantarkan ilmuwan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkankepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umatmanusia.Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Quran?Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Quran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secarajelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.Perhatikan misalnya uraian Al-Quran tentang kejadian alam:Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahuluadalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kamijadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman? (QS Al-Anbiya’ [21]: 30).Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang(Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh sajaberbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Quran berbicara tentang hal itu,dikaitkannya dengan kekuasaan dan kebesaran Allah; serta keharusan beriman pada-Nya.Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya, sebagaimanakemudian dibuktikan para ilmuwan informasi itu dikaitkan dengan Kemahahebatan AllahSwt.:Kamu lihat gunung-gunung, yang kamu sangka tetap di tempatnya, padahal berjalansebagaimana halnya awan. Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS An-Naml [27]:88).Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadapKehadiran dan Kemahakuasaan Allah Swt., selain juga harus memberi manfaat bagikemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi Rabbik.
Kedua, Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang maknanya bermuarakepada “kemampuan meraih --dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan-- segalasesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik”.Ketika Al-Quran memilih kata sakhhara yang arti harfiahnya menundukkan ataumerendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraihdarinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawahmanusia. Bukankah manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorangkhalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allahkepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam. maka ketundukan itu tidaksejalan dengan maksud Allah Swt.Di atas telah dikemukakan bahwa penundukan Allah terhadap alam raya bersama potensiyang dimiliki manusia --bila digunakan secara baik-- akan membuahkan teknologi.
Dari kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di samping harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkanbahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam rayaini.Kalaulah alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakanbahwa pada mulanya teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusiamenciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat ini menjadi perpanjangan tangannya. Alattersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tundukkepada si Pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang,dengan memadukan sekian banyak alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dansebagainya, semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakansumber energi manusia atau binatang, melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya.Pesawat udara, misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadiPerpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ dan manusia.Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapidengan pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat atau mesin tidak lagi menjadi budak,tetapi telah menjadi kawan manusia.Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih. Mesin-mesin tersebut melalui dayaakal manusia --digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin kompleks,serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang. Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakantugas yang dulu mesti dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadisemacam “seteru” manusia, atau lawan yang harus disiasati agar mau mengikuti kehendakmanusia.
Dewasa ini telah lahir teknologi --khususnya di bidang rekayasa genetika-- yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal “majikan” yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu, ini jelasbertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan di terdahulu.Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat menerima hasil-hasil teknologiyang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia,baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur “debu tanah” manusia maupun unsur“ruh Ilahi” manusia.Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dantafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketikaitu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan danmengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semuladiduga dapat mengalihkan manusia darl jati diri dari tujuan penciptaan, sejak dini pulakehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi suatu persoalan besar bagi martabatmanusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi,dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapatberjalan seiring dengan nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukanpikir dan zikir, ilmu dan iman?***
Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah Muhammad Saw. pun diperintahkan agarberusaha dan berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya Qul Rabbi zidni ‘ilma(Berdoalah [hai Muhammad], “Wahai Tuhanku, tambahlah untukmu ilmu”) (QS Thaha [20]:114), karena fauqa kullu zi ‘ilm (in) ‘alim (Di atas setiap pemilik pengetahuan, ada yangamat mengetahui (QS Yusuf [12]: 72).Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah Saw. bersabda:Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntutharta.Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi denganmemanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya.
Karena itu, laju teknologimemang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diriagar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu/teknologi yangdapat membahayakan dirinya. Agar ia tidak menjadi seperti kepompong yangmembahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.Al-Quran menegaskan:Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti (hujan) yang Kamiturunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya --karena air itu-- tanam-tanamanbumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumiitu telah sempurna keindahannya dan memakai (pula) perhiasannya dan penghuni-penghuninya telah menduga bahwa mereka mampu menguasainya (melakukan segalasesuatu), tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, maka kamijadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tandakekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir (QS Yunus [10]: 24).
Wong Edan- SERSAN SATU
-
Posts : 136
Location : Surga
Join date : 10.09.12
Reputation : 4
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik