cara makan yang barokah
Halaman 1 dari 1 • Share
cara makan yang barokah
Adab-adab itu adalah sebagai berikut :
1. Berkumpul Pada Makanan :
Dari Wahsyi bin Harbin bahwasannya para sahabat Nabi berkata :
"Wahai Rasulullah kami makan tetapi tidak kenyang, Rasulullah bertanya :
'Barangkali kalian makan sendiri-sendiri?' maka para sahabat menjawab : 'Benar' Rasulullah bersabda : 'berkumpullah pada makanan kalian, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah U untuk makanan itu niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian." (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban). Hadits yang menunjukkan pada barakahnya berkumpul pada makanan yaitu satu hadits yang terdapat shahih bukhari dan muslim dari Abu Hurairah bahwasannya ia berkata Rasulullah bersabda :
"Makanan untuk dua orang mencukupi untuk tiga orang, makanan tiga orang mencukupi untuk empat orang" (Bukhari)
Dalam riwayat yang lain dalam shahih muslim dari jabir bin abdillah :
"Makanan satu orang mencukupi untuk dua orang, makanan dua orang mencukupi untuk empat orang, makanan empat orang mencukupi untuk delapan orang"
(Muslim)
Imam Nawawi berkata : "Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk tolong menolong pada makanan, dan bahwasannya sekalipun makanan itu sedikit akan tercapai kecukupan yang diinginkan, dan akan terdapat barakah yang meliputi orang-orang yang hadir dalam makanan itu." (Syarah Imam Nawawi li Shahihil Muslim 14/23)
Ibnu hajar berkata :
"Di ambil dari hadits ini satu pengertian bahwasannya kecukupan itu akan timbul dari barakahnya berkumpul pada makanan dan bahwasannya setiap kali yang berkumpul itu semakin banyak maka bertambah pula barakahnya." (Fathul Bari 5/535 dengan sedikit perubahan)
Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat dianjurkannya berkumpul pada makanan dan hendaknya seseorang tidak makan sendirian. (Fathul Bari 5/535)
2. Membaca Bismillah Ketika Makan.
Rasulullah bersabda :"Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah atasnya niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian."
Oleh karena itu tidak membaca bismillah pada makanan akan menghalangi diperolehnya barakah pada makanan itu.
Hingga bahwasannya setan (semoga Allah melindungi kita darinya) ikut serta dalam memakan makanan itu, sebagaimana disebut dalam hadits shahih Muslim bahwasannya Nabi bersanda :
"Sesunggunya setan akan mengusai makanan dan ikut serta makan makanan itu jika tidak disebut nama Allah." (Shahih Muslim 3/1597)
Imam Nawawi berkata : "Makna hadits tersebut adalah setan akan ikut makan makanan itu jika seseorang makan dengan tanpa menyebut nama Allah, adapun jika seseorang menyebut nama Allah maka setan tidak akan menguasai makanan itu, dan jika sekelompok orang makan bersama-sama sebagian mereka membaca bismillah dan sebagian lainnya tidak membaca bismillah maka setan tidak akan mempu menguasai makanan itu." (Syarah Nawawi li Shahihil Muslim 13/189,190)
Dan Imam Nawawi memberi penjelasan lain tentang adab membaca bismillah dan hukum-hukumnya, ia berkata : "Para ulama bersepakat disunnahkannya membaca bismillah dipermulaan awal makan, jika seseorang tidak membaca bismillah diawal kali makan entah itu karena sengaja atau lupa atau adanya penghalang lain, lalu ia teringat di pertengahan saat ia makan maka dianjurkan untuk membaca :
"Dengan nama Allah diawal dan diakhir makan".
Sebagaimana dalam hadits Bahwasannya Rasulullah bersabda :
"Jika salah seorang diantara kalian makan maka hendaklah membaca bismillah, jika ia lupa diawalnya hendaklah membaca dengan nama Allah diawal dan akhir makan." (Abu Dawud 4/139, Ibnu Majah 2/1087, Imam Ahmad dalam Musnadnya 6/208, Ad-Darimi 2/94, Hakim 4/108)
dan dianjurkan pula untuk memperdengarkan bismillah agar dapat mengingatkan orang lain dan agar dicontoh.
3. Makan Dari Tepi Makanan
Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah bersabda :
"Barakah itu turun ditengah makanan, makanlah dari tepinya dan janganlah makan dari tengahnya." (Tirmidzi 4/260, Ibnu Majah 2/1090, Ahmad 1/270, Ad-Darimi 2/100, Ibnu Hibban 7/333)
Dari Abdullah bin Bassar bahwa didatangkan kepada Rasulullah r piring yang berisi makanan, lalu Rasulullah bersabda :
"Makanlah dari tepi-tepinya dan tinggalkanlah tengahnya niscaya makananitu diberkahi." (Abu Dawud 4/143, Ibnu Majah 2/1090)
Didalam dua hadits diatas atau hadits yang semisalnya terdapat petunjuk Rasulullah kepada kaum muslimin ketika makan, hendaknya mereka memulai dari tepi-tepi makanan, untuk mendapatkan barakah yang dijanjikan Allah akan turun ditengah makanan, dan hendaknya mereka tidak memulai makan dari tengahnya sebelum makan dari tepi-tepinya. Inilah adab umum terhadap orang yang akan makan sendiri atau makan bersama orang lain.
Al-Khithabi rh berkata : "larangan ini adalah larangan makan dari tengah piring jika seseorang makan bersama orang lain, yang demikian itu dikarenakan tujuan yang dicari dari makan itu adalah makanan yang paling baik dan paling utama, maka jika seseorang mengambil makanan dan menggangu orang lain maka hal ini adalah termasuk meninggalkan adab makan dan perangai yang jelek dalam pergaulan, adapun jika seseorang makan sendiri maka tidak mengapa mengambil dari tengah makanan, dan Allahlah yang lebih mengetahui tentang hal ini." (Ma'alim As-Sunan lil Khithabi 4/124 dengan sedikit perubahan)
Tetapi dhahir hadits tersebut adalah larangan umum, tersebut larangan dalam dua hadits itu dengan bentuk larangan sendiri maupun banyak orang, dan barangkali maksud dari hadits tersebut adalah menetapkan barakah makanan untuk waktu yang lebih lama.
Kemudian juga dalam adab ini (makan dari tepi makanan) adalah merupakan adab yang baik terlebih lagi jika seseorang makan bersama-sama orang lain.
4. Menjilat Jari - Jemari Sesudah Makan, dan Menjilat Piring Bekas Makanan Itu, dan Makan Makanan yang Jatuh.
Didalam shahih Muslim dari Anas t bahwasannya Rasulullah jika usai makan suatu makanan beliau r menjilat tiga jarinya yang dipakai untuk makan, dan beliau bersabda :
"Jika makanan salah seorang kalian jatuh maka hendaklah dibersihkan dari kotoran lalu hendaknya memakan makanan itu, dan janganlah membiarkan makanan itu untuk setan (tidak mengambilnya)."
Dan beliau memerintahkan kita agar kita menjilati piring, berilau bersabda :
"Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dibagian mana makanan kalian diberkahi". (Muslim 3/1607)
Dan didalam shahih Muslim juga dari Abu Hurairah t dari Nabi, beliau bersabda :
"Jika salah seorang diantara kalian makan hendaknya menjilati jari-jemarinya, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu." (Muslim 3/1607)
Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdillah t : Rasulullah bersabda :
"Janganlah seseorang mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum menjilati jari-jemarinya." (Muslim 3/1606)
Dan hadits-hadits lainnya yang semisal ini.
Inilah hadits-hadits yang mengandung bermacam-macam adab (ajaran) makan :
diantaranya adalah menjilat jari-jemari tangan untuk menjaga barakah makanan, dan membersihkan jari-jemarinya, dan dianjurkan menjilati tempat makanan, dan makan makanan yang jatuh sesudah dibersihkan dari kotoran yang terkadang mengenai makanan itu atau hal-hal lain selain ini.
Imam Nawawi rh menjelaskan makna sabda Rasulullah :
"Karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu."
Imam Nawawi berkata : "Maknanya (Allahu a'lam) bahwasannya makanan yang akan dimakan seseorang terdapat barakah, dan ia tidak mengetahui dibagian mana barakah makanan, apakah dimakanan yang ia makan, atau makanan yang menempel di jari-jemarinya, atau makanan yang menempel di piringnya atau makanan yang terjatuh, maka sepatutnya seseorang menjaga semua ini agar mendapatkan barakah. Dan barakah itu adalah tambahan dan menetapnya kebaikan, dan mendapatkan kenikmatan pada kebaikan itu. Dan yang dimaksud disini adalah (Allahu a'lam) didapatkannya gizi dan selamatnya dari kotoran (hal yang menyakitkan), dan menguatkan untuk taat kepada Allah, dan selain itu." (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 3/203,204 dengan sedikit perubahan)
Al-Khithabi berkata, mengomentari anjuran untuk menjilat jari-jemari dan semisalnya : "Sebagian kaum dari orang-orang yang hidup mewah menduga bahwasannya menjilat jari-jemari itu adalah suatu yang jelek dan menjijikan, seolah-olah mereka tidak mengetahui bahwasannya sesuatu yang dijilat pada jari-jemari atau piring adalah bagian dari makanan itu sendiri yang mereka memakannya maka jika seluruh bagian yang dimakan itu tidak menjijikan maka sudah barang tentu bagian yang tersisa dari makanan yang menempel dalam jari-jemari itu tidak menjijikan …….(Ma'alim As-Sunan 4/184 dengan sedikit perubahan) Dan dapat dilihat dari adab-adab Nabi tersebut anjuran untuk mendaptkan barakah makanan dan memperolaehnya, sebagaimana didalam adab-adab tersebut terdpat sikap menjaga untuk tidak menyia-nyiakan suatu bagian makanan yang mana hal ini akan membantu untuk mengumpulkan harta dan tidak boros.
5. Barakah Manimbang Makanan
Rasulullah r menganjurkan untuk menimbang makanan dan beliau menjanjikan adanya barakah dari makanan itu dari Allah U.
Tersebut dalam shahih Bukhari satu hadits dari Al-Miqdam bin Ma'ad Yakrib dari Nabi bahwasannya beliau bersabda :
"Timbanglah makanan kalian niscaya akan diberkahi untuk kalian." (Bukhari 3/22)
Dan Ibnu Majah ditambah : "Pada makanan kalian". (Ibnu Majah 2/750,751, Ahmad 4/346, Ibnu Hibban 7/207)
Adapun menimbang yang dianjurkan adalah pada hal-hal yang mana seseorang menginfaqkan makanan itu untuk keluarganya, dan makna hadits tersebut diatas adalah : "Keluarkanlah ukuran timbangan makanan yang telah diketahui yang mencapai pada ukuran kalian, beserta barakah yang diletakkan Allah pada timbangan penduduk Madinah dengan do'a Nabi." (Fathul Bari 4/346)
Dan rahasia dalam menimbang ini adalah karena mengetahui apa yang akan dia makan dan akan disiapkan seseorang. (Umdatul Qari' lil 'Aini 11/247)
Adapun hadits Aisyah ra Rasulullah telah wafat dan tidak ada makanan yang beliau simpan melainkan setengah tepung yang disimpan untukku, lalu aku makan darinya hingga lama, lalu aku menimbangnya…….. (Bukhari 7/179, Muslim 4/2282) Dan hadits-hadits semisalnya, saya akan menjawabnya dengan beberapa jawaban dengan berikut ini :
a. bahwasannya yang dimaksud dengan hadits Al-Miqdam t diatas hendaknya seseorang menimbang makanan ketika mengeluarkan nafkah (untuk keluarganya darinya) dengan syarat sisanya itu ada dan tidak diketahui (dan barakah itu lebih banyak pada suatu yang tidak diketahui dan samar) dan ia menimbang makanan yang akan dikeluarkannya agar tidak keluar lebih dari kebutuhannya atau kurang dari kebutuhannya. (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 18/107 dengan sedikit perubahan)
b. Dalam hadits itu ada kandungan dari makna Nabi : "Timbanglah makanan kalian", artinya adalah jika kalian menyimpannya dan meminta barakah dari Allah, percaya akan dikabulkan permintaan kalian, maka seseorang yang akan menimbangnya sesudah itu hanyalah untuk mengetahui ukurannya, maka ia ragu untuk diperkenankan permintaannya hingga di hukum Allah dengan cepat habisnya makanannya. (Fathul Bari 4/346)
c. Bahwasannya menimbang makanan hanylah diminta jika jual beli saja karena barakah akan didapatkan dalam makanan itu dengan menimbangnya karena mengikuti perintah syariat agama, dan hadits Aisyah diatas kandungannya adalah bahwasannya Aisyah menimbang makanannya untuk mengetahui oleh karena itu berkurang, dan pendapat lain ada yang mengatakan selain ini. (Fathul Bari 4/346)
Dan pendapat yang mendekati kebenaran menurut saya adalah pendapat yang pertama, karena sesungguhnya menimbang makanan dan mengetahui ukurannya disaat menggunakannya untuk diambil sesuai dengan kebutuhannya akan menghalangi dari melakukan perbuatan berlebih-lebihan dan boros.
Maraji':
Kitab At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu.
1. Berkumpul Pada Makanan :
Dari Wahsyi bin Harbin bahwasannya para sahabat Nabi berkata :
"Wahai Rasulullah kami makan tetapi tidak kenyang, Rasulullah bertanya :
'Barangkali kalian makan sendiri-sendiri?' maka para sahabat menjawab : 'Benar' Rasulullah bersabda : 'berkumpullah pada makanan kalian, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah U untuk makanan itu niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian." (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban). Hadits yang menunjukkan pada barakahnya berkumpul pada makanan yaitu satu hadits yang terdapat shahih bukhari dan muslim dari Abu Hurairah bahwasannya ia berkata Rasulullah bersabda :
"Makanan untuk dua orang mencukupi untuk tiga orang, makanan tiga orang mencukupi untuk empat orang" (Bukhari)
Dalam riwayat yang lain dalam shahih muslim dari jabir bin abdillah :
"Makanan satu orang mencukupi untuk dua orang, makanan dua orang mencukupi untuk empat orang, makanan empat orang mencukupi untuk delapan orang"
(Muslim)
Imam Nawawi berkata : "Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk tolong menolong pada makanan, dan bahwasannya sekalipun makanan itu sedikit akan tercapai kecukupan yang diinginkan, dan akan terdapat barakah yang meliputi orang-orang yang hadir dalam makanan itu." (Syarah Imam Nawawi li Shahihil Muslim 14/23)
Ibnu hajar berkata :
"Di ambil dari hadits ini satu pengertian bahwasannya kecukupan itu akan timbul dari barakahnya berkumpul pada makanan dan bahwasannya setiap kali yang berkumpul itu semakin banyak maka bertambah pula barakahnya." (Fathul Bari 5/535 dengan sedikit perubahan)
Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat dianjurkannya berkumpul pada makanan dan hendaknya seseorang tidak makan sendirian. (Fathul Bari 5/535)
2. Membaca Bismillah Ketika Makan.
Rasulullah bersabda :"Berkumpullah pada makanan kalian dan sebutlah nama Allah atasnya niscaya makanan kalian akan diberkahi untuk kalian."
Oleh karena itu tidak membaca bismillah pada makanan akan menghalangi diperolehnya barakah pada makanan itu.
Hingga bahwasannya setan (semoga Allah melindungi kita darinya) ikut serta dalam memakan makanan itu, sebagaimana disebut dalam hadits shahih Muslim bahwasannya Nabi bersanda :
"Sesunggunya setan akan mengusai makanan dan ikut serta makan makanan itu jika tidak disebut nama Allah." (Shahih Muslim 3/1597)
Imam Nawawi berkata : "Makna hadits tersebut adalah setan akan ikut makan makanan itu jika seseorang makan dengan tanpa menyebut nama Allah, adapun jika seseorang menyebut nama Allah maka setan tidak akan menguasai makanan itu, dan jika sekelompok orang makan bersama-sama sebagian mereka membaca bismillah dan sebagian lainnya tidak membaca bismillah maka setan tidak akan mempu menguasai makanan itu." (Syarah Nawawi li Shahihil Muslim 13/189,190)
Dan Imam Nawawi memberi penjelasan lain tentang adab membaca bismillah dan hukum-hukumnya, ia berkata : "Para ulama bersepakat disunnahkannya membaca bismillah dipermulaan awal makan, jika seseorang tidak membaca bismillah diawal kali makan entah itu karena sengaja atau lupa atau adanya penghalang lain, lalu ia teringat di pertengahan saat ia makan maka dianjurkan untuk membaca :
"Dengan nama Allah diawal dan diakhir makan".
Sebagaimana dalam hadits Bahwasannya Rasulullah bersabda :
"Jika salah seorang diantara kalian makan maka hendaklah membaca bismillah, jika ia lupa diawalnya hendaklah membaca dengan nama Allah diawal dan akhir makan." (Abu Dawud 4/139, Ibnu Majah 2/1087, Imam Ahmad dalam Musnadnya 6/208, Ad-Darimi 2/94, Hakim 4/108)
dan dianjurkan pula untuk memperdengarkan bismillah agar dapat mengingatkan orang lain dan agar dicontoh.
3. Makan Dari Tepi Makanan
Dari Ibnu Abbas ia berkata : Rasulullah bersabda :
"Barakah itu turun ditengah makanan, makanlah dari tepinya dan janganlah makan dari tengahnya." (Tirmidzi 4/260, Ibnu Majah 2/1090, Ahmad 1/270, Ad-Darimi 2/100, Ibnu Hibban 7/333)
Dari Abdullah bin Bassar bahwa didatangkan kepada Rasulullah r piring yang berisi makanan, lalu Rasulullah bersabda :
"Makanlah dari tepi-tepinya dan tinggalkanlah tengahnya niscaya makananitu diberkahi." (Abu Dawud 4/143, Ibnu Majah 2/1090)
Didalam dua hadits diatas atau hadits yang semisalnya terdapat petunjuk Rasulullah kepada kaum muslimin ketika makan, hendaknya mereka memulai dari tepi-tepi makanan, untuk mendapatkan barakah yang dijanjikan Allah akan turun ditengah makanan, dan hendaknya mereka tidak memulai makan dari tengahnya sebelum makan dari tepi-tepinya. Inilah adab umum terhadap orang yang akan makan sendiri atau makan bersama orang lain.
Al-Khithabi rh berkata : "larangan ini adalah larangan makan dari tengah piring jika seseorang makan bersama orang lain, yang demikian itu dikarenakan tujuan yang dicari dari makan itu adalah makanan yang paling baik dan paling utama, maka jika seseorang mengambil makanan dan menggangu orang lain maka hal ini adalah termasuk meninggalkan adab makan dan perangai yang jelek dalam pergaulan, adapun jika seseorang makan sendiri maka tidak mengapa mengambil dari tengah makanan, dan Allahlah yang lebih mengetahui tentang hal ini." (Ma'alim As-Sunan lil Khithabi 4/124 dengan sedikit perubahan)
Tetapi dhahir hadits tersebut adalah larangan umum, tersebut larangan dalam dua hadits itu dengan bentuk larangan sendiri maupun banyak orang, dan barangkali maksud dari hadits tersebut adalah menetapkan barakah makanan untuk waktu yang lebih lama.
Kemudian juga dalam adab ini (makan dari tepi makanan) adalah merupakan adab yang baik terlebih lagi jika seseorang makan bersama-sama orang lain.
4. Menjilat Jari - Jemari Sesudah Makan, dan Menjilat Piring Bekas Makanan Itu, dan Makan Makanan yang Jatuh.
Didalam shahih Muslim dari Anas t bahwasannya Rasulullah jika usai makan suatu makanan beliau r menjilat tiga jarinya yang dipakai untuk makan, dan beliau bersabda :
"Jika makanan salah seorang kalian jatuh maka hendaklah dibersihkan dari kotoran lalu hendaknya memakan makanan itu, dan janganlah membiarkan makanan itu untuk setan (tidak mengambilnya)."
Dan beliau memerintahkan kita agar kita menjilati piring, berilau bersabda :
"Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dibagian mana makanan kalian diberkahi". (Muslim 3/1607)
Dan didalam shahih Muslim juga dari Abu Hurairah t dari Nabi, beliau bersabda :
"Jika salah seorang diantara kalian makan hendaknya menjilati jari-jemarinya, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu." (Muslim 3/1607)
Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdillah t : Rasulullah bersabda :
"Janganlah seseorang mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum menjilati jari-jemarinya." (Muslim 3/1606)
Dan hadits-hadits lainnya yang semisal ini.
Inilah hadits-hadits yang mengandung bermacam-macam adab (ajaran) makan :
diantaranya adalah menjilat jari-jemari tangan untuk menjaga barakah makanan, dan membersihkan jari-jemarinya, dan dianjurkan menjilati tempat makanan, dan makan makanan yang jatuh sesudah dibersihkan dari kotoran yang terkadang mengenai makanan itu atau hal-hal lain selain ini.
Imam Nawawi rh menjelaskan makna sabda Rasulullah :
"Karena sesungguhnya ia tidak mengetahui dibagian mana barakah itu."
Imam Nawawi berkata : "Maknanya (Allahu a'lam) bahwasannya makanan yang akan dimakan seseorang terdapat barakah, dan ia tidak mengetahui dibagian mana barakah makanan, apakah dimakanan yang ia makan, atau makanan yang menempel di jari-jemarinya, atau makanan yang menempel di piringnya atau makanan yang terjatuh, maka sepatutnya seseorang menjaga semua ini agar mendapatkan barakah. Dan barakah itu adalah tambahan dan menetapnya kebaikan, dan mendapatkan kenikmatan pada kebaikan itu. Dan yang dimaksud disini adalah (Allahu a'lam) didapatkannya gizi dan selamatnya dari kotoran (hal yang menyakitkan), dan menguatkan untuk taat kepada Allah, dan selain itu." (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 3/203,204 dengan sedikit perubahan)
Al-Khithabi berkata, mengomentari anjuran untuk menjilat jari-jemari dan semisalnya : "Sebagian kaum dari orang-orang yang hidup mewah menduga bahwasannya menjilat jari-jemari itu adalah suatu yang jelek dan menjijikan, seolah-olah mereka tidak mengetahui bahwasannya sesuatu yang dijilat pada jari-jemari atau piring adalah bagian dari makanan itu sendiri yang mereka memakannya maka jika seluruh bagian yang dimakan itu tidak menjijikan maka sudah barang tentu bagian yang tersisa dari makanan yang menempel dalam jari-jemari itu tidak menjijikan …….(Ma'alim As-Sunan 4/184 dengan sedikit perubahan) Dan dapat dilihat dari adab-adab Nabi tersebut anjuran untuk mendaptkan barakah makanan dan memperolaehnya, sebagaimana didalam adab-adab tersebut terdpat sikap menjaga untuk tidak menyia-nyiakan suatu bagian makanan yang mana hal ini akan membantu untuk mengumpulkan harta dan tidak boros.
5. Barakah Manimbang Makanan
Rasulullah r menganjurkan untuk menimbang makanan dan beliau menjanjikan adanya barakah dari makanan itu dari Allah U.
Tersebut dalam shahih Bukhari satu hadits dari Al-Miqdam bin Ma'ad Yakrib dari Nabi bahwasannya beliau bersabda :
"Timbanglah makanan kalian niscaya akan diberkahi untuk kalian." (Bukhari 3/22)
Dan Ibnu Majah ditambah : "Pada makanan kalian". (Ibnu Majah 2/750,751, Ahmad 4/346, Ibnu Hibban 7/207)
Adapun menimbang yang dianjurkan adalah pada hal-hal yang mana seseorang menginfaqkan makanan itu untuk keluarganya, dan makna hadits tersebut diatas adalah : "Keluarkanlah ukuran timbangan makanan yang telah diketahui yang mencapai pada ukuran kalian, beserta barakah yang diletakkan Allah pada timbangan penduduk Madinah dengan do'a Nabi." (Fathul Bari 4/346)
Dan rahasia dalam menimbang ini adalah karena mengetahui apa yang akan dia makan dan akan disiapkan seseorang. (Umdatul Qari' lil 'Aini 11/247)
Adapun hadits Aisyah ra Rasulullah telah wafat dan tidak ada makanan yang beliau simpan melainkan setengah tepung yang disimpan untukku, lalu aku makan darinya hingga lama, lalu aku menimbangnya…….. (Bukhari 7/179, Muslim 4/2282) Dan hadits-hadits semisalnya, saya akan menjawabnya dengan beberapa jawaban dengan berikut ini :
a. bahwasannya yang dimaksud dengan hadits Al-Miqdam t diatas hendaknya seseorang menimbang makanan ketika mengeluarkan nafkah (untuk keluarganya darinya) dengan syarat sisanya itu ada dan tidak diketahui (dan barakah itu lebih banyak pada suatu yang tidak diketahui dan samar) dan ia menimbang makanan yang akan dikeluarkannya agar tidak keluar lebih dari kebutuhannya atau kurang dari kebutuhannya. (Syarah An-Nawawi li shahihi Muslim 18/107 dengan sedikit perubahan)
b. Dalam hadits itu ada kandungan dari makna Nabi : "Timbanglah makanan kalian", artinya adalah jika kalian menyimpannya dan meminta barakah dari Allah, percaya akan dikabulkan permintaan kalian, maka seseorang yang akan menimbangnya sesudah itu hanyalah untuk mengetahui ukurannya, maka ia ragu untuk diperkenankan permintaannya hingga di hukum Allah dengan cepat habisnya makanannya. (Fathul Bari 4/346)
c. Bahwasannya menimbang makanan hanylah diminta jika jual beli saja karena barakah akan didapatkan dalam makanan itu dengan menimbangnya karena mengikuti perintah syariat agama, dan hadits Aisyah diatas kandungannya adalah bahwasannya Aisyah menimbang makanannya untuk mengetahui oleh karena itu berkurang, dan pendapat lain ada yang mengatakan selain ini. (Fathul Bari 4/346)
Dan pendapat yang mendekati kebenaran menurut saya adalah pendapat yang pertama, karena sesungguhnya menimbang makanan dan mengetahui ukurannya disaat menggunakannya untuk diambil sesuai dengan kebutuhannya akan menghalangi dari melakukan perbuatan berlebih-lebihan dan boros.
Maraji':
Kitab At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Similar topics
» [yg bisa terkait survival makan] "SURVIVAL" Makan makanan yang bisa di makan ketika tersesat...
» membuka pintu rejeki yang barokah
» membuka pintu rezeki yang barokah
» [jual makan(bisa terkait jual makan karena cincau bisa dimakan] Cara Membuat Cincau Hijau Kenyal Seperti Jelly
» [jual makan] Cara bersihkan babat ala mesin cuci
» membuka pintu rejeki yang barokah
» membuka pintu rezeki yang barokah
» [jual makan(bisa terkait jual makan karena cincau bisa dimakan] Cara Membuat Cincau Hijau Kenyal Seperti Jelly
» [jual makan] Cara bersihkan babat ala mesin cuci
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik