Benarkah semua makanan Halal menurut (Matius 15:20). dan (Markus 7:19) ?
Halaman 1 dari 1 • Share
Benarkah semua makanan Halal menurut (Matius 15:20). dan (Markus 7:19) ?
Masalah yang tengah diperdebatkan disini sebenarnya adalah masalah kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Anda perlu membaca seluruh perikop mulai dari 15:1. Kisah ini dimulai dengan kedatangan serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat menemui Yeshua. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Mereka kemudian mempersoalkan hal ini di depan Yeshua. Mengapa mereka mempersoalkannya? Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Jadi ini adalah persoalan tentang puritas atau pentahiran.
Dalam perkembangan tatanan sosial dan budaya orang Yahudi, muncul banyak sekali adat-istiadat yang ditambahkan ke dalam religi Yahudi. Salah satunya adalah aturan tentang cuci-mencuci ini. Di dalam Torah memang terdapat tata-cara pentahiran yakni membasuh diri dengan air (Imamat 13:15). Tetapi tata-cara ini dikembangkan dan ditambahkan dengan perintah-perintah buatan manusia sehingga lambat-laun menjadi adat-istiadat. Contohnya kebiasaan mencuci cawan, kendi dan perkakas seperti yang disebutkan oleh Markus sebenarnya berangkat dari pemikiran Farisi bahwa setiap rumah orang Yahudi adalah cerminan dari Bait Elohim, kepala keluarga mencerminkan imam, meja makan mencerminkan altar persembahan. Jadi sebagaimana imam Bait Elohim membasuh diri (t'villa) sebelum menjalankan persembahan, maka setiap individu diminta pula untuk mencuci tangan mereka sebelum makan. Di samping itu praktek pembasuhan diri ini juga berkembang menjadi semacam ritual inisiasi yang lazim di masa itu. Rabbi Hillel (30 SM-10 M) berkata bahwa bukan sunat yang menjadi inisiasi konversi seseorang ke dalam agama Yahudi, melainkan ritual pembasuhan (b.Yebamot 47a). Ritual ini diketahui dijalankan pula oleh komunitas Qumran (1Qs Col. 3 line 4f; Col 5 line 13; Damascus Document Col. 10,lines 10-13), dan juga oleh Yohanan Pembaptis. Adakah Yeshua menentang seluruh adat-istiadat? Tidak. Sepanjang ia tidak bertentangan dengan Taurat dan perintah TUHAN selalu ditempatkan pada prioritas tertinggi. Perhatikan bagaimana Ia menerima ritual pembasuhan sebagai inisiasi konversi (Markus 16:15, Matius 28:19). Yang dikecam oleh Yeshua adalah mereka yang sering kali mengabaikan perintah Taurat supaya bisa memenuhi hal-hal yang diatur oleh adat-istiadat, contohnya tentang pengabaian perintah hormati orang-tuamu untuk memenuhi terlebih dahulu perintah adat-istiadat. Ia juga mengecam adatistiadat yang menambahkan beban kepada umat, seperti membayar persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, yang semuanya tidak diperintahkan di dalam Taurat. Yang dihendaki oleh Yeshua ialah supaya kita senantiasa menempatkan perintah TUHAN pada prioritas tertinggi.
Kembali ke masalah semula yang dibicarakan, yakni perihal puritas, menurut Yeshua bukan soal cuci-mencuci tangan yang membuat makanan menjadi najis sehingga menajiskan orang yang memakannya. Tetapi menurut-Nya, hati seseorang-lah yang menentukan kepuritasan orang itu. Jadi sepanjang hati kita masih menghasilkan segala pikiran jahat, itulah yang menajiskan orang. "...tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.", demikian Yeshua menutup pembicaraan-Nya (Matius 15:20).
Sekarang menjadi jelas bahwa apa yang sedang mereka (orang-orang Farisi dan Yeshua) bicarakan adalah isu tentang kepuritasan, BUKAN isu tentang makanan halal atau haram. Tetapi pembaca PB masa kini yang dibesarkan dalam teologi anti-Taurat sering kali menganggapnya begitu dan menjadikannya sebagai alat pembenaran bagi teologi mereka. Karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. (Markus 7:19)
Perikop Markus 7:1-23 mengisahkan kisah yang sama dengan Matius 15:1-20. Tetapi disini ditambahkan kalimat: "dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal." Kita akan menemukan terjemahan yang berbeda-beda untuk kalimat tersebut. RSV menulisnya dalam tanda kurung.
Since it enters, not his heart but his stomach, and so passes on?" (Thus he declared all foods clean.)
(Revised Standard Version)
Because it entereth not into his heart, but into the belly, and goeth out into the draught, purging all meats?
(King James Version)
Dalam teks Yunani kalimat tersebut terbaca kataríxon pánta ta bdómata yang dalam KJV diterjemahkan menjadi "purging (kataríxon) all (panta) foods (ta bdómata)". Sehingga terjemahan bahasa Indonesia seharusnya berbunyi: "Karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban, amblas semua makanannya?"
Dalam perkembangan tatanan sosial dan budaya orang Yahudi, muncul banyak sekali adat-istiadat yang ditambahkan ke dalam religi Yahudi. Salah satunya adalah aturan tentang cuci-mencuci ini. Di dalam Torah memang terdapat tata-cara pentahiran yakni membasuh diri dengan air (Imamat 13:15). Tetapi tata-cara ini dikembangkan dan ditambahkan dengan perintah-perintah buatan manusia sehingga lambat-laun menjadi adat-istiadat. Contohnya kebiasaan mencuci cawan, kendi dan perkakas seperti yang disebutkan oleh Markus sebenarnya berangkat dari pemikiran Farisi bahwa setiap rumah orang Yahudi adalah cerminan dari Bait Elohim, kepala keluarga mencerminkan imam, meja makan mencerminkan altar persembahan. Jadi sebagaimana imam Bait Elohim membasuh diri (t'villa) sebelum menjalankan persembahan, maka setiap individu diminta pula untuk mencuci tangan mereka sebelum makan. Di samping itu praktek pembasuhan diri ini juga berkembang menjadi semacam ritual inisiasi yang lazim di masa itu. Rabbi Hillel (30 SM-10 M) berkata bahwa bukan sunat yang menjadi inisiasi konversi seseorang ke dalam agama Yahudi, melainkan ritual pembasuhan (b.Yebamot 47a). Ritual ini diketahui dijalankan pula oleh komunitas Qumran (1Qs Col. 3 line 4f; Col 5 line 13; Damascus Document Col. 10,lines 10-13), dan juga oleh Yohanan Pembaptis. Adakah Yeshua menentang seluruh adat-istiadat? Tidak. Sepanjang ia tidak bertentangan dengan Taurat dan perintah TUHAN selalu ditempatkan pada prioritas tertinggi. Perhatikan bagaimana Ia menerima ritual pembasuhan sebagai inisiasi konversi (Markus 16:15, Matius 28:19). Yang dikecam oleh Yeshua adalah mereka yang sering kali mengabaikan perintah Taurat supaya bisa memenuhi hal-hal yang diatur oleh adat-istiadat, contohnya tentang pengabaian perintah hormati orang-tuamu untuk memenuhi terlebih dahulu perintah adat-istiadat. Ia juga mengecam adatistiadat yang menambahkan beban kepada umat, seperti membayar persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan, yang semuanya tidak diperintahkan di dalam Taurat. Yang dihendaki oleh Yeshua ialah supaya kita senantiasa menempatkan perintah TUHAN pada prioritas tertinggi.
Kembali ke masalah semula yang dibicarakan, yakni perihal puritas, menurut Yeshua bukan soal cuci-mencuci tangan yang membuat makanan menjadi najis sehingga menajiskan orang yang memakannya. Tetapi menurut-Nya, hati seseorang-lah yang menentukan kepuritasan orang itu. Jadi sepanjang hati kita masih menghasilkan segala pikiran jahat, itulah yang menajiskan orang. "...tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.", demikian Yeshua menutup pembicaraan-Nya (Matius 15:20).
Sekarang menjadi jelas bahwa apa yang sedang mereka (orang-orang Farisi dan Yeshua) bicarakan adalah isu tentang kepuritasan, BUKAN isu tentang makanan halal atau haram. Tetapi pembaca PB masa kini yang dibesarkan dalam teologi anti-Taurat sering kali menganggapnya begitu dan menjadikannya sebagai alat pembenaran bagi teologi mereka. Karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. (Markus 7:19)
Perikop Markus 7:1-23 mengisahkan kisah yang sama dengan Matius 15:1-20. Tetapi disini ditambahkan kalimat: "dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal." Kita akan menemukan terjemahan yang berbeda-beda untuk kalimat tersebut. RSV menulisnya dalam tanda kurung.
Since it enters, not his heart but his stomach, and so passes on?" (Thus he declared all foods clean.)
(Revised Standard Version)
Because it entereth not into his heart, but into the belly, and goeth out into the draught, purging all meats?
(King James Version)
Dalam teks Yunani kalimat tersebut terbaca kataríxon pánta ta bdómata yang dalam KJV diterjemahkan menjadi "purging (kataríxon) all (panta) foods (ta bdómata)". Sehingga terjemahan bahasa Indonesia seharusnya berbunyi: "Karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban, amblas semua makanannya?"
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Similar topics
» Menyambut Ramadhan: Ramayana menuntut makanan non halal!!!
» Muslim Korea Selatan tuntut masjid dan makanan halal diperbanyak
» Menurut Quran makanan lebah adalah buah buahan. (QS 16:68-69)
» TUHAN Takkan Lagi Mengutuk Bumi karena Manusia (yang Sudah Jahat Sejak Kecil), setelah Disyarati Makanan Halal
» pemahaman yang benar tentang makanan yang halal dan thayyiban
» Muslim Korea Selatan tuntut masjid dan makanan halal diperbanyak
» Menurut Quran makanan lebah adalah buah buahan. (QS 16:68-69)
» TUHAN Takkan Lagi Mengutuk Bumi karena Manusia (yang Sudah Jahat Sejak Kecil), setelah Disyarati Makanan Halal
» pemahaman yang benar tentang makanan yang halal dan thayyiban
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik