sejarah penulisan Qur'an
Halaman 1 dari 1 • Share
sejarah penulisan Qur'an
Penulisan Al-Quran Al-Kariem Di Zaman Abu Bakar
Di zaman Abu Bakar, Al-Quran Al-Kariem itu ditulis secara khusus menjadi sebuah mushaf (bundel) yang lengkap dan standar. Selama ini memang tidak dibutuhkan penulisan Al-Quran Al-Kariem. Karena Al-Quran Al-Kariem adalah bacaan yang minimal dibaca sehari 5 kali. Para shahabat itu umumya penghafal Al-Quran Al-Kariem juga dengan beragam jumlah hafalan mereka.
Maka latar belakang mengapa ada ide untuk membukukan Al-Quran Al-Kariem adalah karena terjadinya perang yang memakan korban banyak para shahabat penghafal Al-Quran Al-Kariem. Adalah Umar bin Al-Khattab yang mengusulkan hal itu dan lalu Allah SWT melapangkan dada Abu Bakar untuk menyetujuinya setelah sebelumnya beliau menolak.
Maka jadilah proyek penulisan Al-Quran Al-Kariem dalam sebuah bundel yang standar, lengkap dan baku. Sampai masa Umar menjadi khalifah, kebutuhan penulisan Al-Quran Al-Kariem sudah tidak muncul lagi.
Pengumpulan Tulisan Al-Quran Al-Kariem di Masa Utsman
Lain dengan latar belakang kepnetingan di masa Abu Bakar, pengumpulan dan penyusunan tulisan Allah SWT lebih dimotivasi oleh keberagaman qiraat para shahabat. Hingga satu sama lain saling bertengkar karena memang Al-Quran Al-Kariem diturunkan dengan lahjah / qiraat yang berbeda.
Khawatir akan terjadi perbedaan yang semakin memuncak, khalifah Utsman mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku yang kemudian dikenal dengan istilah rasam Utsmani.
Sebab ketika turun, Al-Quran Al-Kariem itu dalam dialek qurasy sebagai dialek Rasulullah SAW. Karena itu sebagai standar penulisan, digunakanlah yang paling baku dalam urusan itu. Sedangkan membakar tulisan Al-Quran Al-Kariem yang lain tujuanhya agar tidak terjadi kesalahan dalam rasm penulisan yang baku dan tidak tercampur dengan yang lainnya.
Maka jadilah sebuah musfah dengan jenis penulisan (rasm) yang standar dan itulah yang dibuatkan copyannya dan dikirm ke pusat-pusat peradaban Islam.
Tidak Ada Revisi Redaksional
Kalau dikatakan Al-Quran Al-Kariem mengalami revisi redaksional, artinya ada perbaikan dari kalimat, strukturnya dan ta’birnya. Jelas ini adalah sebuah ilusi dari orang yang benci Al-Quran Al-Kariem dan Islam. Atau sebuah penafsiran bodoh dari sejarah yang tidak dipahami dengan baik oleh para analis amatiran yang kurang bacaan.
Sebab mana mungkin para shahabat mengoreksi redaksi ayat Al-Quran Al-Kariem, padahal ayat Al-Quran Al-Kariem itu adalah wahyu yang suci.
Yang dilakukan di zaman Abu Bakar adalah mengumpulkan Al-Quran Al-Kariem dalam satu mushaf secara resmi. Dan yang dilakukan di zaman Utsman adalah menjadikan mushaf di masa Abu Bakar itu menjadi satu jenis penulisan (rasm) saja. Jenis penulisan itu SANGAT BERBEDA dengan redaksional.
Di zaman Abu Bakar, Al-Quran Al-Kariem itu ditulis secara khusus menjadi sebuah mushaf (bundel) yang lengkap dan standar. Selama ini memang tidak dibutuhkan penulisan Al-Quran Al-Kariem. Karena Al-Quran Al-Kariem adalah bacaan yang minimal dibaca sehari 5 kali. Para shahabat itu umumya penghafal Al-Quran Al-Kariem juga dengan beragam jumlah hafalan mereka.
Maka latar belakang mengapa ada ide untuk membukukan Al-Quran Al-Kariem adalah karena terjadinya perang yang memakan korban banyak para shahabat penghafal Al-Quran Al-Kariem. Adalah Umar bin Al-Khattab yang mengusulkan hal itu dan lalu Allah SWT melapangkan dada Abu Bakar untuk menyetujuinya setelah sebelumnya beliau menolak.
Maka jadilah proyek penulisan Al-Quran Al-Kariem dalam sebuah bundel yang standar, lengkap dan baku. Sampai masa Umar menjadi khalifah, kebutuhan penulisan Al-Quran Al-Kariem sudah tidak muncul lagi.
Pengumpulan Tulisan Al-Quran Al-Kariem di Masa Utsman
Lain dengan latar belakang kepnetingan di masa Abu Bakar, pengumpulan dan penyusunan tulisan Allah SWT lebih dimotivasi oleh keberagaman qiraat para shahabat. Hingga satu sama lain saling bertengkar karena memang Al-Quran Al-Kariem diturunkan dengan lahjah / qiraat yang berbeda.
Khawatir akan terjadi perbedaan yang semakin memuncak, khalifah Utsman mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku yang kemudian dikenal dengan istilah rasam Utsmani.
Sebab ketika turun, Al-Quran Al-Kariem itu dalam dialek qurasy sebagai dialek Rasulullah SAW. Karena itu sebagai standar penulisan, digunakanlah yang paling baku dalam urusan itu. Sedangkan membakar tulisan Al-Quran Al-Kariem yang lain tujuanhya agar tidak terjadi kesalahan dalam rasm penulisan yang baku dan tidak tercampur dengan yang lainnya.
Maka jadilah sebuah musfah dengan jenis penulisan (rasm) yang standar dan itulah yang dibuatkan copyannya dan dikirm ke pusat-pusat peradaban Islam.
Tidak Ada Revisi Redaksional
Kalau dikatakan Al-Quran Al-Kariem mengalami revisi redaksional, artinya ada perbaikan dari kalimat, strukturnya dan ta’birnya. Jelas ini adalah sebuah ilusi dari orang yang benci Al-Quran Al-Kariem dan Islam. Atau sebuah penafsiran bodoh dari sejarah yang tidak dipahami dengan baik oleh para analis amatiran yang kurang bacaan.
Sebab mana mungkin para shahabat mengoreksi redaksi ayat Al-Quran Al-Kariem, padahal ayat Al-Quran Al-Kariem itu adalah wahyu yang suci.
Yang dilakukan di zaman Abu Bakar adalah mengumpulkan Al-Quran Al-Kariem dalam satu mushaf secara resmi. Dan yang dilakukan di zaman Utsman adalah menjadikan mushaf di masa Abu Bakar itu menjadi satu jenis penulisan (rasm) saja. Jenis penulisan itu SANGAT BERBEDA dengan redaksional.
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: sejarah penulisan Qur'an
by ichreza
Pengumpulan Tulisan Al-Quran Al-Kariem di Masa Utsman
Lain dengan latar belakang kepnetingan di masa Abu Bakar, pengumpulan dan penyusunan tulisan Allah SWT lebih dimotivasi oleh keberagaman qiraat para shahabat. Hingga satu sama lain saling bertengkar karena memang Al-Quran Al-Kariem diturunkan dengan lahjah / qiraat yang berbeda.
Tidak Ada Revisi Redaksional
Kalau dikatakan Al-Quran Al-Kariem mengalami revisi redaksional, artinya ada perbaikan dari kalimat, strukturnya dan ta’birnya. Jelas ini adalah sebuah ilusi dari orang yang benci Al-Quran Al-Kariem dan Islam. Atau sebuah penafsiran bodoh dari sejarah yang tidak dipahami dengan baik oleh para analis amatiran yang kurang bacaan.
Sebab mana mungkin para shahabat mengoreksi redaksi ayat Al-Quran Al-Kariem, padahal ayat Al-Quran Al-Kariem itu adalah wahyu yang suci.
Yang dilakukan di zaman Abu Bakar adalah mengumpulkan Al-Quran Al-Kariem dalam satu mushaf secara resmi. Dan yang dilakukan di zaman Utsman adalah menjadikan mushaf di masa Abu Bakar itu menjadi satu jenis penulisan (rasm) saja. Jenis penulisan itu SANGAT BERBEDA dengan redaksional.
Saking tidak mengertinya kaum kafir penghujat mengatakan hal ini dengan “al quran telah diubah.. “
Tambahan tambahan yang dituduhkan oleh para penghujat, bahwa itu ditambah ke dalam Mushaf Utsman adalah titik, harakat dan tanda tanda berhenti(waqaf). Kemudian, sesungguhnya tambahan tambahan itu adalah :
Pertama, sama sekali tidak menyentuh Rasmul Kalimah (tulisan/kalimat) dan sama sekali tidak merubah bentuk rasm utsmani bagi kata/kalimat. Itu hanya penjelasan penjelasan di luar asal atau inti kata/kalimat.
Kedua, tambahan tambahan yang dituduhkan itu hanya merupakan tanda tanda untuk memepermudah bacaan nash Al Quran dan merupakan sarana penjelasan konvensional yang sudah disepakati yang dapat membantu pembaca dalam membaca AL Quran dengan benar dan Baik, dan bukan turun dari sisi Allah. Seandainya mushaf dibersihkan dari tanda tanda itu maka tidaklah kurang kalam Allah Sedikitpun. Kitab Allah sebelum dimasukan tanda tanda itu tettap kitab Allah. Artinya, sebenarnya itu bukan tambahan, penggantian atau perubahan yang dimasukna pada kitab Allah.
Pemberian harakat, titik dan tanda berhenti(waqaf) ini terjadi pada masa para tokoh tabi’in. Orang pertama yang memberi titik pada Al Quran adalah Abul Aswad Ad-Du’ali, Nashir bin Ashmin Al Laitsi, Yahya bin Ya’mar dan Khalil bin Ahmad. Pekerjaan mulia ini termasuk perbuatan baik yang dibolehkan oleh para tokoh tabiin, karena untuk memudahkan para pembaca AL Quran dan sebagai sarana untuk mengurangi kesalahan makna dalam mempelajarinya.
Wallahua’lam
dhans- SERSAN MAYOR
-
Posts : 595
Location : Jakarta
Join date : 05.07.12
Reputation : 30
Similar topics
» Peran Ibn Sarh Dalam Penulisan Quran
» Sejarah terbentuknya mushaf "al quran"
» SURA AL-QASAS/28 : 38 MUNGKINKAH KETERANGAN DAN KRONOLOGI SEJARAH DICATAT KELIRU DALAM AL-QURAN ?
» INI ayat Quran, atau REAKSI karna Quran ditolak ?
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
» Sejarah terbentuknya mushaf "al quran"
» SURA AL-QASAS/28 : 38 MUNGKINKAH KETERANGAN DAN KRONOLOGI SEJARAH DICATAT KELIRU DALAM AL-QURAN ?
» INI ayat Quran, atau REAKSI karna Quran ditolak ?
» Quran Indo di Edit! Apakah ini Manipulasi Quran?
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik