jangan tanya kenapa
Halaman 1 dari 1 • Share
jangan tanya kenapa
Diriwayatkan dari Utsman bin Umar, ia berkata : "Datang seorang laki-laki kepada Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah, maka Imam Malik berkata kepada laki-laki itu : 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bagini dan begitu', lalu laki-laki itu berkata : 'Bagaimana pendapatmu ?'. Maka Imam Malik menjawab dengan firman Allah.
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".
Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..
Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".
Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]
[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".
Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..
Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".
Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]
[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]
keroncong- KAPTEN
-
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67
Re: jangan tanya kenapa
padahal..
MALU BERTANYA (aja) SESAT DI JALAN
ini malah DILARANG tanya..
MALU BERTANYA (aja) SESAT DI JALAN
ini malah DILARANG tanya..
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: jangan tanya kenapa
SEGOROWEDI wrote:padahal..
MALU BERTANYA (aja) SESAT DI JALAN
ini malah DILARANG tanya..
itulah ciri khas orang yahudi yang kebanyakan nanya sewaktu Allah memerintahkan kurban sesembahan......
dangdutman- KOPRAL
-
Posts : 25
Join date : 17.03.12
Reputation : 2
Re: jangan tanya kenapa
dangdutman wrote:SEGOROWEDI wrote:padahal..
MALU BERTANYA (aja) SESAT DI JALAN
ini malah DILARANG tanya..
itulah ciri khas orang yahudi yang kebanyakan nanya sewaktu Allah memerintahkan kurban sesembahan......
JAWABAN ANDA INI JANGANKAN DENGAN HIKMAT SECARA LOGIKA SAJAPUN TIDAK.
APA HUBUNGANNYA PERNYATAAN ANDA DENGAN POSTINGAN SDR SEGOROWEDI DAN SATU LAGI COBALAH SIMAK BENARKAH YANG ANDA KATAKAN BAHWA BANGSA YAHUDI BANYAK BERTANYA2 ATAS APA YANG TUHAN PERINTAHKAN MELALUI NABI MUSA???
barabasmurtad77- SERSAN SATU
- Posts : 197
Join date : 24.11.11
Reputation : 2
Re: jangan tanya kenapa
barabasmurtad77 wrote:dangdutman wrote:SEGOROWEDI wrote:padahal..
MALU BERTANYA (aja) SESAT DI JALAN
ini malah DILARANG tanya..
itulah ciri khas orang yahudi yang kebanyakan nanya sewaktu Allah memerintahkan kurban sesembahan......
JAWABAN ANDA INI JANGANKAN DENGAN HIKMAT SECARA LOGIKA SAJAPUN TIDAK.
APA HUBUNGANNYA PERNYATAAN ANDA DENGAN POSTINGAN SDR SEGOROWEDI DAN SATU LAGI COBALAH SIMAK BENARKAH YANG ANDA KATAKAN BAHWA BANGSA YAHUDI BANYAK BERTANYA2 ATAS APA YANG TUHAN PERINTAHKAN MELALUI NABI MUSA???
sudah yakin dg pertanyaan anda, ntar malu lagi :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan :hancurkan
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: jangan tanya kenapa
ichreza wrote:Diriwayatkan dari Utsman bin Umar, ia berkata : "Datang seorang laki-laki kepada Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah, maka Imam Malik berkata kepada laki-laki itu : 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bagini dan begitu', lalu laki-laki itu berkata : 'Bagaimana pendapatmu ?'. Maka Imam Malik menjawab dengan firman Allah.
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".
Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..
Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".
Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]
[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]
semua hanya katanya-katanya
kata 1 orang
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: jangan tanya kenapa
SEGOROWEDI wrote:ichreza wrote:Diriwayatkan dari Utsman bin Umar, ia berkata : "Datang seorang laki-laki kepada Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah, maka Imam Malik berkata kepada laki-laki itu : 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bagini dan begitu', lalu laki-laki itu berkata : 'Bagaimana pendapatmu ?'. Maka Imam Malik menjawab dengan firman Allah.
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".
Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..
Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".
Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]
[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]
semua hanya katanya-katanya
kata 1 orang
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: jangan tanya kenapa
tanya:
- kenapa cuman katanya-katanya dari satu orang ke orang lain secara berantai? bagaimana kalau orang itu bohong?
- kenapa cuman katanya-katanya dari satu orang ke orang lain secara berantai? bagaimana kalau orang itu bohong?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: jangan tanya kenapa
SEGOROWEDI wrote:tanya:
- kenapa cuman katanya-katanya dari satu orang ke orang lain secara berantai? bagaimana kalau orang itu bohong?
Makanya ada Tingkatan Hadits :bata:
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Re: jangan tanya kenapa
tingkatan kan hanya menunjukkan panjang pendeknya rantai..
mo panjang, mo pendek tetep sumbernya hanya katanya 1 orang, berantai ke satu orang berikutnya
tanya:
kenapa percaya begitu saja, bagaimana kalau ternytata orang itu bohong?
mo panjang, mo pendek tetep sumbernya hanya katanya 1 orang, berantai ke satu orang berikutnya
tanya:
kenapa percaya begitu saja, bagaimana kalau ternytata orang itu bohong?
SEGOROWEDI- BRIGADIR JENDERAL
- Posts : 43894
Kepercayaan : Protestan
Join date : 12.11.11
Reputation : 124
Re: jangan tanya kenapa
liat dulu orangnyah tuh siapa.SEGOROWEDI wrote:tingkatan kan hanya menunjukkan panjang pendeknya rantai..
mo panjang, mo pendek tetep sumbernya hanya katanya 1 orang, berantai ke satu orang berikutnya
tanya:
kenapa percaya begitu saja, bagaimana kalau ternytata orang itu bohong?
abu hanan- GLOBAL MODERATOR
-
Age : 90
Posts : 7999
Kepercayaan : Islam
Location : soerabaia
Join date : 06.10.11
Reputation : 224
Re: jangan tanya kenapa
SEGOROWEDI wrote:tingkatan kan hanya menunjukkan panjang pendeknya rantai..
mo panjang, mo pendek tetep sumbernya hanya katanya 1 orang, berantai ke satu orang berikutnya
tanya:
kenapa percaya begitu saja, bagaimana kalau ternytata orang itu bohong?
Ne Anda baca biar kamu paham nak :
Hadist dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria :
(1) dari segi jumlah periwayatnya, dalam menyampaikan sebuah hadist, Rasulullah kadang berhadapan dengan banyak orang, kadang dengan segelintir orang dan bisa juga hanya kepada satu orang saja. Orang-orang tersebut kemudian menyampaikan secara turun-temurun. Hadist yang disampaikan kepada banyak orang disebut hadist muttawatir, ini klasifikasi hadist yang paling berbobot, karena diriwayatkan oleh banyak orang, kecil kemungkinan bahwa banyak orang sepakat berbohong dan mengeluarkan hadist palsu, kalau disampaikan kepada beberapa orang saja disebut hadist mansyur tingkat keshahihannya berada dibawah hadist muttawatir. Kalau disampaikan hanya kepada satu orang disebut hadist ahad tingkat kepercayaan orang terhadap hadist ini tergantung kualitas orang yang meriwayatkannya dan persambungan sanadnya (cara penyampaian).
(2) Dari sisi penerimaan dan penolakan, hadist dibagi atas hadist shahih yaitu yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh orang yang mempunyai reputasi baik, isi hadist tersebut tidak syadz (tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadist lain yang lebih kuat) dan tidak mengandung cacat (tidak ditemukan adanya usaha penipuan dengan cara menyambung sanadnya seolah-olah sampai kepada Rasulullah), ada juga hadist hasansedikit dibawah hadist shahih, karena dalam periwayatannya ditemukan orang-orang yang ‘agak diragukan’ kredibilitasnya, dan hadist dhaif merupakan lawan dari hadist shahih, sanadnya terputus, orang yang meriwayatkannya tidak dikenal, dll.
Bagaimana mengetahui seorang yang meriwayatkan hadist adalah orang baik atau bukan..? dalam ilmu hadist ada suatu cabang ilmu yang khusus menelaah sejarah para perawi (yang meriwayatkan) hadist, yaitu Ilmu Riyal al-Hadist, membicarakan tentang orang-orang yang membawa hadist mulai dari sahabat Rasulullah sampai periwayat terakhir, sejarah hidupnya, reputasinya, dll.
Contoh cara menelaah suatu hadist.
Dari Hadist Turmudzi :
Diriwayatkan dari Abu salamah yahya Ibn Khalaf, katanya, telah bercerita kepada saya Bisyr Ibn al-Mufaddal, dari ‘Ummarah ibn Ghaziyyah, dari yahya Ibn “Ummarah , dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi Muhammad SAW, katanya : “Talqinlah mayitmu dengan Laa Ilaha Illallaah..”
Dari hadist Abu Dawud :
Telah bercerita kepada kami, Musaddad, katanya dari Bisyr, katanya dari ‘Ummarah ibn Ghaziyyah, katanya dari Yahya ibn ‘Ummarah, katanya dari Abu Sa’id al Khudri, katanyaq Rasulullah pernah bersabda : “Talqinlah mayitmu dengan Laa Ilaha Illalaah..”
Dua hadist ini bunyinya sama, namun dari para periwayatnya ada dua jalur, yang berpisah setelah Bisyr ibn al-Mufaddal, yaitu satu kepada Abu Salamah kemudian dikumpulkan oleh Tumudzi, satu lagi kepada Musaddad dikumpulkan oleh Abu Daud.
Jalur Turmudzi kemudian dianalisa :, Al Turmudzi, tercatat sebagai seorang yang mumpuni dan jujur hidup tahun 209 – 279 H. Turmudzi menerima hadist dari abu Salamah, dalam kitab Tahzib al-tahzib ditemukan nama lengkap tokoh ini Yahya ibn khalaf al-Bahili Abu salamah al-Bishri, tidak disebutkan kapan lahirnya, namun tercatat tanhun kematiannya 242 H, jadi Abu salamah dipastikan bertemu dengan Turmudzi. Kemudian dianalisa orang diatasnya yaitu Bisyr ibn Al-Mufaddal, dalam kitab Tahzib, ada 38 orang yang bernama Bisyr, tapi hanya 1 orang yang ibn al-Mufaddal, tercatat sebagai tokoh yang menerima hadist dari banyak ulama, tidak tercatat kapan lahirnya, namun wafatnya adalah tahun 187 H, jadi tidak jelas apakah Abu salamah pernah bertemu dengan Bisyr ibn al-muhaddad. Setelah ditelusuri sampai keatas, maka hadist ini digolongkan sebagai hadist hasan belum dikategorikan hadist shahih..
Tentu ada pertanyaan, alangkah nyelimetnya.., apakah seorang muslim harus meneliti seperti itu…?, kalau anda berminat tentu saja dipersilahkan.. anda terbuka untuk meneliti suatu hadist shahih atau tidak dengan cara tersebut. Namun bagi kebanyakan muslim, sudah ada para Ulama Hadist yang melakukan hal itu, dan mengeluarkan buku kumpulan hadist, yaitu :
1. Imam Bukhari, tercatat ‘mengkoleksi’ ratusan ribu hadist baik yang shahih maupun yang tidak, karena beliau memang dikenal punya ‘hobby’ demikian sejak masa mudanya. Imam Bukhari banyak menulis buku tentang hadist, namun yang menjadi rujukan kaum Muslim sampai sekarang adalah kitab ‘Al jami’ al Shahih’ atau populer disebut Shahih Bukhari’. Imam Bukhari hanya memasukkan hadist yang dinilainya shahih saja ke dalam bukunya tersebut, tercatat berjumlah 9.082 buah hadist, namun terdapat hadist yang disebut ulang (hadist yang bunyinya sama tapi diriwayatkan oleh jalur yang lain), kalau tidak diulang, jumlah hadistnya adalah 2.602 buah. Namun terdapat pula kritik atas Shahih Bukhari ini, terdapat kira-kira 110 buah hadist yang diragukan para ulama setelahnya, karena kualitas periwayatnya yang dianggap tidak memenuhi syarat, tapi menurut Imam Bukhari sudah memenuhi syarat.
2. Imam Muslim, ada sekitar 20 buku yang ditulis oleh Imam Muslim, namun yang menjadi rujukan umat Islam sampai sekarang adalah kitab ‘Shahih Muslim’ yang berisi 3.030 buah hadist. Namun ulama sesudahnya menyatakan bahwa tedapat sekurang-kurangnya 620 buah diantaranya yang diragukan keabsahannya. Contohnya adalah, terdapat hadist yang berbunyi : “ Barang siapa setiap pagi makan tujuh biji kurma, tidak akan dilanda oleh bahaya racun atau sihir pada hari itu hingga malamnya”. Ahmad Amin mengkritik hadist tersebut karena dinilainya tidak masuk akal. Namun al Siba’I melakukan pembelaan bahwa : ‘sebuah hadist dapat kita terima kebenarannya selama sanadnya shahih dan matannya juga shahih. Persoalannya, pernahkan ahli kedokteran melakukan penelitian untuk membuktikan kebenaran hadist tersebut..??
3. Imam Abu Daud, menghasilkan kitab kumpulan hadist dengan fokus pada bidang fiqih (hukum), yang terkenal adalah kitab ‘Sunan Abu Daud’ berisi 4.800 buah hadist. Beliau mengakui bahwa tidak semua hadist dalam kitab tersebut adalah shahih, karenanya dia memberikan catatan terhadap beberapa hadist lemah yang ada di dalamnya. Dalam dunia Islam kitab Sunan Abu Daud ini, diperlakukan berada dibawah kitab shahih Bukhari Muslim.
4. Imam Turmudzi, menghasilkan kitab hadist ‘Sunan al Turmudzi, memuat 3.956 hadist, di dalam kitab tersebut dimasukkan semua hadistr shahih, hasan (baik) dan dha’if, lalu setiap hadist tersebut diberi catatan dan keterangan. Turmudzi adalah orang yang pertama kali memunculkan istilah hadist hasan (baik) yaitu hadist yang tidak layak digolongkan shahih, tapi juga bukan hadist dha’if.
5. Imam al Nasa’I, menghasilkan kitan hadist ‘Al Sunan al Kubra’ di dalamnya juga dimuat hadist shahih, hasan dan dha’if, lalu beliau menseleksi kembali kitab tersebut untuk memilih hanya hadist yang shahih saja, maka lahirlah kitab ‘Al Sunan al Mujtaba’, tapi ternyata dalam kitab yang terakhir ini ditemukan juga hadist hasan dan dha’if.
6. Imam Ibnu Majah, menghasilkan kitab ‘Sunan Ibnu Majah’ memuat 4.341 buah hadist, Ibnu Majah tidak memberikan catatan tentang hadist yang ada dalam kitab tersebut, maka semua diserahkan kepada pembacanya untuk menilai. Dr. Fuad abdul Baqi mencatat terdapat 199 hadist bernilai hasan, 619 lemah dan 99 buah hadist munkar
Dalam dunia Islam, kitab hadist yang terbaik sampai sekarang adalah oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, beliau menjamin bahwa hadist yang ada dalam buku tersebut dikategorikan sebagai hadist shahih. Jadi ‘trend’ orang orang termasuk non muslim dalam forum ini, mengutip suatu hadist, lalu diberi keterangan dalam kurung ‘Bukhari Muslim’, maka salah satu untuk menchecknya, silahkan baca kitab karangan Imam Bukhari yaitu ‘Shahih Bukhari’ dan karangan Imam Muslim yaitu ‘Shahih Muslim’, ada nggak hadistnya disana, kalau ada, apakah bunyinya sama.
Bagi saya pribadi, tidak perlu mempedulikan gugatan non muslim soal shahih atau tidaknya suatu hadist, tentang ‘sekian orang yang masuk surga sekian yang masuk neraka, atau tentang sekian golongan umat Islam, cuma satu golongan yang masuk surga. dll’, kalau mereka bertanya, suruh saja membuka sendiri kitabnya dan mencarinya sendiri, apa benar yang dikutip tersebut ada dalam kitab hadist yang bersangkutan. Yang perlu dipedomani dari suatu hadist adalah : KETERANGAN UNTUK MENJALANKAN APA YANG DIPERINTAHKAN OLEH AL-QUR’AN, sesuai yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, sehingga apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah dalam khotbahnya pada haji Wada’ tersebut terlaksana :
“Sesungguhnya, aku tinggalkan kepadamu sesuatu yang jika engkau berpegang dengannya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, suatu urusan yang terang nyata, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”
putramentari- KAPTEN
-
Age : 43
Posts : 4870
Kepercayaan : Islam
Location : Pekanbaru
Join date : 04.03.12
Reputation : 116
Similar topics
» Tanya>Apa sih solusinya??? (dari RUANG KHUSUS :: TANYA-JAWAB)
» Mod,mau tanya
» [PEMBERITAHUAN] Ada masalah...???
» numpang tanya
» Tanya Jawab
» Mod,mau tanya
» [PEMBERITAHUAN] Ada masalah...???
» numpang tanya
» Tanya Jawab
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik