FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

swastika, piramida dan dewa horus Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI


Join the forum, it's quick and easy

FORUM LASKAR ISLAM
welcome
Saat ini anda mengakses forum Laskar Islam sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh turut berdiskusi yang hanya diperuntukkan bagi member LI. Silahkan REGISTER dan langsung LOG IN untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai member.

swastika, piramida dan dewa horus Follow_me
@laskarislamcom

Terima Kasih
Salam Admin LI
FORUM LASKAR ISLAM
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

swastika, piramida dan dewa horus

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Go down

swastika, piramida dan dewa horus Empty swastika, piramida dan dewa horus

Post by keroncong Mon May 07, 2012 11:57 pm

Swastika mewakili Piramida Besar dari Ghizeh.

Swastika telah berumur 7000 tahun, digunakan oleh demikian banyak bangsa, sesungguhnya telah diabdikan kepada macam-macam, tetapi, dengan mengambil maknanya, yakni makna yang konsisten serta paling orisinil, kita bisa membangun suatu dasar bagi penterjemahannya. Sejauh ini kita telah menyusun arti bahwa Swastika itu merupakan kontraksi dari lima citra-ideal yang disembah dalam bentuk berhala baik oleh bangsa Arab maupun Mesir, yang dalam kasus ini yang terdekat dengan agama aslinya. Ahli-ahli Mesir Kuno menyatakan kepada kita bahwa Horus, Maha-dewa, berdiri di puncak piramida didukung oleh empat puteranya yang berdiri di masing-masing pojok-penjuru.

Gambar berikut ini akan memfasilitasi perbincangan kita:

Horus dan empat puteranya melambangkan Sifat Utama Ilahi

Quran Suci menyeru manusia agar beriman kepada para nabi yang telah di kirim ke segala bangsa dan kaum, dengan petunjuk dari Tuhan Yang Maha-kuasa; bahwa berhala, seperti yang kita lihat sebagai contoh adalah Horus dengan ke empat anak laki-lakinya, adalah produk dari kesalahan pemikiran manusia, seperti juga ketidak-sucian kitab-kitab suci adalah hasil interpolasi manusia. Maka kita temukan bangsa Mesir dan Arab menyembah – seperti juga banyak bangsa lain – menyembah nabi dan citra-ideal dari agama mereka dan bukannya Tuhan Yang-esa Yang memiliki semua citra-ideal kesempurnaan, Yang membangkitkan para nabi dari antara manusia. Tetapi kita tahu bahwa nabi itu bukan dewa ataupun berhala, mereka tiada lain adalah cermin yang terbabar di hadapan manusia akan adanya dan aspek Ketuhanan.

Horus -sepertinya dia adalah seorang nabi atau guru dari Mesir Kuno – selanjutnya jelas tidak benar dalam simbolnya, karena kita tahu bahwa Tuhan itu bukan laki-laki, dan tidak punya putera atau puteri, tetapi, bila kita melucuti lambang ini dari semua mitologinya, maka kita tiba pada cita-ideal yang melatar­belakanginya atau atribut (asma/sifat)nya; Horus kemudian menjadi Tuhan Yang Maha-esa dari semesta, anak-anak lelakinya adalah empat atributnya yang utama; yakni, Yang Maha-kuasa, Yang Maha-pengasih, Yang Maha-bijaksana, Yang Maha-adil.

Sifat-sifat Allah

Surat pertama dari Quran Suci, al-Fatihah, dikenal sebagai Ummul Kitab, Induknya Kitab, Pembukaan Kitab; ini adalah inti-sari kebenaran, inti keimanan bagi jutaan Muslim dan semuanya adalah, atau bahwa, Islam terbangun dalam tujuh ayat di dalamnya yang selalu hidup (karena dulang-ulangi dalam salat –Pent.). Surat ini dimulai:

“Dengan nama Allah, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.

Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam,

Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih.

Yang memiliki Hari Pembalasan”. (Q.S.1:1-3).

Empat asma utama terdapat dalam tiga ayat ini dan mereka adalah dasar dari aspek-Nya, sifat ilahi-Nya yang lain memancar dari sini. Asma Ilahi ini tetap konstan, seperti yang kita lihat, perbedaannya hanyalah bahwa agama yang belakangan sewajarnya lebih mencakup dalam pengertian dan penerapannya. Di sini lagi-lagi Islam itu unggul dibanding agama lainnya, karena al-Quran tidak membiarkan kita melewatkan sifat-Nya tetapi dengan tegas menyatakan dan menerangkan asma-asma Ilahi, yang secara tanpa disangka berfungsi memperkaya kosa-kata dari agama lainnya.

Dia adalah Rabbul a’lameen, Tuhan sarwa sekalian alam (Yang Maha-kuasa); Dia adalah Rahman, Yang Maha-pemurah (Yang Maha-penyayang); Dia adalah Rahim, Yang Maha-pengasih (Yang Bijak dalam Kasih-sayang). Dia adalah Maliki yaumiddiin, menunjukkan keadilan-Nya yang sempurna.

Lambang Sapi, Banteng dan Horus

Sekarang kita telah menegakkan pendapat bahwa lambang ini, yang digunakan oleh bangsa purba, berfungsi sebagai cermin dari sifat Tuhan tertentu; dengan ungkapan yang lebih langsung, lambang itu diadakan untuk menunjukkan akibat perbuatan manusia yang didukung oleh sifat tersebut. Misalnya, banteng adalah simbol dari kemakmuran karena tenaga reproduksinya dan manfaat besar yang mengikutinya kepada manusia. Akhir dari semuanya, sapi atau lembu adalah basis peradaban awal, dan sapi kelihatannya menjadi lambang kebudayaan. Lembu itu memberi susu, menarik bajak, dan mengairi ladang. Bila kita pertimbangkan keadaan orang-orang dahulu, kita dapat siap melihat pentingnya binatang ini. Sungguh pastilah pentingnya hewan ini, karena, bila manusia tanpa melalui pertolongannya membuka ladang, menanam dan menetap, maka abad batu akan masih tetap berlangsung.

Ada dua surat dalam al-Quran yang mencurahkan cahaya yang melimpah terhadap masalah ini, satu adalah surat kedua, “Sapi”, yang lainnya “Keluarga Imran”, surat ke tiga. Kedua surat ini dimulai dengan huruf ‘alif’,’lam’,’miim’. ‘Alif’ dalam tulisan kuno hieroglip bangsa Mesir dan Phunisia adalah sapi, yang digunakan mengolah tanah dalam persiapan menanam biji-bijian, ‘lam’ adalah batang atau tongkat yang digunakan untuk memerintah dan mengendalikan sapi, (bentuknya berkebalikan dalam bahasa Arab dan Inggris), ‘miim’ adalah air yang diperlukan biji agar bisa dipanen. Lembu itu merupakan lambang yang diperlukan oleh bangsa kuno, tetapi ini adalah satu fase dari sejenis budaya tertentu. Al-Quran menerangi dengan cahaya akan perkembangan dari budaya manusia, menyatakan bahwa ini ada dua cabang, spiritual dan fisikal. Karena itu, sapi melambangkan pengolahan bumi (budaya fisik) dan juga persaudaraan serta kesatuan tujuan (budaya spiritual) (3), yang keduanya adalah saling menunjang. Dalam bahasa Ibrani, Imran berarti ‘seikat gandum yang masak’, yakni, produk dari budaya fisik – evolusi manusia ke tujuan spiritual. Di medan perang Uhud, Nabi Suci s.a.w. melihat dalam rukyah sapi-sapi disembelih. Beliau sendiri menafsirkan bahwa dalam pertempuran itu sejumlah sahabatnya akan gugur, yakni para sahabatnya itu disebut sapi karena kasih-sayang dan saling menyayanginya.

Dalam Kitab Weda kita membaca bahwa banteng itu memanggul semesta, tetapi banteng juga budaya fisik dan spiritual, penyebab tunggal dan pemelihara bumi. Dalam filsafat Cina ada tiga huruf ‘ann, ho dan ping’. Ann (beras di mulut) menunjukkan arti pemelihara, awal kebutuhan kehidupan.

Dasar ideal dari contoh-contoh ini terdapat dalam sifat utama-Nya yang pertama, Rabbul ‘Alamiin; yakni, Dia adalah Tuhan sarwa sekalian alam, melalui mana hadirlah hukum alam, penciptaan, pemeliharaan, pengembangan dan perlindungan.

Setelah sapi atau banteng, dalam filsafat Cina ‘HO’ digambarkan sebagai ‘Seorang wanita di dalam tenda’. Lihatlah dalam kitab alam ini engkau akan melihat bahwa burung membuat sarangnya ketika mulai birahi. Perempuan, sarang, rumah dan kasih adalah sinonim. (Inilah al-Nisa, surat keempat dari al-Quran). Dalam Egyptologi, setelah sapi atau banteng, adalah perempuan dan kemudian datanglah makanan (al-Maida), atur meja makan bagi sekeluarga manusia. Adalah cinta spiritual atau kasih Ilahi dan cinta keada sesama manusia pada umumnya, yang dalam terminologi Quran disebut Rahmaniyyat. Kemudian tibalah atribut ke tiga, ‘Hikmah’, dimana manusia belajar dari mereka – kebijaksanaan tentang anatomi, obat-obatan, bahasa dan mekanis - yang Allah tetapkan dalam dirinya. Setelahnya datanglah Al-A’raf, tempat yang tinggi dan luhur; boleh anda namakan ini kebijakan spiritual. Ini dalam terminologi Quran adalah “Kitab dan Hikmah-Nya”. Dan dalam bahasa kiasan, ini adalah seekor elang rajawali. Dalam filsafat Cina ini adalah ‘Ping’, atau persamaan dari hati nurani.

Setelah persediaan (sapi), rumah (perempuan), persamaan hati (atur meja untuk seluruh keluarga manusia), wahyu (hikmah-rajawali), sekarang tibalah ‘Singa’. Ini adalah lambang keadilan di gerbang majelis, tidur ketika manusia tidak berbuat kesalahan, mengaum ketika kejahatan merebak. Dalam Quran Suci ada dua surat. Rampasan perang (Al-Anfal) dan Taubat (Al-Tauba) yakni, singa mengaum. Mereka yang telah merasakan penelitian filosofis dari Quran Suci akan menyadari betapa singa itu beristirahat atau mengaum. Dalam al-Anfal (hadiah sukarela bagi umat yang papa dan tertindas), singa itu tertidur, karena segalanya berjalan menurut aturan berbuat keadilan. Dan betapa singa itu mengaum dalam al-Taubah. Masalah yang sangat menkjubkan ini diringkas dalam surat yang sangat pendek (al-Fatihah) dalam Quran Suci: Ada empat penyangga arasy Tuhan kita, yakni, Kekuasaan, Pemurah-penyayang, Kebijaksanaan, dan Keadilan (Rabb, Rahman, Rahim, Malik Yaumiddin). Tetapi disini kita pertimbangkan delapan surat permulaan yang berkaitan dalam Quran Suci. Sebagaimana dikatakan di sana:

“Dan para Malaikat ada di sebelahnya. Dan pada hari itu delapan (Malaikat) memikul Singgasana Tuhan dikau di atas mereka”(QS.69: 17).

Dan ini digenapi pada hari penaklukan Mekkah. Analogi yang mirip dengan ini, dalam Egyptologi, bahwa pada setiap sudut-penjuru alam semesta ini ada empat malaikat yang mendukung alam semesta atau langit atau Kerajaan Ilahi. Missionaris Kristen dengan sia-sia mencoba mencocokkan para penulis Alkitab dengan jumlah dibulatkan kepada sudut-sudut Atribut Tuhan ini. Dan lihatlah omong kosong ini, bahwa Mateus sebagai lelaki, Markus sebagai singa, dan Yohanes sebagai rajawali (4), Egyptology melambangkan empat kekuatan ciptaan Yang Maha-kuasa (disebut secara kiasan putera Yang Maha­kuasa), dan mereka, merasa sedih bahwa Yesus tidak berputera, karenanya menetapkan bahwa keempat penulis Alkitab adalah puteranya. Lebih masuk akal kiranya kalau dikatakan bahwa Nabi Suci kita memiliki empat putera perkasa dan yang keempat dari mereka adalah Ali, singa Tuhan. Tetapi ini hanyalah guyonan buat orang yang kekanak-kanakan. Empat sifat utama, Mencipta, Menyayangi, Bijaksana dan Adil, masing­masing dari mereka diperlukan dan dalam suatu cara adalah saling melengkapi. Mencipta tanpa kasih dan kasih tanpa kebijakan dan bijak tanpa keadilan adalah sia-sia dan tak berguna. Al-Quran tidak dimulai dengan silsilah yang kabur dari seorang tertentu ataupun ilmu geologi yang rancu dalam Surat Kejadian. Ini adalah murni (tak tersentuh oleh tangan manusia) Firman Tuhan, Yang Maha-bijaksana, Yang Maha­mengetahui. Demikianlah al-Quran dimulai dengan asma-Nya yang Tepat, Ke-Maha-kuasaan-Nya dan empat Sifat-Nya yang paling mencolok yakni Kekuasaan, Kasih-sayang, Kebijaksanaan dan Keadilan.

Ini adalah Sapi, Perempuan, Elang-rajawali dan Singa dalam Egyptiologi. Mungkin seseorang dari kalian berfikir bahwa keempat atau kelima berhala dari kaum pagan dan penyembah berhala dari Mesir Kuno (apakah disembah ataupun tidak di seluruh dunia) tidak berkaitan dengan citra-ideal tinggi dari monoteisme atau Teologi Sejati. Saya tarik perhatian anda kepada rukyah Yehezkiel, nabi terkemuka dalam Alkitab. Dia, dalam sangat awal dari bukunya, menyatakan bahwa dia melihat suatu rukyah(vision) dimana dia ditangkap di Babylonia. Dia melihat perupaan dari empat makhluk hidup, dan inilah penampakan mereka:

“Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.” (Yehezkiel 1:10).

Sekarang anda perhatikan bahwa empat patung dari batu itu menjadi masalah penting dalam rukyah seorang nabi. Seolah 7000 tahun usia Egyptologi dibenarkan oleh rukyah Yehezkiel,, yang hidup 595 tahun sebelum Kristus.

Lagi kita baca hal itu (dalam sebuah kitab seratus tahun sesudah Kristus) dalam wahyu kepada Yohanes, yang berucap:

“Aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu telah kudengar, berkata kepadaku…..Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah ini”

“Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagiakan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, Dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama Dengan burung elang yang sedang terbang” (Wahyu kepada Yohannes 4:1, 6-7).

Kata-kata “Aku akan menunjukkan apa yang harus terjadi sesudah itu” pantas dicatat. Ini mengindikasikan bahwa ini bukan kisah kuno melainkan suatu nubuatan yang harus digenapi di masa depan. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak ada kaitannya dengan ramalan dari zaman kuno ini. Betapa menakjubkan nubuatan itu! Pertama dari semuanya, ini disiarkan ke seluruh negeri di dunia. Kedua, Piramida Mesir, keajaiban dunia yang paling mengagumkan, dari ketinggian 500 kaki berdiri selama 7000 tahun untuk memproklamirkan ramalan ini. Ketiga, wahyu kepada nabi besar Yehezkiel dan juga St. Yohannes memperjelas prediksi ini baik sebelum maupun sesudah kedatangan Yesus. Nubuatan tentang kemasyhuran, prestise, keagungan, dan kemuliaan ini dipenuhi dalam pribadi MUHAMMAD s.a.w. Piramida, Swastika, Buku Kematian, wahyu kepada nabi Yehezkiel, dan St. Yohannes, semuanya sepakat mengumumkan bahwa ada seorang yakni Horus atau Matahari yang Besar; yakni Tuhan Yang Maha-kuasa Sendiri, dengan keempat ‘putera’nya yang adalah Asma-sifat Utama-Nya, yang menciptakan alam semesta. Dalam gambar Swastika tangan­tangannya ini yang menciptakan apa yang di Timur, apa yang di Barat, apa yang di Selatan dan apa yang di Utara, atau apapun juga di langit dan jauh di bumi. Dalam fraseologi Quran Suci, Dia-lah Pencipta langit dan bumi. Keempat puteranya ialah keempat asma-Nya yang paling menonjol, Pencipta dan Pemelihara, Yang Maha-pemurah, Yang Maha-pengasih-penyayang, Yang memiliki hari Pembalasan(QS.1:1-3).



--------------------------------------------------------------------------------


3. Rigveda 9:112.3 Yakni: ‘Seorang yang telanjang saya ini, kemalanganku adalah kehausan, mumi sebagai penggiling gandum, berusaha demi kekayaan dengan pelbagai rencana, kita semua hidup bersama seperti sapi’.
4. Churchward, Primordial Man, hal.321.




--------------------------------------------------------------------------------



keroncong
keroncong
KAPTEN
KAPTEN

Male
Age : 70
Posts : 4535
Kepercayaan : Islam
Location : di rumah saya
Join date : 09.11.11
Reputation : 67

Kembali Ke Atas Go down

Topik sebelumnya Topik selanjutnya Kembali Ke Atas

- Similar topics

Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik